Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian- bagian yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor supaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vektor. Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian vektor di Rumah Sakit. Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik. 1 Perumahan Dan Kesehatan
26

Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Jan 18, 2016

Download

Documents

silahkan download
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang dapat

menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana

pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit dan orang-

orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara

manusia dengan vektor  atau makanan dengan vektor supaya penyakit infeksi Nosokomial

yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit

lain yang disebarkan oleh vektor.

Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor dan

mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di rumah

sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian

vektor di Rumah Sakit.

Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan lingkungan yang

tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi

penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik.

Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit, maka

Rumah Sakit harus terbatas dari hewan ini. Sebagai langkah dalam upaya mencegah

kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian

sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis pengendalian

vektor di Rumah Sakit.    

Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit, yakni hanya

aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti kebersihan gedung, kamar mandi dan WC,

pelayanan makanan minuman. Ada juga kalangan yang menganggap bahwa sanitasi RS

hanyalah merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan

kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya dana pembangunan dan

1 Perumahan Dan Kesehatan

Page 2: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung

mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran

dan ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta

dalam bidang perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba untuk menampilkan citranya

melalui kementerengan gedung, kecanggihan peralatan kedokteran serta tenaga dokter

spesialis yang qualified, tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak

RS besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar sampah

(incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak memadai atau sistem pembuangan sampahnya

tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat membahayakan masyarakat,

baik berupa terjadinya infeksi silang di RS maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan

masyarakat luas. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di RS ada

hubungannya dengan kondisi RS yang tidak saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi

lembaga swadana, aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah

terjadinya pengaruh buruk terhadap lingkungan, juga secara ekonomis dapat menguntungkan.

Sungguh ironis bila RS sebagai tempat penyembuhan, justru menjadi sumber penularan

penyakit dan pencemar lingkungan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang samitasi rumah

sakit.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian sanitasi rumah sakit.   

2. Menjelaskan pengaruh sanitasi rumah sakit terhadap lingkungan.

3. Menjelaskan Dampak Pengaruh Limbah Rumah sakit Terhadap Lingkungan dan

Kesehatan?

4. Menjelaskan Bagaimana Pengelolaan Limbah Medis Pada Sarana Pelayanan

Kesehatan?

2 Perumahan Dan Kesehatan

Page 3: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

1.3 Manfaat

Hasil dari makalah ini diharapkan dapat berguna bagi Mahasiswa ataupun masyarakat

3 Perumahan Dan Kesehatan

Page 4: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI SANITASI RUMAH SAKIT

Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai 'pemelihara kesehatan'.

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian

semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan

hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.

Sanitasi Rumah Sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik,

kimiawi, dan biologik di rumah sakit yan menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan

pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat

di sekitar rumah sakit.

2.2 LINGKUP SANITASI RUMAH SAKIT

1. Bangunan Dan Ruangan Rumah Sakit

Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan ruang

bangun yang bertujuan menciptakan pengaturan yang nyaman, bersih dan sehat sehingga

tidak memberikan dampak negatif kepada pasien, pengunjung, dan tenaga kerja rumah

sakit.

Kondisi ruangan sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, situasi bangunan dan

penggunaan ruangan. Lantai harus kedap air, tidak licin, dan mudah di bersihkan.

Pembersihan harus menghindarkan beterbangannya debu dengan cara pembersihan basah

menggunakan kain pel dan antiseptik. Kain pel harus disediakan khusus, mana yang

untuk ruang aseptik dan mana yang untuk ruangan umum.

Angka kuman kebersihan lantai yang masih bisa diterima adalah 0-5

mikroorganisme per cm untuk lantai kamar operasi dan 5-10 mikroorganisme per cm

untuk lantai bangsal.

4 Perumahan Dan Kesehatan

Page 5: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Untuk menjaga kualitas udara ruangan digunakan aerosol gliserin atau penyinaran

dengan sinar ultra violet. Angka kuman di udara yang masih bisa diterima di kamar

operasi adalah 5-10 mikroorganisme per feet3 dan tidak boleh ada stafilococcus

hemolitikus, sedangkan untuk udara ruangan bangsal angka kuman yang masih bisa

diterima adalah 10-20 mikroorganisme per feet3.

Jumlah tempat tidur jangan lebih dari empat bed per bangsal. Basinet bayi

memerlukan luas lantai 24-30 feet, sedangkan untuk isolasi diperlukan luas lantai 40 feet

per basinet.

Suhu dan kelembaban ruangan harus di usahakan sedemikian sehingga terasa nyaman.

Ruang Suhu (00C) Kelembaban (%RH) Ganti Udara

Kamar operasi

Kamar Pulih

Kamar bersalin

Kamar perawatan bayi

Kamar observasi bayi

Perawatan prematur

ICU

Ruang rawat

22-25

24-25

22-25

26-27

26-27

26-27

26-27

22-27

50-60

50-60

50-60

40-50

40-50

50-60

50-60

50-60

Pasokan

(supply) udara

untuk kamar

5 Perumahan Dan Kesehatan

Ruang Tekan Udara

Kamar operasi

Kamar gawat darurat

Ruang perawatan

Ruang ICU

Ruang pulih

Ruang fluoroskopi

Ruang fisioterapi

Ruang kotor

Toilet

Kamar mandi

Laboratorium

Ruang cuci

Ruang penyiapan bahan makanan

Ruang pusat penyiapan makanan

Ruang sortir linen

Ruang simpan linen bersih

Positif

Positif

Positif

Positif

Imbang

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Imbang

Positif

Positif

Page 6: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

exhausternya diletakkan 8 feet dari permukaan tanah. Dari atas 3 huruf feet dari atap.

Untuk ruang operasi pasokan udara dari atas dan exhauster di dekat lantai 3 inci dari

lantai. Pasokan udara menggunakan udara dari ruangan bebas jangan dari koridor.

2. Penerangan

Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan harus ada

penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu. Sakelar untuk penerangan

umum diletakkan didekat pintu masuk sedangkan sakelar untuk individu di letakkan

didekat tempat tidur pasien dan mudah dijangkau.

Ruang Pencahayaan (Lux)

Ruang rawat

Ruang rawat saat tidur

Ruang operasi

Ruang endoskopi

Ruang rontgen

Koridor

Tangga

Kantor

Gudang

Ruang farmasi

Dapur

Ruang cuci

Toilet

Kamar isolasi tetanus

100-200

50

300-500

300-500

75-100

Minimal 60

Minimal 100

Minimal 100

Minimal 100

Minimal 200

Minimal 200

Minimal 200

Minimal 100

0,1-0,5 warna biru

3. Kebisingan

Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang poliklinik

maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci dapur maksimum 78

dBA.

6 Perumahan Dan Kesehatan

Page 7: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

4. Penyediaan Air Bersih

Kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit memerlukan air bersih. Air ini bisa

didapat daria air PAM. Apabila PDAM tidak dapat memasok air cukup untuk rumah sakit

maka bisa diambil dari air tanah. Air tanah lebih mudah mengolahnya menjadi air yang

memenuhi persyaratan dibandingkan dengan apabilarumah sakit harus menggunakan air

permukaan.

Kualitas dan kuantitas air yang dibutuhkan rumah sakit harus terjamin sesuai dengan

persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990. Kadang-kadang rumah

sakit masih harus melakukan pengolahan tambahan terhadap air bersih yang tersedia

untuk keperluan khusus, misalnya untuk mesin hemodialisa. Menurut perhitungan rumah

sakit setiap harinya membutuhkan minimal 500 liter per tempat tidur. Semakin besar

jumlah tempat tidur,semakin rendah proporsi kebutuhan air per tempat tidur. Menurut

perhitungan dirumah sakit setiap harinya membutuhkan air sebanyak 220-300 liter per

tempat tidur,untuk rumah sakit tertentu bisa mencapai 500 liter per tempat tidur.

Air panas untuk badkuip jangan melebihi suhu 400C, apabila yang tersedia melebihi

400C maka harus ada kran pencampur air dingin.Air panas yang tersedia jangan melebihi

600C.Kebutuhan air dikamar cuci(laundry) sebanyak 40 liter/kg cucian, 60% dari jumlah

ini berupa air panas.

5. Pengawasan Kualitas Air Dirumah Sakit

Kualitas air dirumah sakit harus selalu dipantau secara terus menerus agar persediaan

air bersih tetap aman.Penurunan kualitas air akan mengganggu dsan membahayakan

kesehatan.

Harus dilakuakn perlindungan terhadap air mulai dari masuknya air PDAM ke

recervoir sampai ke tempat keluarnya air di kran dimana air diambil. Kegiatan pokok

pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :

7 Perumahan Dan Kesehatan

Page 8: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Inspeksi sanitasi, dimulai dengan pembuatan peta jaringan distribusi air,melakukan

pengamatan dimana kira-kira tempat rawan yang mungkin akan terjadi

kontaminasi,menentukan ditempat mana saja akan dilakukan pengambilan sampel dan

berapa kali frekuensi pengambilan sampel.

Pemeriksaan sampel air, bisa dilakuakan di labor rumah sakit atau di BLK (Balai

Laboratorium Kesehatan )

6. Limbah Rumah Sakit

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1994 tentang pengolahan limbah bahan

berbahaya dan beracun menetapkan bahwa limbah hasil kegiatan rumah sakit dan

laboratoriumnya termasuk dalam daftar limah B3 dari sumber yang speseifik dengan

kode limbah D227.

Uraian limbahnya adalah antibiotik kadaluarsa, perelatan medik yang

terkontaminasi,limbah infeksi dan kemasan obat-obatan .

7. Limbah Medik

Limbah medis atau libah klinis dalah limbah yang berasal dari pelayanan

medis,perawatan ,farmasi,laboratorium,radiografi,penelitian.Limbah ini bersifat

membahayakan dan perlu dilakukan pengamanan terhadapnya.Limbah ini dapat

digolong-golongkan menjadi :

Limbah benda tajam bisa berupa jarum,pipet,pecahan kaca,pisau

bedah.Kesemuanya adalah berbahaya mempunyai potensi menularkan penyakit.

Limbah infeksius dihasilkan oleh laboratorium,kamar isolasi,kamar

perawatan,sangat berbahaya bisa menularkan penyakit.

Limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasil amputasi,cairan

tubuh,plasenta.Plasenta sering diminta keluarga pasien untuk dibawa pulang.

Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang telah kadaluarsa,obat yang

terkontaminasi ,obat yang dikembalikan oleh pasien atau tidak digunakan.

Limbah kimia ada yang berbahaya dan tidak

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop.

8 Perumahan Dan Kesehatan

Page 9: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

8. Pembuangan Air Limbah

Untuk bisa yakin bahwa limbah yang dikeluarkan tidak mengandung

mikroorganisme berbahaya dan agar efisiensi biaya sebaiknya limbah yang bisa

disterilkan terlebih dahulu dicampur dengan air limbah lain.Misalnya bahan-bahan

pemeriksaan yang mengandung kuman TB atau kuman polio disterilkan dengan otoklaf

kemudian baru masuk ke dalam septic tank.

9. Pembuangan Sampah Padat

Rumah sakit mengahasilkan sampah medis dan sampah non medis. Untuk usaha

pengelolaannya terlebih dahulu ditentukan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya.

Ada rumus untuk menghitung jumlah sampah yang dihasilkan suatu rumah sakit

sebagai berikut :

Y = 6,7 – 0,0057A + 0,085B + 0,0051C + 0,0015D + 0,10E + 1,6F + 0,00028G

Y = Jumlah sampah per hari per pasien dalam ton

A = Kapasitas tempat tidur termasuk box bayi

C = Jumlah siswa

D = Jumlah siswa yang di tinggal di rumah sakit

E = Junlah pasien rawat jalan pertahun dalam ribuan

F = angka 1 untuk rumah sakit kelas A dan angka 0 untuk kelas B

G = Jumlah pasien bedaqh per tahun

10. Pemisahan Limbah

Untuk memudahkan pengelolahan limbah maka limbah dipilah-pilah untuk

dipisahkan. Untuk memisahkan sampah ini digunakan kantongan berwarna.

9 Perumahan Dan Kesehatan

Page 10: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Kantong hitam untuk limbah non medis.

Kantong kuning untuk semua jenis yang akan dibakar.

Kantong kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang dibakar atau ditanam.

Kantong biru muda dengan strip biru tua untuk limbah yang akan diotoklaf sebelum

dibuang.

Untuk sampah yang berbahaya digunakan kantong dan container standar, yaitu

untuk :

Sampah infeksius berupa kantong berwarna kuning dengan simbol biohaard warna

hitam.

Sampah sitotosik berupa kantong berwarna ungu dengan simbol berbentuksel sedang

dalam telofase.

Sampah radioaaktif berupa kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif warna

kuning.

11. Penampungan Sampah

Sampah untuk sementara (beberapa jam) ditampung di tempat sampah. Tempat

sampah ini harus tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah diangkut, mudah

dikosongkan, mudah dibersihkan. Untuk memudahkan pengosongan akan lebih baik bila

digunakan kantong plastik dalam tempat sampah. Sebaiknya sampah berupa benda tajam

dipisahkan agar tidak melukai plastik. Setiap radius 20 meter harus tersedia satu tempat

sampah.

12. Pengangkutan Sampah

Sampah diangkut dari tempat sampah sementara ke penampungan atau ke tempat

pemusnahan sampah. Yang perlu diingat dalam pengangkutan smapah adalah adanya

kemungkinan tercecer. Harus diusahakan agar bahan-bahan yang barbahaya tidak

mencemari jalan yang ditempuh ke pembuangan.

13. Perlakuan Sebelum Sampah Dibuang

10 Perumahan Dan Kesehatan

Page 11: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Ada sampah yang bisa didaur ulang, misalnya perak nitrat pembuangan cairan

pencuci flm bisa diambil peraknya. Limbah infeksius sering disterilkan dengan otoklaf.

Untuk indikator pemanasan bisa dengan pita otoklaf yang berubah warnanya bila panas

yang dimaksudkan tercapai. Diberikannya desinfektan.

14. Insinerator

Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat kering maupun yang basah.

Gas yang dipancarkan oleh sproeier bisa mencapai suhu 700C. Bahan (sampah) yang

dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan panas yang ada.

15. Serangga

Manajemen rumah sakit harus mengusahakan agar di sekitar rumah sakit tidak

ada tempat perindukan untuk segala macam serangga baik untuk nyamuk, lalat, maupun

kecoa.

Untuk mengatasi lalat dari luar, untuk pintu dapur bisa digunakan tabir angin atau

wind screen, bisa juga dengan mempergunakan pintu kawat kasa. Untuk mengurangi

datangnya kecoa hindari adanya ceceran makanan, kalaupun masih ada kecoa bisa

disemprot dengan insektisida malathion, fenitrothion, lorsban dilarutkan dalam air

dengan konsentrasi 0.5-1%.

Pembasmian nyamuk dengan fogging malathion, fenitrothion, lorsban dengan

konsentrasi 2.0-2.5%.

16. Tikus

Agar diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus dirumah sakit.

Tempat yang disukai tikus untuk bersarang adlah lubang di dinding atau di lantai,

tumpukan sampah dan barang bekas. Tikus tidak suka berkeliaran di tempat yang bersih

oleh karena tidak ada makanan yang dicarinya. Jangan sampai ada penumpukan sisa

makanan oleh karena ini akan menjadi tempat tikus berkumpul. Pestisida yang disarankan

11 Perumahan Dan Kesehatan

Page 12: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

adalah pestisida jenis anti koagulan seperti warfarin, fumarin, dan pivol. Bisa

jugadgunakan perangkap tikus dan lem tikus.

Untuk mengusir tikus bisa juga digunakan alat listrik penimbul bunyi dengan

frekuensi tinggi.

17. Kucing

Kucing sering berdatangan ke rumah sakit, berkembang biak hingga

menyebabkan bau kotoran kucing dan sering mencuri makanan untuk pasien. Tempat

sampah yang tidak ada tutupnya sering diporak-porandakan kucing. Cara mengatasinya

dengan membuangnya jauh-jauh dari rumah sakit.

2.3 INFEKSI NOSOKOMIAL

Adalah infeksi yang didapat oleh karena penderita dirawat di rumah sakit. Kuman

penyebabnya pada umum nya adalah kuman yang resisten terhadap banyak antibiotika.

Untuk pengendalian infeksi nosokomial perlu dibentuk komite pencegahan infeksi

nosokomial yang terdiri dari 3 kelompok, yaitu :

Kelempok pembuat kebijakan, biasanya terdiri dari ;

- Ahli penyakit infeksi.

- Ahli mikrobiologi.

- Ahli epidemiologi

- Ahli farmakologi

- Psikolog

- Social worker

Kelompok pelaksana, perawat sangat berperan dalam pelaksanaan pengendalian

infeksi nosokomial.

Kelompok pengawas yang juga bertugas sebagai yang menjabarkan kebijakan.

2.3.1 Kriteria Infeksi Nosokomial

Kriteria infeksi nosokomial, yaitu :

12 Perumahan Dan Kesehatan

Page 13: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

1. Waktu mulai dirawat tidak didapatkan tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam

masa inkubasi infeksi tertentu.

2. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 72 jam sejak mulai dirawat.

3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari waktu inkubasi

infeksi tersebut.

4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

2.3.2 Sumber infeksi Nosokomial

Sumber yang paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial

adalah mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan

infeksi ini yang biasanya terjadi di rumah sakitdan sebagian banyak terdapat dalam tubuh

inang manusia yang sehat,seperti, Escherichia Coli,Klebsiella pneumonia,Candica

albicans,Staphylococus aureus,Serratia marcescens,Proteus mirabilis,Dan beberapa

Actinomyces spp.Mikroorganisme penyebab infeksi disebabkan oleh perubahan resistensi

inang dan modifikasi mikrobiota inang,bila ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka

berat,operasi,maka pathogen dapat berkembang biak dan menyebabkan sakit.

2.3.3 Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Penularan langsung :

Adanya kontak langsung antara sumber infeksi dengan pejamu (person to person)

Penularan tidak langsung :

vehicle-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui benda-

benda mati seperti peralatan medis, bahan-bahan / material medis, atau

peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena pungsi,

tindakan pembedahan, proses dan tindakan medis lain berisiko untuk

terjadinya infeksi nosokomial.

Vector-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen dengan

perantara seperti serangga. Luka terbuka, jaringan nekrosis, luka bakar, dan

gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.

Food-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui makanan

dan minuman yang disajikan untuk penderita.

13 Perumahan Dan Kesehatan

Page 14: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Water-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui air,

namun kemungkinannya kecil sekali karena air di rumah sakit biasanya sudah

melalui uji baku.

Air-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui udara,

peluang terjadinya infeksi melalui cara ini cukup tinggi karena ruangan /

bangsal yang tertutup secara teknis kurang baik ventilasi dan

pencahayaannya.

2.3.3 Upaya Untuk Mengendalikan Infeksi Nosokomial

- Membasuh tangan

- Desinfektan

- Sterilisasi alat alat medis

Air mendidih tidak akan cukup untuk membuat steril, untuk keperluan ini harus

digunakan air dengan suhu diatas 1000C. Otoklaf digunakan untuk sterilisasi panas basah,

sedangkan oven untuk sterilisasi panas kering.

Temperatur dan Waktu yang Diperukan untuk Mensterilisasi

Cara Temperatur Waktu

Otoklaf 1210C

1260C

1340C

15 menit

10 menit

3 menit

Oven 1600C

1700C

1800C

1900C

45 menit

18 menit

7,5 ment

1.5 menit

Untuk menguji suhu apakah tercapai suhu yang dimaksud adalah dengan

menggunakan Brown sterilier control tubes ditengah alat atau bahan yang disterilisasi.

14 Perumahan Dan Kesehatan

Page 15: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Isi Brown tube akan berubah warna sesuai dengan petunjuk pembuatannya. Apabla

perubahan warna tidak sesuai dengan petunjuknya maka kesterilan diragukan.

BAB III

PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

3.1 KASUS

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT October 19, 2009

15 Perumahan Dan Kesehatan

Page 16: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Oleh: AHMAD JAIS

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh

rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100

Rumah Sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg

pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (Limbah Padat)

berupa limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2 persen.

Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton

per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat

dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan

menimbulkan kecelakaan  serta penularan penyakit.

Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya

membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg

per tempat tidur rumah sakit perhari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling

baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masing jenis

kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah

rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma (Injuri) (KLMNH,

1995).

Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya Rumah Sakit tidak hanya

menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung

bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15

persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain

mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan

sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya, sisanya

merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan

hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999. Keterbatasan dan

mengakibatkan sampel yang diambil hanya dari dua rumah sakit di Jawa Barat, satu di rumah

sakit pemerintah dan satunya lagi di rumah sakit swasta. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana

Lingkungan (Walhi) Jabar Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa

16 Perumahan Dan Kesehatan

Page 17: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih

banyak ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang

baik (Pristiyanto. D, 2000).

Biasanya orang mengaitkan limbah B3 dengan industri. Siapa yang menyangka ternyata

dirumah sakitpun menghasilkan limbah berbahaya dari limbah infeksius. Limbah infeksius

berupa alat-alat kedokteran seperti perban, salep, serta suntikan bekas (tidak termasuk tabung

infus), darah, dan sebagainya. Dalam penelitian itu, hampir di setiap tempat sampah ditemukan

bekas dan sisa makanan (limbah organik), limbah infeksius, dan limbah organik berupa botol

bekas infus. (Anonimous, 2009)

Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan

baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis

noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut

justru memperbesar permasalahan limbah medis.

Kepala Pusat Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia Dr Setyo

Sarwanto DEA mengutarakan hal itu kepada Pembaruan, Kamis pekan lalu, di Jakarta. Ia

mengatakan, rata-rata pengelolaan limbah medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar.

Limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah nonmedis. Yang

termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah

laboratorium.

Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu

seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki

pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat

pembuangan limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki

pembuangan seperti itu.

Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang

tidak memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang

banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo menyebutkan, buruknya

pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi

17 Perumahan Dan Kesehatan

Page 18: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan

Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu, APKTS Pusdiknakes.

Depkes RI. Jakarta

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia,

18 Perumahan Dan Kesehatan

Page 19: Makalah Sanitasi Rumah Sakit

Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberatasan vektor malaria, sanitas. Puslitbang

Kesehatan Depkes Rl Jakarta

Shofyan, M., 2010, ‘Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta

Lingkungan’, UPI

Sudiyanto, S., 2002, ‘Analisis Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Medis Di RSU Banyumas

Tahun 2002’,  Skripsi, Banyumas

http://fkmusu.blogspot.com

19 Perumahan Dan Kesehatan