Page 1
MAKALAH
Antibacterial Chemotherapy and Drug Resistence in Aquaculture
KELOMPOK 4EVY SUSANTI S (I1 A3 12 004)LD. MARSIDIN (I1 A3 12 002)TRI SELVIANTI P.B (I1 A3 12 016)LIANTI (I1 A3 11 022)LA DENI (I1 A3 12 0
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN KONSENTRASI ABALONFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
2015
Page 2
PENDAHULUAN
Saat ini industri akuakultur berkembang sangat pesat didunia yang ditandai
dengan peningkatan yang sangat besar pada produksi ikan dan kerang-kerangan.
Diperkirakan sekitar 15 miliar ton/tahun dan menunjukkan kira-kira 12 % dari
total konsumsi dunia Produksi akuakultur dunia akan spesies yang potensial
mencapai 20 % tiap tahunnya dengan permintaan konsumen akan makanan laut
mencapai lebih dari 80 miliar ton. Sejalan dengan peningkatan tersebut, masalah
lain timbul pada kegiatan budidaya akuakultur secara intensiv yaitu meningkatnya
penyakit yang dihadapi para pembudidaya. Peningkatan bahan organik pada air
terhadap pemeliharaan dan pemberian pakan buatan dan kepadatan tinggi dapat
membuat ikan sterss dan menyumbang banyak penyakit.
Masalah penyakit dapat merupakan kendala utama karena dapat merugikan
usaha budidaya seperti penurunan produksi, penurunan kualitas air dan bahkan
kematian total (Diani, 1991).Penyakit dapat disebabkan oleh beberapa jenis
patogen seperti, virus, parasit, jamus dan bakteri, beberapa jenis bakteri yang
umum menyerang ikan air tawar seperti Aeromonas sp, dan Streptococcus sp
(Post, 1987; Austin dan Austin 1993). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
memperlihatkan gejala-gejala seperti kehilangan nafsu makan, luka-luka pada
permukaan tubuh, pendarahan pada insang, perut membesar berisi cairan, sisik
lepas, sirip ekor lepas, jika dilakukan pembedahan akan terlihat pembengkakan.
dan kerusakan pada hati, ginjal dan limpa (Post, 1987; Austin dan Austin, 1993).
Penyakit bakteri ini dapat menyebabkan kematian diatas 80% dalam waktu relatif
singkat (Kamiso dan Trianto, 1993).
Page 3
Penyakit ikan muncul akibat ketidakserasian antara ikan sebagai inang
patogen (mikro organisme penyebab penyakit) serta lingkungan (Post, 1987).
Sistem pertahanan tubuh ikan dapat terganggu akibat adanya perubahan
lingkungan serta berkembangnya patogen dalam suatu wadah budidaya (Ashari,
2014). Ikan merupakan sumber makanan yang kaya akan kandungan gizi Seperti
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral. Ikan dapat digunakan sebagai
bahan obat- obatan, pakan ternak dan lainnya dan mudah dicerna. Ikan adalah
sumber pangan yang mudah rusak karena sangat cocok untuk pertumbuhan
mikroba baik patogen maupun nonpatogen. Gangguan tersebut dapat berupa
pencemaran lingkungan, pencemaran makanan dan minuman, serta penularan
penyakit yang mengakibatkan infeksi (Angraeni, 2013).
Penyakit merupakan salah satu kendala dalam budidaya ikan yang dapat
menyebabkan penurunan tingkat produksi ikan (Dewi, 2011). Perkembangan
suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara
tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetik
hewan, stress dan padat tebaran (Irianto, 2004). Gangguan penyakit pada budidaya
ikan merupakan risiko biologis yang harus selalu diantisipasi. Hal ini mendorong
adanya aplikasi pengelolaan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan
pada budidaya ikan (Purwaningsih & Taukhid, 2010).
Page 4
PEMBAHASAN
Kemoterapi antibakteri telah digunakan pada akuakultur sejak 50 tahun
sejak percobaan pada pemanfaatan sulphonamides pada treatment furuncolosis
pada trout. Pada tahun 1946 nitrofurans dimanfaatkan pertama kali untuk
perlawanan furuncolosis pada trout. Furazolidone dan nitropiranol dimanfaatkan
secara luas pada eropa dan jepang. Diantara penyakit yang signifikan pada
kegiatan akuakultur, bakteri merupakan golongan yang sangat tinggi . Dan telah
didapatkan strategi pencegahan pada kontrol infeksi dan reaksi antibakteri yang
sangat besar. Chloramphenicol telah ditemukan sebagai penghambat yang efektif
pada inveksi yang disebabkan Aeromonas dan Pseudomonas dan telah
dimanfaatkan secara luas pada eropa dan asia. Kemoterapi antibakteri telah
digunakan pada akuakultur sejak 50 tahun sejak percobaan pada pemanfaatan
sulphonamides pada treatment furuncolosis pada trout.Pada tahun 1946
nitrofurans dimanfaatkan pertama kali untuk perlawanan furuncolosis pada trout.
Furazolidone dan nitropiranol dimanfaatkan secara luas pada eropa dan jepang.
Perlawanan isolat semua bakteri patogen ikan telah dilaporkan kepada satu
atau lebih dari kemoterapi yang digunakan dalam budidaya semua bakteri
penyebab patogen pada ikan telah dilaporkan kepada satu atau lebih dari
kemoterapi yang digunakan dalam budidaya. Data tentang bakteri patogen pada
ikan atau kemoterapi yang digunakan dalam budidaya (Aoki, 1992) telah
dikumpulkan dari negara-negara yang mewakili budidaya diseluruh dunia (Inggris
et al, 1991, Aoki dan Kitao 1985).
Page 5
Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan
faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi tidak menular. Penyakit non-
infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kekurangan gizi. Keracunan
dapat disebabkan oleh pemberian pakan yang berjamur, berkuman dan
pencemaran lingkungan perairan. Faktor yang menyebabkan penyakit pada ikan :
A. Akibat Lingkungan
Penyakit akibat lingkungan pada ikan masih sering terjadi. Penyakit ini
berdasarkan pada penyebabnya dibedakan menjadi 2 golongan yaitu yang
disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik.
1. Faktor Abiotik
a. Suhu/temperatur
Selain suhu yang tinggi pada daerah tropis, masalah yang sering ditemukan
adalah masalah perubahan suhu yang terlalu ekstrim akibat pengaruh musim,
misalnya musim kemarau. Suhu rendah akan menyebabkan kecepatan
metabolisme turun sehingga nafsu makan ikan jadi menurun.
Suhu dingin dibawah suhu optimum akan berpengaruh pada penekanan
kekebalan pada ikan. Suhu optimum tersebut akan berbeda bagi masing-masing
jenis ikan hias.
b. pH
pH air yang dibutuhkan oleh ikan akan bervariasi tergantung pada jenis ikan
tersebut. Pada umunya ikan akan toleran terhadap range pH tertentu, misalnya
untuk ikan hias jenis Koi dan koki range pH nya antara 6,2 sampai 9,2. pH air
yang ekstrim dibawah atau diatas pH optimum akan mengakibatkan gangguan
Page 6
pada kesehatan ikan. pH optimum akan bervariasi tergantung pada jenis ikan.
Efek langsung dari pH rendah dan pH yang terlalu tinggi adalah berupa kerusakan
sel epitel, baik kulit maupun insang, hal ini akan mengganggu pada proses
penyerapan oksigen terutama bagi ikan yang bernafas dengan menggunakan
insang.
c. Kesadahan
Kesadahan pada lingkungan pembudidaya ikan hias dikenal dengan istilah air
lunak dan air keras. Nilai kesadahan air pada air biasanya ditentukan dengan
kandungan kalsium karbonat atau magnesium. Tingkatan nilai kesadahan untuk
air dapat dibedakan menjadi air yang lunak (kesadahan rendah), air yang sedang,
dan air yang keras atau kesadahan tinggi dan sangta keras. Tiap jenis ikan
terutama ikan hias memerlukan kesadahan air yang tidak sama. Ikan neon tetra
misalnya memerlukan kesadahan air yang rendah apabila dibandingkan dengan
ikan hias dari golongan siklid.
d. Bahan cemaran
Bahan cemaran biasanya berasal dari sumber air yang digunakan pada suatu
usaha budidaya ikan terutama, yang menggunakan sumber air dari sungai atau
perairan umum lainnya.
Cemaran bisa berasal dari limbah domestik maupun limbah industri. Bahan
cemaran dapat berupa bahan beracun dan logam berat. Bahan cemaran tersebut
secara langsung dapat mematikan atau bisa juga melemahkan ikan. Pada cemaran
konsentrasi rendah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan efek yang tidak mematikan ikan tetapi mengganggu proses
Page 7
kehidupan ikan (sublethal) hal ini akan mengganggu kesehatan ikan. Pada kondisi
demikian ikan akan mudah terinfeksi oleh segala macam penyakit-penyakit
misalnya penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri.
2. Faktor Abiotik
Algae yang menutupi permukaan air akan mengganggu proses pernafasan
ikan. Sedangkan algae yang tumbuh dalam air akan berpengaruh pada pergerakan
ikan. Ikan akan terperangkap pada algae tersebut. Selain itu algae sel tunggal yang
berupa filament akan masuk kedalam lembar insang dan akan mengganggu pada
proses pernafasan ikan, sehingga ikan lama kelamaan akan mengalami
kekurangan oksigen. Beberapa algae yang biasanya tumbuh berlebih (blooming)
akan berpengaruh pada pengurangan kandungan oksigen dalam air baik dari
aktivitas fotosintesa terutama pada waktu malam hari. Akibat dari aktivitas
pembusukan algae akan menimbulkan bahan beracun seperti amoniak. Selain itu
beberapa algae akan bersifat racun bagi ikan misalnya dari jenis Mycrocystis
aeruginosa. Cara pencegahan : Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi
kebutuhan ikan yang dibudidayakan, juga berarti menjaga kesehatan ikan dan
mencegah serangan penyakit. Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dari
kegiatan memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat wadah budidaya
yang cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha budidaya ikan secara benar,
seperti memilih benih yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup dan
bermutu serta tepat waktu, pergantian air, pengelolaan tanah, dan sebagainya.
Page 8
B. Penyakit Nutrisi
Pakan ikan harus mengandung cukup protein karena protein yang dibutuhkan
oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh
ikan terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhan juga terganggu. Kekurangan
vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan2 pada tubuh ikan, baik kelainan
bentuk tubuh atau kelainan fungsi fisiologi.
Selain kekurangan protein dan gizi sebagai penyebab mudahnya ikan terserang
penyakit, pemberian makanan juga mengakibatkan hal yang sama. Ada dua
kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu ikan
mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah dan
penurunan kualitas air.
Pakan yang berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun
didasar kolam dan tambak. Dengan demikian akan mempercepat penurunan
kualitas air, karena pakan merupakan sumbernbahan organik yang mengalami
dekomposisi (terutama protein) akan menjadi ammonia. Sedangkan konsentrasi
ammonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
Salah satu contoh penyakit akibat kesalahan dari pemberian pakan yaitu:
- Penyakit kuning (Jaundice), penyakit ini akibat dari kesalahan nutrisi
pakan. Penyebabnya antara lain kualitas pakan yang buruk, seperti telah
kadaluarsa atau pakan disimpan di tempat lembab sehingga pakan rusak.
Beberapa keterangan mengatakan jaundice bisa disebabkan oleh
pemberian jeroan atau ikan rucah secara kontinyu. Keterangan lain
Page 9
mengatakan serangan jaundice bisa datang apabila dalam air kolam
banyak terdapat alga merah.
Cara pencegahan : dengan memberikan ikan makanan yang mengandung
gizi lengkap, tidak kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu, dan
makanan tidak mengandung bahan beracun.
C. Genetik
Perkawinan kekerabatan pada ikan dapat menimbulkan masalah pada
penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi suatu penyakit. Hal ini disebabkan
karena miskinnya variasi genetik dalam tubuh ikan itu sendiri. Kelainan lain yang
ditimbulkan karena perkawinan kekerabatan yaitu tutup insang tidak bisa tertutup
dengan sempurna, sehingga hal tersebut akan mengganggu proses pernafasan
ikan, lama kelamaan ikan mengalami kekurangan darah akibat rusaknya sistem
pembuat darah karena minimnya oksigen yang dipasok pada jaringan pembuat
darah.
D. Memar dan luka
Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penangganan
yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang
diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal dari
memar dan luka pada ikan. Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi
lingkungan dalam media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami
gangguan. Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu
diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang diangkut, dan jarak yang
ditempuh.
Page 10
Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan
yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu, kakap,
kuwe, gabus, dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak
terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat menyebabkan memar dan luka
pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka hanya cepat stres, tetapi bagian tubuh
yang memar dan luka merupakan media potensial untuk diserang penyakit.
Cara pencegahan : menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu
diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan dan ukuran ikan sebaiknya
seragam dan jarak yang ditempuh.
E. Cacat
Ikan cacat akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya
lambat atau karena kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu,
sulit bersaing terutama dalam memperoleh makanan. Walaupun demikian ikan
cacat bukan hanya merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena
perlakuan pembenih yang tidak tepat. Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan
memakan makanan di dasar perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung.
Perlakuan seperti ini akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga
ikan yang mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan
terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena itu, pembenih
juga harus dapat memastikan media air yang digunakan maupun telur yang
hendak ditetaskan adalah dalam kondisi optimal.
Pada intinya, mencegah penyakit dapat dilakukan melalui manajemen
budidaya secara menyeluruh, termasuk di dalamnya penerapan padat tebar yang
Page 11
disesuaikan dengan daya dukung lahan, melaksanakan manajemen lingkungan dan
manajemen pakan. Manajemen lingkungan yang dimaksud adalah menjaga
lingkungan perairan supaya selalu berada dalam kondisi yang kondusif bagi
kehidupan ikan dan tidak banyak menimbulkan tekanan. Pakan yang diberikan
pada ikan harus tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu pemberian dan tepat ukuran.
Beberapa contoh jenis penyakit pada ikan yang disebabkan karena faktor non
infeksi :
- Soft shell syndrome
Penyebab Kualitas air : goncangan salinitas tinggi, goncangan pH tinggi,
alkalinitas rendah, kandungan fosfat rendah, dasar tambak terlalu kotor, polusi
dan kualitas pakan (kekurangan nutrisi tertentu). PenangananMemperbaiki
kualitas air (ganti air, probiotik, dolomite, SP-36) Pembersihan dasar dengan
sifon, pemberian zeolite dan probiotik)
- insang hitam (black gill disease)
Penyebab Kotoran, bahan organik (lumpur) yang melekat pada insang,
Dasar tambak yang kotor, setting aerator yang tidak tepat dan Kualitas air yang
tidak stabil (sering terjadi kematian plankton). Penanganan Meganti air
secukupnya, Berikan probiotik, Memperbaiki setting kincir, mengurangi pakan
- Red disease
Udang berwarna kemerahan, kaki dan ekor kemerahan, insang kemerahan.
Penyebab Kualitas air yang kurang baik (DO rendah, NH3, NO2-, Fe), bahan
organik terlalu tinggi dan kualitas pakan kurang baik (terlalu lama, berjamur)
Page 12
Penanganan Memberikan pakan berkualitas baik (baru) dan memperbaiki kualitas
air.
- Kram (cramped tail disease)
Udang kram saat anco diangkat atau udang dijala, udang mudah stress
Penyebab Goncangan suhu / salinitas tinggi, Perbedaan suhu (kualitas air antara
dasar dan permukaan tinggi) dan kekurangan mineral tertentu. Penanganan
Mengoperasikan kincir siang dan malam hari, Memberikan vitamin (terutama vit
C dan B) dan memberikan mineral melalui pakan.
- Emboli (Gas bubble disease)
Karena kelarutan gas dalam air lewat jenuh baik gas Nitrogen atau Oksigen
Bila karena Oksigen tidak menimbulkan kematian, tetapi bila karena N2, dapat
menyebabkan kematian.
- Bercak hitam pada kulit
Ada bercak hitam pada permukaan kulit, bekas luka Penyebab Udang sering
lompat (tumburan) karena terlalu padat, kualitas air kurang baik, suspensi tanah
dan Infeksi bakteri. Penanganan Memperbaiki kualitas air Hidupkan kincir siang-
malam, mengurangi kepadatan, Melapisi tambak dengan plastik/HDPE, atau
disemen
- Toksin
Sumber pencemaran dari lingkungan : pestisida, herbisida, insektisida, logam
berat, Dari pakan : aflatoksin (dari pakan rusak atau kedaluwarsa) Biotoxin : dari
algae (blue green algae dan dinoflagellata).
Page 13
- Udang pucat (putih keruh), kebiruan
Udang putih polos, pucat atau kebiruan Penyebab : Suspensi tanah tinggi,
Kurang oksigen Penanganan : Melapisi tambak dengan semen atau plastik HDPE
atau pasir dan mengurangi padat penebaran.
F. Mekanisme Resistensi
Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba
oleh Antimikroba. Resistensi mikrobia terhadap obat terjadi akibat perubahan
genetik dan dilanjutkan serangkaian proses seleksi oleh obat Antimikroba. Faktor
yang memengaruhi sifat resistensi mikroba terhadap antimikroba terdapat pada
unsur yang bersifat genetik seperti DNA, plasmid dan kromosom. Didasarkan
pada lokasi unsur dikenal menjadi 3 macam resistensi yaitu:
1. Resistensi kromosomal Terjadi akibat mutasi spontan dalam lokus yang
mengatur kepekaan obat antimikrobia yang diberikan. Adanya
antimikroba sebagai mekanisme selektif yakni membunuh bakteri yang
peka dan membiarkan tumbuh bakteri yang resisten (Jawetz, 2001).
2. Resistensi ekstra-kromosomal Bakteri seringkali berisi materi genetic
yang disebut plasmid. Faktor R adalah kelompok plasmid yang
membawa gen resistensi terhadap satu atau beberapa obat antimikrobia
Page 14
dan logam berat. Gen plasmid untuk resistensi antimikrobia mengontrol
pembentukan enzim yang mampu merusak antimikrobia (Jawetz, 2001)
3. Resistensi silang adalah Keadaan resistensi terhadap antimikroba
tertentu yang juga memperlihatkan sifat resistensi terhadap antimikroba
yang lain. Biasanya terjadi antara antimikroba yang memiliki struktur
kimia hampir sama (derivat tetrasiklin) atau antara antimikroba dengan
struktur kimia yang berbeda dengan mekanisme aksi yang hampir sama
(Setiabudy dan Gan, 1995).
G. Muncunya Resistensi Baru Terhadap Antibiotik
• Penggunaan obat baru pertama dari resistensi telah diperkenalkan dalam
sejarah budidaya sperti penggunaan kuinolon dan asam Oxolinic, telah
dilakukan di eropa pada tahun 1983.
• Pada awalnya pengobatan pasteurellosis sangat sukses yang dilakukan di
Jepang. Pada tahun 1982 ditemukan obat resistan baru dan meluas sampai
sekarang.
Page 15
Pencegahan penyakit dilakukan dengan kontrol lingkungan yang dapat
menjamin kualitas optimal dari air, metode pemberian pakan yang baik dan padat
penyebaran dari organisme. Vaksinasi Prophylactic diakui memiliki potensi yang
sangat tinggi terhadap kegiatan akuakultur. Di Negara barat dan Jepang , vaksinasi
terhadap Vibriosis dan Furucolosis dilakukan pada Ikan salmon dan Rainbow
trout. Aplikasi dari immnostimulan dapat mempertinggi pertahanan ikan terhdap
penyakit. Hal ini digunakan sebagai perlawanan yang efektif terhadap virus dan
bakteri terhadap berbagai spesies ikan. Diantara penyakit yang signifikan pada
kegiatan akuakultur, bakteri merupakan golongan yang sangat tinggi. Dan telah
didapatkan strategi pencegahan pada kontrol infeksi dan reaksi antibakteri yang
sangat besar. Chloramphenicol telah ditemukan sebagai penghambat yang efektif
pada inveksi yang disebabkan Aeromonas dan Pseudomonas dan telah
dimanfaatkan secara luas pada eropa dan asia.
Penggunaan antibiotik sangat penting dalam mencegah kurugian komersial
perusahaan budidaya. Dalam literatur ilmiah resistensi antibiotik banyak
dilaporkan untuk semua patogen ikan dengan pendapat bahwa kejadian ini
dikhawatirkan akan berdampak pada lingkungan masyarakat (Weston, 1994).
Perlawanan isolat semua bakteri patogen ikan telah dilaporkan kepada satu
atau lebih dari kemoterapi yang digunakan dalam budidaya semua bakteri
penyebab patogen pada ikan telah dilaporkan kepada satu atau lebih dari
kemoterapi yang digunakan dalam budidaya. Data tentang bakteri patogen pada
ikan atau kemoterapi yang digunakan dalam budidaya (Aoki, 1992) telah
Page 16
dikumpulkan dari negara-negara yang mewakili budidaya diseluruh dunia (Inggris
et al, 1991, Aoki dan Kitao 1985).
(Mecarthy, et al., 1993) faktor yang efektif dalam pemberantasan patogen
adalah dgn kuantitas pakan serta obat kemudian diberikan terhadap individu ikan
dan melihat perkembangan yang terjadi terhadap populasi lainnya. Dalam uji coba
ini ada beberapa variasi yang terjadi dalam asupan asam Oxolinic antara individu
sehat. Ketidakrataan dari penyerapan obat merupakan faktor utama dalam
penyembuhan. Dalam studi tentang pengobatan amoksisilin dari furunkulosis di
Atlantic pada salmon, di temukan perbedaan besar antara kadar serum obat dalam
populasi ikan yang menerima perlakuan yang sama..