Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti pada suatu kegiatan dengan tujuan untuk monitoring dan evaluasi. Standarisasi harus dapat diterapkan pada semua aspek, seperti halnya pada sektor irigasi. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.
23

Makalah SDA pak Dwi.docx

Oct 03, 2015

Download

Documents

Lisa Yumeiicha
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1. UmumStandarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti pada suatu kegiatan dengan tujuan untuk monitoring dan evaluasi. Standarisasi harus dapat diterapkan pada semua aspek, seperti halnya pada sektor irigasi.Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.Perkembangan sumber daya air di Indonesia selalu mengalami peningkatan dan perubahan dari waktu ke waktu, maka dari itu sangat diperlukan untuk melakukan pengembangan dan peningkatan sektor sumber daya air baik dari segi kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, aspek kelembagaan, maupun pelaksanaan di lapangan. Hal tersebut perlu diintegrasikan dengan paradigm pembangunan nasional dan pembangunan sumber daya air secara keseluruhan.Dengan meningkatnya permintaan masyarakat untuk sumber daya air baik secara kuantitas maupun kualitas, maka dapat mendorurng untuk penguatan nilai ekonomi sumber daya air dibandingkan dengan nilai sosial dan berpotensi untuk terjadi konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air yang lebih mempertimbangkan nilai ekonomi akan cenderung untuk memberikan manfaat yang lebih banyak kepada kepentingan penguatan ekonomi dan akan mengesampingkan kepentingan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terhadap air. Hal ini akan menjadi kerugian bagi kelompok masyarakan yang tidak mampu bersaing karena rendahnya kemampuan ekonomi, bahkan akan menyebabkan hak dasar setiap orang untuk mendapatkan air tidak dapat dipenuhi. Mengingat sumber daya air merupakan sumber kehidupan, pemerintah wajib melindungi kepentingan kelompok masyarakat berkemampuan ekonomi rendah untuk mendapatkan sumber daya air secara adil dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyeimbangkan antara nilai sosial dan nilai ekonomi sumber daya air.Pemberdayaan dan pendayagunaan kelembagaan pengelolaan irigasi perlu dilakukan untuk menjamin pengelolaan irigasi. Kelembagaan pengelolaan irigasi tersebut meliputi instansi pemerintah, perkumpulan petani pemakai air (P3A), dan komisi irigasi. Perkumpulan petani pemakai air dibentuk secara demokratis pada setiap daerah layanan/petak tersier atau desa dan dapat membentuk gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) pada daerah layanan/blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi. Selain itu perlu dibentuk juga induk perkumpulan petani pemakai air (IP3A) pada daerah layanan/blok primer, gabungan beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi. Sementara itu, Komisi Irigasi dibentuk untuk mewujudkan keterpaduan pengelolaan sistem irigasi pada setiap provinsi dan kabupaten/kota.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 2 Network Density Jaringan Irigasi adalah merupakan salah satu infrastruktur yang dikembangkan sebagai pendukung perkembangan pertanian. Dengan perkembangan infrastruktur jaringan irigasi, dikembangkan pula infrastruktur transportasi untuk pengadaan sarana produksi produksi pertanian. Dengan memperhatikan keadaan bangunan irigasi yang ada dan tujuan mencapai swasembada pangan (beras) dalam waktu secepat-cepatnya, pemerintah memilih strategi pengembangan irigasi dengan mengutamakan program: 1. Rehabilitasi jaringan irigasi 2. Pembangunan jaringan irigasi baru untuk memperluas lahan pertanianberirigasi dalam bentuk irigasi sederhana 3. Peningkatan operasi serta pemeliharaan. Meski memberikan manfaat yang membanggakan, pembangunan infrastuktur terkadang menimbulkan dampak tertentu baik yang bersifat negatif maupun positif. Dampak negatif dari pengembangan infrastruktur jaringan irigasi yang dilaksanakan secara cepat adalah tidak memadainya kwalitas mutu bangunan.Kerapatan Jaringan atau Network Density adalah besaran luasan suatu DAS yang diwakili oleh suatu jaringan dalam hal ini membahas mengenai Kerapatan Jaringan di Saluran dan di Bangunan Irigasi.Standar karakteristik fisik jaringan yaitu :Tabel 1.1 Kerapatan Jaringan NoKarkteristik Network Density

1Bangunan 50-100 m/ha

2Bangunan Bagi 0,11 0,40 unit/ha

3Saluran/ Bangunan Bagi B-ratio 2,21 2,50 unit

4Saluran dengan n-ratio250 500 m/segmen

5Bangunan Bagi 0-ratio500 1000 m

Sumber : google.com

Menghitung Debit AndalanDebit andalan adalah debit minimum rata-rata tengah bulan yang dipakai sebagai andalan persediaan air sungai yang tersedia untuk kepentingan tertentu (seperti: irigasi, PLTA, dan lain-lainnya) sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Jadi misalkan ditetapkan andalan sebesar 80%, maka akan menghadapi resiko kegagalan debit-debit kurang dari debit andalan 20% banyaknya pengamatan. Dalam menghitung debit andalan harus dipertimbangkan besarnya debit air yang mengalir pada sungai tempat dimana pengambilan air untuk irigasi akan dilakukan.Cara memperoleh debit andalan antara lain dengan beberapa metode, yaitu:A. Metode Q rata rata minimumDebit andalan yang dianalisis memakai metode ini ditentukan berdasarkan data debit rata rata bulanan yang minimum dari tiap tiap tahun data yang tersedia.Prosedur yang digunakan antara lain : Menghitung debit rata rata bulanan untuk semua tahun (n) Menentukan debit rata rata bulanan yang minimum untuk masing masing tahun. Merangking data (sebanyak n tersebut) mulai yang terbesar sampai terkecil dan menghitung probabilitas untuk masing masing data (p = m/n + 1, dengan m = nomor urut (ranking) dan n = jumlah data. Memplot data di atas dengan probabilitas sebagai absis, debit sebagai ordinat. Menentukan probabilitas yang dikehendaki, memplot pada grafik yang tersedia dan membaca debit andalan yang terjadi.

B. Metode karakteristik aliranPerhitungan debit andalan dengan metode ini antara lain memakai data yang di dapat berdasarkan karakteristikalirannya.Prosedur yang digunakan antara lain : Menghitung debit rata rata bulanan untuk semua tahun (n) Menggolongkan sejumlah data dengan kriteria tahun normal (n1), tahun basah (n2), dan tahun kering (n3) dengan n = n1 + n2 + n3 Merangking data (sebanyak n tersebut) mulai yang terbesar sampai terkecil untuk masing masing kelompok bulan (Januari s/d Desember) sesuai dengan kriteria tahun dan menghitung probabilitas untuk masing masing data (p = m/n + 1, dengan m = nomor urut (ranking) dan n = jumlah data. Memplot data di atas dengan probabilitas sebagai absis, debit sebagai ordinat. Menentukan probabilitas yang dikehendaki, memplot pada grafik yang tersedia dan membaca debit andalan yang terjadi sehingga di dapat 12 macam debit andalan untuk masing masing bulan dalam 1 tahun.

C. Metode Tahun dasar perencanaanPenentuan debit andalan menggunakn metode ini antara lain dengan menentukan suatu tahun tertentu sebagai dasar perencanaan. Umumnya dipakai Q80, artinya debit yang terjadi < dari Q80 adalah 20 %, sedang yang > atau = Q80.Rumus yang di pakai :Q80 = (n / 5) + 1Q90 = (n / 10) + 1Dengan n = kala ulang pengamatan yang di inginkan.Tahun dasar perencanaan dalam hal ini adalah urutan terbesar ke m (m = Q80) dari data tahun yang ada (urutan tahun dari besar ke kecil).Prosedur yang digunakan antara lain : Menghitung debit rata rata bulanan untuk tahun rencana. Merangking data sebanyak 12 kali.

D. Metode Bulan dasar perencanaanMetode ini seperti pada metode karakteristik aliran, tapi hanya dipilih bulan tertentu sebagai dasar perencanaan.

Kebutuhan Air di Sawah Sesuai Jenis TanahKebutuhan Air di Sawah Pada Tanah Alluvial Metode untuk menentukan penjatahan pada petak tersier yang lazim digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut (Roni DN, 2009): a. Metode FPR b. Metode Faktor K c. Metode Pasten Untuk studi ini, dipakai metode FPR, dimana kebutuhan air tanaman pada petak tersier dinyatakan dalam hektar palawija yang akan diairi (=luas relatif netto palawija). Faktor Palawija Relatif merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi yang berkembang di Jawa Timur. Kehilangan air di petak tersier dinyatakan dalam hektar palawija yang akan diairi, ini dilakukan dengan mengalihan luas palawija relatif (LPR) dengan suatu faktor.LPR = Luas Tanam x Angka Pembanding LPR Tanam Berikut faktor konversi untuk setiap jenis tanaman (Anonim, 2013): a) Untuk padi: o Tanaman setara 4 x polowijo o Uritan (pembibitan, penggarapan lahan dan tanaman) setara 20 x polowijo o Garapan setara 6 x polowijo b) Untuk tebu: o Tanaman setara 1,5 x polowijo c) Untuk bero: o Bero setara x 0 polowijo Kehilangan air dijaringan utama dihitung dengan mengalikan luas relatif total palawija di petak tersier dengan faktor kehilangan air. Perbandingan antara air yang tersedia dengan luas relatif total palawija inilah yang disebut Faktor Palawija Relatif (FPR). Jatah air dihitung dengan mengalikan luas relative palawija di tiap bangunan sadap dengan FPR.(Roni DN, 2009)

Dengan :FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol) Q = Debit yang mengalir di sungai (ltr/det) LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol)Tabel Nilai-nilai FPR Berdasarkan Jenis Tanah

Sumber : Anonim, 2003

Kebutuhan Air di Sawah Pada Tanah Lempung BerpasirAnalisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yangdiperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan airtanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman padasuatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan airnyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah airyang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan danpenggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapatdirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990) :KAI = ET + KA + KKDengan:KAI = Kebutuhan Air IrigasiET = EvapotranspirasiKA = Kehilangan airKK = Kebutuhan Khusus

Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu padasuatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm perhari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut:KAI = 5 + 2 + 3KAI = 10 mm perhariUntuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitupernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumberlain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaranserta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandangsebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.PAI = KAI HE KATDengan:PAI = Pemberian air irigasiKAI = Kebutuhan airHE = Hujan efektifKAT = Kontribusi air tanah

Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalamantanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria PerencanaanIrigasi 1986 sebagai berikut.

Dengan :PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanahd = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empirissebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan airawal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01). Untuklahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahandapat ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasukdalam kebutuhan air untuk penyiapan lahan.Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakanmetode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut

Dengan:IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)Eo = Evaporasi potensial (mm/hari)P = perkolasi (mm/hari)k = konstantaT = jangka waktu pengolahan (hari)S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)e = bilangan eksponen: 2,7182

Contoh Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi di LahanApabila telah tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) datajenis tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan efektif, makaanalisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat dilakukan. Dalammodul ini disertakan program komputer sederhana untuk menganalisis kebutuhanair untuk tanaman padi. Tabel Hasil Analisis Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi Pada Tanah LempungBerpasir

Perkembangan Sektor Irigasi Maupun Sektor Industri Sebelum Tahun 2005 dan Setelah Tahun 2005Di Kabupaten Malang, struktur penggunaan lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun 22,5%; industri 0,2%; sawah 13%; pertanian lahan kering 23,8%; perkebunan 6%; hutan 28,6%; rawa/waduk 0,2%; tambak kolam 0,1% padang rumput/tanah kosong 0,3%; tanah tandus/tanah rusak 1,5%; tambang galian C 0,3%; lain-lain 3,2%.Secara geografis wilayah Kabupaten Malang merupakan pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dan pesisir. Klasifikasi pengembangan wilayah adalah hutan bakau, perikanan darat, perkebunan, permukiman dan hutan. Beberapa permasalahan pengembangan wilayah adalah kerusakan alam dan lingkungan seperti banjir, erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya manusia yang rendah, pengangguran, terbatasnya ketersediaan lahan. Sedangkan potensi pengembangan wilayah diarahkan ke pengembangan kawasan a) Gunung Bromo di Kecamatan Poncokusumo meliputi potensi alam yang sangat indah, aktifitas keagamaan dan acara ritual Yadnya Kasada dari masyarakat Tengger yang memiliki keunikan sendiri, vegetasi yang beragam seperti bunga abadi edelweis, flora fauna yang sangat indah; b) Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari dengan aktifitasnya antara lain adanya mitos dan kepercayaan tentang Gunung Kawi dan komodifikasi budaya termasuk Kirab Budaya Agung, Pesarean yang dikeramatkan, kirab dan gebyar Suroan; c) Wisata Selorejo di Kecamatan Ngantang yaitu keindahan bendungan yang dikelilingi gunung; d) potensi alam Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan memiliki potensi perikanan tangkap dan olahan yang sangat besar.Untuk efektifitas dan efisiensi percepatan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Malang dibagi menjadi 6 wilayah pengembangan (WP):1) WP lingkar Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang (meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi udara, dengan prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan akses jalan tembus terkait Kota Malang, 2) Pengembangan jalan MalangBatu, 3) Peningkatan konservasi lingkungan, 4) Peningkatan kualitas koridor jalan Kota Malang-Bandara Abdul Rahman Saleh; dan pengembangan permukiman.2) WP Kepanjen dengan pusat di perkotaan Kepanjen (meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan 12 Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Pagelaran), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa skala Kabupaten, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), peternakan, perikanan darat, industri, pariwisata, kehutanan serta pariwisata pilgrim, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan Lingkar Timur dan penyelesaian Jalan Lingkar Barat Kepanjen, 2) Peningkatan akses menuju Gunung Kawi dan Wisata Ngliyep, 3) Jalan penghubung antar sentra ekonomi di perdesaan dengan pusat kecamatan, 4) Percepatan penyelesaian JLS, 5) Peningkatan sediaan air bersih pada kawasan rawan kekeringan; dan pengembangan permukiman.3) WP Ngantang dengan pusat pelayanan di perkotaan Ngantang (meliputi Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pujon, Kecamatan Kasembon), memiliki potensi pengembangan di sub sektor pariwisata antara lain Bendungan Selorejo, pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), peternakan, industri serta perikanan air tawar, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju sentra produksi pertanian di perdesaan, 2) Jalan penghubung dengan Blitar dari Ngantang, 3) Peningkatan pengelolaan tanah pada kawasan rawan longsor sepanjang PujonNgantangKasembonKandangan, 4) Peningkatan sediaan air di perdesaan dan penunjang irigasi.4) WP Tumpang dengan pusat pelayanan di perkotaan Tumpang (meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Jabung), memiliki potensi pengembangan sub sektor pariwisata, pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan), Peternakan, Perikanan serta Industri; dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan utama PakisTumpang PoncokusumoNgadasBromo, 2) Jalan pada pusat ekonomi di perdesaan, 3) Jalan tembus utama antar kecamatan, 4) Perbaikan sistem irigasi dan sediaan air; di WP ini dikembangkan Kawasan Agropolitan Poncokusumo termasuk pengembangan kawasan wisata menuju Gunung Bromo dan kawasan Minapolitan Wajak.5) WP Turen dan Dampit (meliputi Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading) dengan pusat pelayanan sosial di Turen, dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit, memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (tanaman pangan dan perkebunan), peternakan, perikanan laut, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Jalan khusus penunjang ekonomi sekaligus untuk evakuasi bencana (bila terjadi letusan Gunung Semeru) dan kemungkinan tsunami, 4) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan peternakan kambing Peranakan Etawa (PE).6) WP Sumbermanjing Wetan dengan pusat pelayanan di perkotaan Sendang biru (meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Bantur), memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (perkebunan, tanaman pangan), perikanan laut, pertambangan, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas 13 pengembangan infrastruktur 1) Jalan kearah perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan terutama ke Sendangbiru dan Bajulmati (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Pengembangan pelabuhan berskala nasional, 4) Jalur jalan khusus untuk evakuasi bencana (kemungkinan tsunami), 5) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Sendangbiru dan direncanakan pembangunan pelabuhan umum.Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend positif dalam 5 tahun terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini disebabkan karena kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang adalah sektor primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah dibanding sektor yang lain. Oleh karena itu kontribusi ekonomi diharapkan bergeser pada sektor industri olahan (agroindustri dan pertambangan). Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,3 %, industri pengolahan 8,2 %, pertambangan dan penggalian 7,3 %, disusul, hotel dan restoran. Sedangkan pertumbuhan terendah dan stabil adalah di sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yaitu sebesar 4,4 %.Tabel Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tahun 2006 2010 (%)

Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 tahun ke depan diproyeksikan terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada sektor sekunder dan sektor tersier, sementara pertumbuhan sektor primer relatif stagnan. Tabel Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tahun 2011 2015 (%)

Cukup tingginya aktifitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak terlepas dari tingginya aktifitas masyarakat dalam masing-masing sektor ekonomi produktif yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir adalah pertanian dengan rata-rata sebesar 30,77 %, disusul perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,87 %, dan industri pengolahan sebesar 18,04 %, jasa-jasa sebesar 13,17 %. Tumbuhnya perekonomian Kabupaten Malang juga mengundang sektor retail pasar modern seperti Indomart, Alfamart dan sejenisnya menjamur. Sektor ini mulai tumbuh dan mencoba bersaing dengan pasar tradional yang terlebih dahulu berkembang, untuk itu Pemerintah Kabupaten Malang akan menerapkan regulasi yang tepat, guna menyeimbangkan persaingan pasar tradisional dan pasar modern agar dapat bejalan selaras beriringan.Tabel Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang

Untuk 5 tahun ke depan, struktur perekonomian Kabupaten Malang masih didominasi oleh sektor primer dengan perkiraan sebesar 31,1% sekunder 23,1% dan tersier 45,9% pada Tahun 2015. Dari data tersebut terlihat bahwa dalam kurun 5 tahun mendatang secara perlahan struktur ekonomi Kabupaten Malang mengalami pergeseran dengan semakin meningkatnya sektor sekunder dan tersier.