BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun, 2009). Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. Kopi asal Indonesia dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika
merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi
arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga
lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta
yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi
Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235
ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun,
2009).
Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang
berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat
pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. Kopi asal Indonesia
dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi
ambang batas yang diizinkan.
Menurut Sri-Sukamto (1986), karat daun adalah salah satu penyakit utama
yang disebabkan Hemilia vastatrix B. et. Br pada kopi arabika. Pada tahun 1885
perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti akibat penyakit ini. Antara
tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula. Sehingga
perlu dilakukan usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan
rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha
tersebut dengan pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan
peremajaan, peluasan, dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi
kopi Arabika, serta budidaya tanaman kopi. Selain itu, juga dilakukan usaha
pengendalian terpadu yang ramah lingkungan salah satunya dengan
meminimalisir penggunaan pestisida.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 1
1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui alternative pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman kopi yang dilakasanakan secara terpadu
b) Untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam kegiatan pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanaman Kopi
2.1.1 Botani Tanaman Kopi
Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
2.1.2 Sejarah Tanaman Kopi
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi
dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman
ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada
mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk,
melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi (Najiyati dan Danarti,
1997).
Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan
Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia
maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik
Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi
dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992).
Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada
periode antara tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-
coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 3
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan ke
berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan Danarti, 1997).
Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan
yaitu pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemelia vastatrix (HV) yang
menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha mengatasi hal
tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC
mendatangkan Liberika dan Robusta yang diharapkan lebih tahan terhadap
penyakit HV (Najiyati dan Danarti, 1997).
2.1.3 Karakteristik Biologi
1. Syarat Tumbuh
Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tinggi
tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750 – 3000
mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan (Asmacs, 2008).
Syarat tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah :
letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter, lahan bebas
hama dan penyakit, mudah melakukan pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil :
minimal 2 %, struktur tanah : subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm
(Asmacs, 2008).
2. Sistem Percabangan
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Daunnya
bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak
berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang
yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
3. Sistem Perakaran
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai
perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami
kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 4
Tetapi, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang
bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang
bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit
stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek
tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.
4. Bunga dan Buah
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.
Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau
cabang reproduksi. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap
buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Tetapi bunga yang keluar dari kedua
tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan
hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang
jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer.
Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah
fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi
bunga secara serempak dan bergerombol. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga
hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan.
2.2 Cara Budidaya
2.2.1 Pengolahan Tanah
a. Untuk tanah pegunungan/ miring buat teras.
b. Kurangi/ tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga
1: 8 dari jumlah tanaman kopi
c. Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan, lalu
diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm
dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan
sebelum tanam
2.2.2 Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
Segi empat : 2,5 x 2,5 m
Pagar : 1,5 x 1,5 m
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 5
Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm
b. Lobang Tanam
Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau
1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan
pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan
kembali ke dalam lubang.
Tanah urugan jangan dipadatkan.
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim hujan
Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
2.2.3 Pemeliharaan
a. Penyiangan
Kegiatan pemeliharaan menyingkirkan ataupun mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan gulma yang terdapat disekitar tanaman
kopi
Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan
tanah
Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 kali setahun
Penyiangan bertujuan dalam memudahkan tindakan pemeliharaan
seperti pemupukan, pemangkasan dan pemanenan
b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar
tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan
tanaman cepat habis.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 6
2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau
memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap,
sengon, dll.
Pengaturan pohon pelindung
1.Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 kali tinggi
pohon kopi
2.Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
3.Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar,
pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.
c. Pemangkasan Kopi
Pemangkasan tanaman kopi pada dasarnya ada dua sistem, yaitu
pemangkasan batang tunggal (single stem) dan pemangkasan batang ganda
(multiple stem). Perbedaan pokok pada sistem tersebut adalah pada
banyaknya batang yang diperlihara dan cara penyediaan cabang-cabang
buah baru.
Pangkasan Bentuk
1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan
Pangkasan Produksi
1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak
menghasilkan buah.
3. Pembuangan cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal
musim hujan.
Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 7
1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah
turun menurun
2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50
cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1-2 tunas yang
pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan
produksinya tinggi.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu
tanama di lapangan. Kemudian di dangir disekitar tanaman dengan jarak
30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada
awal musim hujan).
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran
urea ,TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis urea 100 gr , TSP 50 gr
dan KCl 50 gr, dan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun.
2.2.4 Panen
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah
yang telah masak.
Tanda-tanda kematangan buah kopi yaitu:
a. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.
b. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika
setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi
kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
c. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen
senyawa gula di dalam daging buah.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 8
d. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya
tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal.
Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung
berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara
alami akibat proses respirasi tanaman kopi.
Ada beberapa cara pemetikan diantaranya:
1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.
2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.
3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat
pemetikan.
4) Secara racutan/ rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi
yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.
Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan petikan buah kopi
dilakukan pada buah yang sudah masak dengan warna merah tua agar
menghasilkan kopi yang berkualitas dan pada waktu panen atau saat
pemetikan agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting
yang rusak.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi Kasus
Berbagai media melaporkan bahwa 10 peti kemas berisi 200 ton biji kopi
Indonesia ditolak oleh Badan Karantina Jepang disebabkan oleh karena biji
kopinya mengandung isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan
(silahkan lihat a.l. di situs http://m.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-
pemerintah-janji-bina-petani-andindustri). Untuk membantu petani dan
pemerintah, Kelompok Sdr ditugasi membuat strategi Pengendalian Terpadu
perlindungan tanaman kopi.
3.2 Pembahasan Kasus :
Dalam mengamankan produk pangan termasuk kopi dari pencemaran
bahan kimia, masing-masing negara menetapkan peraturan yang berbeda-beda.
Tetapi pemerintah Jepang sejak bulan Juli 2006 telah menetapkan 200 jenis bahan
kimia yang tidak boleh terkandung pada komoditi kopi melebihi ambang batas
yang diizinkan yang dikenal sebagai uniform level sebesar 0,01 ppm. Ketentuan
pemerintah Jepang ini dinilai paling ketat dibanding negara-negara lain.
Apabila pada komoditi kopi kedapatan unsur aktif salah satu dari 200 jenis
bahan kimia melebihi tingkat keseragaman yang diizinkan, maka kopi tersebut
ditolak masuk ke Jepang dan harus dihancurkan atau diekspor kembali ke Negara
pengirim.
Asosiasi Kopi Jepang pernah menanyakan langkah-langkah apa yang
dilakukan pemerintah dan eksportir kopi Indonesia untuk mencegah terulangnya
kembali penolakan ekspor kopi ke Jepang. Bahkan pembeli kopi Jepang langsung
melakukan penelitian ke lapangan terhadap penggunaan isocarab dan carbaryl,
sehingga residu pestisida tersebut terkandung pada biji kopi. Kenyataan di
lapangan membuktikan bahwa petani menggunakan isocarab dan carbaryl
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 10
Tanaman inang lain : karet, teh, kakao, kelapa, kelapa sawit kina,
kapuk, kapas, nangka, dadap, kapur, kapur barus, kluwih, almtoro, dan
kayu manis
3. Pengendalian
dilakukan pembongkaran pada tanaman sakit, sisa-sisa akar diambil
dan dibakar
Membuat saluran isolasi di tempat yang terinfeksi
Melakukan peremajaan, dengan membongkar tanaman yang sudah tua
hingga tidak dijmupai tunggul pohon-pohon tua
3.3.6 Jamur Upas ( Jamur Upasia Salmonicolor)
1. Gejala Serangan
Infeksi terjadi pada percabagangan atau sisi bawah cabang dan
ranting. Mula-mula jamur membentuk miselium tipis, mengkilat seperti
sutera atau perak, disebut stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut
belum masuk kedalam kulit.
Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-laba
berkembang menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak
sporodakium berwarna merah, disebut stadium anamorf
2. Daur Hidup
Jamur upas membentuk basidiospora, berbentuk seperti buah peer,
bersifat polifag.
Tanaman inang lain : karet, teh kakau, kina jeruk, mangga, nangka,
jati, kelengkeng dan melinjo
3. Pengendalian
Sanitasi, yaitu :
mengurangi kelembapan kebun, dengan memangkas pohon pelindung
atau ranting-ranting kopi yang tidak produktif
membersihkan sumber infeksi yang ada di sekitar, misalnya tanaman
pupuk hijau yang sakit
Penggunaan fungisida, dengan cara melumasikan fungisida pada
batang atau cabang besar yang terserang jamur
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 18
3.4 Penerapan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Kopi
Terdapat empat prinsip penerapan pengendalian hama dan penyakit
terpadu pada perkebunan kopi, yaitu:
1. Budidaya tanaman sehat
2. Pelestarian musuh alami
3. Pengamatan agroekosistem secara rutin, dan
4. Menjadikan petani sebagai ahli PHT dan manajer di kebunnya.
3.4.1 Kultur teknis/ Budidaya Tanaman Sehat
Komponen kultur teknis yang dapat diterapkan pada pertanaman kopi,
antara lain mencakup penyiangan, pemupukan, pemangkasan produksi dan
sanitasi bagian tanaman yang tidak produktif maupun pengaturan naungan, dan
lain sebagainya.
1. Sanitasi Kebun
Pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga. Pembangunan
saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan
sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan;
Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak
produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan
pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma.
Penyiangan bersih pada akhir musim hujan dengan pengolahan tanah
ringan dapat mempertahankan lengas tanah lebih tinggi sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman (Zaenudin, 1987). Tanaman yang
memperoleh cukup nutrisi dan tidak ada persaingan dengan gulma memiliki
kemampuan berproduksi tinggi (Soehardjan, 1998).
Pemangkasan wiwilan dan cabang primer selain supaya produksi tetap
stabil, juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman kopi
(Hartobudoyo, 1975).
2. Kultur Teknis
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 19
a. Petik Bubuk
Sanitasi dengan cara petik bubuk dan memungut buah-buah yang terserang
ditanah dengan tujuan untuk memutus siklus hidup serangga hama dengan
cara meniadakan makanannya.
Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang
panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram
dengan air panas untuk membunuh serangga.
b. Rampasan Buah
Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik.
c. Lelesan
Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos).
d. Pemupukan
Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan
dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman. Pemupukan
berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi
intensitas serangan.
Untuk mendapat pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi, tanaman kopi arabika dianjurkan untuk dipupuk dua kali pada awal dan akhir musim hujan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl yang jumlahnya sesuai umur tanaman (Anonim, 1997). Penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah
e. Pengaturan Pohon Pelindung
Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat.
Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai musim, pada
musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan dan menjelang musim hujan
dilakukan pemangkasan, secara tidak langsung pemangkasan akan
mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 20
3.4.2 Pelestarian Musuh Alami
Jamur Verticillium sp dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit
bercak daun (Hemiliea vastratrix) pada tanaman kopi. Beberapa laporan (a.l.,
Mawardi, 1996; Ginting & Mujim, 2005) menunjukkan bahwa Verticillium
sering memarasiti H. vastatrix. Verticillium hidup dari uredospora dan uredium
patogen (Mawardi, 1996; Ginting et al., 2002; Yun et al., 1991). Dengan
demikian, Verticillium berpotensi untuk mengurangi potensi inokulum. Hal ini
diharapkan mengurangi keterjadian penyakit (disease incidence) karena telah
diketahui bahwa kepadatan uredospora mempengaruhi keterjadian penyakit
(Semangun, 2000).
Dalam patosistem penyakit karat daun kopi, uredospora sebagai
inokulum sekunder merupakan penyebab parahnya penyakit. Infeksi primer
biasanya kurang berpengaruh, namun akan menghasilkan inokulum sekunder
berupa uredospora tersebut. Jika populasi antagonis Verticillium tinggi pada
daun dan memarasiti uredia dan uredospora, maka kepadatan uredospora
(inkulum sekunder) akan menurun sehingga infeksi sekunder juga akan
menurun secara drastis (Agrios, 2005; Semangun, 2000). Dengan demikian,
fungisida tidak akan perlu diaplikasikan untuk mengendalikan penyakit karat
daun pada kopi.
Pengendalian secara biologi dengan menggunaan agensia pengendali