-
AKUNTANSI SYARIAH
Sistem Operasional dan Pembiayaan Perbankan Syariah
Oleh kelompok 9 :
Rizky Ramdani(26211400)
Rizki Afriansyah (26211321)
Septi Dwi Ernawati (26211678)
Suherman (27211898)
Tihana Syamsudin (27211112)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jika menilik dari awal pendirian Bank Syariah di Indonesia,
secara nasionalperkembangan ekonomi Islam diwarnai oleh
perkembangan pemikiran ekonomi syariahdunia dan permikiran tentang
perbankan syariah,pendirian bank syariah diawali denganberdirinya 3
BPRS di Bandung pada tahun 1991. Selain itu juga berdiri PT BPRS
Hareukatdi NAD. Prakarsa pendirian bank syariah di Indonesia oleh
MUI melalui lokakarya BungaBank dan Perbankan di Cisarua, Bogor,
18-20 Agustus 1990. Hasil ini dibahas mendalamdalam Munas IV MUI di
Hotel Sahid Jaya, Jakarta 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan
amanatmunas IV MUI dibentuk tim kerja untuk mendirikan Bank Syariah
di Indonesia sehingga PTBMI berdiri tahun 1991 dan beroperasi pada
tahun 1992.
Diantara manfaat dari pendirian Bank Syariah adalah sebagai
pelengkap keberadaanBank Konvensional, bank syariah digunakan
sebagai alternatif transaksi perbankankonvensional, yang kedua
adalah sebagai pengakomodasi kelompok masyrakat yang
antipastiterhadap dunia perbankan konvensional, dan yang terakhir
sebagai salah satu upayapeningkatan mobilisasi dana masyarakat.
Lebih jauh lagi kami akan membahas prinsip operasi Bank Syariah
untuk lebihmengetahui apa saja syarat beroperasinya Bank Syariah,
perkembangan Bank Syariah, danIdentifikasi transaksi yang dilarang,
serta bagaimana proses pembiayaan yang diberikanBank Syariah.
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Prinsip Syariah
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan (penyimpanandana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya). Berdasarkan fatwa yangdikeluarkan oleh lembaga
Dewan Syariah Nasional (DSN) yang memiliki kewenangan
dalampenetapan fatwa di bidang syariah.
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan PrinsipSyariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan RakyatSyariah.Bank Umum Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasadalam
lalu lintas pembayaran.(UU No. 21 tahun 2008 tentang
PerbankanSyariah)
2.1.1 Prinsip Operasional Bank Syariah
Mengawali pembahasan tentang prinsip operasional Bank Syariah,
Sistem keuangan danperbankan Islam sendiri adalah merupakan bagian
dari konsep yang lebih luas tentang ekonomiIslam, yang tujuannya
memperkenalkan sistem nilai dan etika Islam ke dalam
lingkunganekonomi. Karena dasar etika ini maka keuangan dan
perbankan Islam bagi kebanyakan muslimadalah bukan sekedar sistem
transaksi komersial, tapi juga merupakan wadah masyarakat
muslimuntuk menerapkan prinsip keislaman disemua aspek kehidupan
termasuk dalam kegiatanekonomi mereka. Dibawah ini beberapa prinsip
dari operasional Bank Syariah.
Prinsip Utama yang ada dalam Bank Syariah diantaranya :
a. Prinsip Al Taawun, yaitu saling membantu dan saling bekerja
sama diantara anggotamasyarakat untuk kebaikan.
b. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannyamenganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang
bermanfaat bagi masyarakat umum
-
c. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksid.
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
memperoleh
keuntungan yang sah menurut syariah serta memberikan zakat.
Dalam artian tidak diperkenankan dalam system syariah
seseorangmelakukan sesuatuyang bersifat spekulatif, dengan
keuntungan besar serta risiko yang besar.
1. Bebas dari hal-hal meragukan (gharar)a. Menjual barang yang
belum ditangan penjual,b. Penjualan barang yang sulit dipindah
tangankan,c. Penjualan yang belum ditentukan harga, jumlah dan
kualitasnya,d. Penjualan yang menguntungkan satu pihak saja.
2. Bebas dari hal-hal rusak (batil)a. Jual beli barang-barang
psikotropika,b. Produk-produk yang merusak lingkungan.
Adapun perbedaan prinsip antara Sistem Konvensional dan Sistem
Syariah:
No. Pokok-pokokPerbedaan
Sistem Konvensional Sistem Syariah
1. Dasar perjanjianpenentuanbunga/imbalan
Tidak berdasarkankeuntungan/kerugian
Berdasarkan keuntungan/kerugian
2. Dasar perhitunganbunga/imbalan
Persentase tertentu dari total danayang dipinjamkan
Besarnya nisbah (bagi hasil)didasarkan atas jumlah
keuntunganyang diperoleh nasabah
3. Kewajibanpembayaran bunga
1. Harus terus dilakukanmeskipun usaha nasabah rugi.
2. Besarnya pembayaran bungatetap, meskipun keuntungannasabah
lebih besar.
3. Dilakukan jika nasabah untung,jika rugi ditanggung
bersama.
4. Besarnya imbalan berubahsesuai keuntungan.
4. Persyartanjaminan
Berupa barang/harta nasabah Tidak mutlak
-
5. Objek pembiayaan Jenis usaha tidak dibedakan asalmemenuhi
persyaratan
Jenis usaha yang dibiayai harussesuai syariah
6. Pandangan sistemsyariah terhadapsistem bunga
Pengenaan bunga kepada debiturdianggap haram
Pembayaran imbalan berdasarkanbagi hasil sifatnya
2.2 Sistem Operasional Bank Syariah
Prinsip utama operasional bank berdasarkan Prinsip Syariah
adalah hukum Islam yangbersumber dari Al Quran dan Al Hadist.
Kegiatan operasional bank harus memperhatikan
perintah dan larangan kedua sumber tersebut. Larangan terutama
berkaitan dengan kegiatan bankyang dapat diklasifikasikan sebagai
riba. Perbedaan utama antara kegiatan bank berdasarkanprinsip
syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem
pemberian imbalanatau jasa atas dana.
Dalam menjalankan operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip
Syariah tidakmenggunakan sistem bunga dalam menentukan sitem
imbalan atas dana yang digunakan atauditipkan oleh suatu pihak.
Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun danayang
disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan
hukum Islam. Perludiakui bahwa ada sebagian masyarakat yang
berpendapat bahwa sistem bunga yang ditetapkanoleh bank
konvensional merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah.
Dalam hukum Islam, bunga adalah riba dan diharamkan. Ditinjau
dari sisi pelayananterhadap masyarakat dan pemasaran, adanya bank
atas dasar prinsip Syariah merupakan usahauntuk melayani dan
mendayagunakan segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau
tidakmenyukai sistem bunga.
1. Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada Bank-bank konvensional
didasari teori yangdiungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tigaKegunaan, yaitu fungsi transaksi,
cadangan, dan investasi. Oleh karena itu, produkpenghimpunan dana
pun disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro,
tabungan,dan deposito.
-
Berbeda dengan hal berikut, bank syariah tidak melakukan
pendekatan tunggal dalammenyediakan produk penghimpunan dana bagi
nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat darisumbernya, dana bank syariah
terdiri atas:
1. Sumber DanaSebagai salah satu lembaga yang berfungsi untuk
mengimpun dana masyarakat, banksyariah harus memiliki sumber dana
optimal sebelum disalurkan kembali ke masyarakat.Disamping itu,
sebagai bang syariah yang di tuntut untuk mempraktikan kaidah
Islam,maka perlu dipahami terlebih dahulu dana masyarakat dan
transaksi-transaksinya yangtidak bertentangan dengan syariat Islam.
Sumber dana yang dapat dihimpun darimasyarakat terdiri dari (3)
tiga jenis dana, yaitu dana modal yaitu dana dari pendiri bankdan
dari para pemegang saham tersebut , dana titipan masyarakat baik
yang dikelola olehbank dalam sistem Wadiah, maupun yang
diinvestasikan melelui bank dalam bentuk
dana investasi khusus (Mudhrabah Muqayyadah) atau investasi
terbatas (MudhrabahMuqayyadah) serta dana zakat, infak, dan
sadaqah.
1) ModalModal merupakan dana (dalam bentuk pembeliaan saham)
yang disediakan olehpemilik yang mempunyai hak untuk memperoleh
dividen dan penggunaan modalyang disertakan tersebut. Dalam
perbankan syariah, mekanisme penyertaan modalpemegang saham dapat
dilakukan melalui musyawarah fi sahm asy-syariqah atauequity
partcipation pada saham perseroan bank
2) Dana titipan masyarakat3) Dana dari ZIS
Dana ini peruntukannya jelas satu dari ciri khas bank syariah
selain mengelola danauntuk kepentingan komersial bank juga harus
berfungsi sebagai pengelola dana untukkepentingan sosial. Dalam
pelaksanaannya, bank syariah dapat bekerja sama
denganlembaga-lembaga sosial lainnya yang bergerak di bidang
pemberdayaanperekonomian masyarakat seperti Dompet Dhuafa, Forum
Zakat (FOZ), dan BadanAmil Zakat (BAZ)
-
2. Titipan (Al-Wadiah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
penghimpunan dana adalahdengan menggunakan prinsip titipan. Adapun
akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah Al-Wadiah. Al-Wadiah
merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika
pemiliknyamenghendaki. Secara umum terdapat dua jenis Al-Wadiah,
yaitu:
1. Wadiah yad al-amanahPihak yang pertama menerima titipan tidak
boleh menggunakan dan memanfaatkanuang atau barang yang dititipkan.
Pihak yang memberikan titipan dapatmembebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan. Jenis ini mempunyaikarakteristik sebagai
berikut:a. Harta atau benda yg dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
dan digunakan oleh
penerima titipan
b. Penerima titipan (bank) hanya berfungsi sebagai penerima
amanah yang bertugasdan berkewajiban untuk menjaga barang yang
dititipkan tanpa mengambilmanfaatnya
c. Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk
membebankan biaya(Fee) kepada yang menitipkan.
Adapun bentuk aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk
safe deposit box.
2. Wadiah yad adh-dhamanahPihak yang pertama menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan uangatau barang yang dititipkan
tanpa izin pemilik barang atau uang dan harusbertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan. Semua manfaat
dankeuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang atau uang
tersebut menjadi hakpenerima titpan, dalam hal ini bank sebagai
penerima titipan dapat memberikaninsenstif berupa bonus kepada si
penitip. Wadiah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagaiberikut:
-
a. Harta atau benda yang dititipkan diperbolehkan untuk
dimanfaatkan olehpenyimpan
b. Apabila ada hasil dari pemanfaatan benda titipan, maka hasil
tersebut menjadi hakdari penyimpanan. Tidak ada kewajiban dari
penyimpan untuk memberikan hasiltersebut kepada penitip sebagai
pemilik benda
Prinsip ini di aplikasikan dalam bentuk giro dan tabungan. Namun
perluditekankan disini bahwa bank tidak memperjanjikan hasil dari
benda titipan yang dimanfaatkan tersebut kepada nasabah. Pemberian
hasil hanya sebagai bonus darikebijakan bank dan tidak ditentukan
atau disebutkan dalam akad.
3. Investasi (Mudharabah)
Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang
sesuai denganprinsip investasi adalah mudharabbah yang mempunyai
tujuan kerjasama antara pemilikdana (shahibul maal) dan pengelola
dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilikdana sebagai
deposan dibank syariah berperan sebagai investor murni yang
menanggungaspek sharing risk dan return dari bank. Dengan demikian
deposan bukanlah lander ataukreditor bagi bank seperti halnya pada
bank konvensional. Tujuan dari mudharabahadalah kerja sama antara
pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib)dalam hal
ini bank. Jika terjadi kerugian maka bank bertanggung jawab atas
kerugianyang terjadi. Secara garis besar mudharabbah terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah MuthlaqahDalam prinsip ini hal utama yang menjadi
cirinya adalah shahibul maal tidakmemberikan batasan-batasan atas
dana yang diinvestasikannya atau dengan kata lain,mudharib di beri
wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis,usaha,
dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang sesuai dengan akad
iniadalah tabungan dan deposito berjangka.
-
b. Mudharabah MuqayyadahPada jenis akad ini, shahibul maal
memberikan batasan atas dana yangdiinvestasikannya. Mudharib hanya
bisa mengelola dana tersebut sesuai denganbatasan jenis usaha,
tempat, dan waktu tertentu saja. Aplikasinya dalam perbankanadalah
special investment based on restricted mudharabah. Model ini dirasa
sanagtcocok pada saat krisis dimana sektor perbankan mengalami
kerugian meyeluruh.Dengan special investmen, investor tertentu
tidak perlu menanggung over head bankyang terlalu besar karena
seluruh dananya masuk ke proyek khusus dengan return dancost yang
dihitung khusu pula.
2. Penyaluran Dana (Financing)
Bank syariah sebagai suatu lembaga keuangan akan terlibat dengan
berbagai jeniskontrak perdagangan syariah. Semua elemen kontrak
sudah pasti mempunyai asas dan prinsipyang jelas secara syariah.
Penyakluran dana perbankan syariah dapat dikategorikan menjadi
duabentuk, yaitu;
A. Equity Financing
Bentuk ini terbagi pula dalam pilihan skim mudharabah
muthalaqah/muqayyadah ataudalam bentuk musyarakah.
1. Al-MudharabahDari segi konsep dasar, mudharabah yang akan
dijelaskan disini sama denganmudharabah yang telah dijelaskan
sebelumnya dalam penghimpunan dana bank (depositnasabah), namun ada
yang membedakannya. Al-Mudharabah pada pelaksanaan depositnasabah,
maka nasabah sebagai penyandang dana bertindak sebagai shahibul
maal danbank sebagai mudharib (pengelola dana). Sedangkan pada skim
pembiayaan, bankbertindak sebagai shahibul maal dan pengelola usaha
bertindak sebagai mudharib.Fasilitas ini dapat diberikan untuk
jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagisecara periodik
dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo,
nasabahmengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil
yang menjadi bagian bank.
-
Dalam pelaksanaaan kontrak AL-Murabahah, bank tidak dibenarkan
meletakkankolateral (jaminan) kepada nasabah, karena ia bukan
bersifat utang, ia bersifat kerja samadengan modal kepercayaan
antara bank dan nasabah. Dengan kata lain, masing-masingpihak
mempunyai bagian atas hasil usaha bersama tersebut dan juga beban
risikonya (fullinvestment).
2. Al-MusyarakahYang dimaksud dengan musyarakah adalah akad
antara dua orang atau lebih denganmenyertakan modal dan dengan
keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yangdisepakati.
Musyarakah lebih dikenal dengan sebutan syarikat merupakan
gabunganpemegang saham untuk membiayai suatu proyek, keuntungan dan
proyek tersebut dibagimenurut presentse yang disetujui, dan
seandainya proyek tersebut mengalami kerugian,maka beban kerugian
tersebut ditanggung bersama oleh pemegang saham
secaraproporsional.
Bank syariah dalam aplikasinya hanya menggunakan instrumen
syarikat Al-Man, karenajenis syarikat inilah yang lebih sesuai
dengan keadaan perdagangan saat ini. produk-produk yangdikeluarkan
melalui syarikat biasanya beraneka ragam, diantaranya modal
ventura, dimana bankikut memberi modal terhadap suatu perusahaan
dan dalam jangka waktu tertentu akan melepaskembali saham
perusahaan tersebut kepad rekan kongsi dan kemungkinan juga tetap
bermitrauntuk jangka panjang. Di Indonesia, sudah ada banyak bank
syariah yang melakukan produkseperti ini, dan jenis usaha yang
dibiayai antara lain perdagangan, industri (manufacturing),usaha
atas dasr kontrak dan lain sebagainya.dalam kontrak Al-Musyarakah,
bank juga tidakboleh memberatkan nasabah dengan persyaratan agunan
atau kolateral, karena kontrak iniberbentuk kerja sama dan bukan
utang-piutang. Kesalahan pada pembebanan jaminanmenyebabkan kontrak
menjadi fasad.
-
B. Debt Financing.
Debt Financing adalah dalam teori meliputi objek-objek berupa
pertukaran antara barangdengan barang (barter), barang dengan uang,
uang dengan barang, dan uang dengan uang.Mengenai objek pertama dan
terakhir terdapat permasalahan pertukaran antara barang
denganbarang dipertimbangkan dapat menimbulkan ribah fadhal.
Sedangkan pertukaran antara uangdengan uang pun demikian, di
khawatirkan dapat menimbulkan ribah nasiah. Pertukaran antaruang
dengan uang (sharf) dalam perbankan syariah dimasukkan dalam bidang
jasa pertukaranuang, yang mensyaratkan pertukaran langsung tanpa
penundaan pembayaran. Oleh karena itudalam operasional perbankan
syariah hanya digunakan dua objek lainnya, yaitu pertukaran
antarabarang dengan barang dan uang dengan uang.
1. Barang dengan uang (Jual beli/ Bai)
Transaksi barang dengan uang yang dapat di lakukan dengan skim
jual beli (bai) atau pun sewa
menyewa (Ijrah). Yang termasuk skim jual beli adalah:
a. Bai Al-MurabahahBank sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Barang diserahkan segera danpembayaran dilakukan secara
tangguh. Prinsip ini umumnya diterapkan dalampembiayaan pengadaan
barang investasi.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
1. Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya
dari suatu barangyang hendak dibeli
2. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untung atau
tambahan hargayang ditetapkan tanpa ada sedikit pun paksaan
3. Barang yang dijualbelikan bukanlah barang barang ribawi4.
Sekiranya barang tersebut telah dibeli dari pihak lain, jual beli
yang pertama itu
mestilah sah menurut perundangan Islam.
-
Sedangkan rukun jual beli murabahah adalah:
1. Penjual (bai)
2. Pembeli (musytariy)3. Barang (mabi)4. Sighat dalam bentuk
ijab kabul.
b. Bai As-SalamAdalah pembelian barang untuk penghantaran yang
ditangguhkan dengan pembayaran dimuka. Bank sebagai pembeli, dan
nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi ini adakepastian tentang
kualitas, harga dan waktu peyerahan. Prinsip ini biasanya
diterapkanpada pembiayaan berjangka pendek untuk produksi
agribisnis atau industri sejenislainnya.
C. Bai Istishna
Prinsip ini menyerupai salam, namun pada prinsip ini pembayran
dapat di muka, dicicilatau di belakang. Istishna umumnya diterapkan
dalam pembiayaan manufaktur, industrikecil-menengah dan
kontruksi.
Sedangkan yang termasuk skim sewa-menyewa (Ijrah):
A. Al-Ijrah (operasional Lease)Konsep ini secara etimologi
erarti upah atau sewa. Ahli sewa islam mendefinisikandengan menjual
manfaat, kegunaan, jasa dengan bayaran yang ditetapkan. Konsep
initidak sama dan tidak dapat dikaitkan dengan jual-beli, sebab
akad jal beli adalah kekal(muabbadan), sedangkan al-ijarah akad ini
dalam masa teertentu (muaqqatan). Banksyariah mengaplikasikan
elemen ini dengan berbagi bentuk produk yang diletakkanpadaskim
pembiayaan, diantara caranya adalah:
1. Bank dapat memberi pembiayaan kepada nasabah untuk tujuan
mendapatkanpenggunaan manfaat sesuatu harta dibawah elemen
al-ijarah.
-
2. Bank terlebih dahulu membeli harta yang akan digunakan oleh
nasabah,kemudian bank menyewakan kepada nasabah menurut tempo yang
dikehendaki,kadar sewaan, dan syarat-syarat lain yang disetujui
kedua belah pihak.
B. Ijarah wa iqtina (finansial lease)Skim ini merupakan bentuk
lain dari ijarah di mana persewaan berakhir denganperpindahan hak
milik dan objek sewa. Skim ini lebih banyak dipakai pada
perbankankarenalebih sederhana dari sisi pembukuan dan bank sendiri
tidak direpotkan untukpemeliharan aset, baik pada saat leasing
maupun sesudahnya.
2. Uang dengan Barang
Pertukaran ini dapat dilakukan dengan skim:
a. Bai as-Salam (In-front Payment Sale)Skim ini secara
terminologi berarti menjual suatu barang yang penyerahannya
ditunda,atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan
secara jelas dengan pembayaranmodal terlebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian hari. Di dalammasyarakat, skim ini
lebih dikenal dengan jual beli pesanan atau inden. Dalam
transaksibai as-salam mengharuskan adanya pengukuran atau
spesifikasi barang yang jelas dankeridhaan para pihak. Dalam teknis
perbankan syariah, salam berarti pembelian yangdilakukan oleh bank
dan nasabah dengan pembayaran di muka dengan jangka waktupenyerahan
yang disepakati bersama. Harga yang dibayarkan dalam salam tidak
bolehdalam bentuk utang melainkan dalam bentuk tunai yang dibayar
segera.
b. Bai al-Istishna(istisna sale)Skim ini adalah akad jual beli
antara pemesan/pembeli dengan produsen atau penjual dimana barang
yang akan diperjualbelikan harus dibuat lebih dahulu dengan
kriteria yangjelas. Dalam literatur fikih klasik disebutkan
istishna sebagai lanjutan dari bai as-salam,
sehinggaa ketentuan dan aturannya mengikuti akad bai as-salam.
Adapun yangmembedakannya dengan as-salam adaah pada metode
pembayaran sifat kontraknya. Padabai as-salam, pembayaran lebih
bersifat fleksibel di mana tidak dilakukan secara lunas
-
tetapi bertahap sesuai dengan barang yang diterima pada termin
waktu tertentu. Sifatkontrak pada skim baik as-salam adalah
mengikat secara asli (thabii) pada semua pihakdari semula,
sedangkan pada istishna, bersifat mengikat ecara ikutan untuk
melindungiprodusen sehingga tidak ditinggalkan begitu saja oleh
konsumen.
3. Jasa Layanan Perbankan
a. Al-Wakalah (Deputyship)Adalah akad perwakilan antara dua
pihak, dimana pihak pertama mewakilkan suatuurusan kepada pihak
kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama. Dalamaplikasinya
dalam perbankan syariah, wakalah biasanya diterapkan dalam
penerbitanLetter Of Credit(L/C) atau penerusan permintaan akan
barang dalam negeri dari bankdi Luar Negeri(L/C Ekspor). Wakalah
juga diterapkan untuk mentransfer dananasabah kepada pihak
lain.
b. Kafalah(Gauranty)Menurut Mazhab Maliki, Syafii dan Hambali,
kafalah adalah menjadikan seseorang(penjamin)ikut bertanggung jawab
atas tanggung jawab seseorang dalampelunasan/pembayaran utang.
Aplikasinya dalam dunia perbankan adalah penerbitangaransi bank
(Bank Guarantee). Ada beberapa jenis wakalah, yaitu:1) Kafalah bin
Nafs, yaitu akad memberikan jaminan atas diri si penjamin
(personal
guarantee).2) Kafalah bil-Maal, yaitu jaminan pembayaran atau
pelunasan utang. Dalam
aplikasinya di perbankan dapat berbentuk jaminan uang muka
(Advance PaymentBond) atau jaminan pembayaran (Payment Bond).
3) Kafalah Mualaqah dan Munjazah, yaitu jaminan mutlak yang
dibatasi oleh kurunwaktu dan untuk tujuan tertentu. Dalam perbankan
modern hal ini diterapkanuntuk pelaksanaan suatu proyek
(Performence Bond) atau jaminan penawaran(Bid Bond).
-
4) Kafalah Bit Taslim, yaitu penjaminan atas pengembalian atas
barang sewa padasaat jangka waktu habis.
c. Hawalah (Transfer Service)Hawalah akad pemindahan utang atau
piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalamhal ini ada tiga pihak,
yaitu pihak yang berutang (muhil atau madin), pihak yangmemberi
utang(muhal atau daiin) dan pihak yang menerima pemindahan
(muhal
alaih). Akad hawalah diterapkan pada hal-hal berikut:1)
Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki
piutang kepada
pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank.2) Post-dated
Check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayar
terlebih dahulu piutang tersebut.3) Bill Discounting, dimana
pada prinsipnya sama dengan pelaksanaan konsep
hawalah, hanya saja dalam bill discounting, nasabah harus
membayar fee yangtidak dikenal pada hawalah lainnnya.
d. JualahJualah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama
menjanjikan imbalan tertentukepada pihak kedua atas pelaksanaan
suatu tugas/pelayanan yang dilakukan olehpihak kedua untuk
kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh
bankdalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari
nasabah, sepertireferensi bank, informasi usaha dan lain
sebagainya.
e. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan yangditerimanya. Barang yang dithan tersebut harus memiliki
nilai ekonomis. Dengandemikian, pihak yang menahan dapat memperoleh
jaminan untuk dapat mengambil
-
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Aplikasinya dapat
berupa lembaga gadaidan pada bank diterapkan sebagai collateral
atas suatu pembiayaan/pinjaman.
f. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan)Al-Qardh adalah pembelian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih kembali ataudengan kata
lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur
fikihklasik, ard dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad
saling membantu danbukan transaksi komersial. Sedangkan aplikasinya
dalam dunia perbankan syariahdapat berupa al-Qard al-Hasan sebagai
bentuk sumbangsih kepada dunia usaha kecil.Di indonesia sendiri,
dana untuk skim ini berasal dari dana Badan Amil Zakat, Infaqdan
Sedekah (BAZIS). Pada prinsipnya qardhul hasan merupakan pinjaman
dengantujuan kebajikan, dimana peminjam hanya perlu membayar jumlah
uang yangdipinjamkan tanpa membayar tambahan.
g. SharfSharf adalah transaksi pertukaran antara uang dengan
uang. Pengertian pertukaranuang yang dimaksud disini yaitu
pertukaran valuta asing , dimana mata uang asingdipertukarkan
dengan mata uang domestik atau mata uang lainnya.
Ringkasan Produk Bank Syariah :a. Penghimpunan Dana
No. Produk/Jasa Prinsip Syariah1. Giro wadiah yad adh-dhamana2.
Tabungan wadiah yad adh-dhamana dan Mudharabah3. Deposito
Mudharabah4. Simpanan Khusus Mudharabah Muqayyadah
b. Penyaluran Dana dan Jasa PerbankanNo. Produk/Jasa Prinsip
Syariah1. Dana Talangan Qardh2. Penyertaan Musyarakah3. Sewa Beli
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (Ijarah Wa Iqtina)4. Pembiayaan Modal
Kerja Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah5. Pembiayaan Proyek
Mudharabah atau Musyarakah6. Pembiayaan Sektor pertanian Bai As
Salam
-
7. Pembiayaan untuk akuisisi aset Ijarah Muntahiyah Bittamlik8.
Pembiayaan Ekspor Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah9. Anjak
Piutang Hiwalah
10. Letter of Credit L/C Wakalah11. Garansi Bank Kafalah12.
Inkaso, Transfer Wakalah dan Hawalah13. Pinjaman Sosial Qardhul
Hasan14. Surat Berharga Mudharabah, Qardh, Bai Al Dayn15. Safe
Deposit Box Wadiah Amanah16. Jual Beli Valas Sharf17. Gadai
Rahn
Produk sewa
No produk Prinsip syariah
1 Sewa beli Ijarah Muntahiya Bittamlik (Ijarah Wa Igtina)
2Sewa dengan opsi
pemindahan hak
Ijarah Muntahiya Bittamlik
Produk lain
No produk Prinsip syariah
1 Sertifikat Investasi Mudharabah
Antar Bank (SIMA)Mudharabah
2 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Wadiah
-
2.3 Pembiayaan Bank Syariah
2.3.1 Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepadapihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupunlembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukunginvestasi yang telah direncanakan. Pasal 1 ayat (25)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, menyatakan: Pembiayaan adalah penyediaan
danaatau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah2.
Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah
muntahiya bittamlik3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam, dan istishna4. Transaksi pinjam meminjam dalam
bentuk piutang qardh5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk
ijarah untuk transaksi multijasa.
2.3.2 Tujuan Pembiayaan
Tujuan dari pembiayaan bank syariah adalah :
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat
akses secaraekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat
melakukan akses ekonomi.Dengan demikian dapat meningkatkan taraf
ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk
pengembangan usahamembutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini
diperoleh dari pembiayaan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan
memberikan peluangbagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya
produksinya. Sebab upayaprodusi tidak akan jalan tanpa adanya
dana.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya
sektor-sektor usahamelalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor
usaha tersebut akanmenyerap tenaga kerja.
-
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha
produktif mampumelakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan
memperoleh pendapatan dari hasilusahanya.
2.3.3 Fungsi Pembiayaan
Fungsi dari pembiayaan Bank syariah adalah :
a. Meningkatkan daya guna uangb. Meningkatkan daya guna barangc.
Meningkatkan peredaran uangd. Menimbulkan kegairahan berusahae.
Stabilitas ekonomif. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
nasional
2.3.4 Jenis Jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitaspenyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurutsifat
pengguna-annya, pembiayaan dapat dibagai menjadi:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhikebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan
usaha, baik usahaproduksi,perdagangan,maupunainvestasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhikebutuhan konsumsi, yang akan habis diguna-kan untuk
dipakai memenuhikebutuhan. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas
2 (dua), yaitu diantaranya :
Kebutuhan primer, adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang,
sepertimakanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun berupa
jasa,seperti pendidikan dasar dan pengoba
-
Kebutuhan sekunder, adalah kebutuhan tambahan yang secara
kwantitatifmaupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari
kebutuhan primer,baik berupa barang, seperti bangunan rumah,
kendaraan, perhiasanmaupun jasa seperti pendidikan, pariwisata,
hiburan dan sebagainya.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi:
1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan: peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi,
maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu
hasil produksi
untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place
darisuatuabarang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang
erat kaitannya dengan itu.
2.4 Sistem Pembiayaan Bank Syariah
A. Pembiayaan Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat
likuid (cash),piutang dagang (receivable), dan persediaan
(inventory) yang umumnya terdiri daripersediaan bahan baku (raw
material), persediaan barang dalam proses (work in process),dan
persediaan barang jadi (finished goods). Oleh karena itu,
pem-biayaan modal kerjamerupakan salah satu atau kombinasi dari
pembiayaan likuiditas (cash financing),pembiayaan piutang
(receivable financing), dan pembiayaan persediaan
(inventoryfinancing).
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja tersebut, dengan
caramemberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk
mendanai seluruhkebutuhan yang merupakan kombinasi dari
komponen-komponen modal kerja tersebut,baik untuk keperluan
produksi maupun perdagangan untuk jangka waktu tertentu,
denganimbalan berupa bunga. Bank syariah dapat membantu memenuhi
seluruh kebutuhanmodal kerja tersebut, bukan dengan meminjamkan
uang, melainkan dengan menjalin
-
hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak
sebagai penyandang dana(shahibul maal), sedang-kan nasabah sebagai
pengusaha (mudharib). Skema pembiayaansemacam ini disebut dengan
mudharanah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikanuntuk
jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik
dengan nisbahyang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah
mengembalikan jumlah dana tersebutbeserta porsi bagi hasil (yang
belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.
1. Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)Pembiayaan ini pada
umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbulakibat
terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash inflow dan cash
outflow padaper-usahaan nasabah. Fasilitas yang biasanya diberikan
oleh bank konvensional adalahfasilitas cerukan (overdraft
facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening koran.
Ataspemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa
bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam
fasilitas tersebut.Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam
itu dalam bentuk qardh timbal balikatau yang disebut compensating
balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus membukarekening giro,
dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila
nasabahmangalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana
melebihi saldo yang tersediasehingga menjadi negatif sampai
maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atasfasilitas ini, bank
tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas
biayaadministrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
2. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)Kebutuhan pembiayaan
ini timbul pada perusahaan yang men-jual barangnya dengankredit,
tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal
kerja yangdimilikinya. Bank konvensional biasanya memberikan
fasilitas berupa:
a. Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)Bank memberikan
pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan danakarena
masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu bank meminta cessie
atas
-
tagihan nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah ber-kewajiban
untuk menagihsendiri piutangnya. Tetapi, bila bank merasa perlu,
dengan menggunakan cessietersebut bank berhak untuk menagih
langsung kepada pihak yang berhutang. Hasilpenagihan tersebut
pertama-tama diguna-kan untuk membayar kembali pinjamannasabah
berikut bunganya, dan selebihnya dikreditkan ke rekening nasabah.
Bilaternyata piutang tersebut tidak tertagih, maka nasabah wajib
membayar kembalipinjaman tersebut berikut bunganya kepada bank.
b. Anjak Piutang (Factoring)Fasilitas ini diberikan oleh bank
dalam bentuk peng-ambilalihan piutang nasabah.Untuk keperluan
tersebut nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diaksep
olehpihak yang berhutang, atau promissory notes (promes) yang
diterbitkan oleh pihakyang berhutang, kemudian di-endors oleh
nasabah. Draf atau promes tersebut laludibeli oleh bank dengan
diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakatiuntuk
jangka waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut. Bila pada
saat jatuhtempo draf atau promes tersebut ternyata tidak tertagih,
maka nasabah wajibmembayar kepada bank sebesar nilai nominal draf
tersebut.Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang se-perti
tersebut di atas hanyadapat dilakukan dalam bentuk al qardh di mana
bank tidak boleh meminta imbalan,kecuali biaya administrasi. Untuk
kasus anjak piutang, bank dapat memberikanfasilitas
pengambil-alihah piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Tetapi untuk
fasilitasini pun bank tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali
biaya layanan atau biayaadministrasi dan biaya penagihan. Dengan
demikian, bank syariah meminjamkanuang (qardh) sebesar piutang yang
tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih ataupromes) yang
diserahkan kepada bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila
ternyatapada saat jatuh tempo hasil tagihan itu digunakan untuk
melunasi hutang nasabahkepada bank. Tetapi bila ternyata piutang
tersebut tidak ditagih, maka nasabah harusmembayar kembali
hutangnya itu kepada bank. Selain itu, sebagian ulamamemberikan
jalan keluar berupa pembelian surat hutang (bai al dayn),
tetapisebagian ulama melarangnya .
-
3. Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)Pada bank
konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang
dipergunakanuntuk mendanai pengadaan persediaan (inventory
financing). Pola pembiayaan ini padaprinsipnya sama dengan kredit
untuk mendanai komponen modal kerja lainnya, yaitumemberikan
pinjaman dengan bunga.Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri
untuk me-menuhi kebutuhan pendanaanpersediaan tersebut, yaitu
antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli (al bai)dalam dua
tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier secara
tunai)barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank
menjual kepadanasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan
mengambil keun-tungan yangdisepakati bersama, antara bank dengan
nasabah. Ada beberapa skema jual-beli yangdipergunakan untuk
meng-approach kebutuhan tersebut yaitu:
a. Bai al Murabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya
pengadaan bahanbaku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan
baku tersebut akan menjadibarang setengah jadi, kemudian menjadi
barang jadi yang siap untuk dijual. Bilabarang jadi itu dijual
dengan kredit, ia berubah menjadi piutang, dan melalui
prosescollection akan berubah menjadi kas kembali.Pembiayaan ini
juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya membutuhkan
danauntuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu,
biaya prosesproduksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja,
biaya pengepakan, biaya distribusi,serta biaya-biaya lainnya dapat
ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan lamanyaperputaran modal
kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku,
sampaiterjualnya hasil produksi, dan hasil penjualan diterima dalam
bentuk tunai (cash).
b. Bai al IstishnaBila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk
proses produksi sampaimenghasilkan barang jadi, bank dapat
memberikan fasilitas bai al istishna. Melalui
fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang
disepakati keduabelah pihak (biasanya sebesar biaya pro-duksi
ditambah keuntungan bagi produsen,
-
tetapi lebih rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di
muka secara bertahap,sesuai dengan tahap-tahap proses produksi.
Setiap selesai satu tahap, bank menelitispesifikasi dan kualitas
work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaranuntuk proses
tahap berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi
tersebuthingga berupa bahan jadi. Dengan demikian, kewajiban dan
tanggung jawabpengusaha adalah keberhasilan proses produksi
tersebut sampai menghasilkan barangjadi sesuai dengan kuantitas dan
kualitas yang telah diperjanjikan. Bila produksigagal, pengusaha
berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara memproduksi
lagiataupun dengan cara membeli dari pihak lain.Setelah barang
selesai, maka produk tersebut statusnya menjadi milik bank.
Tentusaja bank tidak bermaksud membeli barang itu untuk dimiliki,
melainkan untuksegera dijual kembali dengan mengambil keuntungan.
Pada saat yang kurang lebihbersamaan dengan proses pemberian
fasilitas bai al istishna tersebut, bank juga te-lah mencari
potential purchaser dari produk yang dipesan oleh bank tersebut.
Dalampraktiknya, potential buyer tersebut telah diperoleh nasabah.
Kombinasi pembeliandari nasabah produsen dan penjualan kepada pihak
pem-beli itu menghasilkan skemapembiayaan berupa istishna paralel
atau istishnawal murabahah, dan bila hasil
produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi istishna wal
ijarah. Bank
memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (istishna) dengan
harga jual(murabahah atau dari hasil sewa (ijarah).
c. Bai as Salam
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti
produksi pertanian, bankdapat memberikan fasili-tas bai al salam.
Melalui fasilitas ini bank melakukanpemesanan barang kepada nasabah
dengan pembayaran di muka secara sekaligus, dannasabah berkewajiban
men-deliver barang tersebut pada tanggal yang disepakatidalam
kontrak. Pada waktu yang bersamaan bank dapat mencari pembeli atas
produktersebut. Kombinasi ini disebut salam paralel.Bila produksi
itu dilakukan secara terus-menerus dan perputaran modal kerja
tersebuttelah sedemikian secepatnya sehingga nasabah memerlukan
pembiayaan modal kerjasecara evergreen, maka skema pembiayaan yang
paling tepat adalah al mudharabah.
-
4. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangana. Perdagangan
Umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilaku-kan dengan
target pembeli siapasaja yang datang membeli barang-barang yang
telah disediakan di tempat penjual,baik pedagang eceran (retailer)
maupun pedagang besar (whole seller). Padaumumnya perputaran modal
kerja (working capital turnover) perdagangan semacamini sangat
tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah persediaan
yangcukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah
persediaan yang ada atautelah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan
modal kerja perdagangan jenis ini skemayang paling tepat adalah
skema mudharabah.
b. Perdagangan Berdasarkan PesananPerdagangan ini biasanya tidak
dilakukan atau diselesai-kan di tempat penjual, yaituseperti
perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau
perdaganganantarnegara. Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang
yang dibutuhkan kepadapenjual berdasarkan contoh barang atau daftar
barang serta harga yang ditawarkan.Biasanya pembeli hanya akan
membayar apabila barang-barang yang dipesan telahditerimanya. Hal
ini untuk menghindari kemungkinan risiko akibat
ketidakmampuanpenjual memenuhi pesanan, atau ketidaksesuaian jumlah
dan kualitas barang yangdikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud
dalam surat penawaran ataupemesanan.
Berdasarkan pesanan itu penjual lalu mengumpulkan barang-barang
yang diminta,dengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen
maupun dari pedaganglainnya. Setelah terkumpul, barulah dikirimkan
kepada pembeli sesuai pesanan.Apabila barang telah dikirim, maka
penjual juga menghadapi kemungkinan risikotidak dibayarnya barang
yang dikirimnya itu. Untuk mengatasi permasalahan yangdihadapi
kedua belah pihak, bank konvensional telah memberikan jalan
keluarnya,yaitu fasilitas letter of credit (L/C). Bank syariah
telah dapat mengadopsi mekanismeL/C itu dengan meng-gunakan skema
al wakalah, al musyarakah, al mudha-rabah,
-
ataupun al murabahah. Dalam hal al wakalah, bank syariah hanya
memperolehpendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya.
B. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk
keperluan investasi, yaitukeperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirianproyek
baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
1. Untuk pengadaan barang-barang modal;2. Mempunyai perencanaan
alokasi dana yang matang dan terarah;3. Berjangka waktu menengah
dan panjang
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar
danpengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun
proyeksi arus kas (projected cashflow) yang mencakup semua komponen
biaya dan pendapatan sehinga akan dapat diketahuiberapa dana yang
tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah
disusun jadwalamortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran
kembali) pembiayaan.
Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan
perkiraan keadaan-keadaanpada masa yang akan datang, me-ngingat
pembiayaan investasi memerlukan waktu yang cukuppanjang. Untuk
memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi
neracadan rugi laba (projected balance sheet and projected income
statement) selama jangka waktupem-biayaan. Dari perkiraan itu akan
diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkanlaba (earning
power) dan kemampuan per-usahaan untuk memenuhi kewajibannya
(solvency).Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau,
maka untuk pembiayaan investasi banksyariah menggunakan skema
musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank memberikanpembiayaan
dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaannya,dan pemilik perusahaan akan mengam-bil alih kembali,
baik dengan menggunakan surplus cashflow yang tercipta maupun
dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegangsaham
yang ada ataupun dengan mengundang pemegang saham baru.
-
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al
ijarah al muntahiabittamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan
opsi diakhiri dengan pemilikan. Sumberperusahaan untuk pembayaran
sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang
bersangkutan,surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diper-oleh
perusahaan.
C. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk
memenuhi kebutuhankonsumsi dan akan habis dipakai untuk me-menuhi
kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsidapat dibedakan atas
kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhanprimer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman, pakaian, dantempat tinggal, maupun berupa jasa,
seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Sedangkankebutuhan
sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuan-titatif maupun
kualitatif lebihtingi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik
berupa barang, seperti makanan danminuman, pakaian/ perhiasan,
bangunan rumah, kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa
jasaseperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan,
dan sebagainya.
Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk
pemenuhanbarang tertentu yang dapat disertai dengan bukti
kepemilikan yang sah, seperti rumah dankendaraan bermotor, yang
kemudian menjadi barang jaminan utama (main collateral).Sedangkan
untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang
lain yangdapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali
atas pembiayaan tersebut berasaldari sumber pendapatan lain, dan
bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk
pemenuhan kebutuhanbarang konsumsi dengan menggunakan skema:
1. Al bai bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau
jual-beli dengan angsuran2. Al ijarah al muntahia bit tamlik atau
sewa beli3. Al musyarakah mutanaqhishah atau descreasing
participation, di mana secara
bertahap bank menurunkan jumlah partisipa-sinya4. Ar Rahn untuk
memenuhi kebutuhan jasa.
-
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk
pemenuhan kebutuhansekunder. Sedangkan kebutuhan primer pada
umumnya tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaankomersil. Seseorang
yang belum mampu memenuhi kebutuhan pokoknya tergolong fakir
ataumiskin, dan oleh karena itu ia wajib diberikan zakat atau
shadaqah, atau maksimal diberikanpinjaman kebajikan (al qardh al
hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalianpinjaman
pokoknya saja, tanpa imbalan apa pun.
-
BAB 3KESIMPULAN
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan(penyimpanan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya). Prinsipsyariah yang dipakai sebagai
landasan operasional Bank Syariah diantaranya: Bebas daribunga
(riba), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif (judi:
maysir), bebas dari hal-hal meragukan (gharar), bebas dari hal-hal
rusak (batil). Prinsip dasar kegiatan usahabank, yaitu:
1. Prinsip Titipan (al-wadiah)Wadiah yad amanah (trustee
depository), dan wadiah yad dhomanah(guarantee depository)
2. Al-MudharabahMuthlaqah (cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi) dan muqayyadah(dimana mudharib memberikan batasan kepada
shahibul maal mengenaitempat, cara dan obyek investasi)
g. Al-Musyarakah
h. Prinsip Jual Beli (al-tijarah)Al-Murabahah, Salam dan
Istishna
5.Prinsip Sewa (al-ijarah)a. Ijarah (sewa murni)b. Ijarah al
muntahiya bit tamlik
6. Prinsip Jasa (fee based service)Al-Wakalah, Al-Kafalah,
Al-Hawalah, Rahn, dan al-Qardh
Sistem Pembiayaan pada bank syariah :1. Sistem pembiayaan pada
bank syariah memposisikan debitor (nasabah) dan kreditor
(bank) pada posisi sejajar atau kemitraan, dimana kedua pihak
saling bersepakat danrisiko ditanggung bersama.
-
2. Bank membebaskan debitor dari beban bunga (interest) yang
harus dibayar walaupundalam kondisi merugi.
3. Sebagai ganti dari bunga, bank menetapkan ongkos pelayanan
yang nilaimaksimumnya ditetapkan oleh lembaga yang berwenang
(pemerintah).
4. Untuk kalangan pengusaha kecil, bank dapat memberikan
pinjaman tanpa bunga danongkos pelayanan. Debitor cukup
mengembalikan pinjaman pokok dalam kurunwaktu tertentu