KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “MEKANISME KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN NASIONAL” Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian. Dalam penyelesaian penulisa makalah ini, penulis mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya. Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang. Makassar 29 Agustus 2015 Tim Penulis Kelompk APK SANKRI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
karunianya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “MEKANISME KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN NASIONAL” Selawat
beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan Alam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Dalam penyelesaian penulisa makalah ini, penulis mendapat
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah
ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin
masih ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan
masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Makassar 29 Agustus
2015
Tim Penulis
Kelompk APK SANKRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkedaulatan rakyat yang
dijelaskan pada pembukaan undang-undang dasar 1945 alenia IV dan
berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik. Jadi berdasar hal itu
dapat disimpulkan bahwa bentuk Negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik yang taat dan
patuh terhadap undang-undang dasar negara.
Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Selain
bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Dengan kata lain Indonesia
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial. Indonesia mengalami 3
kali masa pemerintahan yang berebeda, pertama masa orde lama,
orde baru dan sekarang era reformasi, pada masa yang berbeda
terdapat pula perbedaan yang terjadi pada sistem pemerintahan
presidensial yang dianut Indonesia.
Menjadi pemimpin di zaman reformasi ini sungguh sangat
berat. Di satu pihak kondisi ekonomi sosial masyarakat terpuruk,
tuntutan masyarakat sangat banyak, di pihak lain sumber daya yang
ada memenuhi tuntutan tersebut sangat terbatas. Namun anehnya,
dalam bayang-bayang beratnya tugas dan kewajiban yang di emban
oleh pemimpin, justru pemilihan pimpinan nasional baik eksekutif,
legislatif maupun yudikatif di Era Reformasi ini menampakkan
gairah yang luar biasa. Sejalan dengan paradigma pemerintahan
yang baru menuntut kegiatan nyata pemimpin yang diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang kreatif, inovatif, orientasi kepentingan
masyarakat, orientasi pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Seorang pemimpin tidak hanya cukup mengandalkan intuisi semata,
tetapi harus didukung oleh kemampuan intelektual dan keahlian
yang memadai, ketajaman visi serta kemampuan etika dan moral yang
beradab.
Sistem politik yang selama ini di bangun di Indonesia
sangat melekat dan diidentifikasi dengan tokoh pimpinan nasional
tertentu. Sehingga kekeliruan dan kegagalan mereka dilihat
sebagai kegagalan sistem politik secara keseluruhan. Adalah
sangat naif dan membahayakan apabila suatu bangsa modern masih
mengharapkan munculnya pemimpin ideal yang dapat menyelesaikan
semua persoalan. Harapan-harapan yang berlebihan atas kemampuan
seorang pemimpin seperti yang dilakukan selama ini cenderung
melakukan kultus individu yang akhirnya mendorong pemimpin untuk
menjadi otoriter. Idealnya seorang pimpinan nasional merupakan
kombinasi dari “leader” dan “manager”. Seorang “leader” dapat
mempersatukan pengikutnya serta dapat memberikan visi, misi dan
semangat. Sedangkan “manager” mampu menyatakan dan melaksanakan
tugas-tugas yang diembankan secara efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepemimpinan pemerintahan nasional ?
2. Bagaimana mekanisme kepemimpinan pemerintahan nasional ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti
tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti
menunjukan jalan yang yang baik atau benar, tetapi dapat
pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dalam
kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia. Yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan
ketaatan para pengikut atau bawahan karena dipengaruhi oleh
kewibawaan pemimpin. Kepemimpinan pada dasarnya berarti
kemampuan untuk memimpin, kemampuan untuk menentukan secara
benar apa yang harus dikerjakan. Sehingga, kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, yang dilakukan
melalui hubungan interpersonal dan proses komunikais untuk
mencapai tujuan dan juga merupakan suatu proses mengatur dan
membantu orang lain agar bekerja dengan benar untuk mencapai
tujuan.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dan
kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk
pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan
bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi
awal struktur dan pusat proses kelompok. Menurut P. Pigors
(1935) kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong
melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan-perbedaan
individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan
bersama. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar
manusia (komunikasi Interpersonal, yaitu hubungan saling
mempengaruhi dan hubungan kepatuhan-kepatuhan atntara
bawahan dan atasan. Dalam hakikat penciptaan manusia, bisa
dikatakan bahwa semua manusia adalah pemimpin, namun dalam
usaha-usaha pembentukannya diperlukan proses-proses yang
harus dilakukan guna membentuk mental dan sifat pemimpin.
Dr. Kartini Kartono dalam bukunya (Pemimpin dan
Kepemimpinan: 2010, hal 315) menjelaskan bahwa ada beberapa
persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan
pembangunan dan para pejabat pada aparatur pemerintah, yaitu
:
a. Kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus
bersumber pada filsafah negara, yaitu Pancasila.
b. Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanakan,
dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Khusunya
menyadari makna pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan fisik, demi pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pokok dan riil dari rakyat, serta peningkatan
kehidupan bangsa atas asas manfaat, usaha bersama,
kekeluargaan, demokrasi, serta prinsip adil dan merata.
c. Diharapkan agar kepemimpinan Pancasila mampu menggali
inti sari dari nilai-nilai tradisional kuno yang tinggi
peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk
kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari
modernisme, dalam gaya kepemimpinan Indonesia.
2.2 Pemerintahan
Pemerintahan adalah kelompok orang-orang tertentu yang
secara baik dan benar serta indah melakukan sesuatu
(eksekusi) atau tidak melakukan sesuatu dalam
mengkoordinasikan, memimpin dan hubungan antara dirinya
dengan masyarakat, antara departemen serta unit dalam tubuh
pemerintahan itu sendiri. Menurut C.F. Strong (1960)
pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk
memelihara kedamaian dan keamanan negara, ke dalam dan ke
luar. Oleh karena itu pertama harus mempunyai kekuatan
militer atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang,
yang kedua harus mempunyai kekuatan legislatif atau dalam
arti pembuatan undang-undang, yang ketiga harus mempunyai
kekuatan finansial atau kemampuan untuk mencukupi keuangan
masyarakat dalam rangka membiayai ongkos keberadaaan negara
dalam penyelenggaraan peraturan, hal tersebut dalam rangka
penyelenggaraan kepentingan negara.
Pemerintahan sebagai salah satu unsur yang penting dari
negara mempunyai posisi yang determinan dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan pemerintahan baik keluar maupun
kedalam karena posisinya yang demikian strategis itu maka
keberadaan negara dan khususnya pemerintahan negara menjadi
sangat ditentukan oleh keberhasilan pemerintahan dan
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintah dalam kerangka
mencapai tujuan negara. Atas dasar ini tanpa adanya
pemerintah maka tujuan negara tidak akan tercapai dan jika
kondisi ini terjadi maka kerugian besar akan ditanggung oleh
masyarakat negara pada umumnya, mengingat salah satu tujuan
membentuk pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Lebih penting dari itu bahwa keberadaan satu
negara dalam hubungannya dengan negara lain, pengakuan suatu
negara yang merdeka itu didasarkan atas adanya pemerintahan
yang berdaulat.
2.3 Kepemimpinan Pemerintahan Nasional Indonesia
Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem
pemerintahan demokrasi yang sesuai dengan pancasila, dalam
hal ini pemerintah Indonesia harus benar-benar mampu
manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat pemimpin
yang sesuai dengan sistem pemerintahannya. Sistem
pemerintahan demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana
rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara,
pemerintah hanya sebagai pelaksana sistem pemerintahan
dimana terpilihnya para tokoh di pemerintahan merupakan
hasil dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering
disebut Pemilu (Pemilihan Umum), dalam acara 5 tahun sekali
rakyat berbondong-bondong untuk memilih calon presiden dan
wakil presiden, yang nantinya akan memimpin negara
Indonesia. Pemerintahnya berasal dari rakyat nantinya akan
menjadi pelayan rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung
jawab atas berjalan atau tidaknya roda pemerintahannya.
Kepemimpinan harus dimiliki oleh aparatur negara.
Selain itu perlu juga adanya pemahaman secara dalam mengenai
nilai-nilai dari pancasila yang merupakan asas negara
Indonesia. Untuk memahami hal tersebut marilah kita
renungkan pemikiran Dr. Ruslan Abdulgani mengenai moral
Pancasila dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional
antara lain sebgai berikut:
a. Yang dimaksud dengan Pancasila ialah Pancasila yang
tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
Ketuhanan YME, Kemanusiaan Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi dan
diendapkan dalam hati dan kalbu, sehingga memunculkan
sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk kemudian diterapkan/diamalkan
dengankesungguhan hati dalam kehidupan bermasyarakat,
karena orang menyadari sedalam-dalamnya Pancsila sebagai
pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat,
(sekaligus menjadi dasar negara Republik Indonesia) untuk
hidup rukun-damai bersama-sama.
c. Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap
penduduk utuk memeluk agama masing-masingdang beribat
meurut agama dan kepercayaannya. Kebebasn beragama adalah
salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi
manusia, karena kebebasan itu langsung bersumber pada
martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kebebasan
beragam itu bukan pemberian negara, dan bukan pemberian
golongan, akan tetapi merupakan anugerah Ilahi.
Kepemimpinan nasional memiliki peran penting
mengimplementasikan falsafah Pancasila ke dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mengembangkan
wawasan kebangsaan dan upaya- upaya peningkatan kualitas SDM
dalam pembangunan nasional. Kepemimpinan nasional di
berbagai tingkatan wajib berpartisipasi dan mendorong
berfungsinya manajemen dan kelembagaan pemerintahan dalam
rangka terciptanya good governance untuk mengantisipasi
perkembangan lingkungan strategis untuk menghasilkan manfaat
dalam pembangunan nasional.
Kepemimpinanan nasional yang ideal dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi; Pertama, melakukan seleksi
kompetitif partai, antar partai dan di luar partai bahkan
dengan memanfaatkan kecanggihan tehnologi informasi serta
iklan di media massa dan memperkuat kontrol sosial
masyarakat (civil society) terhadap kepemimpinan yang akan
muncul. Hal ini dapat dicapai dengan membangun pers yang
kuat, sebagai the fourth eastate, adalah salah satu cara lain
untuk mewujudkannya; Kedua, menyeimbangkan kekuatan kekuatan
politik yang ada agar dapat melakukan mekanisme oposisi yang
sehat sehingga dengan kultur akuntabilitas yang kuat dapat
menekan siapapun yang terpilih sebagai pemimpin
bertanggungjawab pada publik.
Kondisi kepemimpinan nasional saat ini mengalami penurunan
kualitas. Hal ini terlihat dari berbagai kasus penyimpangan
yang dilakukan oleh pejabat publik telah merata di seluruh
lembaga negara, baik di legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Itu membuktikan bahwa penurunan kualitas
kepemimpinan nasional telah terjadi. Pejabat publik, yang
seharusnya memberi contoh kepada masyarakat untuk keluar
dari krisis nasional, telah keluar dari nurani
kebangsaannya. Kepekaan terhadap pertanggungjawaban publik
sudah hilang. Para pejabat tinggi pada instansi-instansi
strategis bukannya memberi keteladanan, melainkan
mempertontonkan perilaku buruk dalam mengelola otoritas
publik. Adanya kecenderungan kepemimpinan nasional mengalami
disfungsi dikhawatirkan akan meruntuhkan seluruh sistem
penegakan hukum, tidak berfungsinya sistem ketatanegaraan
dan hilangnya kepercayaan publik kepada para pemimpinnya.
Meskipun tampak di permukaan, mayoritas masyarakat cenderung
apatis, bukan berarti tidak ada keresahan sosial yang
berpotensi memicu ledakan sosial. Kesenjangan yang makin
lebar antara rakyat kebanyakan yang sangat menderita akibat
krisis ekonomi yang belum pulih, dengan perilaku
kepemimpinan yang korup dan bermewah-mewah secara tidak sah,
dapat memicu munculnya keresahan dan anarki sosial. Bahkan,
dalam banyak kasus, pemerintah cenderung mereduksi
keberadaan masyarakat.
2.4 Mekanisme Kepemimpinan Pemerintahan Nasional
1. Sistem Presidensial
Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga
dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan
negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui
pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Menurut Rod
Hague, pemerintahan presidensil terdiri dari tiga unsur
yaitu: Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan
dan mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait.
Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang
tetap, tidak bisa saling menjatuhkan. Tidak ada status yang
tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang
relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah