Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk menemukan produk farmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan. Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau komponen lain. Tujuan pencampuran adalah memastikan bahwa ada keseragaman bentuk antara bahan tercampur dan meningkatkan reaksi fisika atau kimia. Bentuk sediaan semi padat digunakan ketika resep dokter memerlukan kombinasi dari dua atau lebih salep atau krim dalam rasio tertentu atau penggabungan obat ke dalam salep atau basis krim. Karena pencampuran langsung dari bahan-bahan tidak selalu dapat dilaksanakan, penggabungan agen lain diperlukan untuk memastikan partikel berukuran halus. Alat pencampur sediaan semi padat diantaranya adalah spatula, mortar dan stamper, ointment slab, blender, homogenizer, mixer, agitator mixers, shear mixers, ultrasonic mixers, planatory mixer, double planetary mixers, sigma mixer, colloid mill, dan. triple-roller mill. Proses pencampuran adalah salah satu operasi yang paling umum digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi. Berbagai macam bahan 1
60

MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Apr 04, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang

paling umum. Sulit untuk menemukan produk farmasi dimana

pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.

Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana

dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah

atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap

partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin

dengan partikel bahan atau komponen lain. Tujuan

pencampuran adalah memastikan bahwa ada keseragaman

bentuk antara bahan tercampur dan meningkatkan reaksi

fisika atau kimia. Bentuk sediaan semi padat digunakan

ketika resep dokter memerlukan kombinasi dari dua atau

lebih salep atau krim dalam rasio tertentu atau

penggabungan obat ke dalam salep atau basis krim. Karena

pencampuran langsung dari bahan-bahan tidak selalu dapat

dilaksanakan, penggabungan agen lain diperlukan untuk

memastikan partikel berukuran halus. Alat pencampur

sediaan semi padat diantaranya adalah spatula, mortar dan

stamper, ointment slab, blender, homogenizer, mixer,

agitator mixers, shear mixers, ultrasonic mixers,

planatory mixer, double planetary mixers, sigma mixer,

colloid mill, dan. triple-roller mill. Proses pencampuran

adalah salah satu operasi yang paling umum digunakan

dalam pembuatan sediaan farmasi. Berbagai macam bahan

1

Page 2: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

seperti cairan, semi padat dan padat memerlukan

pencampuran selama mereka menjadi formulasi bentuk

sediaan, karena itu, pilihan yang tepat dari pencampuran

adalah peralatan diperlukan mengingat sifat fisik dari

bahan-bahan seperti densitas, viskositas, pertimbangan

ekonomi mengenai waktu proses diperlukan untuk

pencampuran dan daya serta biaya peralatan dan

pemeliharaan

Seiring dengan perkembangan di bidang obat, bentuk

sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi.

Sediaan obat tersebut antara lain sediaan padat seperti

serbuk, tablet, kapsul. Sediaan setengah padat seperti

salep, cream, pasta, suppositoria dan gel, serta bentuk

sediaan cair yaitu suspensi, larutan, dan emulsi. Dengan

adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan

kenyamanan dan keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh

sediaan farmasi yang beredar di pasaran, Apotek, Instalasi

kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid).

Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan

aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar

produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai

dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi

rasa yang beraneka ragam, hingga merk yang digunakan pun

memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk

sediaan liquid.

Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair,

mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau

terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat

2

Page 3: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih

banyak diminati oleh kalangan anak-anak dan usia lansia,

sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan

dengan sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan

bentuk sediaan.

Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap

bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat

terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini.

Selain itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan

pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan

sendok takar.

Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam pembuatan sediaan liquid terdapat kelebihan dan

kekurangan. Diharapkan agar dapat mempertahankan

kelebihannya, dan mengatasi kekurangan tersebut dengan

membuatnya lebih baik lagi, agar dapat diterapkan dalam

dunia kerja dan bisa didapatkan efek terapi yang

diharapkan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana teknik compounding untuk sediaan liquid ?

2.Apa masalah compounding untuk sediaan liquid ?

3.Bagaimana cara mengatasi masalah compounding untuk

sediaan liquid ?

1.3. TUJUAN

1.Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan dan

teknik compounding sediaan liquid.

3

Page 4: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

2.Untuk mengetahui masalah apa yang terjadi pada proses

compounding sediaan liquid.

3. Mampu mengatasi masalah yang terjadi pada sediaan

liquid.

4

Page 5: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI COMPOUNDING

Menurut USP 2004 Compounding merupakan proses

melibatkan pembuatan (preparation), pencampuran (mixing),

pemasangan (asembling), pembungkusan (packaging), dan

pemberian label (labelling) dari obat atau alat sesuai

dengan resep dokter yang berlisensi atas inisiatif yang

didasarkan atas hubungan

dokter/pasien/farmasis/compounder dalam praktek

profesional.

2.2. TEKNIK COMPOUNDING

Pencampuran merupakan salah satu pekerjaan yang

sangat umum dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

(Lachman,1989). Pencampuran adalah proses yang

menggabungkan bahan-bahan yang berbeda untuk

menghasilkan produk yang homogen. Pencampuran dalam

sediaan farmasi dapat diartikan sebagai proses

penggabungan dua atau lebih komponen sehingga setiap

partikel yang terpisah dapat melekat pada partikel dari

komponen lain (Bhatt dan Agrawal, 2007).

Tujuan dilakukannya pencampuran selain

menghomogenkan bahan-bahan juga untuk memperkecil ukuran

partikel, melakukan reaksi kimia, melarutkan komponen,

membuat emulsi, dan lain-lain, sehingga tidak jarang

dalam teknologi farmasi digunakan beberapa alat

5

Page 6: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

pencampur / mixer dengan jenis yang berbeda untuk

mengolah bahan-bahan obat. Tidak hanya bahan-bahan obat

yang akan mempengaruhi produk suatu obat, teknik

pencampuran pun dapat mempengaruhi produk obat yang

dihasilkan.

Menurut Bhatt dan Agrawal (2007), beberapa contoh

pencampuran skala besar dalam bidang farmasi :

1. pencampuran bubuk/sebuk dalam pembuatan granul dan

tablet

2. pencampuran kering (dry mixing) dalam proses kompresi

langsung sediaan tablet dan kapsul

3. pencampuran bubuk/serbuk dalam pembuatan sediaan

kosmetik seperti bedak

4. pembuatan serbuk yang larut dalam larutan untuk

pengisian dalam kapsul lunak dan sirup

5. pencampuran dua cairan yang tidak saling larut,

seperti sediaan emulsi

Mekanisme pencampuran cairan secara esensial

masuk dalam empat kategori, yaitu : transpor bulk,

aliran turbulen, aliran laminer, dan difusi molekuler.

Biasanya lebih dari satu dari proses – proses ini yang

dilakukan pada proses pencampuran (Lachman, 1989).

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

pencampuran yaitu :

1. sifat fisik dari bahan yang akan dicampur, seperti

kerapatan, viskositas, dan kemampuan bercampur

2. segi ekonomi, menyangkut pemrosesan

3. waktu, waktu yang dibutuhkan untuk mencampur

6

Page 7: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

4. alat, kemudahan mencampur, perawatan, dan

pembersihannya (Lachman, 1989).

Berdasarkan pengaturan penambahan suatu cairan

atau larutan serbuk berupa bahan pengikat dan reaksi

mekanik maka proses pencampuran terdiri dari low shear

dan high shear. Shear adalah jumlah tekanan mekanik pada

rotor (Tousey, 2002).

Pada proses pencampuran solid-liquid, digunakan

metode shear mixing. Alat yang digunakan adalah shear

nmixer. Mesin ini dirancang untuk mengurangi ukuran

partikel dan mencampur. Metode pencampuran ini memiliki

efisiensi yang lebih baik daripada metode pencampuran

lain. Kecepatan putaran mesin ini 3000-15000 rpm.

High shear adalah suatu metode pengadukan,

dimana cairan dengan kekentalan rendah (biasanya air)

ditambahkan ke dalam campuran serbuk yang telah

mengandung pengikat yang kemudian dicampur dengan sisa

bahan dalam formulasi (Tousey, 2002). Namun, penggunaan

high shear mixing pada kondisi tertentu dapat digunakan

untuk membantu serbuk yang mempunyai karakteristik

khusus/sulit tercampur terdispersi ke dalam cairan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencampuran

Cair-Padat :

1.Bejana Pengaduk

Dalam industri kimia, bejana pengaduk merupakan

tangki pengaduk ataupun autoklaf. Penggunaan bejana

ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan pencampuran.

Misalnya untuk operasi kontinyu seringkali

7

Page 8: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

dipergunakan tangki pengaduk, sedangkan untuk maksud

pencampuran bertekanan digunakan autoklaf.

Wadah pengaduk biasanya adalah berbentuk silinder

terbuka atau tertutup sedikit sesuai jenis reaksi yang

akan dilangsungkan. Kebanyakan dari wadah pengaduk

dibuat dari bahan isolator ataupun semi konduktor.

Tangki pengaduk atau tanki reaksi biasanya didesain

untuk melakukan reaksi-reaksi pada tekanan diatas

tekanan atmosfer, namun seringkali juga digunakan untuk

proses lain seperti pencampuran, pelarutan, penguapan,

ekstraksi ataupun kristalisasi.untuk pertukaran panas,

tangki biasanya dilengkapi dengan mantel ganda yang

dilas atau disambung dengan flens, atau dilengkapi

dengan kumparan berbentuk pipa yang di las.

Untuk mencegah kerugian panas yang tidak

dikehendaki, tangki dapat diisolasi. Perlu diingat bahwa

tangki pengaduk didesain sesuai dengan keperluan,

misalnya untuk reaksi dalam beberapa sistem operasi

(terisolasi, terbuka ataupun tertutup), proses kerja dan

keperluan pengerjaan. Oleh karena itu kadangkala tangki

dilengkapi dengan berbagai lubang khusus. Lubang-lubang

khusus ini misalnya : sumbu pengaduk/penyekat, pipa

penyuling, alat ukur pengendali, saluran pemasukan dsb.

(Lachman, 1989)

2.3. BENTUK SEDIAAN LIQUID

Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan

wujud cair, mengandung satu atau lebih zat aktif yang

8

Page 9: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang

homogen pada saat diaplikasikan. Bentuk sediaan liquid

dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan terhadap

bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat

terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid

ini. Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih

akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan

penggunaan sendok takar. Namun, bentuk sediaan ini tidak

sesuai untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air.

Dengan kemasan botol dan penggunaan sendok takar untuk

sediaan oral, maka tingkat kepraktisan bentuk sediaan

ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan

solid.

Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan

liquid, jika dibanding bentuk sediaan solid maupun

semisolid, terletak pada daya sebar dan

bioadhesivitasnya, selama viskositasnya optimum. Namun

terkait daya lekat dan ketahanan pada permukaan kulit,

bentuk sediaan liquid relative lebih rendah jika

dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal ini terutama

berhubungan dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk

sediaan tersebut. Ragam bentuk sediaan liquid yang akan

didiskusikan dalam makalah ini adalah larutan, emulsi

dan suspensi.

1. LARUTAN

Larutan merupakan sediaan liquid yang mengandung

satu atau lebih zat aktif (solute) yang terlarut dalam

medium/pelarut/solvent yang sesuai.

9

Page 10: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Medium/pelarut/solvent yang universal adalah air.

Namun demikian, ada berbagai jenis solvent lain yang

digunakan, antara lain minyak dan etanol. Kriteria

yang berlaku untuk suatu sediaan larutan adalah bahwa

sediaan tersebut harus:

a. Aman dalam penggunaannya (tidak toksik, tidak

iritatif, tidak alergenik)

b. Homogen

c. Zat aktif harus terlarut sempurna dan stabil dalam

medium

Dengan persyaratan yang mendasar dari larutan bahwa

semua komponen solute harus terlarut, maka

kelarutan (solubility) suatu bahan dalam medium

memegang peranan penting. Yang dimaksud dengan

kelarutan (solubility) adalah ratio sejumlah solute

yang larut dalam pelarut yang sesuai.

d. Tidak boleh ada partikel yang mengapung, melayang,

atau mengendap pada sistem larutan

e. Viskositas dan daya sebar memungkinkan untuk

penuangan maupun aplikasi dengan mudah.

Dalam larutan oral, dikenal istilah sirup dan

elixir. Istilah sirup terkait dengan penggunaan gula

dengan kadar 60-80%, sedangkan elixir terkait dengan

keberadaan etanol (dengan proporsi bervariasi) yang

berfungsi sebagai cosolvent.

Cosolvent merupakan bahan yang dapat membentu

kelarutan suatu solute dalam medium utamanya. Contoh

cosolvent selain etanol yang sering digunakan adalah

10

Page 11: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

propylene glycol, isopropyl alcohol. Penggunaan

cosolvent selain mempertimbangkan kadar dan kapasitas

cosolvensinya, juga harus mempertimbangkan faktor

keamanan pada pemakaian (tidak toksik), halal/tidaknya

solvent tersebut saat digunakan per oral (telan).

Sehubungan dengan pemakaian larutan oral,

penggunaan sendok takar memegang peranan penting,

untuk memastikan kebenaran dosis sediaan yang

dikonsumsi oleh pasien. Sangat tidak dianjurkan untuk

menggunakan sendok makan atau sendok teh rumah tangga,

mengingat volume yang belum tentu sesuai dengan volume

yang tertara sebagai sendok makan (15 mL) atau sendok

teh (5 mL) pada standar peresepan. Di dalam Farmakope

Indonesia edisi IV (1995) untuk merujuk takaran sendok

sudah digunakan istilah sendok besar (15 mL) dan

sendok kecil (5 mL). Larutan tidak hanya digunakan

untuk keperluan per oral saja, namun juga parenteral

dan topical. Larutan parenteral memerlukan tambahan

criteria khusus yaitu sterilitas dan bebas pyrogen.

(http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id)

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

desain sediaan larutan, antara lain:

1. Tujuan terapi dan jalur pemberian. Dalam tujuan

terapi ini perlu dipastikan:

a. Apakah dibutuhkan sediaan yang mampu memberikan

onset cepat,

b. Apakah perlu secara per oral atau parenteral.

11

Page 12: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

c. Zat aktif apa yang sekiranya memberikan efikasi

dan keamanan dalam terapi tersebut.

2.   Zat aktif dan pemilihan medium

a. Kelarutan zat aktif terpilih dalam medium yang

sesuai.

b. Stabilitas zat aktif dalam medium

c. Kadar zat aktif yang akan diformulasikan

d. Kebutuhan peran viscocity enhancer atau cosolvent

e. Kebutuhan peran additives, seperti misalnya:

gula/pemanis, flavoring agent, coloring agent,

preservative,antioksidant

3. Desain kemasan baik primer (yang bersentuhan dengan

produk) ataupun sekunder (yang mengemas kemasan

primer).

Jenis Larutan

Berdasarkan pemakaian:

1. Larutan oral

Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih

zat dengan/ tanpa aroma, pemanis, pewarna yang

larut dalam air atau campuran kosolven air yang

pemakaiannya melalui oral. Contohnya : sirup, sirup

simpleks, eliksir.

a. Potiones (Obat Minum)

Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,

mengandung satu atau lebih zat dengan atau

tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang

12

Page 13: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

larut dalam air atau berbentuk emulsi atau

suspensi.

b. Elixir

- Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan

tambahan (pemanis, pengawet, pewangi) sehingga

memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai

pelarut digunakan campuran air-etanol.

- Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan

obat. Elixir dapat pula ditambahkan glycerol,

sorbitol, atau propilenglikol.

c. Sirup

- Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan

nipagin 0,25 %b/v

- Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat

dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan untuk

pengobatan.

- Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi

mengandung zat pewangi atau penyedap lain.

Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup

rasa atau bau obat yang tidak enak.

d. Netralisasi

Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan

bagian asam dan bagian basa sampai reaksi

selesai dan larutan bersifat netral. Mis;

solutio citratis magnesii.

e. Saturatio

13

Page 14: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

- Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam

dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam

wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.

- Pembuatan:

Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air

yang tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian

masuk botol.

Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air

yang tersedia.

2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang

seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat

tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop

sehingga gas yang terjadi tertahan.

f. Potio Effervescent

Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.

- Pembuatan :

i. Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio

ii. Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan

ke dalam basa dengan hati-hati, segera tutup

dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya

digunakan untuk pengobatan, menjaga

stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan

untuk menyegarkan rasa minuman.

iii. Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan

saturatio dan potio effervescent adalah :

iv. Diberikan dalam botol yang kuat, berisi

kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap

14

Page 15: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian

diikat dengan sampagne knop.

v. Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar

larut, karena tidak boleh dikocok.

Pengocokan menyebabkan botol pecah karena

botol berisi gas dalam jumlah besar.

- Penambahan Bahan-bahan

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam

Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar

dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan

dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah

airnya).

Zat-zat mudah menguap.

Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid

Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa

Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii

benzoas, Natrii salisilas.

Bila saturasi mengandung asam tartrat maka

garam-garam kalium dan amonium harus

ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila

tidak akan terbentulk endapan kalium atau

amonium dari asam tartrat.

g. Guttae (drop)

- Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi

atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain

dimaksudkan untuk obat dalam.

15

Page 16: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

- Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan

penetes yang menghasilkan tetesan yang setara

dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku

yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia.

- Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan

untuk anak-anak atau bayi.

2. Larutan topical

Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi

seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol

dan poliol yang pemakaiannya untuk bagian luar

tubuh. Contohnya : Collyrium Guttae, Ophthalmicae,

Gargarisma, Guttae Oris, Guttae Nasalis,

Inhalation, Injectiones , Lavement, Douche.

(Syamsuni, 2006)

a. Collyrium

- Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas

zarah asing, isotonis digunakan untuk

membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar

dan zat pengawet.

- Catatan :

- Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan

setelah tutup dibuka dan ”obat cuci mata”.

- Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet

hanya boleh digunakan lama 2 jam setelah botol

dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat

digunakan paling lama 7 hari setelah botol

dibuka tutupnya.

16

Page 17: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

b. Guttae ophthalmicae

Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel

asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas

sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada

mata.

Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi,

partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar

tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada

kornea.

c. Gargarisma (Gargle)

Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan

berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang

harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan

atau pengobatan infeksi tenggorokan.

Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan

dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”

d. Litus Oris

Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan

pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.

Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin

e. Guttae Nasales

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk

hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam

rongga hidung,

Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan

pengawet.

17

Page 18: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh

digunakan sebagai cairan pembawa.

f. Inhalationes

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung

atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut

ke dalam saluran pernafasan.

Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat

halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”

g. Epithema/Obat Kompres

Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa

dingin pada tempat yang sakit dan panas karena

radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan

osmose, digunakan untuk mengeringkan luka

bernanah.

Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol

Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut :

1. Spirit

Adalah larutan yang mengandung etanol atau

hidroalcohol dari zat yang mudah menguap, dari

bahan-bahan yang berbau harum.

2. Tinctur

18

Page 19: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Adalah larutan yang mengandung etanol atau

hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau

senyawa kimia.(M.Anief, 2007)

Dalam Farmakope Edisi III Kelarutan suatu zat yang

tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan

istilah sebagai berikut:

Istilah kelarutan

Jumlah bagian pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan

1 bagian zatSangat mudah larut < 1

Mudah larut 1- 10Larut 10-30

Agak sukar larut 30-100Sukar larut 100-1000

Sangat sukar larut 1000-10000Praktis tidak

larut

>10000

2. EMULSI

Menurut FI III : 9 Emulsi adalah sediaan yang

mengandung bahan obat cair atau cairan obat

terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan

zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Menurut RPS

18 th : 298 Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang

terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak

saling bercampur. Sebagian besar dari emulsi

konvensional dalam farmasi memiliki ukuran partikel

terdispersi dalam diameter dari 0,1 sampai 100 mm.

19

Page 20: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Menurut Lachman : 1029 Emulsi adalah suatu campuran yang

tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2

cairan yang tidak saling bercampur. Menurut Parrot : 354

Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran

yang tidak saling bercampur. Salah satunya

tersuspensi dengan bantuan emulgator keseluruh

partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0.2 –

50 m. Menurut Physical Pharmacy : 522 Emulsi adalah sistem

yang tidak stabil secara termodinamika mengandung

paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur

satu diantaranya terdispersi sebagai globul-globul

(fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase

kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan

pengemulsi/emulgator.

Emulgator adalah suatu bahan yang dalam

strukturnya memiliki bagian yang lyofilik maupun

lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet

cairan yang tidak saling campur, untuk dapat

terdispersi dengan stabil. Contoh dari emulgator

adalah: Pulvis Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span.

HLB (hydrophyl-lipophyl balance) merupakan suatu

tingkat keseimbangan bagian hidrofil dan bagian

lipofil dari suatu emulgator dalam membentuk emulsi

yang stabil. Untuk mendesain suatu emulsi, seorang

formulator perlu memahami HLB dari emulgator atau

campuran emulgator yang akan digunakan, untuk

menstabilkan emulsi sesuai tipe emulsi yang

dikehendaki. Lebih daripada itu, beberapa fase minyak

20

Page 21: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

juga mengindikasikan kebutuhan HLB (required HLB) yang

harus dipunyai oleh emulgator untuk menstabilkan

emulsi pada dua jenis tipe emulsi.

Kriteria emulsi yang baik adalah:

a.   Aman

b.   Efektif dan efisien sesuai dengan tujuan terapi

c.   Merupakan disperse homogen antara minyak dengan

air

d.   Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam

penyimpanan

e.   Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu

menjaga stabilitas dalam penyimpanan, serta dapat

dituangkan dengan mudah

f.   Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan

dan stabilitas obat.

Dalam emulsi dikenal istilah fase dispers dan medium

pendispersi. Ada

dua jenis tipe emulsi secara umum, yaitu:

1. Tipe air/minyak (A/M).

Tipe A/M berarti air (fase terdispersi) terdispersi

dalam minyak (medium).

2. Tipe minyak/air (M/A).

Tipe M/A berarti minyak (fase terdispersi)

terdispersi dalam air (medium).

Secara khusus dikenal pula tipe air/minyak/air

dan tipe minyak/air/minyak.

Untuk membedakan tipe emulsi tersebut dapat

dilakukan dengan cara:

21

Page 22: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

1. Pemberian pewarna yang larut pada salah satu

fase, kemudian dilakukan pengamatan secara

mikroskopis terhadap kondisi emulsi yang telah

terwarnai salah satu fasenya.

Contoh: semisal digunakan methylen blue yang

larut air, apabila diamati melalui mikroskop,

yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi

tersebut bertipe A/M, begitu juga sebaliknya.

Jika digunakan Sudan III yang larut minyak,

apabila diamati melalui mikroskop, yang

terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi

tersebut bertipe M/A, begitu juga sebaliknya

Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu

ditest dengan 2 jenis pewarna tersebut.

2. Pengenceran dengan menggunakan cairan salah satu

fase. Jika cairan untuk mengencerkan tersebut

bercampur dengan emulsi, maka dapat dipastikan

bahwa cairan tersebut berperan sebagai medium

pendispersi.

Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu

ditest dengan 2 jenis cairan tersebut.

Sistem emulsi merupakan sistem dispersi yang

diupayakan untuk memanipulasi dalam waktu tertentu,

dua cairan yang secara alami tidak saling menyatu,

sehingga suatu saat fase-fase dalam sistem tersebut

dapat memisah sesuai dengan kealamiannya (by

nature). (M.Anief, 2000)

22

Page 23: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

3. SUSPENSI

Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem

dispersi dari partikel zat aktif solid yang memiliki

kelarutan yang rendah pada medium. Yang diharapkan

dari suatu sediaan suspensi adalah bahwa sistem

terdistribusi homogen saat digunakan.

Untuk itu yang menjadi criteria dalam sediaan suspensi

adalah:

a. Aman

b. Efektif dan efisien

c. Partikel solid stabil secara kimia dalam medium

d. Partikel solid terdistribusi merata, tidak boleh

cepat mengendap, kalaupun mengendap dapat

diredispersikan kembali dengan penggojogan ringan

e. Tidak membentuk cake (endapan massif yang kompak

pada dasar botol yang tidak dapat diredispersikan

kembali)

f. Partikel solid tidak mengapung (floating).

Suspensi didesain dalam dunia kefarmasian untuk

mengakomodasi penghantaran zat aktif solid yang perlu

dihantarkan dengan sediaan liquid, yang memiliki

kelarutan yang rendah terhadap medium. Dalam suspensi

dikenal dua sistem yaitu:

1. Sistem flokulasi

Dalam sistem ini, saat tidak dilakukan intervensi

mekanik apa pun, partikel-partikel solid saling

bergabung perlahan membentuk flok dengan ikatan

yang lemah. Dengan terbentuknya flok ini, maka flok

23

Page 24: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

akan cepat mengendap dan supernatant/medium akan

tampak relatif jernih. Namun dengan adanya

kerenggangan dalam struktur flok ini, apabila

sistem digojog, maka partikel akan mudah

terdispersi kembali.

2. Sistem deflokulasi.

Dalam sistem ini, partikel-partikel solid tidak

membentuk flok, dan sebagai akibat gravitasi,

mengendap perlahan pada dasar. Berhubung partikel

tersebut mengendap perlahan, maka terjadi suatu

penataan partikel di dasar botol yang cenderung

membuat endapan menjadi kompak dan keras (terbentuk

cake) yang relative sulit untuk didispersikan

kembali dengan penggojogan ringan. Kedua sistem

tersebut bukan merupakan suatu pilihan. Formulator

perlu mengakomodasi kebaikan dari dua sistem

tersebut untuk sediaan suspensi yang berkualitas 

(lama mengendap, sekalipun mengendap dapat

diredispersikan kembali dengan mudah, sehingga

dalam pemakaian/penggunaan obat dapat memberikan

sejumlah partikel yang terdistribusi homogen dalam

medium) dalam penyimpanan waktu yang dikehendaki..

Komposisi dari sediaan suspensi adalah:

1. Zat aktif dengan kelarutan yang rendah pada

medium

2. Medium suspensi yang diharapkan (dapat berupa

air atau minyak)

3. Wetting agent à surface active agent

24

Page 25: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Solid yang memiliki kelarutan yang rendah dalam

medium cenderung memiliki tegangan permukaan yang

tinggi. Keperluan menyertakan wetting agent

disini adalah agar tegangan permukaan solid dapat

diturunkan, sehingga solid dapat terbasahi dengan

baik, dapat berada dalam medium, tidak terjadi

pengapungan partikel (floating).

4.  Viscocity enhancer

Viscocity enhancer dibutuhkan untuk membentuk

struktur pembawa (structured vehicle) yang mampu

menahan laju pengendapan partikel. Semakin kental

sistem, maka laju pengendapan partikel akan

semakin rendah (salah satu intepretasi dari Hukum

Stokes)

3.Agen pemflokulasi

Agen pemflokulasi dibutuhkan untuk menstimulasi

partikel-partikel membentuk flok, sehingga resiko

terbentuknya cake dapat dihindari. Namun, perlu

diperhatikan penambahan agen pemflokulasi ini,

diarahkan untuk flokulasi yang terkendali

(controlled flocculation)

4.Additives

Sebagai additives disini dapat digunakan: gula

(yang juga dapat berfungsi sebagai viscocity

enhancer) atau pemanis, pewarna, antioksidant,

pengawet (yang kesemuanya harus larut pada

medium).

25

Page 26: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Suspensi juga dapat digunakan secara oral,

topical, maupun parenteral. Namun hal yang perlu

diperhatikan terutama dengan penggunaan parenteral

adalah kadar solid, ukuran partikel solid (micro or

nano sized) dan bentuk partikel solid (spheris),

selain sterilitas dan kondisi pyrogen-free.

Demikian juga dengan penggunaan topical yang

ditujukan pada mata (ophthalmic suspension), perlu

juga melihat ukuran dan bentuk partikel, sealing

sterilitas. Dalam ophthalmic suspension, kondisi

pyrogen free tidak dipersyaratkan, mengingat

pemberian dilakukan secara topical. (Syamsuni,

2006)

2.4. TEKNIK COMPOUNDING SEDIAAN LIQUIDFormula Umum R/ zat aktif

Pengental

Anti caplocking agent

Dapar

Pengawet

Antioksidan

Pemanis

Pewarna

Pewangi

Pembasah (jika perlu)

Solubilizer (jika perlu)

26

Page 27: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Komposisi umum sediaan larutan terdiri dari : bahan obat

(solut) dan bahan pelarut (solvent) serta bahan

pembantu.

1.Bahan Obat

Prinsip cara melarutkan zat:

- Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol

- Zat-zat yanga agak sukar larut dilarutkan dengan

pemanasan.

Masukan zat padat yang akan dilarutkan dalam

erlenmeyer, setelah itu dimasukan zat pelarutnya,

dipanasi diatas tangas airdengan digoyangkan sampai

larut. Zat aktif yang hendak dilarutkan dimasukan

dalam erlenmeyer dahulu, mencegah jangan sampai ada

yang lengket pada leher erlenmeyer.

- Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air

dimasukan dahulu dalam erlenmeyer agar tidak

terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya

- Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan

merupakan tetes besar dalam erlenmeyer atau botol

maka perlu dalam melarutkan digoyang-goyangkan

untuk mempercepat larutnya zat tersebut.

- Zat-zat yang mudah terurai dalam pemanasan dan

dilarutkan secara dingin. Zat tersebut contohnya:

Hexaminum, Natrii bicarbonat, Cholarii Hydras,

Protagol, Luminal Natrium, Calsii Salisilat.

- Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarukan

dalam botol tertutup dan dipanaskan serendah-

rendahnya sambil digoyangkan. Zat tersebut ialah:

27

Page 28: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Camphora, Thymol, Acidum Benzoicum, Acidum

Salicylicum.

Bahan obat dari sediaan liquid harus terlarut. Jika

bahan obat sukar untuk larut maka perlu penanganan

khusus seperti :

Cara menaikkan kelarutan:

1. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)

2. Dilarutkan dalam pelarut campuran

3. Dibuat bentuk kompleks yang larut

4. Pengaturan pH

5. Penambahan solubilizing agent

Cara mempercepat kelarutan:

1. Memperkecil ukuran partikel

2. Pengadukan

3. Pemanasan

Cara menaikkan kelarutan:

a. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)

- solut polar larut dalam pelarut polar

- solut non polar larut dalam pelarut non polar

Contoh:

- garam alkaloid larut dalam pelarut polar

(Ephedrin HCl) (air)

- alkaloid base larut dalam pelarut non polar

(Ephedrin base) (minyak)

b. Dilarutkan dalam pelarut campuran

28

Page 29: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Phenobarbital, paracetamol, dll sukar larut dalam

air à kelarutan akan naik bila dilarutkan dalam

pelarut campuran.

Contoh: Elixir Phenobarbital à pelarut: air,

alkohol, gliserin

R/ Phenobarbital 0,3

Alkohol qs

Glycerin qs

Aquadest ad 100 ml

m.f. Solutio

c. Dibuat bentuk kompleks yang larut

Iodium sukar larut dalam air tetapi larut dalam

larutan pekat KI atau NaI à membentuk garam rangkap

yang mudah larut.

Contoh: pembuatan Solutio Lugoli

R/ Iodide 50

Potasium Iodide 100

29

Page 30: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Aquadest ad 1000 ml

m.f. Solutio

d. Pengaturan pH

- asam larut dalam suasana basa

- basa larut dalam suasana asam

e. Penambahan solubilizing agent

Penambahan zat tertentu yang dapat menaikkan

kelarutan, misal: Tween

Cara mempercepat kelarutan:

a. Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel à semakin cepat larut

Mengapa??

à ukuran partikel kecil à luas permukaan besar à

kontak dengan pelarut semakin besar à yang

teramati: semakin cepat larut.

b. Pengadukan

c. Suhu

- Eksotermik : suhu à kelarutan à H ( –

)

- Endotermik : suhu à kelarutan à H ( +

)

2. Bahan Pelarut

30

Pengadukan

mempercepat

penggantian pelarut

di à

permukaan solut

Pelarut jenuh

diganti dengan

pelarut àbelum jenuh

Solut

semakin

cepat larut

Page 31: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Menurut FI ed III: kecuali dinyatakan lain, yang

disebut pelarut ialah air suling. Pelarut yang biasa

digunakan adalah:

Air, untuk melarutkan bermacam-macam garam.

Spiritus, untuk melarutkan kamfer, iodine,

mentol.

Gliserin, untuk melarutkan tannin, zat samak,

boraks, fenol.

Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.

Minyak, untuk melarutkan kamfer, mentol.

Paraffin liquidum, untuk melarutkan cera,

cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol,

klorbutanol.

Kloroform, untuk melarutkan minyak-minyak, lemak.

Syarat bahan pelarut antara lain :

a. Bersih dan higienis.

b. Memiliki daya melarutkan solut yang besar.

c. Inert.

d. Bebas dari warna dan bau yang tidak

dikehendaki.

3. Bahan pembantu

a. Anti caplocking

Untuk mencegah kristalisasi gula di cap botol maka

umumnya digunakan alkohol polyhydric seperti

sorbitol, gliserol, atau propilenglikol.

b. Pewangi

Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak

dan membuat agar obat dapat diterima oleh pasien

31

Page 32: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi perlu

dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan

berapa usia pengkonsumsinya. Anak-anak lebih

menyukai rasa manis atau buah-buahan sedangkan

orang dewasa lebih menyukai rasa asam. Flavour

seperti asam sitrat garam dan momosodium glutamat

kadang-kadang juga digunakan. Flavouring agent

dapat tidak stabil secara kimiawi karena oksidasi,

reduksi, hidrolisis, dan adanya pengaruh pH

c. Zat pewarna

Zat pewarna ditambahkan untuk menutupi penampilan

yang tidak menarik atau meningkatkan penerimaan

pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai

dengan flavour sediaan tersebut. Zat warna harus

nontoksik, noniritan dan dapat tersatukan dengan

zat aktif serta zat tambahan lainnya.

Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan

juga masalah:

1. Kelarutan

2. Stabilitas

3. Ketercampuran

4. Konsentrasi zat warna dalam sediaan

d. Pengawet

Pengawet yang digunakan harus nontoksik, tidak

berbau, stabil dan dapat bercampur dengan komponen

formula lain yang digunakan selama pengawet ini

bekerja dalam melawan mikroba potensial spectrum

luas. Alasan penggunaan bahan pengawet kombinasi

32

Page 33: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

untuk meningkatkan kemampuan spectrum anti mikroba,

efek yang sinergis memungkinkan penggunaan pengawet

dalam jumlah kecil sehingga kadar toksisitasnya

menurun pula dan mengurangi kemungkinana terjadinya

resistensi.

Kriteria untuk pengawet:

1.Harus efektif melawan mikroorganisme spectrum

luas

2.Harus stabil secara fisik, kimia, dan secara

mikrobiologi selama life-time produk

3.Harus nontoksik, cukup larut, dapat tercampurkan

dengan komponen formula lain, pada konsentrasi

yang digunakan mempunya rasa dan bau yang dapat

diterima pengguna.

e. Pemanis

Pemanis yang digunakan dalam sediaan diantaranya:

glukosa, sukrosa, sorbitol, manitol, xytol, garam

Na dan Ca dari sakarin, aspartam, thaumatin.

f. Antioksidan

Antioksidan yang ideal bersifat: nontoksik,

noniritan, efektif pada konsentrasi rendah, larut

dalam fase pembawa dan stabil.

Contoh antioksidan adalah: asam askorbat, asam

sitrat, Na metabisulfit, Na sulfite

g. Dapar

Zat yang range pH stabilitasnya kecil, maka harus

di dapar dengan dapar yang sesuai dengan

memperhatikan :

33

Page 34: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

1. ketercampuran dengan kandungan larutan

2. inert

3. tidak toksik

4. kapasitas dapar yang bersangkutan.

Larutan yang mengandung asam kuat atau basa kuat

adalah larutan yang mempunyai kapasitas dapar.

Kebanyakan dapar terdiri dari campuran asam lemah

dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Buffer/

dapar adalah suatu material yang ketika dilarutkan

dalam suatu pelarut, senyawa ini mampu

mempertahankan pH ketika suatu asam atau basa

ditambahakn. Buffer yang sering digunakan adalah:

karbonat, sitrat, glukonat, laktat, posfat atau

tartrat.

Kriteria untuk buffer adalah:

a.mempunyai kapasitas yang cukup dalam rentang pH

yang diinginkan.

b.aman untuk penggunaan jangka panjang.

c.memiliki sedikit/ tidak ada efek yang mengganggu

stabilitas sediaan jadi.

d.dapat menerima flavouring dan warna dari produk.

(solutio.blogspot.com)

2. Teknik compounding sediaan liquid secara umum

a. Dengan cara sederhana

Misal: - Sirup simplex à melarutkan gula dalam

air

34

Page 35: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

- Solutio Acidi Borici à melarutkan Acidum

boricum dalam air.

b. Dengan reaksi kimia

Misal: - Solutio Lugoli à melarutkan Iod dalam

larutan pekat kalium iodida

- Solutio Magnesii citras à melarutkan

Magnesium carbonat dalam larutan asam citrat.

c. Dengan ekstraksi simplisia nabati

Misal :

- infusa daun sirih ( Piper betle folium).

- Cara Melarutkan Zat (M.Anief, IMO, 99)

1) Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam

botol

2) Zat-zat yang agak sukar dilarutkan dengan

pemanasan

3) Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air

dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak

terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat.

4) Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan

merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer

atau botol maka perlu dalam melarutkkan

digoyang-goyangkan atau di gojok untuk

mempercepat larutnya zat tersebut.

5) Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak

boleh dilarutkan dengan pemanasan dan

dilarutkan secara dingin.

35

Page 36: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

6) Zat-zat mudah menguap bila dipaanasi,

dilarutkan dalam botol tertutup dan dipanaskan

serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.

7) Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri,

untuk meyakini apakah sudah larut semua, dapat

dilakukan ditabung reaksi lalu bilas.

8) Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya

diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu

zat, tidak untuk menambah kelarutan, sebab bila

keadaan menjadi dingin maka akan terjadi

endapan.

- Apabila meracik sediaan larutan, emulsi dan

suspensi, peracik menyiapkan 2% sampai 3%

jumlah berlebih dari jumlah total. Dalam

meracik sediaan ini diperhatikan:

1) Untuk wadah unit-tunggal, berat dari tiap

wadah yang terisi, periksa berat, tidak

kurang dari 100% dan tidak lebih dari 110%

dari volume pada label.

2) Suspensi air disiapkan dengan menghaluskan

campuran serbuk menjadi pasta halus dengan

bahan pembasah yang tepat. Pasta ini diubah

menjadi cairan free-flowing dengan

menambahkan pembawa secukupnya. Bagian

pembawa dipakai untuk mencuci mortir, atau

bejana lain, untuk mentransfer suspensi

secara kuantitatif ke dalam botol yang sudah

36

Page 37: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

dikalibrasi. Sediaan dapat dihomogenkan

untuk menjamin kehomogenan sediaan akhir.

3) Kurangi ukuran partikel menjadi ukuran

terkecil yang layak

4) Larutan tidak mengandung bahan-bahan tidak

larut yang tampak.

5) Emulsi dan suspensi diberi label “Kocok

sebelum dipakai”

3. Compounding process

Compounder mengingat langkah-langkah berikut untuk

meminimalkan kesalahan dan memaksimalkan tujuan

penulis resep :

a. Pertimbangkan kecocokan resep yang akan diracik

dengan syarat-syarat keamanan dan tujuan

pemakaian.

b. Kerjakan perhitungan yang penting untuk

mendapatkan jumlah bahan-bahan yang diperlukan.

c. Identifikasi alat-alat yang diperlukan

d. Pakai pakaian yang tepat dan cuci tangan

e. Bersihkan daerah peracikan dan alat yang

diperlukan

f. Hanya satu resep yang harus diracik pada satu

waktu dalam suatu peracikan yang ditentukan.

g. Kumpulkan semua bahan-bahan untuk meracik resep

h. Racik sediaan dengan mengikuti catatan

formulasi (formulation record), Proses meracik

(lanjutan)

37

Page 38: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

i. Nilai variasi berat, kecukupan pencampuran,

kejernihan, bau, warna, konsistensi, dan pH

setempatnya.

j. Bubuhi keterangan catatan racikan dan jelaskan

rupa sediaan

k. Beri label wadah resep dengan memasukkan item

berikut: a) nama sedaan, b) nomor identifikasi

internal, c) initial compounder, d) penyimpanan

yang diperlukan, dan pernyataan yang diperlukan

berdasarkan undang-undang.

l. Tandatangani dan beri tanggal resep yang

menegaskan bahwa semua prosedur telah

dikerjakan untuk menjamin keseragaman,

identitas, kekuatan, kuantitas, dan kemurnian.

m. Bersihkan semua peralatan dan simpan dengan

tepat.

2.5. PROBLEM COMPOUNDING PADA SEDIAAN LIQUIDA. Pengatasan kontaminasi mikroba

Dalam rangka mengoptimalkan metode untuk

mengendalikan kontaminasi mikroba obat-obatan,

perlu untuk memahami sumber-sumber dan rute dari

mana kontaminasi mungkin berasal. Kontaminasi

mikroba dari bahan baku selalu akan ditransfer ke

produk, sedangkan kontaminasi lebih lanjut mungkin

diperoleh dari peralatan dan lingkungan, dari

operator proses dan bahan kemasan.

Contoh sediaan liquid yang berpotensi besar

terkontaminasi mikroba adalah sediaan sirup. Sirup

38

Page 39: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

adalah sediaan yang komposisi terbesar pada umumnya

adalah air sebagai pelarut. Karena komposisi

terbesar dari sediaan ini adalah air maka, sirup

rentan sekali terkontaminasi oleh mikroba sebab air

adalah media yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba.

Untuk mengantisipasi tumbuhnya mikroba pada

sediaan selalu di lengkapi dengan zat pengawet atau

zat anti bakteri. Selain itu tetap menjaga

stabilitas dari sediaan salah satunya dengan cara

memperkecil ukuran partikel sehingga zat mudah

terlarut. Zat aktif stabil pada pH tertentu. Oleh

karena itu diperlukan dapar untuk mempertahankan pH

sediaan. Untuk kontaminasi mikroba pada alat

ataupun kemasan biasanya digunakan uji sterilitas.

(bloomefield,2007)

B. Pengatasan problem oksidasiSelain kontaminasi mikroba problem yang sering

terjadi pada compounding sediaan adalah terjadinya

oksidasi atau interaksi sediaan dengan oksigen

bebas di udara. Untuk mencegah terjadinya oksidasi

antara produk dengan oksigen bebas tersebut maka

biasanya pada waktu pengemasan dibuat sedemikian

rupa, sehingga terdapat sedikit mungkin oksigen

pada wadah obat cairan. Cara lain untuk menghindari

terjadinya oksdasi adalah dengan penambahan bahan

anti oksidan pada produk obat yang dapat mengurangi

oksigen bebas.

C. Pengatasan problema pembuatan suspensi dan emulsi

a. Pengatasan problema pembuatan suspensi

39

Page 40: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses

pembuatan suspensi adalah cara memperlambat

penimbunan partikel serta menjaga homogenitas

dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah

satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas

suspensi adalah:

Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas

penampang partikel tersebut serta daya tekan

keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan

antara ukuran partikel merupakan perbandingan

terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan

antar luas penampang dengan daya tekan keatas

merupakan hubungan linier. Artinya semakin

besar ukuran partikel maka semakin kecil luas

penampangnya.

Kekentalan / Viskositas

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula

kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin

kental suatu cairan kecepatan alirannya makin

turun  (kecil). 

Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila di dalam suatu ruangan berisi

partikel dalam jumlah besar, maka partikel

tersebut akan susah melakukan gerakan yang

bebas karena sering terjadi benturan antara

partikel tersebut. Benturan itu akan

40

Page 41: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

menyebabkan terbentuknya endapan dari zat

tersebut, oleh karena itu makin besar

konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan

terjadinya endapan partikel dalam waktu yang

singkat.

Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar

terdiri dari beberapa macam campuran bahan

yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan

demikian ada kemungkinan terjadi interaksi

antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan

yang sukar larut dalam cairan tersebut.

Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan

sifat alami, maka kita tidak dapat

mempengaruhi. Ukuran partikel dapat

diperkecil dengan menggunakan pertolongan

mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.

Sedangkan viskositas fase eksternal dapat

dinaikkan dengan penambahan zat pengental

yang dapat larut kedalam cairan tersebut.

Bahan-bahan pengental ini sering disebut

sebagai suspending agent (bahan pensuspensi),

umumnya besifat mudah berkembang dalam air

(hidrokoloid).

b. Pengatasan problema pembuatan emulsi

Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah

satu cairannya terdispersi dalam cairan lain

dalam bentuk tetesan kecil. Untuk menyatukan

41

Page 42: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

sistem dua fase tersebut distabilkan dengan

penambahan emulgator. Emulsi dikatakan tidak

stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah

ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua

lapisan, dimana yang satu mengandung fase

dispers lebih banyak daripada lapisan yang

lain. Creaming bersifat reversibel artinya

bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi

kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu

pecahnya emulsi karena film yang meliputi

partikel rusak dan butir minyak akan koalesen

(menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa

diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:

a. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol,

perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2

b. Peristiwa fisika, seperti pemanasan,

penyaringan, pendinginan dan pengadukan.

Untuk dapat mencegah terjadinya koalesensi

dapat ditambahkan emulgator atau surfaktan

yang cocok. Surfaktan menstabilkan emulsi

dengan cara menempati antar-permukaan tetesan

dan fase eksternal, dan dengan membuat batas

fisik di sekeliling partikel yang akan

berkoalesensi.

42

Page 43: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

3. Inversi fase yaitu peristiwa berubahnya tipe

emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan

sifatnya irreversible.(Syamsuni,2006)

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Suspensi Oral

Resep Standar (ForNas hal. 66)

Komposisi tiap 5 mL mengandung Chloramphenicoli Palmitas

setara dengan :

Chloramphenicolum 125 mg

Carboxy Methyl Cellulosum Natrium 50 mg

Polysorbatum-80 25 mg

Propylenglycolum 1 g

Sirup simplex 1,5 g

Aqua destilata                    ad 5 mL

43

Page 44: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Resep rancangan

Dr. Rosina

SIP                : 

11/04/091/10

SID               : 

012/04/094/10

Jl. Arjuna no.80 A Batu

Praktek Sore :  15.00 – 20.00

No.24                             

         Malang, 10-12-2012

R/  Susp. Klomramfenikol 120 mL

      Pewarna       qs

      Pengaroma   qs

            S t dd 1 C

S

Pro        : Shendy

Usia      :

Alamat : Jl. Progo18. Malang

Monografi

a. Chloramphenicolum Palmitas / Chloramphenicolum Palmitat

(FI IV hal. 195)

Pemerian : Serbuk hablur, halus seperti lemak, putih, bau

lemah, hampir tidak berwarna dan berasa

44

Page 45: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam

asetat & dalam kloroform, larut dalam eter, agak sukar

larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam heksana

Khasiat : Antibiotik

Dosis lazim : 1x pakai = 250-500 mg, 1xH = 1 g- 2 g

b. Carboxy Methyl Cellulosum Natrium (FI IV hal.175)

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,

higroskopik

Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan

kolodial, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam

pelarut organik lain

Khasiat : Suspending Agent, penstabil suspensi

(konsentrasi 0,1-1,0 %)

c. Polysorbatum-80 (FI III hal.509)

Pemerian : Cairan jernih seperti minyak, jernih, berwarna

kuning muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa

pahit dan hangat

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak

berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol,

dalam etil asetat tidak larut dalam minyak mineral.

Khasiat : Zat tambahan (pembasah)

d. Propylenglycolum (FI III hal.534)

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa

khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara

lembab

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton,

dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan dalam

beberapa minyak esensial

45

Page 46: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

e. Syrup symplex (FI III hal.567)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna

Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan

metil  paraben 0,25 % b/v qs ad diperoleh 100 bagian sirup

(terdiri dari 64 bagian gula dan 36 bagain air (pH ned,

516)

f. Aqua destilata (FI III gal. 96)

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Khasiat : zat pembawa

Perhitungan Bahan

1. Chloramphenicolum    = 125 mg/5mL x 120 mL = 3 g

1,74 g chloramphenicolum palmitat ~ 1 g

chloramphenicolum

1,74 g / 1g = x / 3 g

x  = 5,22 g

2. CMC-Na                     = 50 mg / 5 ml x 120 mL = 1200

mg = 1,2 g

Air yang dibutuhkan  untuk pumbuatan CMC-Na  =

1,2 g / x  = 1 g / 20 mL

x = 24 mL

3. Polysorbatum-80         = 25 mg / 5 ml x 120 mL = 600 mg

4. Propylenglykolum       = 1 g / 5 ml x 120 mL = 24.000 mg

= 24 g = 24,84 mL

( Bj = 1,035)

5. Syrup symplex            =  1,5 g / 5 ml x 120 mL =

36.000 mg = 36 g = 36 mL

46

Page 47: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Cara Pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Disetarakan timbanagn

3. Dikalibrasi botol 120 mL

4. Ditimbang CMC-Na 1,2 g, disisihkan

5. Dimasukan aquadest 24 mL kedalam mortir

6. Ditaburkan CMC-Na sedikit demi sedikit kedalam mortir

yang berisi aquadest tadi, ditunggu hingga mengembang dan

membentuk mucilago

7. Ditimbang kloramfenikol 5,22 g, disisihkan

8. Diukur syrup symplex 36 mL dimasukan kedalam gelas ukur

berukuran 100 mL

9. Ditimbang polysorbatum-80 600 g, diukur propylenglycol

24,84 mL, dimasukan kedalam cawan penguap

10. Dimasukan kloramfenikol sedikit demi sedikit ke dalam

mortir no. 6, digerus kuat ad homogen

11. Ditaburkan polysorbatum sedikit demi sedikit ke dalam

mortir no.6, sambil digerus kuat ad homogen

12. Ditambahkan syrup symplex 36 mL ke dalam mortir no.6

sambil gerus ad halus homogen

13. Ditambahkan sisa aquadest edikit demi sedikit ad tanda

kalibrasi, ditetesi pewarna orange secukupnya dan

ditambah pengaroma secukupnya sesuai kenginan, digerus ad

homogen

14. Dimasukan ke dalam botol, di tutup, diberi etiket

putih (oral)

47

Page 48: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Pembahasan

Hasil sediaan suspensi baik

3.2. EMULSI

Resep standart (Fornas hal 13)

R/ Oleum Ricini                      30

PGA                                   10

Sach. Alb                            15

Aqua ad                            250

Resep rancangan

R/ Oleum Ricini                      30

PGA                                   10

Sach. Alb                            15

Pengaroma jeruk                 10 gtt

Pewarna kuning                  qs

Aqua ad                            250

S.1.dd.1.c.o.n

Monografi :

a. Oleum Ricini / Minyak Jarak (FI IV. Halaman 631)

Pemerian  : cairan kental, transparan, kuning pucat atau

hampir tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau asing

dan tengik; rasa khas.

Kelarutan : larut dalam etanol; dapat bercampur dengan

etanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan

kloroform dan dengan air.

Khasiat     : laksativum / pencahar.

48

Page 49: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

b. Gom Arab / Acasia (FI IV. Halaman 718)

Pemerian  : serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak

berbau.

Kelarutan : larut hampir semua dalam air, tetapi sangat

lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah

sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilage,

tidak berwarna / kekuningan, kental, lengket, transparan,

bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis

tidak larut dalam eter dan etanol. Terdiri dari 40% PGA

yang dilarutkan dalam 1,5 bagian air.

c. Sacharum Album (FI III. Halaman 334)

Pemerian  : hablur tidak berwarna, serta warna putih,

tidak berbau rasa manis.

Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370

bagian etanol 95% P.

 

Perhitungan Bahan

a. Oleum Ricini = 30 / 250 x 30 = 3,6 gram

b. PGA = 10 / 250 x 30 = 1,2 gram

Air untuk PGA = 1,2 x 1,5 = 1,8 mL

c. Sach. Alb = 15 / 250 x 30 = 1,8 gram

d. Pengaroma jeruk = 10 / 250 x 30 = 1,2 tetes = 2 tetes

Cara pembuatan

1. Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 mL.

2. Gerus 1,2 g PGA dalam mortir dengan air 1,8 mL air

sampai terbentuk mucilago, tambahkan 2,4 g ol.ricini,

49

Page 50: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

digerus homogen sampai terbentuk korpus emulsi dan tidak

ada tetes minyak di mortir.

3. Ditambahkan sisa ol.ricini sedikit demi sedikit sambil

diaduk sampai dimortir tidak terlihat tetes minyak.

4. Ditimbang sach alb 1,8 g diletakkan di cawan, ditambahkan

aquades 1 mL air diaduk ad homogen, dimasukkan ke mortir

no.3.

5. Ditambahkan air sedikit demi sedikit ad encer, diaduk ad

homogen.

6. Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.

7. Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan sisa aquades ad 30

mL + pengaroma jeruk 2 tetes, dikocok ad homogen.

8. Botol diberi cup, diberi etiket putih dan tanda “kocok

dahulu”.

Pembahasan :

Pada saat pembuatan emulsi ol.ricini dilakukan langkah –

langkah sesuai dengan langkah - langkah yang ada di cara

pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur

secara homogen dan sesuai dengan yang diinginkan. Warna dan

aroma sediaan yang dibuat juga sudah sesuai. Maka cara

pembuatan yang dirancang  seperti di atas bisa digunakan

untuk membuat emulsi ol.ricini yang baik.

3.3. INFUS

50

Page 51: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Formula standar

R/ 

Glukosa           2

5 g

NaCl                

   2,25 g

A.P.I.  ad

500 mL

Rancangan formula

Dr. Fiant      SIP. 005/IDI/2010

Jl. Syehk Yusuf  No 15 Kendari

Telp. (0401) 31934

No.

01                             

Kendari, 22/09/2012

R/  Glukosa              25 g

NaCl                   2,25 g

A.P.I. ad             500 mL

                             Fac

100 mL                   

Pro         : Arka

Umur     : 20 Tahun

Alamat  : Jl. Asrama Haji

Keterangan :

R/                    :    Recipe                 :   

Ambillah

Pro                  :    Pronum                :    Untuk

51

Page 52: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Fac                  :    Fac                       :   

Dibuat

A.P.I.              :    Aqua Pro Injeksi :    Air Untuk

Injeksi

Glukosa (FI Edisi III hal. 268)

Nama resmi :    GLUCOSUM

Sinonim :    Glukosa

Rumus Molekul :    C6H12O6H2O

Pemerian :    Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

butiran putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan :    Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95 %) P

mendidih, sukar larut dalam etanol (95 %) P.

Penyimpanan :    Dalam wadah tertutup baik.

K / P :    Kalorigenikum, yakni zat yang dapat

meningkatkan atau menghasilkan energi.

NaCl (FI Edisi III Hal. 403)

Nama Resmi :    NATRII CHLORIDUM

Sinonim :    Natrium Klorida

Rumus Molekul:    NaCl

Pemerian :    Hablur heksahedral, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan :    Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian

air mendidih dan lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar

larut dalam etanol (95 %). 

Penyimpanan :    Dalam wadah tertutup baik.

52

Page 53: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

K / P :    Sumber ion klorida dan ion natrium

A.P.I (FI Edisi III Hal. 97)

Nama Resmi :    AQUA PRO INJECTION

Sinonim :    Air untuk injeksi

Pemerian :    Keasaman–kebasaan, amonium, besi, tembaga,

timbal, kalsium klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi

memenuhi syarat yang tertera pada aqua destilata. 

Penyimpanan :    Dalam wadah tertutup kedap, jika

disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan

dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.

K / P  :    Untuk pembuatan injeksi

Perhitungan Bahan

1.   Glukosa             =   25 / 500 x  100  =  5 gram

2.   NaCl                  =  2,25 / 500 x  100  =  0.45

gram

Dalam Farmakope Indonesia Edisi III halaman 19, volume

tambahan yang dianjurkan adalah 2% dari volume yang akan

dibuat, maka :

Glukosa        =  2 / 100 x  5 =  0,1 gram

Total             =  5   +   0,1 =  5,1 gram

NaCl             =  2 / 100 x  0,45 =  0,009 gram

Total             =  0,45 + 0,009 = 0,459 gram

3.   A.P.I =  100 – ( 5,1 + 0,459 ) =   94,441 mL.

Cara Kerja Pembuatan Infus

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Lakukan perhitungan bahannya.

53

Page 54: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

3. Timbang glukosa 5,1 gram di dalam gelas kimia 100 mL.

4. Diambil NaCl 0,9 % sebanyak 0,459 ml dengan menggunakan

spoit 3 cc.

5. Diambil A.P.I 96,33 mL dengan menggunakan gelas ukur.

6. Kalibrasi botol infus.

7. Botol infus dibebas sulfurkan dengan cara botol infus

direndam dengan larutan sulfur dengan glukosa.

8. Glukosa yang telah ditimbang dilarutkan dengan sedikit

A.P.I, kemudian diaduk hingga larut.

9. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahakn dengan

larutan NaCl 0,9 % sebanyak 0,459 mL, lalu tambahkan

dengan A.P.I sampai tanda batas.

10. Masukkan ke dalam botol infus kemudian ditutup dengan

penutup karet dan aluminium foil, lalu diikat dengan tali

godam

11. Sterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15

menit

12. Setelah steril, dikeluarkan lalu diberi etiket, brosur

dan kemasan.

PEMBAHASAN

Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk infus harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi

atau adanya bahan asing. Cara pembuatan obat yang baik

(CPOB) mempersyaratkan tiap wadah akhir infus harus diamati

secara fisik dan tiap wadah  yang menunjukan pencemaran

bahan asing yang terlihat secara  visual harus ditolak.

Selain itu syarat sediaan steril infus adalah harus bebas

54

Page 55: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

pirogen. Dimana bebas pirogen dapat diartikan bahwa sediaan

yang bebas dari cemaran mikroorganisme yang dapat

menyebabkan terjadinya panas atau demam. Sebelum wadah

digunakan, wadah haruslah dibebas sulfurkan terlebih dahulu

dengan merendam penutup wadah infus yang terbuat dari karet

dalam larutan belerang (sulfur praecipitatum) dan natrium

carbonat (Na2CO3).

            Air yang digunakan untuk infus biasanya Aqua Pro

Injeksi ini dibuat  dengan menyuling kembali air suling

segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok

untuk labu. Hasil sulingan pertama di buang dengan sulingan

selanjutnya ditampung dan segera digunakan. Bila segera

digunakan untuk disterilan dengan cara sterilisasi A

(sterilisasi basah atau disebut dengan sterilisasi panas

lembab karena sterilisasi ini dilakukan di dalam autoklaf

dengan menggunakan uap air bertekanan) atau C (penyaringan

bakteri kecil) setelah ditampung.

           Pertama-tama dilakukan yakni mensterilkan semua

alat-alat yang dilakukan di dalam autoklaf pada suhu 1210 C

selama 15 menit, selanjutnya dilakukan penimbangan bahan.

Pertama ditimbang glukosa sebanyak 5,1 gram di dalam gelas

kimia 100 mL dan dilarutkan dengan Aqua Pro Injeksi

secukupnnya hingga larut lalu aduk hingga dengan batang

pengaduk. Setelah larut tambahkan larutan NaCl 0,9 %

sebanyak 0,495 mL dengan menggunakan spoit 3 cc, aduk hingga

homogen setelah itu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

Kemudian cukupkan volumenya dengan Aqua Pro Injeksi hingga

100 mL, goyangkan labu ukur agar bahan tercampur homogen.

55

Page 56: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

            Setelah larutan tersebut di buat, siapkan

wadahnya. Botol infus dikalibrasi dengan menggunakan Aqua

Destillata hingga 100 mL, keluarkan isinya lalu masukkan

larutan yang telah dibuat tadi. Tutup botol dengan penutup

karet dan dilapisi dengann aluminium foil dan ikat dengan

talli godam sekuat mungkin. Tujuannya agar pada saat

disterilkan dalam autolaf volume infus tidak berkurang,

kemudian diadakan uji kelayakan dan kejernihan larutan infus

yang telah dibuat dengan cara melihat jernih atau keruhnya

larutan infus yang telah dibuat. Setelah itu uji adanya

bahan-bahan asing yang berwarna putih dengan menggunakan

sebuah alat yang berlatar hitam sehingga dengan alat

tersebut kita dapat melihat jika ada bahan-bahan asing yang

berwarna putih yang melayang-layang dalam larutan tersebut.

            Selanjutnya uji bahan-bahan asing berwarna hitam

dengan menggunakan alat-alat berlatar putih, dengan alat ini

jika masih ada bahan-bahan asing berwarna hitam akan dapat

terlihat dengan jelas. Kemudian dilakukan uji kebocoran jika

larutan infus yang dibuat bocor maka volume infus tersebut

berkurang ataupun bertambah, hal ini dapat dilihat dengan

adanya tanda kalibrasi 100 mL yang telah dibuat dengan

menggunakan etiket. Larutan infus dapat berkurang akibat

adanya kebocoran sehingga air akan keluar dari wadah infus

dan bertambahnya larutan infus tersebut bisa disebabkan

masuknya uap air pada saat dilakukan sterilisasi, setelah

itu beri etiket, brosur dan kemasan.

3.4. INJEKSI

56

Page 57: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Injeksi Cyanocobalamin

Petunjuk pembuatan

1. Gunakan item 5 yang telah mendidih, pakai item 6 dengan

dialirkan, dan lakukan hal ini sepanjang proses

pembuatan.

2. Ambil 0,9 L item 5 dan campurkan item 1 hingga 4

didalamnya, lakukan hingga terbentuk disolusi.

3. Check ph 4.0-5.5.

4. Filter sampai 0.45 µm prefiltter dan 0.22 µm, untuk

melakukan sterilisasi.

5. Isi 10.0 mL pada vial yang telah di sterilisasi (2000C

selama 4 jam). Jangan di sterilisasi autoklaf.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan yang dapat kami

tarik dari makalah ini yaitu :

57

Page 58: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

1. Teknik compounding secara umum dapat dilakukan

dengan cara : sederhana, reaksi kimia, dan ekstraksi

simplisia nabati.

2. Yang menjadi problem dalam compounding sediaan

liquid diantaranya : pengatasan kontaminasi mikroba,

pengatasan oksidasi sediaan, serta pengatasan

problem pembuatan emulsi dan suspensi.

4.2 Saran

Untuk meminimalkan kesalahan sebaiknya dalam

compounding, compounder perlu kiranya memperhatikan

hal-hal yang dapat mempengaruhi proses mulai dari

pembacaan resep sampai pada pemberian etiket sediaan

yang nantinya diserahkan kepada pasien.

58

Page 59: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, DepartemenKesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298

Anonim. 2007. Mixing Technologies in the Pharmaceuticaland Medicinal Industries. A White Paper. CharlesRoss and Son Company.

Dirjen Binfar. Pedoman Pencampuran Obat Suntik danPenanganan Sediaan Sitostatiska. DepertamenKesehatan RI. 2009

Bhatt, Bhawna and Agrawal, S.S . 2007. PharmaceuticalEngineering – Mixing. Delhi Institute ofPharmaceutical Science and Research Sector – 3.Pushp Vihar. New Delhi

Gennaro, Alfonso R., (2000), Remington: The Science andPractice of Pharmacy20th edition, PhiladelphiaCollege of Pharmacy and Science: Philadelphia

Jenkins, Glenn L., (1957), Scoville’s the Art ofCompounding Nineth edition, The McGraw-Hill BookCompany, Inc: USA

Lachman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek FarmasiIndustri. Edisi III. Jakarta : UI Press.

Lachman, L, Lieberman, H.A, Kanig, J.L. 1989. Teori danPraktek Farmasi Industri. Penerbit UniversitasIndonesia. Jakarta.

59

Page 60: MAKALAH SEDIAAN LIQUID FARMASI ISTN JAKARTA

Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7thedition, Marck Publishing Company: USA

Moh. Anief. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran.

Tousey. 2002. The Granulation Process 101 – BasicTechnologies for Tablet Making. PharmaceuticalTechnology page 8-1.

Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology,Burgess Publishing Company: Iowa

60