BAB I PENDAHULUAN
1.1. UmumStandarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus
diikuti pada suatu kegiatan dengan tujuan untuk monitoring dan
evaluasi. Standarisasi harus dapat diterapkan pada semua aspek,
seperti halnya pada sektor irigasi.Irigasi merupakan upaya yang
dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia
modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi
dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut
menyiram.Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini
sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan
ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.Perkembangan sumber daya air
di Indonesia selalu mengalami peningkatan dan perubahan dari waktu
ke waktu, maka dari itu sangat diperlukan untuk melakukan
pengembangan dan peningkatan sektor sumber daya air baik dari segi
kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, aspek kelembagaan,
maupun pelaksanaan di lapangan. Hal tersebut perlu diintegrasikan
dengan paradigm pembangunan nasional dan pembangunan sumber daya
air secara keseluruhan.Dengan meningkatnya permintaan masyarakat
untuk sumber daya air baik secara kuantitas maupun kualitas, maka
dapat mendorurng untuk penguatan nilai ekonomi sumber daya air
dibandingkan dengan nilai sosial dan berpotensi untuk terjadi
konflik kepentingan antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai
pihak yang terkait sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air
yang lebih mempertimbangkan nilai ekonomi akan cenderung untuk
memberikan manfaat yang lebih banyak kepada kepentingan penguatan
ekonomi dan akan mengesampingkan kepentingan sosial dan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat terhadap air. Hal ini akan menjadi
kerugian bagi kelompok masyarakan yang tidak mampu bersaing karena
rendahnya kemampuan ekonomi, bahkan akan menyebabkan hak dasar
setiap orang untuk mendapatkan air tidak dapat dipenuhi. Mengingat
sumber daya air merupakan sumber kehidupan, pemerintah wajib
melindungi kepentingan kelompok masyarakat berkemampuan ekonomi
rendah untuk mendapatkan sumber daya air secara adil dengan
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu
menyeimbangkan antara nilai sosial dan nilai ekonomi sumber daya
air.Pemberdayaan dan pendayagunaan kelembagaan pengelolaan irigasi
perlu dilakukan untuk menjamin pengelolaan irigasi. Kelembagaan
pengelolaan irigasi tersebut meliputi instansi pemerintah,
perkumpulan petani pemakai air (P3A), dan komisi irigasi.
Perkumpulan petani pemakai air dibentuk secara demokratis pada
setiap daerah layanan/petak tersier atau desa dan dapat membentuk
gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) pada daerah
layanan/blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder, atau satu
daerah irigasi. Selain itu perlu dibentuk juga induk perkumpulan
petani pemakai air (IP3A) pada daerah layanan/blok primer, gabungan
beberapa blok primer, atau satu daerah irigasi. Sementara itu,
Komisi Irigasi dibentuk untuk mewujudkan keterpaduan pengelolaan
sistem irigasi pada setiap provinsi dan kabupaten/kota.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 2 Network Density Jaringan Irigasi
adalah merupakan salah satu infrastruktur yang dikembangkan sebagai
pendukung perkembangan pertanian. Dengan perkembangan infrastruktur
jaringan irigasi, dikembangkan pula infrastruktur transportasi
untuk pengadaan sarana produksi produksi pertanian. Dengan
memperhatikan keadaan bangunan irigasi yang ada dan tujuan mencapai
swasembada pangan (beras) dalam waktu secepat-cepatnya, pemerintah
memilih strategi pengembangan irigasi dengan mengutamakan program:
1. Rehabilitasi jaringan irigasi 2. Pembangunan jaringan irigasi
baru untuk memperluas lahan pertanianberirigasi dalam bentuk
irigasi sederhana 3. Peningkatan operasi serta pemeliharaan. Meski
memberikan manfaat yang membanggakan, pembangunan infrastuktur
terkadang menimbulkan dampak tertentu baik yang bersifat negatif
maupun positif. Dampak negatif dari pengembangan infrastruktur
jaringan irigasi yang dilaksanakan secara cepat adalah tidak
memadainya kwalitas mutu bangunan.Kerapatan Jaringan atau Network
Density adalah besaran luasan suatu DAS yang diwakili oleh suatu
jaringan dalam hal ini membahas mengenai Kerapatan Jaringan di
Saluran dan di Bangunan Irigasi.Standar karakteristik fisik
jaringan yaitu :Tabel 1.1 Kerapatan Jaringan NoKarkteristik Network
Density
1Bangunan 50-100 m/ha
2Bangunan Bagi 0,11 0,40 unit/ha
3Saluran/ Bangunan Bagi B-ratio 2,21 2,50 unit
4Saluran dengan n-ratio250 500 m/segmen
5Bangunan Bagi 0-ratio500 1000 m
Sumber : google.com
Menghitung Debit AndalanDebit andalan adalah debit minimum
rata-rata tengah bulan yang dipakai sebagai andalan persediaan air
sungai yang tersedia untuk kepentingan tertentu (seperti: irigasi,
PLTA, dan lain-lainnya) sepanjang tahun dengan resiko kegagalan
yang telah diperhitungkan. Jadi misalkan ditetapkan andalan sebesar
80%, maka akan menghadapi resiko kegagalan debit-debit kurang dari
debit andalan 20% banyaknya pengamatan. Dalam menghitung debit
andalan harus dipertimbangkan besarnya debit air yang mengalir pada
sungai tempat dimana pengambilan air untuk irigasi akan
dilakukan.Cara memperoleh debit andalan antara lain dengan beberapa
metode, yaitu:A. Metode Q rata rata minimumDebit andalan yang
dianalisis memakai metode ini ditentukan berdasarkan data debit
rata rata bulanan yang minimum dari tiap tiap tahun data yang
tersedia.Prosedur yang digunakan antara lain : Menghitung debit
rata rata bulanan untuk semua tahun (n) Menentukan debit rata rata
bulanan yang minimum untuk masing masing tahun. Merangking data
(sebanyak n tersebut) mulai yang terbesar sampai terkecil dan
menghitung probabilitas untuk masing masing data (p = m/n + 1,
dengan m = nomor urut (ranking) dan n = jumlah data. Memplot data
di atas dengan probabilitas sebagai absis, debit sebagai ordinat.
Menentukan probabilitas yang dikehendaki, memplot pada grafik yang
tersedia dan membaca debit andalan yang terjadi.
B. Metode karakteristik aliranPerhitungan debit andalan dengan
metode ini antara lain memakai data yang di dapat berdasarkan
karakteristikalirannya.Prosedur yang digunakan antara lain :
Menghitung debit rata rata bulanan untuk semua tahun (n)
Menggolongkan sejumlah data dengan kriteria tahun normal (n1),
tahun basah (n2), dan tahun kering (n3) dengan n = n1 + n2 + n3
Merangking data (sebanyak n tersebut) mulai yang terbesar sampai
terkecil untuk masing masing kelompok bulan (Januari s/d Desember)
sesuai dengan kriteria tahun dan menghitung probabilitas untuk
masing masing data (p = m/n + 1, dengan m = nomor urut (ranking)
dan n = jumlah data. Memplot data di atas dengan probabilitas
sebagai absis, debit sebagai ordinat. Menentukan probabilitas yang
dikehendaki, memplot pada grafik yang tersedia dan membaca debit
andalan yang terjadi sehingga di dapat 12 macam debit andalan untuk
masing masing bulan dalam 1 tahun.
C. Metode Tahun dasar perencanaanPenentuan debit andalan
menggunakn metode ini antara lain dengan menentukan suatu tahun
tertentu sebagai dasar perencanaan. Umumnya dipakai Q80, artinya
debit yang terjadi < dari Q80 adalah 20 %, sedang yang > atau
= Q80.Rumus yang di pakai :Q80 = (n / 5) + 1Q90 = (n / 10) +
1Dengan n = kala ulang pengamatan yang di inginkan.Tahun dasar
perencanaan dalam hal ini adalah urutan terbesar ke m (m = Q80)
dari data tahun yang ada (urutan tahun dari besar ke
kecil).Prosedur yang digunakan antara lain : Menghitung debit rata
rata bulanan untuk tahun rencana. Merangking data sebanyak 12
kali.
D. Metode Bulan dasar perencanaanMetode ini seperti pada metode
karakteristik aliran, tapi hanya dipilih bulan tertentu sebagai
dasar perencanaan.
Kebutuhan Air di Sawah Sesuai Jenis TanahKebutuhan Air di Sawah
Pada Tanah Alluvial Metode untuk menentukan penjatahan pada petak
tersier yang lazim digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut
(Roni DN, 2009): a. Metode FPR b. Metode Faktor K c. Metode Pasten
Untuk studi ini, dipakai metode FPR, dimana kebutuhan air tanaman
pada petak tersier dinyatakan dalam hektar palawija yang akan
diairi (=luas relatif netto palawija). Faktor Palawija Relatif
merupakan metode perhitungan kebutuhan air irigasi yang berkembang
di Jawa Timur. Kehilangan air di petak tersier dinyatakan dalam
hektar palawija yang akan diairi, ini dilakukan dengan mengalihan
luas palawija relatif (LPR) dengan suatu faktor.LPR = Luas Tanam x
Angka Pembanding LPR Tanam Berikut faktor konversi untuk setiap
jenis tanaman (Anonim, 2013): a) Untuk padi: o Tanaman setara 4 x
polowijo o Uritan (pembibitan, penggarapan lahan dan tanaman)
setara 20 x polowijo o Garapan setara 6 x polowijo b) Untuk tebu: o
Tanaman setara 1,5 x polowijo c) Untuk bero: o Bero setara x 0
polowijo Kehilangan air dijaringan utama dihitung dengan mengalikan
luas relatif total palawija di petak tersier dengan faktor
kehilangan air. Perbandingan antara air yang tersedia dengan luas
relatif total palawija inilah yang disebut Faktor Palawija Relatif
(FPR). Jatah air dihitung dengan mengalikan luas relative palawija
di tiap bangunan sadap dengan FPR.(Roni DN, 2009)
Dengan :FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol) Q = Debit
yang mengalir di sungai (ltr/det) LPR = Luas Palawija Relatif
(ha.pol)Tabel Nilai-nilai FPR Berdasarkan Jenis Tanah
Sumber : Anonim, 2003
Kebutuhan Air di Sawah Pada Tanah Lempung BerpasirAnalisis
kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting
yangdiperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi.
Kebutuhan airtanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman padasuatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan airnyata untuk areal usaha
pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah airyang
dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan
lahan danpenggantian air, serta kehilangan selama pemakaian.
Sehingga kebutuhan air dapatdirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi
1990) :KAI = ET + KA + KKDengan:KAI = Kebutuhan Air IrigasiET =
EvapotranspirasiKA = Kehilangan airKK = Kebutuhan Khusus
Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan
tertentu padasuatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke
bawah (perkolasi) adalah 2mm per hari dan kebutuhan khusus untuk
penggantian lapis air adalah 3 mm perhari maka. kebutuhan air pada
periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut:KAI = 5 + 2 + 3KAI
= 10 mm perhariUntuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua
sumber utama. yaitupernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif
(HE). Disamping itu terdapat sumberlain yang dapat dimanfaatkan
adalah kelengasan yang ada di daerah perakaranserta kontribusi air
bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandangsebagai
kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.PAI =
KAI HE KATDengan:PAI = Pemberian air irigasiKAI = Kebutuhan airHE =
Hujan efektifKAT = Kontribusi air tanah
Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan
kedalamantanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada
Kriteria PerencanaanIrigasi 1986 sebagai berikut.
Dengan :PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)Sa =
derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)Sb =
derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)N =
porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanahd = asumsi
kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)Pd =
kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)F 1 =
kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara
empirissebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan
untuk lapisan airawal setelah transplantasi selesai. (Kriteria
Perencanaan Irigasi KP 01). Untuklahan yang sudah lama tidak
ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahandapat
ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian
termasukdalam kebutuhan air untuk penyiapan lahan.Analisis
kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakanmetode
seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai
berikut
Dengan:IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)M =
kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)Eo = Evaporasi
potensial (mm/hari)P = perkolasi (mm/hari)k = konstantaT = jangka
waktu pengolahan (hari)S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)e =
bilangan eksponen: 2,7182
Contoh Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi di LahanApabila telah
tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) datajenis
tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan
efektif, makaanalisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah
dapat dilakukan. Dalammodul ini disertakan program komputer
sederhana untuk menganalisis kebutuhanair untuk tanaman padi. Tabel
Hasil Analisis Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi Pada Tanah
LempungBerpasir
Perkembangan Sektor Irigasi Maupun Sektor Industri Sebelum Tahun
2005 dan Setelah Tahun 2005Di Kabupaten Malang, struktur penggunaan
lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun 22,5%; industri 0,2%;
sawah 13%; pertanian lahan kering 23,8%; perkebunan 6%; hutan
28,6%; rawa/waduk 0,2%; tambak kolam 0,1% padang rumput/tanah
kosong 0,3%; tanah tandus/tanah rusak 1,5%; tambang galian C 0,3%;
lain-lain 3,2%.Secara geografis wilayah Kabupaten Malang merupakan
pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah dan pesisir. Klasifikasi
pengembangan wilayah adalah hutan bakau, perikanan darat,
perkebunan, permukiman dan hutan. Beberapa permasalahan
pengembangan wilayah adalah kerusakan alam dan lingkungan seperti
banjir, erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi
lahan, sumber daya manusia yang rendah, pengangguran, terbatasnya
ketersediaan lahan. Sedangkan potensi pengembangan wilayah
diarahkan ke pengembangan kawasan a) Gunung Bromo di Kecamatan
Poncokusumo meliputi potensi alam yang sangat indah, aktifitas
keagamaan dan acara ritual Yadnya Kasada dari masyarakat Tengger
yang memiliki keunikan sendiri, vegetasi yang beragam seperti bunga
abadi edelweis, flora fauna yang sangat indah; b) Gunung Kawi di
Kecamatan Wonosari dengan aktifitasnya antara lain adanya mitos dan
kepercayaan tentang Gunung Kawi dan komodifikasi budaya termasuk
Kirab Budaya Agung, Pesarean yang dikeramatkan, kirab dan gebyar
Suroan; c) Wisata Selorejo di Kecamatan Ngantang yaitu keindahan
bendungan yang dikelilingi gunung; d) potensi alam Sendangbiru di
Kecamatan Sumbermanjing Wetan memiliki potensi perikanan tangkap
dan olahan yang sangat besar.Untuk efektifitas dan efisiensi
percepatan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Malang dibagi
menjadi 6 wilayah pengembangan (WP):1) WP lingkar Kota Malang yang
berorientasi ke Kota Malang (meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan
Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan
Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang,
Kecamatan Pakis), memiliki potensi pengembangan sub sektor
perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi udara, dengan
prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan akses jalan
tembus terkait Kota Malang, 2) Pengembangan jalan MalangBatu, 3)
Peningkatan konservasi lingkungan, 4) Peningkatan kualitas koridor
jalan Kota Malang-Bandara Abdul Rahman Saleh; dan pengembangan
permukiman.2) WP Kepanjen dengan pusat di perkotaan Kepanjen
(meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum,
Kecamatan 12 Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung,
Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi,
Kecamatan Pagelaran), memiliki potensi pengembangan sub sektor
perdagangan dan jasa skala Kabupaten, pertanian (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan), peternakan, perikanan darat, industri,
pariwisata, kehutanan serta pariwisata pilgrim, dengan prioritas
pengembangan infrastruktur 1) Jalan Lingkar Timur dan penyelesaian
Jalan Lingkar Barat Kepanjen, 2) Peningkatan akses menuju Gunung
Kawi dan Wisata Ngliyep, 3) Jalan penghubung antar sentra ekonomi
di perdesaan dengan pusat kecamatan, 4) Percepatan penyelesaian
JLS, 5) Peningkatan sediaan air bersih pada kawasan rawan
kekeringan; dan pengembangan permukiman.3) WP Ngantang dengan pusat
pelayanan di perkotaan Ngantang (meliputi Kecamatan Ngantang,
Kecamatan Pujon, Kecamatan Kasembon), memiliki potensi pengembangan
di sub sektor pariwisata antara lain Bendungan Selorejo, pertanian
(tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), peternakan, industri
serta perikanan air tawar, dengan prioritas pengembangan
infrastruktur 1) Jalan menuju sentra produksi pertanian di
perdesaan, 2) Jalan penghubung dengan Blitar dari Ngantang, 3)
Peningkatan pengelolaan tanah pada kawasan rawan longsor sepanjang
PujonNgantangKasembonKandangan, 4) Peningkatan sediaan air di
perdesaan dan penunjang irigasi.4) WP Tumpang dengan pusat
pelayanan di perkotaan Tumpang (meliputi Kecamatan Tumpang,
Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Jabung), memiliki
potensi pengembangan sub sektor pariwisata, pertanian (tanaman
pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan), Peternakan,
Perikanan serta Industri; dengan prioritas pengembangan
infrastruktur 1) Jalan utama PakisTumpang PoncokusumoNgadasBromo,
2) Jalan pada pusat ekonomi di perdesaan, 3) Jalan tembus utama
antar kecamatan, 4) Perbaikan sistem irigasi dan sediaan air; di WP
ini dikembangkan Kawasan Agropolitan Poncokusumo termasuk
pengembangan kawasan wisata menuju Gunung Bromo dan kawasan
Minapolitan Wajak.5) WP Turen dan Dampit (meliputi Kecamatan Turen,
Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading)
dengan pusat pelayanan sosial di Turen, dan pusat pelayanan ekonomi
di Dampit, memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian
(tanaman pangan dan perkebunan), peternakan, perikanan laut,
industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan
infrastruktur 1) Jalan menuju perdesaan pusat produksi, 2) Jalan
menuju pantai selatan (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Jalan
khusus penunjang ekonomi sekaligus untuk evakuasi bencana (bila
terjadi letusan Gunung Semeru) dan kemungkinan tsunami, 4)
Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan
peternakan kambing Peranakan Etawa (PE).6) WP Sumbermanjing Wetan
dengan pusat pelayanan di perkotaan Sendang biru (meliputi
Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan, Kecamatan
Bantur), memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian
(perkebunan, tanaman pangan), perikanan laut, pertambangan,
industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas 13
pengembangan infrastruktur 1) Jalan kearah perdesaan pusat
produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan terutama ke Sendangbiru
dan Bajulmati (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Pengembangan
pelabuhan berskala nasional, 4) Jalur jalan khusus untuk evakuasi
bencana (kemungkinan tsunami), 5) Peningkatan irigasi dan sediaan
air; dikawasan ini dikembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara
Sendangbiru dan direncanakan pembangunan pelabuhan umum.Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend positif dalam 5 tahun
terakhir, walaupun masih lamban. Hal ini disebabkan karena
kontribusi sektor yang dominan di Kabupaten Malang adalah sektor
primer yang pada umumnya menghasilkan nilai tambah yang sedikit
atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah dibanding
sektor yang lain. Oleh karena itu kontribusi ekonomi diharapkan
bergeser pada sektor industri olahan (agroindustri dan
pertambangan). Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat
dilihat pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki
pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten
Malang secara rerata adalah sektor bangunan sebesar 10,3 %,
industri pengolahan 8,2 %, pertambangan dan penggalian 7,3 %,
disusul, hotel dan restoran. Sedangkan pertumbuhan terendah dan
stabil adalah di sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yaitu
sebesar 4,4 %.Tabel Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tahun
2006 2010 (%)
Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Malang selama 5 tahun ke depan diproyeksikan terus mengalami
peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada sektor
sekunder dan sektor tersier, sementara pertumbuhan sektor primer
relatif stagnan. Tabel Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Tahun
2011 2015 (%)
Cukup tingginya aktifitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak
terlepas dari tingginya aktifitas masyarakat dalam masing-masing
sektor ekonomi produktif yang ada di Kabupaten Malang. Sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu
5 tahun terakhir adalah pertanian dengan rata-rata sebesar 30,77 %,
disusul perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,87 %, dan
industri pengolahan sebesar 18,04 %, jasa-jasa sebesar 13,17 %.
Tumbuhnya perekonomian Kabupaten Malang juga mengundang sektor
retail pasar modern seperti Indomart, Alfamart dan sejenisnya
menjamur. Sektor ini mulai tumbuh dan mencoba bersaing dengan pasar
tradional yang terlebih dahulu berkembang, untuk itu Pemerintah
Kabupaten Malang akan menerapkan regulasi yang tepat, guna
menyeimbangkan persaingan pasar tradisional dan pasar modern agar
dapat bejalan selaras beriringan.Tabel Perkembangan Struktur
Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang
Untuk 5 tahun ke depan, struktur perekonomian Kabupaten Malang
masih didominasi oleh sektor primer dengan perkiraan sebesar 31,1%
sekunder 23,1% dan tersier 45,9% pada Tahun 2015. Dari data
tersebut terlihat bahwa dalam kurun 5 tahun mendatang secara
perlahan struktur ekonomi Kabupaten Malang mengalami pergeseran
dengan semakin meningkatnya sektor sekunder dan tersier.