MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL KELAS A.1 / V OLEH DIAH FITRIANI 017 STYC 13 YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PRODI S1 KEPERAWATAN MATARAM 2015
MAKALAH
SISTEM MUSKULOSKELETAL
KELAS A.1 / V
OLEH
DIAH FITRIANI017 STYC 13
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Muskuloskeletal
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Terima kasih kepada bapak Zulkarnain selaku dosen mata kuliah Sistem
Muskuloskeletal yang telah memberikan tugas ini, penulis berharap kritik dan saran untuk
perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya, sekiranya dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................KATA PENGANTAR .....................................................DAFTAR ISI ...............................................................BAB I PENDAHULUAN ................................................
1.1Latar Belakang ..............................................................................
1.2Rumusan Masalah .........................................................................
1.3Tujuan Penulisan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................2.1Anatomi dan Fisiologi Sistem Kerangka Manusia .....2.2Pengkajian Umum Pada Sistem Muskuloskeletal ...................2.3Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Muskuloskeletal2.4Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem Muskuloskeletal2.5Adaptasi Fisiologis Pada Masa Kehamilan2.6Perubahan Struktur dan Fungsi Sistem Muskuloskeletal Pada
NeonatalBAB III PENUTUP .......................................................
3.1Kesimpulan ..............................................................3.2Saran .......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep gerak tidak hanya diartikan sebagai perpindahan tempat saja akan tetapi
gerakan dari bagian-bagian tubuh disebut juga sebagai suatu gerakan. Contohnya, pada
saat kita menulis, kita tidak berpindah tempat hanyatangan kita saja yang bergerak. Pada
saat kita menulus, kita dikatakan juga sedang bergerak.
Manusia bergerak berpindah tempat atau hanya menggerakkan bagian tubuhnya
saja sesuai dengan keinginananya. Gerakan tubuh manusia terjadi karena adanya
kerjasama anatar tulang danotot. Tulang tidak mempunyai kemampuan untuk
menggerakkan dirinya, oleh karena itu tulang disebut sebagai alat gerak pasif. Sednagkan
otot mempunyai kemmapuan untuk berkontraksi dan berelaksasi sehingga dapat
menggerakkan tulang, oleh karena itu otot disebut sebagai alat gerak pasif.
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)
dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem
muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-
organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-
paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang
kostae (iga).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi kerangka manusia? 2. Bagaimana pengkajian umum pada sistem muskuloskeletal?
3. Bagaimana Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Muskuloskeletal?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada sistem muskuloskeletal?5. Bagaimana adaptasi fisiologis pada masa kehamilan?6. Bagaimana perubahan struktur dan fungsi sistem muskuloskeletal
pada neonatal?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang sistem rangka manusia bagi penyusun
dan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Kerangka Manusia
a. Bagian-Bagian Rangka
Bayi yang baru lahir mempunyai lebih dari 300 bagian tulang, tetapi kebanyakan adalah tulang dewasa. Jumlah tulang pada manusia dewasa menjadi tinggal 206 tulang keras. Tulang manusia dewasa terbentuk dari sel hidup yang dikelilingi oleh mineral dan zat lentur yang disebut kolagen. Rangka manusia dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Rangka Kepala (Tengkorak) Rangka kepala dikenal dengan nama tengkorak. Rangka tulang kepala berbentuk bulat, disusun oleh tulang-tulang yang berbentuk pipih. Tulang-tulang ini bersatu membentuk sendi tetapi tidak dapat digerakkan. Tulangnya keras yang berguna untuk melindungi otak. Otak merupakan bagian tubuh manusia yang amat penting dan sangat lunak. Rangka kepala (tengkorak) meliputi tulang-tulang pelindung otak dan tulang tengkorak wajah. Nama-nama tulang pelindung otak yaitu meliputi; 1 tulang dahi, 1 tulang belakang kepala, 2 tulang pelipis, 2 tulang ubun-ubun, 2 tulang baji, dan 2 tulang tapis.
2) Rangka Badan Rangka badan tersusun mulai dari tulang leher sampai tulang ekor. Tulang leher dibentuk oleh tujuh (7) ruas tulang. Tulang leher bersambungan dengan tulang punggung hingga tulang ekor. Tulang punggung hingga tulang ekor dibentuk oleh 26 ruas tulang. Jadi, jumlah ruas tulang leher sampai tulang ekor adalah 33 ruas tulang. Tiga puluh tiga tulang ini disebut juga tulang belakang.
Pada bagian depan, tulang-tulang rusuk melekat ke tulang dada. Tulang rusuk terdiri atas 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, dan 2 pasang tulang rusuk melayang. Tulang dada terdiri atas tiga bagian, yaitu tangkai atau hulu, badan, dan taju pedang. Tulang rusuk dan tulang dada membentuk tulang dada.
Di atas rongga dada terdapat rangka bahu. Bahu dibentuk oleh tulang selangka dan tulang belikat.
Di badan bagian bawah terdapat rangka panggul (gelang panggul). Gelang panggul (pinggul) dibentuk oleh tulang pinggul dan tulang kemaluan.
3) Rangka Anggota Gerak Rangka anggota gerak terdiri dari anggota gerak atas dan anggota gerak bawah. Anggota gerak atas disebut juga dengan lengan (tangan). Anggota gerak bawah disebut juga kaki. Rangka lengan dibentuk oleh tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang pergelangan tangan, telapak tangan, dan tulang jari tangan.
Rangka anggota gerak bawah (kaki) dibentuk oleh tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang betis, tulang kering, tulang pergelangan kaki, tulang telapak kaki, dan tulang jari kaki. Tulang manusia yang terbesar adalah tulang paha.
b. Fungsi Rangka Satu bagian tubuh manusia berhubungan dengan bagian tubuh lainnya. Bagian tubuh yang satu mendukung kerja bagian tubuh yang lain. Fungsi rangka manusia berkaitan erat dengan bagian tubuh yang lain.
1. Tulang-tulang rangka kepala Tulang rangka kepala (tengkorak) berfungsi untuk melindungi organ penting yang ada di bagian kepala, antara lain otak. Apabila kepala terbentur maka otak akan terlindung dari kerusakan karena ada tulang tengkorak.
2. Tulang-tulang rangka badan
Susunan tulang yang disebut dengan bagian rangka badan pada rangka manusia ialah mulai dari leher sampai dengan panggul. Tulang rangka badan terdiri atas:
a) Tulang leher Tulang leher berfungsi untuk menopang kepala sehingga dapat berdiri tegak. Selain itu tulang leher juga berfungsi untuk melindungi tenggorokan, kerongkongan dan pita suara. Disamping itu susunan tulang leher memiliki bentuk yang sedemikian rupa sehingga kepala dapat bergerak dengan baik.
b) Tulang dada dan tulang rusuk Tulang dada dan tulang rusuk berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di bagian dada, seperti jantung dan paru-paru. Dengan adanya tulang rusuk dan tulang dada, organ-organ penting manusia dapat terlindungi.
c) Tulang punggung Tulang punggung berfungsi untuk melindungi sum-sum tulang belakang. Sumsum tulang belakang banyak mengandung sel-sel saraf. Sel-sel tersebut terhubung langsung ke otak dan seluruh tubuh. Selain itu, tulang punggung berfungsi sebagai penopang anggota tubuh bagian atas.
d) Tulang panggul Tulang panggul berfungsi sebagai penyambung antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah. Tulang panggul juga berfungsi sebagai penyangga organ dalam bagian perut. Organ tersebut antara lain usus halus dan usus besar.
3. Tulang rangka anggota gerak Tulang rangka anggota gerak berfungsi agar seluruh badan dapat bergerak. Sebagian besar pekerjaan dan kegiatan dilakukan oleh lengan dan tungkai.
c. Jenis TulangBerdasarkan jenisnya, tulang dibagi menjadi dua yaitu tulang rawan (kartilago) dan tulang keras (osteron).
1. Tulang rawan (kartilago)Tulang rawan adalah tulang yang lunak. Tulang rawan dibentuk oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) dan bahan dasar (matriks). Diantara tulang rawan terdapat banyak zat perekat (kolagen) dan sedikit zat kapur sehingga tulang rawan bersifat lentur dan elastis. Cth: tulang daun telinga, tulang hidung, rangka fetus. Tulang rawan dibagi menjadi tiga yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang rawan fibrosa.
Tulang rawan hialinTulang rawan hialin bersifat halus, lentur, transparan dan memiliki matriks yang homogen. Tulang rawan ini terdapat pada permukaan persendian serta dinding trakea.
Tulang rawan elastisTulang rawan elastis bersifat lentur dan matriks memiliki serabut elastis yang bercabang-cabang. Tulang rawan elastis terdapat pada ujung hidung dan daun telinga.
Tulang rawan fibrosaTulang rawan fibrosa bersifat kurang lentur dan matriks mengandung banyak serabut-serabut kolagen. Terdapat di antara ruas-ruas tulang belakang dan tulang rawan pada lutut.
2. Tulang Keras (Osteon)Matriks tulang yang rapat dan padat akan membentuk tulang keras. Tulang keras berasal dari tulang rawan. Bagian dalam dari tulang berisi sum-sum tulang. Berdasarkan bentuknya tulang keras dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu tulang pendek, tulang pipih dan tulang pipa.
Tulang pendekTulang pendek berbentuk silinder kecil. Cth: ruas-ruas tulang belakang, tulang pergelangan kaki dan tulang pergelangan tangan. Tulang pendek memiliki fungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel darah. Tulang ini memiliki ukuran tulang yang pendek. Di dalamnya
hanya terdapat rongga-rongga kecil berisi sumsum merah. Tulang-tulang yang termasuk tulang pendek antara lain tulang belakang, tulang pergelangan tangan, dan tulang pergelangan kaki.
Tulang pipihTulang pipih berbentuk pipih dan lebar. Cth: tulang dada, tempurung kepala, tulang rusuk, tulang belikat. Tulang ini berbentuk pipih. Sama halnya dengan tulang pendek, tulang pipih berfungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel darah. Hal ini disebabkan dalam tulang pipih terdapat rongga- rongga kecil yang berisi sumsum merah. Tulang yang termasuk ke dalam tulang pipih, antara lain tulang rusuk, tulang dada, dan tulang tengkorak kepala
-Tulang pipaTulang pipa berbentuk panjang seperti pipa. Cth: tulang paha, tulang betis, tulang lengan atas. Tulang pipa adalah tulang yang memiliki bentuk seperti pipa. Disebut seperti pipa karena tulang ini memiliki bentuk utama seperti tabung dan berongga. Rongga pada tulang pipa berisi sumsum kuning. Sumsum kuning ini banyak mengandung lemak. Sumsum kuning dapat berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada ujung-ujung tulang pipa yang mengembung, di dalamnya terdapat rongga-rongga kecil yang berisi sumsum merah. Sumsum merah ini berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah
. Namun, pada umunya tulang memiliki fungsi yaitu : 1. Menguatkan dan menegakkan tubuh 2. Menentukan bentuk tubuh 3. Tempat melekatnya otot 4. Melindungi bagian tubuh yang penting dan halus 5. Sebagai tempat pembentukan sel-sel darah 6. Sebagai alat gerak pasif
d. Hubungan AntartulangHubungan antartulang disebut artikulasi. Hubungan antartulang yang memungkinkan pergerakan disebut persendian. Berdasarkan dapat dan tidaknya digerakkan, dibedakan atas diartrosis, amfiartrosis dan sinartrosis.
1. DiartrosisHubungan antartulang yang dapat digerakkan dengan bebas. Diartrosis memudahkan tulang untuk bergerak karena adanya struktur tertentu dan juga dimungkinkan adanya bentuk-bentuk tertentu dari ujung-ujung tulang yang berhubungan. Memiliki struktur yang terdiri dari bonggol sendi, tulang rawan sendi dan mangkok sendi. Berdasarkan arah geraknya, diartrosis terdiri dari lima macam yaitu sendi peluru, sendi engsel, sendi putar, sendi pelana dan sendi geser.
a) Sendi peluruBentuk hubungan dua tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan ke segala arah.
Sendi peluru adalah sendi yang memungkinkan gerakan ke semua arah. Hal tersebut dapat terjadi karena tulang yang satu dapat berputar pada tulang lainnya. Pada sendi peluru terjadi pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola dengan tulang berbentuk mangkuk.
Contohnya, sendi pada ruas tulang leher yang paling atas, sendi pada bahu yang menghubungkan tulang lengan atas dengan tulang gelang bahu, serta sendi pada panggul yang menghubungkan tulang paha dan tulang gelang panggul.
b) Sendi engselBentuk hubungan dua tulang yang hanya memungkinkan gerak ke satu arah.Sendi engsel adalah sendi yang hanya dapat digerakkan ke satu arah seperti engsel jendela atau pintu. Contoh sendi engsel adalah sendi pada siku yang menghubungkan tulang lengan atas dan lengan bawah, sendi pada lutut yang menghubungkan tulang paha dan tulang kaki bawah, serta sendi pada ruas jari tangan dan ruas jari kaki.
c) Sendi putarBentuk hubungan dua tulang yang memungkinkan tulang yang satu bergerak mengitari ujung tulang yang lain sehingga terjadi gerak rotasi (memutar).
Sendi putar adalah persendian tempat tulang yang satu berputar mengelilingi tulang lainnya yang bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada hubungan antara tulang atlas (tulang leher yang pertama) dan tulang tengkorak. Tulang atlas masuk ke dalam lubang yang terdapat pada tulang tengkorak.
d) Sendi pelanaBentuk hubungan dua tulang dan kedua ujung tulang berbentuk pelana kuda.Sendi pelana adalah sendi yang bergerak kedua arah, yaitu ke samping dan ke depan. Contohnya, sendi antara tulang telapak tangan dan pangkal ibu jari.
e) Sendi geserBentuk hubungan dua tulang yang memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.Sendi geser adalah persendian yang tempatnya tepat ujung tulang yang satu menggeser ke ujung tulang yang lain. Sendi geser hanya memungkinkan sedikit gerakan. Sendi geser
dijumpai pada tulang hasta dan tulang pengumpil.
2. AmfiartrosisHubungan antartulang yang memungkinkan terjadinya gerak yang sangat terbatas. Penghubung antartulang pada amfiartrosis adalah tulang rawan.
3. SinartrosisHubungan antartulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Ujung-ujung tulang yang berhubungan diperstaukan oleh serabut jaringan ikat dan mengalami osifikasi sehingga tidak dapat digerakkan.
2.2 Pengkajian Umum Pada Sistem Muskuloskeletal
1. Pengkajian fisik
Pengkajian keperawatan terutama merupakan evaluasi fungsional. Tehnik inspeksi dan
palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang , postur , fungsi sendi, kekuatan otot,
cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dasar pengkajian adalah perbandingan simetrisitas bagian tubuh. Kedalaman pengkajian
bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang
ditemukan pemeriksa yang memerlukan eksplorasi lebih jauh.
2. Mengkaji Skelet Tubuh
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformiatas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi, dan bagian
tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menunjukkan patah tulang. Bisa teraba
krepitus (suara berderik)pada titik gerakan abnormal. Gerakkan tulang abnormal. gerakan
fragmen harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut.
3. Mengkaji Tulang Belakang
Karvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang
leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan
meliputi scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang ) Kifosis (kenaikan kurvatura
tulang belakang bagian dada ) Lordosis (membebek. Lordosis biasa dijumpai saat kehamilan
karena penderita berusaha menyesuaikan posturnya akibat perubahan pusat gaya besarnya.
Pad saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan seluruh
punggung,bokong dan tungkai. pemeriksa memeriksa kurvatura tulang belakang dn simetris
batang tubuh dari pandngan anterior, posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien.
4. Mengkaji sistem persendian
a. Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas,
dan adnya benjolan. Luas gerakan dievaluasi baik secara aktif (sendi digerakkan oleh
otot disekitar sendi) maupun pasif (sendi digerakkan oleh pemeriksa).
b. Pengukuran yang tepat terhadap luas gerakan dapat dilakukan dengan goniemeter
(suatu busur derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi).
c. Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformiatas skeletal, patologi
sendi, atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.
d. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka harus diperiksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan, dan peningkatan
suhu yang mencerminkan adanya inflamasi aktif. Kita mencurigai adanya efusi bila
sendi tampak membengkak ukurannya dan tonjolan tulangnya menjadi samar. Tempat
yang paling sering terjadi efusi adalah di lutut. Bila hanya ada sedikit cairan di rongga
sendi di bawah tempurung lutut, dapat diketahui dengan manuver berikut: aspek
lateral dan medial lutut dalam keadaan ekstensi diurut dengan kuat kearah bawah.
Gerakan tersebut akan menggerakkan setiap cairan ke bawah. Begitu ada teakanan
dari sisi lateral dan medial, pemeriksa akan melihat di sisi lain adanya benjolan di
bawah tempurung lutut. Bila terdapat cairan dalam jumlah banyak, tempurung lutut
akan terangkat ke atas dari femur disaat ekstensi lutut. Bila dicurigai adanya inflamasi
atau cairan dalam sendi, perlu dilakukan konsultasi dengan dokter.
e. Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
dislokasi (lepasnya permukaan sendi)), subluksasi (lepasnya sebagia permukaan
sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi. Kelemahan atau putusnya struktur
penyangga sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi seperti
yang diharaapakan, sehingga memerlukan alat penyokong disternal (mis. Brace).
f. Palpasi sendi sementara sendi digerakan secara pasif akan memberikan informasi
mengenai integritas sendi. Normalnya sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk
dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang.
Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya
krepitus karena permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain.
g. Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Reumatoid arthritis, gout, dan
osteoartritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan dibawah kulit pada
rheumatoid arthritis lunak dan terdapat didalam dan sepanjang tendon yang
memberikan fungsi ekstensi pada sendi. Biasanya,keterlibatan sendi mempunyai pola
yang simetris. Benjolan pada gout keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul
sendi itu sendiri. Kadang mengalami ruptur, mengeluarkan kristal asam urat putih
kepermukaan kulit. Benjolan osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan
pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam
kapsul sendi. Biasanya ditemukan pada lansia
h. Kadang ukuran sendi menonjol akibat atrofi otot di proksimal dan distal sendi. Sering
terlihat pad rheumatoid arthritis sendi lutut, Dimana otot kuadrisep dapat mengalami
atrofi secara dramatis. Biasanya sendi dijaga tidak bergerak untuk menghindari rasa
nyeri, dan otot-otot yang memberikan fungsi sendi akan mengalami artrofi karena
disuse.
5. Mengkaji Sistem Otot
a. Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan
otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
b. Lingkar estremitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran akibat adanya
edema atau perdarahan kedalam otot; juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi
pengurangan ukuran akibat artrofi.
6. Mengkaji cara berjalan
a. Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai
beberapa jauh. Pemeriksa memperhatikan cara berjalan mengenai kehalusan dan
iramanya. Setiap adanya gerakan yang tidak teratur dan ireguler(biasanya terlihat
pada pasien lansia)dianggap tak normal. Bila terlihat pincang, kebanyakan disebabkan
oleh nyeri akibat menyangga beban tubuh. Pada kasus seperti ini pasien biasanya
mampu menunjukkan dengan
b. Keterbatasan gerak sendi dapat mempengaruhi cara berjalan.Berbagai kondisi
neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan
spastik hemiparesis-strok,cara berjalan selangkah-selangkah-penyakit lower motor
neuron;cara berjalan bergetar Parkinson).
7. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
a. Sebagai tambahan pengkajian muskuloskeletal, perawat harus melakukan inspeksi
kulit dan melakukan pengkajian sirkulasi perifer.
b. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari
lainnya dan adanya edema.
c. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut nadi perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler. adanya luka, memar, perubahan warna kulit dan tanda
penurunan sirkulasi perifer atau infeksi dapat mempengaruhi penatalaksanaan
keperawatan.
2.3 Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Muskuloskeletal
1. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi umum tubuh akan memperlihatkan ukuran, setiap tanda deformitas, asimetri,
pembengkakan, edema, memar, atau luka di kulit.
b. Dengan mengobservasi postur, gerakan, dan cara berjalan pasien akan diperoleh data
menegnai perubahan mobilitas pasien dan adanya rasa nyeri dan ketidaknyamanan
atau gerakan involunter (fasikulasi atau kedutan).
2. Data Pengkajian Subyektif
Selama wawancara dan pengkajian fisik, pasien mungkin melaporkan adanya nyeri, nyeri
tekan, dan pengenderaan yang tak normal. Informasi ini harus dikaji dan di dokumentasikan.
3. Nyeri
Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam, tumpul yang bersifat
membosankan, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai pegal atau nyeri dan sering
digambarkan sebagai “kram otot”. Nyeri faktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan
dengan imobilitasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot
atau penekanan pada saraf sensoris.
4. Perubahan penginderaan
Gangguan sensoris sering berhubungan dengan masalah muskuloskeletal. Pasien mungkin
menyatakan menggalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan
tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaran darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur tersebut dapat
menggangu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat gangguan struktur saraf dan
peredaran darah yang terletak sepanjang sistem muskuloskeletal.
2.4 Pemerksaan Diagnostik Pada Sistem Muskuloskeletal
1. Pemeriksaan Khusus
a. Sinar-x
sinar-x tulang menggambarkan kepadatan tulang ,tekstur,erosi dan perubahan tulang.sinar-X
multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar X
kortex tulang menunjukkan adannya pelebaran , penyempitan , dan tanda iregularitas. sinar X
sendi dapat menunjukkan adannya cairan , iregularitas, spur, penyempitan , dan dan
perubahan struktur sendi.
b. Computed tomography (CT sean)
menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor
jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi (mis. Asetabulum). Pemeriksaan bisa
dilakukan dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
c. Magnetic resonance imaging (MRI)
adalah teknik pencitraan khusus, noninvasive yang menggunakan medan magnet, gelombang
radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis. Tumor atau penyempitan
jalur jatingan lunak melalui tulang) jaringan lunak seperti otot, tendon dan tulang rawang.
Karena yang digunakan elektro magnet, pasien yang mengenakan implan logam, braces atau
pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus dilepas pasien yang
menderita klaustrofobia biasannya tak mampu menghadapi ruangan tertutup ruangan MRI
tanpa penenang.
d. Angiografi
o adalah pemeriksaan struktur faskuler. Angiografi adalah pemeriksaan sistim arteri. Suatu
badan kontras radiopaque diinjeksikan dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar - X serial
sistim arteri yang dipasok oleh arteri tersebut
o prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perpusi arteri dan bisa digunakan untuk
tingkat amputasi yang dilakukan.
o Setelah dilakukan prosedur ini, pasien dibiarkan berbaring selama 12 sampai 24 jam untuk
mencegah perdarahan pada tempat penusukan arteri.
o Perawat memantau tanda vital, tempat penusukkan untuk melihat adannya pembengkakan,
perdarahan, dan hematoma : dan ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah
sirkulasinya adekuat.
e. Digital subtrstion angiografi (DSA)
mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistim arterial melalui kateter
vena.
f. Venogram
Adalah pemeriksaan sistim vena yang sering digunakan untuk mendeteksi trombosis vena.
g. Mielografi
penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subaratnoid spinalis lumbal , dilakukan untuk
melihat adanya herniasi diskus, stenosis final (penyenpitan kanalis finalis) atau tempat
adanya tumor.
h. Diskografi
o adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam rongga sendi untuk melihat struktur
jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara itu
diambil Gambar sinar-X serial.
o Artogram sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul
sendi atau ligamen penjangga lutut, bahu, tumit, panggul dan pergelangan tangan.
o Setelah dilakukan arttrogram biasanya sendi diimobilisasi selama 12 sampai 24 jam dan diberi
balut tekan elastis. Diberikan usaha untuk meningkatkan rasa nyaman sesuai kebutuhan.
2. Pemeriksaan Lain a. Atrosentesis (aspirisasi sendi)
o dilakukan untuk memperoleh cairan sinofial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
menghilangkan nyeri akibat efusi .
o Normalnya cairan sinofial jernih, pucat berwarna seperti jerami dan volumenya sedikit.
o Pemeriksaan cairan sinopial sangat berguna untuk mendiagnosisi rheumatoid arttritis dan
arttrofi implamasi (perdarahan didalam rongga sendi), yang mengarahkan ke trauma atau
kecendrungan perdarahan.
b. Atroskopi
o merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung kedalam sendi.
o prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi dalam kondisi steril. Jarum bore besar
dimasukkan dan sendi diregankan dengan salin.
o Secara umum, sendi tetap diekstensikan dan dielevasi untuk menggurangi pembengkakan.
o Pasien dianjurkan untuk membatasi aktifitas setelah prosedur. Fungsi neurofaskular dipantau.
o Analgesik dapat diberikan untuk memantau rasa tidak nyaman. Komplikasi jarang tetapi dapat
mencakup infeksi, hemartrosis, trombovlebitis, kaku sendi dan penyembuhan luka yang lama.
c. Termografi
mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit . kondisi implamasi seperti arthritis
dan infeksi , begitu pula neoplasma, harus dievaluasi . pemeriksaan serial dapat dilakukan
untuk mendokumentasi episode imflamasi dan respon pasien terhadap terapi pengobatan anti
implamasi .
d. Elektromiografi
o memberi informasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang mempersarafi
o tujuannya adalah untuk menentukan setiap abnormalitas fungsi unik motor end.
o Kompres hangat dapat mengurangi rasa tak nyaman setelah tindsakan ini.
e. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
adalah uji noninvasive untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan
atau tulang belakang.
f. Biopsi
o Dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot dan sinovium untuk
membantu menentukan penyakit tertentu.
o Tempat biopsy harus dipantau mengenai adanya edema, perdarahan , nyeri. Untuk mengontrol
edema dan perdarahan diberikan es dan analgetika untuk mengurangi rasa tak nyaman.
g. Pemindai tulang (skintigrafi tulang)
pemindai dilakukan 4 sampai 6 jam setelah isotop di injeksikan. Derajat ambilan nukrida
berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkata ambilan isotop tampak
penyakit primer tulang (osteosarkoma) penyakit tulang metastatik, penyakit imflamasi skelet
(osteomilitis) dan beberapa jenis patah tulang pasien dianjurkan meminum air banyak-banyak
. pemeriksaan radionuklida berikutnya tak boleh dilakukan dalam 1 atau 2 hari setelahnya.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin, hormon paratiroid (PTH), dan vitamin D ,kadar enzim serum
kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic – oxaloacetic transaminase (SGOT, aspartate
aminotransprase).
2.5 Adaptasi Fisiologis Pada Masa Kehamilan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan.
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesteron, dan elastin dalam kehamilan
menyebabkan keemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan persedian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan sebagai berikut : a) Peregangan otot-otot
b) Pelunakan ligamen-ligamen
Area yang paling dipengaruhi perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut : a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan)
b) Otot-otot abdominal (meregang keatas uterus hamil)
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian bermasalah yang potensional dikrenakan beban yang menekan kehamilan. Oleh karena itu, masalah portus merupakan hal biasa dalam kehamilan :a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah dimensi
tubuh dan pusat gravitasi.
b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar dalam membentur benda-benda
(menghasilkan memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu jatuh).
Perubahan sistem muskuloskeletal yang dirasakan pada ibu hamil hamil adalah sebagai berikut :
a. Trimester I Pada trimester ini tidak banyak perubahan pada musculoskeletal. Akibat
peningkatan kadar hormone estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan ligament juga meningkatkan tingkat jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya nomal apabila asupan nutrisinya khususnya produksi susu terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligament-ligament dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan/otot-otot pada pelvic. Bersamaan dangan membesarnya ukuran terus menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil. Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan.
b. Trimester II dan III.
Hormon progesteron dan hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat otot-otot. Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pubis melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang koksigis bergeser kearah belakang sendi punggul yang tidak stabil. Hal ini menyebablan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin membesar dalam adomen sehingga untuk mengompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita.
Lordosis progresif meurpakan gambaran yang khas pada kehamilan normal. Untuk mengompensasi posisi anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat grafitasi kebelakang pada tungkai bawah. Mobiltas sakroliaka, sakrokoksigeal, dan sendi pubis bertambah besar, serta menyebabkan rasa tidak nyaman dibawah punggung, khususnya pada akhir kehamilan. Selama trimester akhir, rasa perih, mati rasa, dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang disebabkan fleksi anterior leher dan merosotnya lingkar bahu sehingga menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus ( Crisp dan deFrancesco, 1964 ). Ligamen rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatkan tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut.
2.6 Perubahan Struktur Dan Fungsi Sistem Muskuloskeletal Pada Masa Neonatal
Pada waktu lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh
perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari Krista neuralis. Di
tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya lebardan dikenal sebagai ubun-
ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok adalah ubun-ubun besar(fontanella
anterior), yang terdapat pada tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis.
Sutura dan ubun-ubun memungkinkan tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu
proses yang disebut molase) selama proses persalinan.segera setelah lahir, tulang-tulang
membranosa bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak besar dan
bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah muka yang kecil.
Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam waktu yang cukup lama
setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus berlangsung setelah lahir dan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan otak. Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah
memiliki semua kapasitas tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia
dewasa. Pada beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat
memberikan informasi yang bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung
normal dan apakah tekanan di dalam normal.
a. Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut sekitar 30⁰ sampai 40⁰.
Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat
pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
b. Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur akan berkurang lebih dari 1
tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya meningkat menjadi internal
rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi semakin terlihat.
c. Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari 30⁰ sampai 40⁰ pada saat
lahir kemudian menjadi 10⁰ sampai 15⁰ pada adolesen awal dan puncak
perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak
terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak
akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna.
Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif
di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan
dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan
perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang
dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan
tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan
nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering
melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi
sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi
pinggulkongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu,
infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat,
rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian
substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada tiga macam jenis tulang yaitu tulang rawan
(kartilago), tulang keras dan pengikat sendi (ligamen). Dan secara garis besar tulang –
tulang penyusun rangka manusia terdiri dari 206 tulang.
Rangka apendikuler (anggota tubuh ) terdiri atas tiga kelompok besar yaitu tulang
tengkorak, tulang badan dan tulang anggota gerak. Tulang – tulang tengkorak tersusun
dari 21 tulang. Sedangkan tulang – tulang penyusun tulang badan berjumlah 33 tulang,
dan tulang – tulang penyusun tulang anggota gerak berjumlah 130 tulang.
Adapun pembagian tulang berdasarkan bentuknya yaitu tulang pipa atau tulang
panjang, tulang pipih dan tulang pendek
3.2 Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang penulis susun tersebut. Penulis
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada demi
penyusunan makalah selanjutnya
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu tentang sistem muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogperawatmuslimah.blogspot.co.id/
http://esterbutet.blogspot.com/2011/07/bahan-ajar.html
http://kknbergerakuntuk8f.wordpress.com/
http://mrbacokuttu.blogspot.co.id/2011/02/pengkajian-keperawatan-pada-sistem.html
http://niluhtridhanahermayanti.wordpress.com/
http://ulfidewi.blogspot.co.id/2015/04/adaptasi-fisiologis-pada-ibu-hamil.html