BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Proses belajar pada hakikatnya sudah berlangsung sejak manusia lahir, hanya saja, tanpa didasari kesadaran dan faktor kesengajaan. Proses belajar tersebut disebut belajar non formal, karena membutuhkan pengalaman dan kebiasaan hidup sehari- hari, sehingga seseorang akan memiliki banyak keterampilan. Menurut Neno Warisman dalam Acara Intelegensi Anak di TVRI (Ahad, 22 April 2009 pukul 08.00 WIB)” mengatakan bahwa anak usia dini akan mudah menyerap ilmunya melalui mendengar dan melihat, kemudian berdasarkan pengalaman tersebut anak-anak mampu menirukannya. Dalam masa ini merupakan masa transisi, diharapkan setiap orang tua memberikan perhatian kepada anaknya lebih optimal, karena pengalaman awal akan menjadi fondasi bagi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Proses belajar pada hakikatnya sudah berlangsung sejak manusia lahir,
hanya saja, tanpa didasari kesadaran dan faktor kesengajaan. Proses belajar
tersebut disebut belajar non formal, karena membutuhkan pengalaman dan
kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga seseorang akan memiliki banyak
keterampilan. Menurut Neno Warisman dalam Acara Intelegensi Anak di
TVRI (Ahad, 22 April 2009 pukul 08.00 WIB)” mengatakan bahwa anak
usia dini akan mudah menyerap ilmunya melalui mendengar dan melihat,
kemudian berdasarkan pengalaman tersebut anak-anak mampu
menirukannya. Dalam masa ini merupakan masa transisi, diharapkan setiap
orang tua memberikan perhatian kepada anaknya lebih optimal, karena
pengalaman awal akan menjadi fondasi bagi proses perkembangan
pendidikan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fernie (dalam
Solehuddin 200 : 3) meyakini bahwa “pengalaman belajar awal tidak akan
pernah bisa diganti oleh pengalaman selanjutnya”. Oleh karena itu,
pendidikan prasekolah merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan dan proses pendidikan anak.
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidkan
nasional menyatakan bahwa : “Pendidikan anak usia dini adalah upaya
2
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Standar
nasional, 2006 : 239).
Fungsi Taman Kanak-Kanak adalah merupakan persiapan untuk menuju
jenjang Sekolah Dasar, karena ketika belajar ditingkat taman kanak-kanak
telah diajarkan bidang pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, dan
berhitung permulaan atau biasa dikenal dengan sebutan pendidikan Skolastik.
Pendidikan skolastik merupakan pengembangan daya berpikir dengan cara
konkrit menuju pemikiran abstrak.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang pendidikan
usia dini yaitu: ”Pendidikan usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar”. Maksudnya agar seorang guru dalam memberikan
pelajaran permulaan kepada anak usia prasekolah, dengan menggunakan
teknik yang kreatif dan menarik, baik permulaan membaca, menulis, dan
berhitung. Salah satu teknik pembelajaran yang menarik adalah melalui
permainan, sehingga pelajaran permulaan dengan mudah diterima oleh anak-
anak usia prasekolah yaitu antara umur 3 tahun sampai umur 6 tahun. Pada
anak usia prasekolah perkembangan dan kecerdasannya masih sangat
3
sederhana, karena belum dapat membedakan dengan jelas antara fantasi
dengan realita.
Perkembangan yang tampak pada diri anak usia prasekolah yaitu ditandai
dengan sifat-sifat ingin bertanya, misalnya kalimat tanya : Apa ini ? apa itu ?
dan diiringi dengan keinginan bermain untuk memenuhi imajinatif anak.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sheridan (Musfiroh, 2008 : 11).
Pada saat memasuki Taman Kanak-Kanak, anak-anak sudah mahir bermain
bebas di luar ruangan. Mereka yang telah mampu bermain konstruktif dengan
balok-balok, puzzle dan lego untuk membuat mobil-mobilan, pesawat
terbang, dan bentuk-bentuk lain yang membutuhkan aktifitas imajinatif
(Musfiroh, 2008 : 11)”.
Belajar sambil bermain dapat mengembangkan daya imajinatif anak, yaitu
mengikuti peraturan, tata tertib dan kedisiplinan. Pada umumnya anak yang
baru masuk Taman Kanak-Kanak sudah mempunyai kemampuan menghitung
walaupun masih bersifat sederhana yaitu sekedar hafalan. Apabila
pembelajaran berhitung dalam Taman Kanak-kanak diberikan dengan cara
menghafal tentunya akan membuat bosan karena pembelajarannya sama yang
dilakukan oleh orang tuanya ketika di rumahnya masing-masing.
Selain itu guru dalam menyajikan pelajaran tersebut, harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan. Drs. Yazir
4
Burhan mengungkapkan, bahwa kegagalan pelaksanaan pengajaran untuk
anak-anak usia prasekolah disebabkan oleh :
1.1.1 Kondisi kelas yang kurang baik.
1.1.2 Teks book yang dipergunakan kurang memadai.
1.1.3 Metode yang dipakai kurang serasi.
1.1.4 Guru yang mengajarkan itu kurang terlatih dan belum dipersipakan
dengan baik (1971 : 51).
Selanjutnya Burhan menambahkan bahwa yang terpenting di antara keempat
faktor tersebut ialah faktor guru yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pengajaran (1971 : 51). Berdasarkan pendapat tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa semakin maju perkembangan zaman dan teknologi
siswa membutuhkan guru yang meguasai berbagai teknik, sehingga siswa
lebih senang dan mudah menerima pelajaran khususnya berhitung permulaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul “PERAN GURU
DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BERHITUNG
PERMULAAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH”.
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Sejalan dengan ungkapan Burhan, bahwa kegagalan pelaksanaan
pengajaran untuk anak-anak usia prasekolah disebabkan oleh kondisi
kelas yang kurang baik, teks book yang dipergunakan kurang memadai,
metode yang dipakai kurang serasi, guru yang mengajarkan itu kurang
5
terlatih dan belum dipersipakan dengan baik (1971 : 51). Selain itu
dalam proses belajar mengajar peran guru hanyalah sebagai fasilitator
dan siswa yang lebih aktif, sehingga siswa dapat menemukan
pengalaman-pengalaman sendiri. Untuk menghadapi permasalahan
tersebut tentunya guru harus mampu mengubah teknik dalam
pembelajaran misalnya bermain pola, bermain klasifikasi bilangan,
bermain ukuran, bermain geometri, bermain estimasi, bermain
statistika. Dengan demikian, proses pembelajaran dalam
“Mengembangkan Kreatifitas Berhitung Permulaan Pada Anak Usia Pra
Sekolah” dapat tercapai dengan baik dan terstruktur.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Mengembangkan
Kreatifitas Berhitung Permulaan Pada Anak Usia Pra Sekolah ?”.
1.4 Pemecahan Masalah
Untuk menghadapi permasalahan tersebut di atas, ada beberapa langkah
pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :
1.4.1 Bermain pola, bermain klasifikasi bilangan, bermain ukuran.
1.4.2 Bermain geometri, bermain estimasi, bermain statistika
6
Agar upaya pengembangan kreatifitas berhitung permulaan pada anak usia
pra sekolah berlangsung efektif, maka dari keenam langkah di atas penulis
memilih menggunakan pemecahan masalah melalui bermain estimasi.
Adapun manfaat menggunakan langkah bermain estimasi sebagai berikut :
Dapat mengenal benda-benda disekitarnya (magnet, warna, bentuk,
ukuran, jenis dan lain-lain).
Dapat memperkirakan jumlah benda tanpa menghitung lebih dulu.
Dapat menghitung benda untuk membuktikan kebenaran jumlah yang
diperkirakan.
Dapat membedakan jenis-jenis benda yang telah diperkirakan dan
dibuktikan.
Dapat mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif anak.
1.5 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah :
1.5.1 Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak.
1.5.2 Untuk mengetahui bakat dan minat khususnya menghitung permulaan.
1.5.3 Mengajarkan anak prasekolah kemandirian melalui eksperimen dan
perkiraan.
1.5.4 Menghilangkan kejenuhan anak ketika proses pembelajaran.
1.5.5 Meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam
menghitung.
7
1.5.6 Untuk mengetahui apakah melalui bermain estimasi dapat
mengembangkan kreatifitas anak dalam menghitung permulaan.
1.6 Manfaat Disusunnya Makalah
Sesuai dengan tujuan di atas, diharapkan makalah ini diharapkan berguna :
1.6.1 Meningkatkan kemampuan berhitung anak.
1.6.2 Memberikan motivari belajar bagi anak usia prasekolah.
1.6.3 Menghilangkan kejenuhan ketika proses belajar berlangsung.
1.6.4 Mengembangkan kemampuan kognitif dan motorik.
1.6.5 Sebagai sumbangsih pemikiran bagi guru-guru TK, agar lebih
meningkatkan kualiatas mengajar guna mengembangkan kreatifitas
anak khususnya berhitung permulaan.
1.6.6 Sebagai motivasi guru-guru TK, agar turut berperan dan membimbing
peserta didiknya ketika proses bermain estimasi berlangsung.
1.6.7 Memberikan motivasi kepada orang tua agar senantiasa berperan aktif,
membimbing dan menfasilitasi setiap kegiatan belajar khususnya
pembelajaran berhitung permulaan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mengembangkan Keterampilan Berhitung Permulaan
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum
anak memasuki Sekolah Dasar. Lembaga ini dianggap penting karena anak
usia ini, merupakan Golden Age (usia emas) yang di dalamnya terdapat “masa
peka”. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut perkembangan anak dan
perlu dikembangkan secara optimal. Penelitian menunjukkan bahwa 80%
perkembangan mental dan kecerdasan anak berlangsung pada usia antara
umur 3 tahun sampai umur 6 tahun, dengan demikian orang tua harus tanggap
dengan keadaan anaknya. Kenyataan di lapangan anak yang tinggal kelas,
drop out, disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan
tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
Taman Kanak-Kanak adalah bidang pengembangan kognitif, untuk menyusun
model pembelajaran kognitif, guru diharapkan mengacu kepada pedoman
pembelajaran secara maksimal. Keterampilan berhitung permulaan
merupakan pengembangan daya pikir, bakat dan kecerdasan secara ilmiah
yaitu mengembangkan kemampuan kemampuan berpikir secara konkrit
menuju pemikiran abstrak. Langkah menuju abstraksi matematika, harus
dikembangkan melalui kegiatan bermain, dimana anak-anak secara langsung
berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut. Selain itu, dengan bermain
9
akan melibatkan semua indranya sehingga tertanamlah kesan-kesan bahwa
belajar matematika sangat mudah, menyenangkan dan tidak membosankan.
Dengan demikian, motivasi belajar anak-anak terbangun dengan maksimal
dan tepat. Lebih jelasnya penulis uraikan strategi mengembangkan
keterampilan berhitung permulaan yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian Mengembangkan
Pengertian mengembangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 1997 : 473) adalah (1) membuka lebar-lebar, (2) menjadi besar
(luas, merata,menyeluruh), (3) menjadikan maju (baik dan sempurna).
Sedangkan menurut Pieget pengembangan adalah kegiatan yang
bertujuan ke arah yang lebih maju, dan prosesnya membutuhkan
aktifitas yang baik fisik maupun psikis sehingga mental anak mudah
peka (www.wikipedia.com).
Mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak usia pra
sekolah sebaiknya dilakukan secara bertahap dan menggunakan metode
yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, misalnya diawali dengan
ceramah, bercakap-cakap, tanya jawab, dan pemberian tugas,
demonstrasi dan eksperimen. Dengan demikian upaya mengembangkan
kreatifitas berhitung permulaan pada anak usia pra sekolah dapat