MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN BIOLOGI MEDIA KOMIK SEBAGAI KENDARAAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DALAM ILMU PENGETAHUAN (SAINS) DI SUSUN OLEH RIKE PANGESTIKA 121434061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN BIOLOGI
MEDIA KOMIK SEBAGAI KENDARAAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
DAN PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA DALAM ILMU PENGETAHUAN
(SAINS)
DI SUSUN OLEH
RIKE PANGESTIKA 121434061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Ciri khas pendidikan saat ini adalah adanya perubahan paradigma tentang pendidikan
itu sendiri. Pendidikan di sekolah tidak lagi cukup hanya dengan mengajar peserta didik
membaca, menulis, dan berhitung, kemudian lulus ujian, dan nantinya mendapatkan
pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik untuk mampu
memutuskan apa yang benar dan salah. Sekolah juga perlu membantu orang tua untuk
menemukan tujuan hidup setiap peserta didik. Di tengah-tengah perkembangan dunia yang
begitu cepat dan semakin kompleks dan canggih, prinsip-prinsip pendidikan untuk
membangun etika, nilai, dan karakter peserta didik tetap harus dipegang. (Edy)
Proses pengembangan nilai yang menjadi landasan dari karakter menghendaki proses
berkelanjutan yang dilakukan melalui pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran IPA (sains) dapat
memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Pada dasarnya pendidikan
karakter merupakan bgian yang tidak terpisahkan dari IPA, karena salah satu hakikat IPA
berupa nilai atau sikap ilmiah yang merupakan termasuk dalam karakter. (Indriana dan Ani,
2012)
Kemendikbud (2013: 8) menjelaskan bahwa dalam Kurikulum 2013, setiap
pembelajaran wajib mencakup 4 kompetensi inti yang meliputi aspek sikap (keagamaan dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan (penerapan pengetahuan). Oleh karena itu, penilaian
di dalam kurikulum 2013 juga mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Zuchdi (2012,p.15) dalam jurnal Ani, 2015, menyatakan bahwa penilaian pendidikan
karakter juga harus dilakukan secara komprehensif atau holistic dengan ranah penilaian
meliputi pemikiran, perasaan, dan kebiasaan perilaku sehari – hari (habit). Penilaian
perkembangan pemikiran dapat dilakukan dengan menggunakan dilema moral.
Perkembangan perasaan dapat dinilai dengan berbagai bentuk skala sikap atau wawancara.
Aktualisasi nilai dalam perilaku sehari – hari agar menjadi habit dapat dilakukan melalui
pengamatan dalam proses pendidikan.
Sains dikembangkan sebagai pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan
disiplin ilmu. Sains berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berfikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli, dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam (Kemendikbud: 2013: 4-5). Dengan kata lain pembelajaran sains
membelajarkan pengetahuan, sikap, karakter, dan keterampilan yang diajarkan secara
terpadu. ((Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
Pembelajaran ilmu pengetahuan tidak lepas dari media dan bahan ajar yang
digunakan. Akan tetapi media dan bahan ajar yang beredar di lapangan belum sesuai dengan
harapan pemerintah kaitannya dengan materi ilmu pengetahuan (sains). Selain itu, media dan
bahan ajar yang umum dan sering digunakan berupa buku teks atau modul dengan ciri khas
banyak berisi tulisan atau penjelasan dengan kalimat dan sedikit disertai gambar yang
cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang termotivasi, sebagaimana diungkapkan
oleh Daryanto bahwa peserta didik cenderung tidak menyukai buku teks apalagi yang tidak
disertai gambar dan ilustrasi yang menarik, dan secara empirik siswa cenderung menyukai
buku bergambar, penuh dengan warna, dan divisualisasikan dalam bentuk realistis atau
kartun. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)8
Oleh karena itu jika minat peserta didik berkurang, maka motivasi peserta didik untuk
belajar IPA juga berkurang sehingga akan berdampak pada hasil belajar. Hal tersebut
disebabkan karena motivasi memberikan sumbangan terhadap hasil belajar sebagaimana hasil
penelitian Ghullam Hamdu (2011) menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh sebesar
48,1% terhadap prestasi belajar IPA. hal tersebut didukung oleh hasil penelitian I Putu Wina
Yasa dkk (2013) bahwa peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih mudah
mengikuti proses pembelajaran karena merasa pembelajaran itu penting, sebaliknya peserta
didik dengan motivasi rendah terlihat tidak bergairah sehingga mengalami kesulitan
memahami konsep dan proses pembelajaran tidak kondusif. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
Salah satu upaya mengembangkan karakter dan pemahaman konsep sains peserta didik
yaitu dengan cara media pembelajaran yang menarik, contohnya komik. Sebagaimana
dikatakan Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2011:68) bahwa peranan komik dalam pengajaran
adalah kemampuannya dalam meningkatkan minat belajar para peserta didik. Pemberian
pengalaman belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Selain itu, penggunaan komik sains dalam pembelajaran membuat kegiatan pembelajaran
lebih menarik dan tidak membosankan. Sehinggga minat belajar peserta didik menjadi lebih
tinggi. (Retno, Bambang, Jumadi dan Prodjosantoso, 2014)
BAB II
ISI
A. Komik
Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata dalam
Bahasa Indonesia, yaitu komik yang digunakan untuk menerjemahkan manga. Komik
merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda yang berasal dari kata ‘komiek’ yang artinya
‘pelawak’. Kata komik, dijabarkan dengan kata-kata yang berbeda oleh para ahli, namun
intinya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sesuai dengan pendapat ahli
tersebut, komik adalah alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan realitas
sosial, politik dan ideologi yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya, yang tak terlepas
dari budaya suatu bangsa. Literatur komik diupayakan para penciptanya untuk jauh dari
kesan menggurui, namun cukup mempengaruhi pembentukan mentalitas pembacanya.
Perpaduan antara huruf dan gambar yang sesuai merupakan rahasia kekuatan daya tarik
komik. Tidak hanya itu, ada kalanya suatu gambarpun telah dapat berperan sebagai kata-kata.
Di Indonesia, kata komik bersifat universal. Penggunaan kata komik tidak hanya terbatas
untuk menyatakan karya sastra bergambar buatan sastrawan domestik. Untuk sastrawan yang
menulis komik, disebut komikus.(Anonim, 2011)
Manga yang tadinya sangat dipengaruhi oleh komik Amerika sebagai salah satu kiblat
komik dunia, kini telah balik mempengaruhi komik Amerika. Oleh karena itu, manga (漫画)
adalah istilah untuk menyebutkan komik dalam bahasa Jepang. Secara sederhana manga yang
terdiri dari dua kanji, diartikan sebagai gambar yang lucu. Di China, Hongkong dan Taiwan
kata ‘漫画’ dibaca ‘manhua’. Universitas Sumatera Utara Dan Korea yang memiliki hurufnya
sendiri, menyebut manga dengan manhwa. Pendapat para ahli yang digunakan untuk
menjelaskan komik, dapat juga digunakan untuk mejelaskan manga. Pada daerah di luar
Jepang seperti Indonesia, manga biasanya digunakan untuk menyebutkan komik buatan
Jepang. Kadang kala, untuk komik-komik yang gambarnya beraliran komik Jepang juga
disebut dengan manga. Dan untuk mereka pembuat manga, baik itu orang Jepang sendiri atau
kalangan di luar Bangsa Jepang, disebut dengan mangaka. Segala bentuk yang di Indonesia
dikenal sebagai komik, di Jepang juga mengenalnya sebagai manga. Manga menyajikan
cerita dengan khayalan-khayalan yang disajikan dikaitkan dengan realita keseharian. Hal
tersebut seperti, sekolah, situasi belajar, tentang kota, dan hal lainnya. Dalam setiap karyanya,
para mangaka selalu berusaha menghasilkan manga yang dapat menggugah perasaan para
pembacanya (Anonim, 2011)
Kata komik berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti segala sesuatu yang lucu
serta bersifat menghibur ( Kamus Lengkap Inggris –Indonesia, 1991). Dalam jurnal
UNIKOM, 2010, Scott McCloud, Understanding Comics, 1993 menyatakan “Sequential
Art” (seni yang berurutan), demikian pakar komik Will Eisner menyebut komik. Gambar-
gambar jika berdiri sendiri dan dilihat satu persatu tetaplah hanya sebuah gambar, akan tetapi
ketika gambar tersebut disusun secara berurutan, meskipun hanya terdiri dari dua gambar,
seni dalam gambar tersebut berubah nilainya menjadi seni komik. (UNIKOM, 2010)
Cerita bergambar atau komik modern pertama kali terbit di Indonesia pada saat
munculnya media massa berbahasa Melayu-Cina pada masa penjajahan Belanda. Cerita
bergambar (cergam) Put On karya Kho Wan Gie (Sopoiku) pada tahun 1931 diharian Sin Po
adalah komik Indonesia yang pertama kali terbit. (UNIKOM, 2010 )
Komik merupakan suatu bentuk bacaan di mana peserta didik diharap mau membaca
tanpa perasaan terpaksa/harus dibujuk (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2005:68). Hal ini
tentunya tidak terlepas dari anggapan bahwa cerita komik lebih mudah dicerna dengan
bantuan gambar yang ada di dalamnya. Kelebihan dari bacaan yang berbentuk komik ini telah
banyak dimanfaatkan oleh negara-negara maju sebagai alat untuk meningkatkan minat baca
anak pada buku-buku pelajaran. Salah satu negara yang telah memanfaatkan komik sebagai
salah satu pendukung keberhasilan pendidikannya adalah Jepang (Indriana dan Ani, 2012).
Di negara Jepang, komik bukan merupakan benda asing yang digunakan sebagai
media dalam pembelajaran. Bahkan, beberapa buku sekolah di Jepang diterbitkan dalam
bentuk komik. Kenyataannya, komik menjadi media pembelajaran yang sangat efektif dan
sangat diminati siswa dengan gambar dan cara bertuturnya yang lugas. Selain di Jepang,
pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran juga telah banyak dilakukan oleh praktisi
pembelajaran di Indonesia. Komik telah banyak dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
di dalam kelas, maupun sebagai media penyuluhan bagi masyarakat mengenai topik-topik
tertentu. Saat ini, di Indonesia telah beredar komik pembelajaran yang dibukukan, tetapi lebih
banyak didominasi oleh komik untuk pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Respon dari masyarakat terhadap komik pembelajaran ini positif dan komik pembelajaran ini
dianggap mampu membantu siswa untuk lebih mudah mempelajari konsep-konsep pelajaran
yang sebelumnya dianggap sulit untuk dipahami. (Indriana dan Ani, 2012)
Komik menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif. Perpaduan inilah
yang membuat komik mudah untuk dipahami oleh semua orang dari segala usia. Sehingga
komik dapat menarik perhatian dan semangat siswa untuk belajar dan mengajari siswa untuk
menerjemahkan cerita ke dalam gambar, bahkan seolah-olah siswa dihadapkan pada konteks
yang nyata sehingga muncul efek yang membekas pada siswa dan dapat mengingat lebih
lama. Materi dalam komik dapat dijelaskan secara sungguh-sungguh, yang artinya bahwa
materi dalam bentuk gambar dapat menjelaskan keseluruhan cerita atau materi yang
dibarengi oleh ilustrasi gambar untuk mempermudah siswa dengan mengetahui bentuk atau
contoh kongkret apa maksud materi. (Wulandari dan Riza, 2012)
B. Karakter (sikap ilmiah)
Furqon (2011) menuliskan beberapa pengertian karakter yaitu (1) karakter adalah
gabungan sifat – sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain, tabiat, watak. (kamus lengkap Bahasa Indonesia), (2) Karakter adalah sifat nyata
dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, (3) karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, (4) karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh individu. Dari
beberapa pendapat tersebut akhirnya disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau
kekuatan mental atau moral , akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan keperibadian
khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta yang membedakan dengan individu
lain. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. (Warsiti,
2010)
Menurut Achmad Mubarok (2011) karakter bisa dibentuk dan bisa berubah malalui
pendidikan. Pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Menurut Adolf Heuken, dkk (1996) pembentukan karakter sebagai
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh enam unsur yaitu Tuhan, agama, keluarga,
masyarakat, sekolah dan perbedaan jenis kelamin. Selanjutnya dituliskan kepribadian adalah
pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik jasmani,
mental, rohani, emosional maupun sosialnya. Kepribadian yang mantap menunjukkan adanya
suatu kedewasaan yang memiliki ciri – ciri tanggung jawab, mempunyai harga diri, mengenal
norma susila, loyal dalam masyarakat, mandiri dan merdeka. (hal . 59). Pembentukan
karakter melalui proses pendidikan dimulai dari anak – anak terutama ketika anak menjalani
masa keemasan (golden age). Pembentukan karakter anak dimulai dari keluarga baru
kemudian sekolah dengan cara menanamkan 3 M yakni menghormati, menghargai dan
mencintai yang dipraktekan lewat sikap dan tindakan nyata dengan modal keteladanan dari
orang tua dan pendidik (suara merdeka, 21 Juni 2011). Pembentukan karakter dapat melalui
kegiatan intra kurikuler dan extra kurikuler. (warsiti, 2010)
Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai bentuk sikap positif yang biasa dikaitkan
dengan keilmuwan, sehingga sikap ilmiah dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
bersifat keilmuwan terhadap stimulus tertentu. Sikap ilmiah adalah sikap yang melekat
dalam diri seseorang setelah mempelajari sains yang mencakup sikap ingin tahu, sikap respek
terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis,sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran
terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
Anak yang memiliki sikap ilmiah cenderung menerima ataupun menolak suatu objek
berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna baginya atau tidak.
(Warsiti, 2010)
Memahami IPA berarti juga memehami proses IPA, yaitu memahami bagaimana
mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuwan mempergunakan berbagai prossedur empirik dan
prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur
tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA atau keterampilan
sains disebut juga keterampilam belajar seumur hidup, sebab keterampilan-keterampilan ini
dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan,
diantaranya adalah: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel,
merumuskan hipotesa, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan
melakukan eksperimen (Anonim,2008)
Ruang lingkup mata pelajaran sains (IPA) di sekolah dasar (Mulyasa, 2010: 127)
meliputi dua dimensi: a) kerja ilmiah dan b) pemahaman konsep dan penerapannya. Dalam
kegiatan pembelajaran kedua dimensi ini dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi. Kerja
ilmiah sains dalam kurikulum sekolah dasar terdiri dari penyelidikan, berkomunikasi ilmiah,
pengembangan ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai
ilmiah. (Anonim, 2008)
Dalam memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil
sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu dikenal
dengan nama sikap ilmiah. Menurut Srini M. Iskandar (1997: 12) ciri sikap ilmiah yaitu: 1)
obyektif terhadap fakta 2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan, 3) berhati terbuka, 4)
tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati, 6) ingin menyelidiki.
(Anonim, 2008).
Namun demikian pada hakekatnya banyak sekali sikap ilmiah yang dapat
ditumbuhkan pada diri siswa. Penjelasan dari beberapa sikap ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 2. Disiplin yaitu Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3. Kerja
keras yaitu Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. 4. Kreatif yaitu
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki. 5. Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 6. Rasa ingin tahu yaitu Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 7. Peduli lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 8.
Tanggung jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 9. Demokratis yaitu Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain. (Kartono, 2012)
C. Pemahaman Konsep Sains berdasarkan Kurikulum
Pengertian Pemahaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah
pemahaman/pe·ma·ham·an/ n proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.
(KBBI). Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingat, dengan kata lain memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang siswa
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
(Anonim, 2011)
Arti konsep adalah serangkaian perangsang dengan sifat – sifat yang sama, konsep
yang sederhana dapat didefinisikan sebagai pola unsur bersama di antara anggota kumpulan
atau rangkaian (Anonim, 2011). Pemahaman konsep adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat
menjelaskan dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dengan
tidak mengubah artinya. (Anonim, 2011)
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan
(GBPP) kelas IV Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains
merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan serta gagasan dan konsep-
konsep yang terorganisasi tentang alam yang ada disekitar,dimana hal ini dapat diperoleh dari
pengalaman melalui dan serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. (Anonim, 2011)
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan
berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup
%20Kurikulum%202013.Pdf . Diakses Tanggal 12 September 2015
Listiyani. I. M. Dan Widayati. A. 2012 . Pengembangan Komik Sebagai Media Pembelajaran
Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Persamaan Dasar Akuntansi Untuk Siswa Sma
Kelas Xi . Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2.
http://core.ac.uk/download/pdf/12346193.pdf . Diakses tanggal 11 september 2015
Kartono . 2012 . Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah Ipa Bagi Mahasiswa Pgsd .
http://eprints.uns.ac.id/15202/1/Publikasi_Jurnal_(37).pdf . diakses tanggal 12
september 2015
Retno Puspitorini, A.K Prodjosantoso, Bambang Subali Dan Jumadi .2014 . Penggunaan Media Komik Dalam Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Kognitif Dan Afektif . http://eprints.uny.ac.id/20746/1/AK_Prodjosantoso%20JURNAL%20Th-2%202014%20%282%29.pdf diakses tanggal 11 september 2015