BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata – rata. Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi mental dan cacat mental. Anak tuna grahita memiliki keterbatasan dalam hal berpikir, kemampuan berpikir rendah, perhatiannya dan daya ingatnya lemah, suka berpikir abstrak, serta kurang mampu berpikir logis. Sebagai makhluk individu dan sosial, individu tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya individu tersebut lebih sering mengalami hambatan atau kegagalan yang berarti karena kesulitan melakukan penyesuaian diri dan memenuhi tuntutan lingkungan. Lazarus (1976) mengatakan bahwa penyesuaian diri itu dilakukan karena adanya tuntutan yang bersifat internal maupun eksternal. Individu tunagrahita tentunya tidak akan sampai melakukan penyesuaian diri yang salah jika orang tua dapat menerima kehadiran mereka sekaligus membimbing mereka dalam menghadapi tuntutan lingkungan, karena pada hakikatnya mereka membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga terutama orangtua. Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan mental anak karena dengan orangtualah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata – rata. Tuna grahita adalah kata lain dari retardasi
mental dan cacat mental. Anak tuna grahita memiliki keterbatasan dalam hal berpikir,
kemampuan berpikir rendah, perhatiannya dan daya ingatnya lemah, suka berpikir abstrak,
serta kurang mampu berpikir logis.
Sebagai makhluk individu dan sosial, individu tunagrahita mempunyai hasrat untuk
memenuhi segala kebutuhan sebagaimana layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya
individu tersebut lebih sering mengalami hambatan atau kegagalan yang berarti karena
kesulitan melakukan penyesuaian diri dan memenuhi tuntutan lingkungan. Lazarus (1976)
mengatakan bahwa penyesuaian diri itu dilakukan karena adanya tuntutan yang bersifat
internal maupun eksternal.
Individu tunagrahita tentunya tidak akan sampai melakukan penyesuaian diri yang
salah jika orang tua dapat menerima kehadiran mereka sekaligus membimbing mereka dalam
menghadapi tuntutan lingkungan, karena pada hakikatnya mereka membutuhkan perhatian
dan dukungan dari keluarga terutama orangtua.
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan
mental anak karena dengan orangtualah anak pertama kali berinteraksi. Nurhayati (2008)
menjelaskan peran orangtua adalah memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan
suasana rumah yang hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman akan norma
baik dan buruk yang ada dalam masyarakat.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat tentang pengasuhan anak tunagrahita yaitu
banyak orangtua yang justru menyembunyikan anaknya yang tunagrahita dan
membiarkannya tanpa dilatih keterampilan sedikitpun. Orangtua pun terkesan menutup diri
dari lingkungan, sehingga anak menjadi tidak mandiri dan pada akhirnya tidak dapat
menyesuaikan dirinya di lingkungan.
1
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA
Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna yang berarti “merugi” sedangkan grahita
yang berarti “pikiran”. Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental
Retardation) yang artinya terbelakang mental. Tunagrahita juga memiliki istilah- istilah
sebagai berikut :
a. Lemah fikiran (feeble minded)
b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
c. Bodoh atau dungu (idiot)
d. Cacat mental
e. Mental Subnormal, dll.
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi
dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on Mental Deficiency
mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di
bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak- anak tunagrahita akan mengalami
kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak
tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard)
kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan mengalami
masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.
Anak- anak yang sulit berkomunikasi tidak selamanya itu adalah anak tunagrahita.
Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme. Antara autisme dan tunagrahita
terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan yang diberikan pun harus berbeda. Menurut
Mudjito, autisme ialah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial
serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar
jaringan dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya biasa-
biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi
menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak seimbang.
2
Adapun tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterbelakangan mental,
jauh di bawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit berkomunikasi, tetapi juga sulit
mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak
sempurna. Anak-anak seperti ini lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika
dikandung, asupan gizi dan zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu,
termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik dibanding teman- temannya,
tetapi mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti
yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk
sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang.
Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan,
pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan
adaptif seseorang.
1Menurut Moh. Amin (1995: 11), mengemukakan bahwa: Anak tunagrahita adalah
mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata – rata. Disamping itu mereka
mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang
cakap dalam memikirkan hal – hal yang abstrak, yang sulit dan berbelit. Mereka kurang atau
terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan dua bulan tetapi
untuk selama – lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi dalam segala hal, lebih
– lebih dalam palajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan symbol
– symbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis, dan juga mereka
kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa :
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa
dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa perkembangan.
c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan sosial.
d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga
menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.
1 Dipi, Amin. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
3
e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami kesulitan
dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara (audiotary
perception).
f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita menyebabkan
mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Potensi dan kemampuan setiap anak berbeda-beda demikian juga dengan anak
tunagrahita, maka untuk kepentingan pendidikannya, pengelompokkan anak tunagrahita
sangat diperlukan. Pengelompokan itu berdasarkan berat ringannya ketunaan, atas dasar itu
anak tungrahita dapat dikelompokkan.
1. Tunagrahita Ringan (Debil). Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau
kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara
kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa
dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya
bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
2. Tunagrahita Sedang atau Imbesil. Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih.
Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita
yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka
biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas II SD Umum.
3. Tunagrahita Berat atau Idiot. Kelompok ini termasuk yang sangat rendah
intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita
berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Anak
tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak
dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya. Asumsi anak tunagrahita
sama dengan anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong
dalam tungrahita berat.
Anak luar biasa hanya sedikit berbeda dari anak normal. Namun sesungguhnya
dibalik “keluarbiasaannya” mereka benar-benar luar biasa. Kepercayaan ialah hal yang sangat
4
dibutuhkan dan menjadi bagian yang sangat berharga. Jangan pernah memandang sebelah
mata akan apa yang hanya terlihat dari luarnya.2
C. FAKTOR PENYEBAB KETUNAGRAHITAAN
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para
ahli dari berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Adanya kelainan kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada
kromosom nomor 21 sehingga anak mengalami Langdon Down’s Syndrome dan pada trisomi
kromosom nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-ciri berkepala kecil,
mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar. Selain itu, setelah
mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita, berpayudara besar.
2. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu
terutama perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Phenylketonuria
Salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym
phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan
pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.
b. Cretinisme
Disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau
segera setelah melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan
thyroxin. Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidak normalan fisik yang khas dan
ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi sangat
pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.