POLA OPTIMALISASI RUANG PADA RUMAH SUSUN Yulius Gilang Swandika NIM : 08.11.0112 Dosen Pembimbing : Ir. V.G. Sri Rejeki, MT. Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur & Desain Universitas Katolik Soegijapranata [email protected]Abstrak Rumah Susun yang merupakan salah satu dari solusi pemecahan masalah menghuni seringkali tidak menyelesaikan masalah dalam kehidupan hunian. Ruang-ruang yang terbatas dan Sempit seringkali tidak memenuhi kebutuhan ruang yang semakin meningkat. Selain itu pula, Sangat disayangkan sekali bahwa pembangunan rumah susun yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, tidak memperhatikan kebutuhan dan penataan ruang-ruang dalam suatu kegiatan menghuni. Hal ini menyebabkan terciptalah suatu proses penyesuaian ruang-ruang pada Rumah susun yang menyesuaikan kegiatan penghuni. Keterbatasan lahan dan keterbatasan tempat pun membuat penghuni rumah susun membangun ruang-ruang mereka dengan cara yang indipenden. Pertumbuhan akan ruang-ruang baru ini merupakan suatu proses adjustment yang membuat suatu pola yang merupakan hasil dari perilaku masyarakat rumah susun dimana masyarakat mencoba untuk memenuhi kebutuhan ruang-ruangnya secara optimal.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POLA OPTIMALISASI RUANG PADA RUMAH SUSUN
Yulius Gilang SwandikaNIM : 08.11.0112
Dosen Pembimbing : Ir. V.G. Sri Rejeki, MT.
Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur & DesainUniversitas Katolik Soegijapranata
Rumah Susun yang merupakan salah satu dari solusi pemecahan masalah menghuni
seringkali tidak menyelesaikan masalah dalam kehidupan hunian. Ruang-ruang yang terbatas
dan Sempit seringkali tidak memenuhi kebutuhan ruang yang semakin meningkat. Selain itu
pula, Sangat disayangkan sekali bahwa pembangunan rumah susun yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta, tidak memperhatikan kebutuhan dan penataan ruang-ruang dalam
suatu kegiatan menghuni. Hal ini menyebabkan terciptalah suatu proses penyesuaian ruang-
ruang pada Rumah susun yang menyesuaikan kegiatan penghuni.
Keterbatasan lahan dan keterbatasan tempat pun membuat penghuni rumah susun
membangun ruang-ruang mereka dengan cara yang indipenden. Pertumbuhan akan ruang-
ruang baru ini merupakan suatu proses adjustment yang membuat suatu pola yang merupakan
hasil dari perilaku masyarakat rumah susun dimana masyarakat mencoba untuk memenuhi
kebutuhan ruang-ruangnya secara optimal.
Pola ruang optimal yang timbul oleh perilaku penghuni yang merubah suatu ruang
dengan type kecil menjadi lebih besar merupakan suatu proses pembentukan arsitektur yang
perlu dikaji lebih dalam dengan menggunakan metode kualitatif dan dengan metode
wawancara terhadap penghuni rumah susun Pekunden.
Dengan adanya penelitian ini akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang ruang-
ruang yang menyesuaikan dengan kegiatan penghuni (dengan kata lain Optimalisasi) yang
terjadi di rumah susun di kota semarang.
Kata Kunci : Rumah Susun, optimalisasi,
PENDAHULUAN
Rumah susun yang merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal bagi
masyarakat menengah kebawah merupakan pola hunian yang masih awam bagi masyarakat
di Indonesia. Khususnya masyarakat berpenghasilan rendah, dimana sebelumnya para
penghuni terbiasa hidup dalam lingkungan rumah yang langsung berhubungan dengan tanah,
serta memiliki ruang-ruang dalam yang tertata sesuai dengan kebiasaan cara hidupnya.
Sedangkan pada hunian rumah susun secara fisik tertutup rapat tanpa ruang terbuka sebagai
perantara diantara ruang-ruang huniannya. Selain itu pula, penataan ruang dalam hunian
rumah susun sering tidak mewakili cara hidup penghuni rumah susun tersebut.
Proses optimalisasi pada ruang-ruang dalam type hunian rumah susun ini lah yang
menjadi obyek penelitian yang saya kaji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola
optimalisasi ruang dalam proses menghuni secara vertical di dalam rumah susun. Dengan
adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk
perancangan rumah susun yang baik.
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian berada di sebuah rumah susun Pekunden di jalan pekunden
Kota Semarang. Rumah susun pekunden berada di tengah kota Semarang.
PEMILIHAN SAMPEL
Metode penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rasionalis Kualitatif
dimana dalam melakukan penelitian di lapangan terdapat teori-teori yang menjadi
dasar acuan dan terdapat batasan penelitian.
Tehnik pengambilan data
Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memilik rumah
dari berbagai type dengan jumlah 3 buah Rumah type kecil , 2 buah rumah type
sedang, dan satu buah rumah type besar.
Metode Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan
pengamatan terhadap obyek Ruangan rumah susun.
Alat yang digunakan dapat berupa Kamera Hp / pocket untuk mengambil data
foto, dan pulpen dan buku catatan untuk mencatat data-data yang penting.
PEMBAHASAN
Rumah Susun
Rumah susun adalah bangunan gedung Bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.( No 16 UU tahun 1985 tentang Rumah
Susun pasal 1 ayat 1).
Ruang dalam arsitektur
Secara umum ruang dibentuk oleh tiga unsure pembentuk ruang, yaitu :
1. Bidang Alas (the base plane),
2. Bidang dinding / pembatas (the Vertical Space Devider).
3. Bidang atap / langit-langit (the overhead plane),
Hubungan manusia terhadap Lingkungan
Manusia selalu berhubungan dengan lingkungannya melalui indera. Jika manusia
melihat sebuah benda maka ia akan menerima rangsangan dari benda tersebut melalui indera
penglihatan dan melahirkan suatu persepsi mengenai benda tersebut. Setelah manusia
melakukan penginderaan terhadap lingkungannya, dan terjadi suatu persepsi, Persepi ini
selanjutnya menimbulkan suatu reaksi dalam batas optimal maupun diluar batas optimal. Jika
reaksi tersebut berada di luar batas optimal, maka akan terjadi suatu stress yang akhirnya
menimbulkan adaptasi (penyesuaian manusia terhadap lingkungan) dan Adjustment
( penyesuaian Lingkungan terhadap manusia).
Gambar 1: Rumah Susun pekunden Semarang Sumber : foto Pribadi
Rumah susun Pekunden
Rumah susun pekunden berada di Kelurahan
Pekunden Semarang (RT 4,5,6, RW I). Lokasi Rumah
susun Pekunden berada di pusat kota Semarang, letaknya
tepat berada di kelurahan Pekunden tepat berada di
belakang DP Mall kota Semarang.
Rumah Susun memiliki 3 buah type unit hunian,
yaitu Type 27(kecil) , type 54 (sedang), dan type 81
(besar).
Dalam kehidupannya,
Penghuni Rumah Susun Pekunden terus mengalami perkembangan.
Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh masyarakat penghuni rumah Susun pekunden,
yaitu :
1. Ruang Type hunian Rumah susun yang tidak sesuai dengan kebutuhan penghuninya
2. Masih ada bagian unit rumah susun yang memiliki Permasalahan air bersih yang kurang
memadai
3. Ruang dalam pada unit rumah susun terasa pengap dan tidak nyaman
4. Suhu udara ruang dalam pada unit rumah susun yang panas.
5. Akses ke hunian harus melewati tangga, sehingga
membuat Penghuni merasa lelah
6. Kebutuhan akan pangan dan sandang dirasa jauh
karena harus turun naik tangga
Type Besar
Gambar2 :3D denah awal rumah Type Kecil Rumah Susun pekunden Sumber data : Survey lapangan
Gambar 3:3D denah awal rumah Type Sedang Rumah Susun pekunden Sumber data : Survey lapangan
Gambar 4:3D denah awal rumah Type Besar Rumah Susun pekunden Sumber data : Survey lapangan
Gambar 5:Area Penambahan Luas Horizontal pada Type 81Sumber : Kunjungan ke lokasi
Gambar 6 :Area Hijau merupakan area dimana rumah dikontrakkan. Pembagian Hunian dan kontrakan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup secara ekonomi.Sumber : Kunjungan ke lokasi
Gambar 7:Pembagian hunian, dari sefungsi menjadi dua
buah hunian.Sumber : Kunjungan ke lokasi
Pola optimalisasi pada Rumah Susun type besar, terjadi secara horizontal. Dengan penambahan luas ruangan yang dilakukan dengan penambahan perabot di daerah sirkulasi dan juga pembagian sebagian unit untuk disewakan demi kebutuhan ekonomi penghuni rumah susun. Hal ini terjadi di rumah bapak Sulaiman.
Perubahan Fungsi ruang pada type
besar, terjadi cukup signifikan. Type 81 yang memiliki luasan yang cukup besar, membuat
penghuni rumah susun membagi rumahnya menjadi dua buah untuk
dikontrakan salah satunya.
Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian
pada penghuni rumah susun.
Type Sedang
Gambar 8:Denah awal hunian Type 54. Sumber : Foto Kunjungan ke lokasi
Gambar 9:Pada area pink merupakan daerah dimana penambahan luas ruangan terjadi. Sumber : Foto Kunjungan ke lokasi
Gambar 10:Pembagian zona gudang dan area hunian. Biru = GudangCoklat = area hunianSumber : Foto Kunjungan ke lokasi
Gambar 11 :Fungsi ruangan pada tiap ruangan Sumber : Foto Kunjungan ke lokasi
Secara horizontal perubahan luas yang terjadi pada type 54 ini terjadi di luar rumah,
yaitu di depan rumah. Dengan memakan lahan sirkulasi, penghuni membangun sendiri
teritorialnya dengan menambahkan tegel lantai yang berwarna sesuai dengan selera penghuni.
Selain pembedaan lantai melalui tegel keramik yang berbeda, penghuni juga
meletakkan beberapa bangku, dan tempat jemuran untuk duduk-duduk dan menjemur
pakaian.
Gambar 12:Gambar bentuk awal rumah type 54Sumber : Kunjungan ke lokasi
Gambar 13:Penambahan pintu untuk akses dari gudang ke Rumah tinggalSumber : Kunjungan ke lokasi
Gambar 15:Fungsi ruangan pada tiap ruangan Sumber : Foto Kunjungan ke lokasi
Dalam kasus hunian type 54 milik Ibu dwi Lestari, terdapat ruang-ruang yang sebenarnya kurang berfungsi dengan baik. Pembagian dua area besar ini dimaksudkan supaya barang-barang yang ada tidak menumpuk dan memberantaki ruangan yang lain. Maka dari itu, dibuatlah sebuah sekat yang membagi dua rumah type 54 ke dalam type 27.
Type Kecil
Penambahan Horizontal Penambahan Luas Ruang secara Horizontal terjadi pada bagian selasar Rumah Susun.
Penghuni yang merasa tidak nyaman dengan kondisi di dalam rumah, pada akhirnya membuat ruang baru di luar rumah dengan meletakkan kursi duduk di depan rumah. Sehingga terciptalah teras kecil.
Teras tersebut pada akhirnya membentuk suatu ruang pribadi yang banyak digunakan warga untuk melakukan kegiatan seperti menerima tamu, mengobrol, meracik bumbu, nongkrong, makan, dan menjaga anak-anak bermain.
Perubahan Luas pada type kecil ini terjadi juga secara vertical. Meningkatnya jumlah penghuni membuat penghuni juga harus menambah ruangan untuk memenuhi kebutuhan. Pola-pola yang terjadi pada hunian type 27 pada rumah susun Pekunden banyak terjadi secara Vertical. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruang horizontal yang ada pada type Rumah susun Pekunden ini.
Gambar 16 : Denah awal Type 27 Sumber : wawancara penghuni
Gambar 17: Zona dimana Ruang Umum menjadi hak pribadi penghuni
Gambar 18: Seorang penghuni yang sedang meracik bumbu masak di depan rumahnya .Sumber : Foto Pribadi
Gambar 19: Tahapan perkembangan rumah Bapak Mahfud Sumber : Survey rumah susun pekunden
Gambar 20: Foto nyata Optimalisassi ruang pada Hunian bapak MafudSumber : Survey rumah susun pekunden
Gambar 21: Ruang Tidur anak yang berada di atas ruang tidur orang tua Sumber : Survey rumah susun pekunden
Gambar 22: Ruang tidur anak Sumber : Survey rumah susun pekunden
Salah satu contoh rumah yang berkembang menyesuaikan dengan Kondisinya adalah Rumah bapak Mafud Hidayat. Pada rumah susun milik bapak Mafud, terdapat penambahan ruang secara vertical yang disebabkan oleh kebutuhan. Pak Mafud tinggal bersama Istri dan dua orang anaknya. Pada awalnya rumah type 27 ini hanya ditempati oleh pak Mafud dan istri saja, namun pada akhirnya mereka memiliki anak. Dan membutuhkan ruangan untuk dua orang anaknya.
Kamar untuk kedua anaknya tersebut dibuat secara vertical ke atas dengan konstruksi kayu sederhana dengan ketinggian sekitar 2 m.
ANALISIS PENELITIAN
Kenyamanan pada tiap orang adalah relative berbeda. Dari hasil wawancara yang saya lakukan kepada penghuni rumah susun, disimpulkan bahwa kebanyakan penghuni rumah susun merasa tidak nyaman dengan keadaan dan desain rumah susun. Hal ini dibuktikan oleh usaha-usaha penghuni untuk mencari berbagai cara untuk mereka dapat tetap hidup di rumah susun dengan dengan mewujudkan kenyamanan dengan cara sebagai berikut.
1. Mengubah fungsi ruang menjadi berbeda fungsi, maupun multifungsi
2. Melakukan perubahan bentuk ruang
3. Memperindah ruang dengan warna dan material
4. Tidak melakukan aktifitas di dalam ruang yang tidak nyaman
5. Melakukan perluasan ruang secara horizontal dan vertikal
Berdasarkan dari analisa ruang, pengamatan dan wawancara yang saya lakukan kepada penghuni rumah susun dan pengembangan yang terjadi, terdapat beberapa saran-saran yang dapat digunakan untuk memberikan suatu pemecahan masalah yang ada di rumah susun.
1. Desain rumah susun sebaiknya lebih memperhatikan tentang cross ventilation, 2. Jarak antar lantai pada Rumah susun dipertinggi kembali menjadi 3.5 meter, supaya
penghuni dapat mendapatkan ruang yang lebih maksimal sesuai kebutuhannya3. Sebaiknya perbesar ruangan horizontal untuk pengembangan penghuni rumah susun.
REKOMENDASI
Berdasarkan dari analisa ruang, pengamatan dan wawancara yang saya lakukan
kepada penghuni rumah susun dan pengembangan yang terjadi, terdapat beberapa saran-saran
yang dapat digunakan untuk memberikan suatu pemecahan masalah yang ada di rumah
susun.
4. Desain rumah susun sebaiknya lebih memperhatikan tentang cross ventilation,
5. Jarak antar lantai pada Rumah susun dipertinggi kembali menjadi 3.5 meter, supaya
penghuni dapat mendapatkan ruang yang lebih maksimal sesuai kebutuhannya
Sebaiknya perbesar ruangan horizontal untuk pengembangan penghuni rumah susun.