This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN“Demam Berdarah Dengue “
DISUSUN OLEH :
1.Retno Purwati P17420213025
2.Rendi Saifinuha Hidayat P17420213026
3.Ridho Alif Ramadhan P17420213027
4.Riris Prista Wardani P17420213028
5.Riswandi P17420213029
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan –
genangan air yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang
tidak lancar serta adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai
adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan
– genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah
tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita
melakukan antisipasi adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian
nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi lingkungan atau non
kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian
secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga
yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup
berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya
manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk
dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk
yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang
meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi
kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya
disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan
didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya
seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang
mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di
Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak
nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14
propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat
jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal
sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam
penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan
menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal
ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO
bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil
dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang
disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang
parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok
hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita
ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu
langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah
dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk
tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah
dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk.
Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK
UMS sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa
bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai
wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa
daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue
(DBD) telah dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang
pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor
resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai
dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk.
Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum
optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di
tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam
memecahkan masalah demam berdarah antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup
vektor penular penyakit DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak
mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan
penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam
berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam
berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam
berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam
berdarah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit demam berdarah
dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya
disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia
Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan
Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena
kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan
Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas /
inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam
berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
B. Vector penyakit demam berdarah dengue
1. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah
Aedes aegypti
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. Aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di
seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus
menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali
dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu
mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi
penularan. Ada beberapa vektor yang dapat menularkan virus Dengue tetapi
yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah nyamuk
Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup
penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan di
pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).
Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya
(Luft,1996). Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari
nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus Dengue
seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes
ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk
Ordo diptera (WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang
mengalami viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan
sekali menjadi nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya (Putman
JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat
menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal
ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada manusia.
Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari
untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal
sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan
tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik
dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya
tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang
menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya
mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-
nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar
populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh
nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki
perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari
betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.
Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina
yang lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci
nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang
berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih
kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2
garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes
albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva
Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki
satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi
larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam
keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes
aegypti mempunyai dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan
menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan
rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur
sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et al.,
2000).
C. Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk
betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh
asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur. Nyamuk
jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga
ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak
karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang
hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran
empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang
dilakukan baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah
dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah
matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00)
(Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan
nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan
proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk
berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus
menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di
lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam
bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban,
bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah
hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng
kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan
daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk
Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer
yang ada dalam rumah.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga
dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes
aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5
bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al.,
1997).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur
pada permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips
berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1
sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan
larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4
memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva
berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa
bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7
hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1
bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas
menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi
kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva
yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa
yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan
yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam
rumah dan sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini
agak berbeda dengan Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah
dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah misalnya
potongan bambu pagar, tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air
(Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti berupa semak-
semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang
tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain
sebagainya (Srisasi G et al., 2000).
Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan
di daerah tropis dan subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º
lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan pada ketinggian
lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121
m dan di California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur
8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat Anthropophilic dan sering tinggal di
dalam rumah (WHO, 1997).
Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi
kemampuan normalnya kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai
kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters) yaitu menggigit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini
sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus Dengue ke
beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita
DBD di dalam satu rumah (Depkes, 2004).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang
penting dalam mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah
Dengue di suatu daerah dan pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang
belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat
perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu
diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks Breteau (Srisari
G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan
larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau
merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk,
sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam
masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva
Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase kontainer yang positif
dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906
memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai
vektor dengan cara menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya
infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula dengan hasil penelitian Cleland
dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun 1993 di
Afrika Selatan yang menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar
potensinya sebagai vektor untuk virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO, 2002).
D. Patogenitas dbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus
Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae,
yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN
4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa
serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand
penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al.,
1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam secara tiba-tiba 2-7
hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada
bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,
muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma
dari pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat
bersifat asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas
penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan
demam berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam