HUKUM PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAN FAKTOR- FAKTOR PERMINTAAN DAN PENAWARAN Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Oleh : Kelompok 6 Anisak Kusuma Ningrum (131510501120) Uriva (131510501204) Julik Kurnia Happy (131510501216) Herlinda eka Prafitasari (131510501221) Caesaria Artha Vullandari (131510501222) Dosen Pengampu: Sudarko,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUKUM PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAN FAKTOR-FAKTOR PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember
Oleh :
Kelompok 6
Anisak Kusuma Ningrum (131510501120)
Uriva (131510501204)
Julik Kurnia Happy (131510501216)
Herlinda eka Prafitasari (131510501221)
Caesaria Artha Vullandari (131510501222)
Dosen Pengampu:
Sudarko,
PROGARAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBERMaret, 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................iDAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
Kesimpulannya suatu fungsi permintaan dapat bergeser dengan adanya
perubahan spekulasi. Spekulasi yang tidak tepat dalam mengantisipasi kejadian-kejadian
pada masa yang akan datang dapat meningkatkan variabilitas harga, tetapi spekulasi
yang mengantisipasi masa depan dengan tepat menurunkan variabilitas harga.
4. Permintaan Turunan (derived demand)
Permintaan turunan (derived demand) digunakan untuk menunjukkan skedul
permintaan akan input yang digunakan untuk memproduksi produk-produk akhir.
Suatu kurva permintaan turunan bisa berubah karena kurva permintaan dasar
(primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Secara empiris,
hubungan-hubungan permintaan turunan bisa diestimasi, juga secara tidak langsung
dengan pengurangan margin yang tepat dari skedul permintaan dasar, atau secara
langsung dengan penggunaan data harga dan kuantitas yang diterapkan pada tahap
(stage) yang tepat dari pemasaran. Misalnya harga-harga dan kuantitas pedagang besar
dapat digunakan untuk memperkirakan permintaan turunan pada suatu tingkat
menengah, sementara itu data harga-harga dan kuantitas perusahaan pertanian bisa
digunakan untuk mengestimasi kurva permintaan yang dihadapi produsen.
Elastisitas Permintaan
1. Elastisitas Harga
Merupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang
diminta dengan persentase perubahan harga
% perubahan jumlah produk yang diminta
e =
% perubahan harga
Besar atau kecilnya elastisitas pada suatu persentase harga tertentu, tergantung
pada besar kecilnya persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Semakin besar
nilai e berarti permintaan makin elastis, demikian sebaliknya dikatakan kurang elastis
bila e kecil. Jika e>1, maka permintaan elastis, dan permintaan tidak elastis (in elastis)
jika e<1.
Koefesien elastisitas sering dituliskan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa jika
harga naik, maka jumlah produk yang diminta turun, demikian pula sebaliknya jika harga
turun maka jumlah produk yang diminta naik.
Pengukuran koefesien elastisitas dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Elastisitas titik (point elasticity) yaitu menggunakan elastisitas pada satu titik pada
kurva permintaan.
2. Elastisitas busur (arc elasticity) yaitu elastisitas antara 2 titik pada kurva permintaan.
Koefesien elastisitas sama dengan satu (unitary elasticity) menunjukkan bahwa
setiap perubahan harga membawa perubahan proporsional dalam jumlah produk yang
diminta. Bagi penjual, kurva permintaan seperti ini memberikan penerimaan yang
konstan apakah harganya tinggi atau rendah.
Di dalam teori ada koefesien elastisitas sama dengan nol dan tak terhingga (~).
Koefesien elastisitas sama dengan nol menunjukkan bahwa kurva permintaannya
merupakan garis vertikal yang berarti bahwa berapapun harga produk, jumlah yang
diminta tidak akan berpengaruh. Sebaliknya pada koefisien elastisitas tak terhingga,
perubahan harga produk mempunyai dua akibat yaitu jumlah yang diminta tak terhingga
atau sama dengan nol, dan kurva permintaannya berbentuk garis horisontal.
2. Elastisitas Silang (cross elastiscity) atas Permintaan
Elastisitas silang (cross elastiscity) atas permintaan adalah perbandingan antara
persentase perubahan jumlah yang diminta atas produk X dengan persentase
perubahan harga produk Y (yang berhubungan).
% perubahan jumlah produk yang diminta atas produk X
e =
% perubahan harga produk Y
Di dalam arti ekonomi, selain besar kecilnya koefesien elastisitas silang maka
tandanya (positif atau negatif) adalah lebih penting, karena tandanya tersebut
menunjukkan sifat hubungan antara kedua produk tersebut. Tanda yang positif berarti
produk X dan Y adalah substitutif, sedangkan bila tandanya negatif maka produk X dan Y
adalah komplementer. Semakin besar koefesien elastisitas itu maka semakin erat
hubungan kedua produk yang bersangkutan.
3. Elastisitas Pendapatan Atas Permintaan
Merupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang
diminta dengan persentase perubahan pendapatan. Di Indonesia, kita sudah mempunyai
taksiran-taksiran koefesien elastisitas pendapatan yang lebih baik ketimbang koefesien
elatisitas harga dan silang atas permintaan. Elastisitas pendapatan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
% perubahan jumlah produk yang diminta
e =
% perubahan pendapatan
Elastisitas pendapatan atas permintaan tandanya hampir selalu positif.
Konsumen yang pendapatannya naik, maka daya belinya naik dan ia akan membeli
barang-barang konsumsi lebih banyak.
Konsep elastisitas atas permintaan ini sangat penting di dalam ekonomi karena
mampu menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari berbagai golongan pendapatan
masyarakat dalam pembelian produk-produk. Untuk permintaan bahan makanan
terutama beras di Indonesia, elastisitasnya rendah. Menurut Mubyarto, elastisitasnya
sebesar 0,65, jadi makin tingginya pendapatan maka semakin rendah elastisitasnya. Di
Indonesia seperti kebanyakan negara-negara sedang berkembang lainnya, koefesien
elastisitas pendapatan atas permintaan untuk beberapa bahan makanan ditaksir dengan
elastisitas pengeluaran (expenditure elasticity). Yang dimaksud dengan elastisitas
pengeluaran ini adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang
diminta dengan persentase perubahan pengeluaran konsumen.
4. Koefesien Fleksibilitas Harga
Harga dianggap sebagai faktor penyebab perubahan dan jumlah produk yang
diminta berubah naik atau turun tergantung pada perubahan harga jika kita menghitung
elastisitas harga. Jadi harga merupakan variabel independen, sedangkan jumlah produk
yang diminta merupakan variabel dependen. Penetapan tingkat harga tertentu akan
menentukan jumlah produk yang dapat diserap atau akan ditampung pasar. Pada
fleksibilitas harga, harga menjadi variabel dependen yang tergantung pada jumlah
produk sebagai variabel independen. Fleksibilitas harga ini disebut juga elastisitas
jumlah yang merupakan kebalikan dari elastisitas harga. Fleksibilitas harga dirumuskan
sebagai berikut:
% perubahan harga
f =
% perubahan jumlah
Hubungan antara elastisitas harga dan fleksibilitas harga dapat dituliskan sebagai
berikut:
Elastisitas harga 0 0,5 1 2,0
Fleksibilitas ~ 2,0 1 0,5
Tinggi rendahnya fleksibilitas harga ini sangat penting bagi petani karena hasil-hasil
pertanian yang bersifat musiman dapat mengakibatkan fluktuasi harga yang besar.
2.1.2 Teori Penawaran
1. Kurva Penawaran dan Elastisitas Penawaran
Elastisitas harga atas penawaran sama dengan nol jika kurva penawaran
merupakan garis vertikal (harga tidak mempengaruhi jumlah yang ditawarkan),
sedangkan jika kurva penawarannya merupakan garis horisontal maka elastisitas harga
atas penawaran tak terhingga ( ~ ).
Perbedaan penting antara kurva permintaan dan penawaran dalam menaksir
koefesien elastisitas adalah: pertama, pentingnya faktor waktu dalam di dalam
penawaran, kedua pengaruh harga terhadap jumlah yang ditawarkan biasanya tak dapat
dibalikkan (irreversible).
Faktor waktu dalam penawaran sangat penting karena produk-produk pertanian
bersifat musiman, yaitu bulanan atau triwulan atau tahunan sehingga suatu kenaikan
harga di pasar tidak dapat segera diikuti dengan naiknya penawaran kalau panen belum
tiba. Hal ini menunjukkan bahwa elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis dalam
jangka pendek. Selain itu pengaruh harga tidak dapat dibalikkan karena kenaikan jumlah
yang ditawarkan, maka penurunan harga tidak akan mengembalikan jumlah yang
ditawarkan ke tingkat semula.
2. Penawaran dan Peranan Lembaga Pemasaran.
Persoalan lain yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penawaran
adalah peranan lembaga pemasaran (pedagang). Harga yang terjadi di pasar merupakan
perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Dalam kenyataannya terdapat
harga pada tingkat petani/produsen (producers price) dan harga pada tingkat eceran
(retail price) di samping harga pedagang.
Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga perdagangan besar,
(whole sale price) karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak
sempurna. Harga konsumen dan harga tingkat petani biasanya tinggal
memperhitungkan dari harga perdagangan besar dengan menambah dan mengurangi
margin pemasaran.
Elastisitas Harga atas Penawaran
Rumus elastisitas harga atas penawaran sebagai berikut:
% perubahan jumlah yang ditawarkan
e =
% perubahan harga
Makin besar koefesien elastisitas ini makin elastis kurva penawaran, artinya
perubahan harga yang reatif kecil mengakibatkan perubahan jumlah yang ditawarkan
relatif besar. Elastisitas harga atas penawaran juga mengandung efek substitusi dan efek
pendapatan.
Efek substitusi dalam penawaran misalnya jika terjadi penurunan harga beras
maka petani akan mengganti tanaman padinya dengan kedele yang relatif lebih
menguntungkan, begitu pula sebaliknya. Sementara itu efek pendapatan dari suatu
perubahan harga produk pertanian dapat bersifat positif atau negatif. Di dalam teori
ekonomi, jika efek pendapatan dapat menkompensir nilai positif dari efek substitusi
maka terjadilah kurva penawaran yang berbalik (backward bending supply curve)
dimana kenaikan harga produk pertanian justru menurunkan jumlah yang ditawarkan.
1. Elastisitas Silang dari Penawaran
Elastisitas silang dari penawaran adalah perbandingan antara persentase
perubahan jumlah produk X yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga
produk Y, yang bisa dirumuskan sebagai berikut:
% perubahan jumlah produk X yang ditawarkan
e =
% perubahan harga produk Y
Jika elastisitas ini positif maka barang X dan barang Y merupakan barang yang dihasilkan
bersama (joint product). Misalkan beras dan dedak yang dihasilkan bersama dalam
penggilingan padi. Sedangkan jika elastisitas silang ini negatif menunjukkan bahwa
kenaikan harga barang Y mengakibatkan penurunan jumlah barang X yang ditawarkan,
maka barang X dan Y adalah bersaing. Misalkan padi dan cengkeh.
Besar kecilnya koefesien elastisitas mengukur tingkat keeratan hubungan kedua
produk pertanian itu. Jika hanya satu jenis tanaman yang dapat di tanam pada tanah
pertanian, maka elastisitas silangnya adalah nol.
BAB 3.PEMBAHASAN
3.1 Hukum Permintaan dan Penawaran
3.1.1 Permintaan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
harga dan waktu tertentu. Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan
tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan
jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta
sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat.
Dengan demikian hukum permintaan berbunyi : “semakin turun tingkat
harga, maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia di minta, dan
sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang
bersedia di minta.”
Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum
permintaan terseut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak
berubah (dianggap tetap). Hukum Permintaan akan berlaku, apabila terpenuhi
syarat-syarat Cateri Paribus:
1. Pendapatan konsumen tetap
2. Kebutuhan konsumen tetap
3. Selera kosumen tetap
4. Harga barang-barang lain tetap
5. Tidak ada barang pengganti
6. Perubahan harga dianggap tidak akan berkelanjutan
7. Barang yang dibeli bukan merupakan barang Prestige
Skedul dan Kurva Permintaan
Ada suatu hubungan jelas antara harga suatu barang dan jumlah barang
yang diminta, dengan catatan faktor lain tidak berubah. Hubungan antara harga
dan kuantitas yang dibeli disebut sebagai skedul atau tabel permintaan. Skedul
atau tabel permintaan yang digambarkan secara grafik disebut sebagai kurva
permintaan. Kurva permintaan digambarkan sebagai garis yang bergerak dari kiri
atas ke kanan bawah atau memiliki slope negatif.
Tabel 1. Skedul Permintaan Barang A, B, C, D, dan E
Situasi Harga (P) (dalam rupiah) Kuantitas (Q) (dalam unit)
A 500 9
B 400 10
C 300 12
D 200 15
E 100 20
3.1.2 Penawaran
Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada
suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu.
Hukum penawaran adalah semakin tinggi harga, jumlah barang yang ditawarkan
semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga barang, jumlah barang yang
ditawarkan semakin sedikit. Hukum penawaran menunjukkan keterkaitan antara
jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.
Dengan demikian bunyi hukum penawaran berbunyi: “Semakin tinggi
harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan, sebaliknya
semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang tersedia
ditawarkan.”
Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang
memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).
Skedul dan Kurva Penawaran
Terdapat suatu hubungan yang jelas antara harga suatu barang dengan
jumlah yang ditawarkan, dengan catatan faktor lain tidak berubah. Hubungan
antara harga dan kuantitas yang dijual atau ditawarkan ini disebut sebagai skedul
penawaran. Skedul penawaran yang digambarkan secara grafik disebut sebagai
kurva penawaran. Kurva penawaran digambarkan sebagai kurva yang bergerak
dari kanan atas ke kiri bawah atau memiliki slope positif.
Tabel 2. Skedul Penawaran terhadap Jagung
Situasi Harga (P) (dalam rupiah) Kuantitas (Q) (dalam unit)
A 500 18
B 400 16
C 300 12
D 200 7
E 100 0
Tabel 2. memperlihatkan kuantitas jagung yang diproduksi dan dijual produsen
pada berbagai tingkat harga. Perhatikan bahwa Tabel 3.2.1 memperlihatkan
hubungan langsung atau positif antara harga dan kuantitas yang ditawarkan.
3.2 Faktor-faktor Permintaan dan Penawaran
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan :
1. Perilaku konsumenSaat ini pakaian model pendek memang sedang trend dan banyak
yang beli, tetapi beberapa tahun mendatang mungkin pakaian tersebut
sudah dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
2. Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
Jika cabe merah dipasaran sedang tidak ada atau harganya sangat
mahal maka permintaan untuk bawang merah dan bawang putih akan
menurun.
3. Pendapatan atau penghasilan konsumen
Orang yang punya gaji dan tunjangan yang besar maka dia dapat
membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika pendapatannya
rendah maka seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang
dibelinya sehingga tidak terlalu banyak pengeluarannya.
4. Perkiraan harga di masa depan
Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka orang akan
menimbun atau membeli cukup banyak ketika harganya masih rendah
misalnya seperti sembako ketika ingin menjelang hari raya.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penawaran :
1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka
produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang
mahal karena takut tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dan
produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa
menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan
harga.
2. Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya
(profit oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang
besar sehingga harga jual jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya
laris dan menguasai pasar maka perusahaan menetapkan harga yang
rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah sehingga harga jual akan
rendah untuk menarik minat konsumen.
3. Pajak
Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi
sehingga perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan
konsumen yang turun.
4. Ketersediaan dan harga barang pengganti/pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah
maka konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah
sehingga terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun
dikurangi.
5. Prediksi / perkiraan harga di masa depan
Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan
mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan
harapan bisa menawarkan/menjual lebih banyak ketika harga naik akibat
berbagai faktor.
BAB 4. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Hukum permintaan “semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia di minta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia di minta” sedangkan hukum penawaran “semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan, sebaliknya semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang tersedia ditawarkan”. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
permintaan yaitu perilaku konsumen, ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap, pendapatan atau penghasilan konsumen, perkiraan harga di masa depan, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran, biaya produksi dan teknologi yang digunakan, tujuan perusahaan, pajak, ketersediaan dan harga barang pengganti / pelengkap, prediksi / perkiraan harga di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryani, S. 2005. Analisa Keseimbangan Sistem Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. Agro Ekonomi 23(1) :120-129
Saldi, F. 2013. Hukum Permintaan dan Penawaran. Jurnal Teori Organisasi Umum 2:1-7.
Syafar, A. 2013. Permintaan Dan Penawaran Hasil Pertanian. http://asfarsyafar. blogspot.com/2013/10/permintaan-dan-penawaran-hasil-pertanian.html di akses 28 februari 2014