Page 1
MATA KULIAHPENGANTAR LABORATORIUM FISIKA
MAKALAHPENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN DALAM
PENGUKURANDosen:
ANDI ICHSAN MAHARDIKA, M.Pd
DISUSUN OLEH:
1.EenIrawati NIM: A1C4130142.FazrulFalah NIM: A1C4130643.Khairil NIM: A1C4092474.Khalid NIM: A1C4130665.MaulidaWati NIM: A1C4132266.MeldaRizkaPutri NIM:A1C4132107.UlulHasanKomariahNIM: A1C4130308.UmiKalsum NIM: A1C413060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
1
Page 2
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN2013
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kamipanjatkankepada Allah SWT yang
telahmemberikanrahmatdankarunia-Nyasehingga
kamidapatmenyelesaikanMakalahPengukurandanKetidakpas
tiandalamPengukuran.Makalahinidisusununtukmemenuhitu
gaskuliahPengantarLaboratoriumFisikaolehBapakAndiIch
sanMahardika, M.Pddansebagaibahanreferensiuntuk
program matakuliahPengantarLaboratoriumFisika.
Dalamduniannya,
ilmusainstentunyatidakpernahlepasdari yang
namanyateori, hitung-hitungan,
sertapraktik.Karenadenganadanyapraktiktersebutlahkit
aakanlebihmenguasaiilmuataubidang yang kitapelajari.
Begitujugadenganfisika,
jikakitasudahmengenalataumendapatkanteori-teorinya,
pandaimenghitungdanmenggunakanrumus-
rumusnyadengansemestinya, sertamengetahuibesarannya,
makaakanlebihsempurnajikakitabisamempraktikkannya.
2
Page 3
Dalampraktikfisika, ada yang
namanyapengukuran.Pengukurandilakukanuntukmembanding
kansuatubesarandenganbesaranlainsejenis yang
dipergunakansebagaisatuannya. Namun,
pengukurantersebuttentujugapernahatauakanmengalamike
salahan, jikakitatidakmemperhatikanketentuan-
ketentuanuntukmelakukanpengukurantersebut.
Sehiggamenimbulkanketidakpastiandalampengukuran.
Olehkarenaadanyaketidakpastiandalampengukuranterse
butlah, kitasebagai orang yang
mempelajariilmufisika, harusmemilikiketelitian yang
tinggi agar bisameminimalisirkesalahan-kesalahan
yang terjadidalammelakukanpengukuran-
pengukuran.Karenapengukurantersebutadalahsalahsatuke
giatan yang
amatpentingdalampraktikfisikauntukmendapatkanhasil
yang tepatdanakurat.
Kami
sudahberusahamenyelesaikanmakalahinidengansebaik-
baiknya.Namundemikian kami
3
Page 4
menyadaribahwamasihbanyakkekurangan.Olehkarenaitu
demi kesempurnaan, kami mengharapkanadanyakritikdan
saran darisemuapihak demi untukperbaikankedepannya.
Banjarmasin, 9
September 2013
Tim Penyusun
4
Page 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................i
DAFTAR ISI ...................................................iii
Bab IPendahuluan..............................................1
1.1 LatarBelakang.............................................1
1.2 RumusanMasalah............................................2
1.3 Tujuan....................................................2
Bab II Pembahasan.............................................3
2.1 PengertianPengukuran......................................3
2.2 BesaranPokokdanBesaranTurunan.............................3
2.3 PengukuranBesaranFisika...................................6
2.4 KetidakpastiandalamPengukuran.............................23
2.5 Cara MeminimalisirKesalahanpadaPengukuran.................29
Bab III Penutup...............................................31
3.1 Kesimpulan................................................31
3.2 DaftarPustaka.............................................33
BAB I
PENDAHULUAN
5
Page 6
1.1 Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental,
dimana berupa ilmu yang memahami segala sesuatu tentang
gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan
memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca
indera.Dalam melakukan eksperimen kita memerlukan
pengukuran- pengukuran. Karena itu, pengukuran
merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
membangun konsep-konsep fisika.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap
apabila tidak ada data yang didapat dari hasil
pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata,
bila kita dapat mengukur yang sedang kita bicarakan dan
menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apayang sedang kita bicarakan itu.
Pengukuran dilakukan untuk membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan
sebagai satuannya. Namun, pengukuran tersebut tentu
juga pernah atau akan mengalami kesalahan, jika kita
6
Page 7
tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk melakukan
pengukuran tersebut. Sehigga menimbulkan ketidakpastian
dalam pengukuran.
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran
tersebutlah, kita sebagai orang yang mempelajari ilmu
fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa
meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
melakukan pengukuran-pengukuran.Karena pengukuran
tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting
dalam praktik fisika untuk mendapatkan hasil yang tepat
dan akurat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ?
2. Apa yang dimaksud dengan besaranfisika ?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam
pengukuran ?
4. Apa saja penyebabkan terjadinya
ketidakpastian dalam pengukuran ?
7
Page 8
5. Bagaimanakah cara agar bisa meminimalisir
ketidakpastian dalam pengukuran ?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
pengukuran.
B. Untuk mengetahhui apa yang dimaksud dengan
besaran fisika.
C. Untuk mengetahui alat- alat yang digunakan
dalam pengukuran.
D. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya
ketidakpastian dalam pengukuran.
E. Untuk mengetahui cara meminimalisir
ketidakpastian dalam pengukuran.
BAB II
8
Page 9
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan
suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil
membandingkannya dengan suatu besaran baku yang
diterima sebagai satuan.
Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran
panjang meja dengan pensil.Dalam kegiatan tersebut
artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang
pensil.Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai
satuan.Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan
dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding
dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang
sama atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku,
sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang
yang berlainan disebut satuan tidak baku.
9
Page 10
2.2 Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu.Besaran Turunan adalah
besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok.
A. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok,
dan Besaran Turunan
Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang
dimaksud dengan berat badan adalah massa, sedangkan
dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat
badan dapat kita tentukan dengan menggunakan
alat timbangan berat badan.Misalnya, setelah ditimbang
berat badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg.
Tinggi atau panjang dan massa adalah sesuatu yang dapat
kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan
satuan. Panjang dan massa merupakan besaran fisika.
Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.
10
Page 11
Selain besaran fisika juga terdapat besaran-
besaran yang bukan besaran fisika, misalnya perasaan
sedih, gembira, dan lelah.Karena perasaan tidak dapat
diukur dan tidak dapat dinyatakan dengan angka dan
satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.
Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu
besaran pokok dan besaran turunan.Besaran pokok adalah
besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari
besaran-besaran pokok.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya
bersifat standar atau baku, yaitu bersifat tetap,
berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat
dengan tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada
tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres,
Paris.Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS
(Meter Kilogram Second) yang disebut sistem
11
Page 12
internasional atau disingkat SI dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan
satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut.
Besaran Pokok
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua
besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang datar dengan
satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan
steradian (sr).
Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya
12
Page 13
Besaran Turunan
B. Sistem Internasional
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta,
depa, langkah sebagai alat ukur panjang. Ternyata hasil
pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-
beda yang berakibat menyulitkan dalam pengukuran,
karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak sama.
Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan
yang dapat berlaku secara umum. Usaha para ilmuwan
melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem
satuan yang berlaku di negara manapun dengan
pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-
syarat sebagai berikut:
13
Page 14
1) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami
perubahan karena pengaruh apapun, misalnya suhu,
tekanan dan kelembaban.
2) bersifat internasional, artinya dapat dipakai
di seluruh negara.
3) mudah ditiru bagi setiap orang yang akan
menggunakannya.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di
seluruh negara dan berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan perdagangan antarnegara.Kamu dapat
membayangkan betapa kacaunya perdagangan apabila tidak
ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan satu
meter kubik.
2.3. Pengukuran Besaran Fisika
Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari
sangat penting. Seorang tukang jahit pakaian mengukur
panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian
yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita.
14
Page 15
Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan
pengukuran panjang dan lebar sawahnya menggunakan
satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan
adalah sebuah batu bata.Tetapi seorang insinyur sipil
mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos
untuk mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan
penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm, maka
panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil
dari pengukuran sedangkan cm adalah satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan
yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian
(presisi), dan kepekaan (sensitivitas).Dengan aspek-
aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil
pengukuran yang akurat dan benar.
15
Page 16
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran
fisika, meliputi panjang, massa, dan waktu.
A. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang
benda haruslah sesuai dengan ukuran benda.Sebagai
contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan
pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya
lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a. Pengukuran Panjang dengan Mistar
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang
memiliki dua skalaukuran, yaitu skala utama dan skala
terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm)
dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm).
Skalaterkecil pada mistar memiliki nilai 1 milimeter.
Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala
utamaterdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu
skala terkecil memiliki nilai1 cm10-1 = 0,1 cm atau 1
mm. Mistar memiliki ketelitian atau
16
Page 17
ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm,
yakni setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki
oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter
(cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.
Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat
tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar.
Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil
pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat
atau disebut dengan kesalahan paralaks.
Pembacaan Skala
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong.
Anda dapatmenggunakan alat ukur ini untuk mengukur
17
Page 18
diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu
benda yang akan diukur.
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang
mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya
0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan
untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian
dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong
yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala
tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.
Jangka Sorong
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni
perbandingan antara satu nilai skala utama dengan
18
Page 19
jumlah skala nonius.Skala nonius jangka sorong.
Misalkan sebuah jangka sorong memiliki jumlah skala 20
maka skala terkecil adalah 1mm2o = 0,05 mm. Maka nilai
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari
skala terkecil sehingga jika dituliskan secara
matematis, diperoleh
∆x = 12 x 0,05 mm = 0,025 m
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau
0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis,
seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan
onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar,
skala utama, skala putar, dan silinder bergerigi.Tempat
skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala
nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui
19
Page 20
ketikaAnda memutar selubung bagian luar sebanyak satu
kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala
utama. Oleh karena itu, nilai satu skala noniusadalah
0,550 mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau
ketidak pastian micrometer sekrup adalah ∆x = 12 x 0,01
mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.
Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.
B. Pengukuran Massa Benda
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian massa dan
berat sering dipertukarkan. Seorang pedagang sering
berkata, “Gula pasir di kantong plastik itu beratnya 1
kg”. Pernyataan ini tidak benar, sebab 1 kg menunjukkan
ukuran massa bukan ukuran berat. Dalam fisika, massa
dan berat memiliki pengertian yang berbeda. Massa benda
adalah ukuran banyaknya zat yang terkandung pada benda,
20
Page 21
sedangkan berat benda adalah besarnya gaya gravitasi
bumi yang bekerja pada benda itu. Adapun alat dalam
mengukur masssa benda diantaranya adalah neraca pegas,
neraca O’hauss, neraca digital, dan lain- lain.
a. Neraca pegas
Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu
skala N (newton) dan g (gram). Untuk menimbang beban
(benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara
memutar sekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan
benda padapengait neraca.Selanjutnya, baca hasil
pengukuran. Adapun kelebihan menimbang beban dengan
neraca pegas yaitudalam sekali menimbang benda dapat
diketahui massa dan berat benda sekaligus. Pegassebagai
alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya neraca
pegas mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah
tekanannya
21
Page 22
Neraca Pegas
b. Neraca O’hauss
Neraca tiga lengan.
Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang
sering digunakan di laboratorium adalah neraca yang
memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan
beban geser, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.9.
Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan
skala terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g –
100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan lengan paling
berskala 0 g – 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di
22
Page 23
samping itu, ada pula neraca yang memiliki empat
lengan.
Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada
piringan yang tersedia. Untuk mengetahui massa benda,
beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa
sehingga terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur
sama dengan jumlah massa yang ditunjukkan pada beban
geser.
Pengukuran massa di laboratorium dapat juga
dilakukan dengan menggunakan neraca dua lengan atau
neraca berlengan sama. Massa benda yang diukur
diletakkan pada salah satu piringan. Pada piringan yang
lain diletakkan beberapa anak timbangan untuk membuat
keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan
jumlah massa anak timbangan yang digunakan untuk
membuat keseimbangan.
23
Page 24
Neraca dua lengan.
Di samping neraca sebagaimana telah diuraikan di
atas, sekolah-sekolah unggulan telah memiliki
laboratorium yang dilengkapi dengan neraca
digital.Neraca digital memiliki kepekaan (sensitivitas)
yang lebih baik. Pengukuran massa benda dengan neraca
digital dapat dilakukan dengan mudah.
Neraca digital.
C. Pengukuran Waktu
24
Page 25
Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua
macam arloji, yaitu digital dan analog Selang waktu
yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama
waktu istirahat (misalnya, 15 menit), lama waktu
pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya
digunakan untuk mengukur selang waktu yang relatif
lama.
Arloji.
Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat,
misalnya untuk mencatat lomba lari 200 meter, biasanya
digunakan stopwatch.Ada dua macam stopwatch, yaitu
stopwatch analog dan stopwatch digital.
25
Page 26
Stopwatch
Stopwatch analog dijalankan dan dihentikan dengan
menekan tombol-tombol yang disediakan.Ada stopwatch
yang memiliki satu tombol, yaitu untuk menjalankan,
menghentikan, dan mengembalikan ke titik nol. Ada pula
stopwatch yang memiliki dua atau tiga tombol.
Bagaimanakah cara menggunakan stopwatch? Misalnya, Anda
ingin mengukur waktu pada saat berlangsung lomba lari
200 m. Ketika para pelari mulai bergerak dari garis
start, Anda menekan tombol dan ketika pelari mencapai
garis finish, Anda menekan tombol lagi. Selanjutnya,
waktu yang diperlukan pelari dapat dibaca pada
stopwatch. Untuk mengembalikan jarum ke titik nol, Anda
harus menekan tombol lagi.
26
Page 27
Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti,
digunakan stopwatch digital. Jika stopwatch analog
hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka
stopwatch digital mampu melaporkan hasil pengukuran
9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1
s, sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian
sampai 0,01 s. Gambar 1.14 menunjukkan stopwatch
digital yang menunjukkan angka 2’23” sekon.
Stopwatch digital
Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut
aliran air melalui bejana yang berlubang (Jam air
buatan 1760 bekerja dengan menggunakan sistem pipa yang
diletakkan di dalam dua bola kaca. Pada waktu jam
dibalik, air dari bola kaca atas mengalir ke bola kaca
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa menggantikan
27
Page 28
air yang turun. Tekanan udara yang tetap menjami aliran
air teratur.
Jam Air
D. Pengukuran Besaran Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda
tersebut dinyatakan dengan besaran suhu.Jadi, suhu
adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat
panas atau dinginnya suatu benda.Alat untuk untuk
mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer.Termometer yang umum digunakan adalah
termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya
adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya
raksa sebagai pengisi pipa kapiler termometer adalah
sebagai berikut:
28
Page 29
1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler,
sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda
yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air
raksa membeku pada suhu – 400C dan mendidih pada suhu
3600 C.
5) Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga
memiliki beberapa kerugian, antara lain:
1) Air\ raksa harganya mahal.
2) Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur
suhu yang sangat rendah.
3) Air raksa termasuk zat beracun sehingga
berbahaya apabila tabungnya pecah.
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan
termometer alkohol
29
Page 30
b. Termometer alkohol
Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya
menggunakan termometer alkohol, alasan menggunakan
alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Alkohol harganya murah.
2) Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu
yang kecil ternyata alkohol mengalami perubahan volume
yang besar.
3) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah,
sebab titik beku alkohol –1300C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi
termometer, antara lain :
1) Membasahi dinding kaca.
2) Titik didihnya rendah (780C)
30
Page 31
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi
pewarna dahulu agar dapat dilihat.
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung
thermometer ? Alasannya karena air membasahi dinding
kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya
kecil, dan merupakan penghantar panas yang jelek.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu
ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.Titik
tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1
atmosfer.Di antara kedua titik tetap tersebut dibuat
skala suhu.Penetapan titik tetap bawah adalah suhu
ketika es melebur dan penetapan titik tetap atas adalah
suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala
termometer.
a. Termometer Celcius
31
Page 32
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap
atas diberi angka 100.Diantara titik tetap bawah dan
titik tetap atas dibagi 100 skala.
b. Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap
atas diberi angka 80.Di antara titik tetap bawah dan
titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas
diberi angka 212.Suhu es yang dicampur dengan garam
ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan
titik tetap atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi
angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu
terkecil yang dimiliki benda ketika energi total
partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es
32
Page 33
melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan
angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap
atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.
Titik Tetap Termometer
Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer
Reaumur, dan termometer Fahrenheit adalah
C : R : F = 100 : 80 : 180
C : R : F = 5 : 4 : 9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR =
32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F dapat ditulis
sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
33
Page 34
tº C =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu
termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila
pada saat menentukan titik tetap kedua termometer
berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X
dan Y. Termometer X dengan titik tetap bawah Xb dan
titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap
bawah Yb dan titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan
titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu
saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan
1 atmosfer.
Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval
kedua titik tetap masing-masing termometer, diperoleh
hubungan sebagai berikut.
34
Page 35
(Tx -Xb)/ (Xa- Xb) =(Ty- Yb)/( Ya- Yb)
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx= suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
E. Pengukuran Intensitas Cahaya
Alat pengukuran intensitas cahaya adalah Fotometer
atau Fotometri.Fotometri adalah titrasi untuk mengukur
kandungan suatu zat dalam campuran dengan mengukur
absorbs. Fotometri merupakan peralatan dasar
dilaboratorium untuk mengukur intensitas atau kekuatan
cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium
klinik menggunakan alat ini karena alat ini dapat
menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh
35
Page 36
seperti serum atau plasma. Prinsip dasar fotometri
adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi
sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan
larutan atau zat warna yang dilewatinya.Fotometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan
atau penyinaran. Seperti penerapan di fotometry
industri, suatu "fotometer" adalah kata umum yang
meliputi alat-alat untuk mendeteksi:
intensitas cahaya hamburan
penyerapan
fluoresensi
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah
fotoresistor atau fotodioda.Masing-masing mengalami
perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya,
yang selanjutnya dapat dideteksi dengan suatu rangkaian
elektronik tertentu.
F. Pengukuran Kuat Arus Listrik
36
Page 37
Alat pengukura kuat arus adalah Amperemeter.Alat
ukur ini digunakan untuk mengetahui besarnya
arus/aliran listrik baik berupa arus listrik yang
diproduksi mesin pembangkit, maupun arus listrik yang
didistribusikan ke jaringan distribusi. Jika kita akan
mengukur arus yang melewati penghantar dengan
menggunakan Amperemeter maka harus kita pasang seri
dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir
melewati ampere meter. Apabila ampermeter dihubungkan
paralel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2), maka
pengukuran tidak benar (salah) dan akan merusak ammeter
karena dihubung singkat dengan batere/tegangan sumber
alat ukur tersebut. Setelah amperemeter terpasang, kita
dapat mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui
penghantar dengan membaca amperemeter melalui jarum
penunjuk.
Dalam membaca amperemeter harus diperhatikan
karakteristik alat ukur karena jarum penunjuk tidak
selalu menyatakan angka apa adanya.
37
Page 38
Ampermeter
Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan : A = Ampermeter yang digumakan
G. Pengukuran Jumlah Zat
Pada pengukuran jumlah zat tidak menggunakan alat
pengukuran sehingga digunakan metode matematika kimia
dengan rumus massa (gram) dibagi dengan massa relatif
unsur atau senyawa yang bersangkutan
2.4. Ketidakpastian dalam Pengukuran
38
Page 39
Ketidakpastian pada pengukuran di sebabkan oleh
beberapa yang disebabkan oleh masalah pada alat dan
keadaaan pada saat pengamatan antara lain adalah adanya
nilai skala terkecil, ketidakpastian sistematik,
ketidakpastian acak dan keterbatasan pengamat.
1. Nilai Skala Terkecil
Seperti pada yang dicontohkan diatas setiap alat
ukur memiliki skala dalam berbagai macam bentuk, tetapi
setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil
yang dapat dibaca.
Contohnya adalah pada alat pengukur panjang.
Penggaris plastik yang biasa digores dengan garis-
garis yang berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya
1 mm. Sebuah jangka sorong adalah alat ukur panjang
yang dibantu dengan skala nonius yang memungkinkan kita
membaca hingga 0,1 sampai 0,05. Akan tetapi, dalam
pembacaan hal tersebu kita hanya terbatas pada skala
39
Page 40
terkecilnya saja sehingga sulit untuk lebih membuatnya
spesifik.
2. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik merupakan kesalahan yang
disebabkan oleh alat yangdigunakan dan atau lingkungan
di sekitar alat yang memengaruhi kinerja
alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan komponen
alat atau kerusakan alat,kesalahan paralaks serta
kesalahan akibat pengaruh suhu dan kelembaban
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahankalibrasiterjadikarenapemberiannilaiskala
padasaatpembuatanatau kalibrasi (standarisasi)
tidaktepat.Hal
inimengakibatkanpembacaanhasilpengukuranmenjadilebihbes
arataulebihkecildarinilaisebenarnya.Kesalahaninidapatdi
atasidenganmengkalibrasiulangalatmenggunakanalat yang
telahterstandarisasi.
40
Page 41
Misalnya :
Terbacaarus 2,5 A
sedangkanhasilkalibrasimenunjukkan 2,5 A sesuaidengan
2,8 A padaalatstandar, maka yang
digunakansebagaihasilpengukuranadalah 2,8 A
b. KesalahanTitikNol
Kesalahantitiknolterjadikarenatitiknolskalapadaala
t yang digunakant
tidaktepatberhimpitdenganjarumpenunjukataujarumpenunjuk
yang tidak bias kembalitepatpadaskala nol. Akibatnya,
hasilpengukurandapat
mengalamipenambahanataupengurangansesuaidenganselisihda
riskalanolsemestinya.
Kesalahantitiknoldapatdiatasidengan melakukankoreksi
padapenulisanhasilpengukuran.
c. KesalahanKomponenAlat
Kerusakanpadaalatjelassangatberpengaruhpadapembaca
analatukur.Misalnya, padaneracapegas.Jikapegas yang
41
Page 42
digunakansudah lama danaus,
makaakanberpengaruhpadapengurangankonstantapegas. Hal
ini
menjadikanjarumatauskalapenunjuktidaktepatpadaangkanol
yangmembuatskalaberikutnyabergeser.
d. KesalahanParalaks ( KesalahanArah Pandang )
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara
jarum penunjuk dengan garis-garis skala dan posisi mata
pengamat tidak tegak lurus dengan jarum
e. Kesalahan karena Suhu dan Kelembaban
Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan
waktu yang yidak tepat. Contohnya pada mistar plastik
jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan
mempengaruhi hasil pengamatan. Hal tersebut, dapat
menyebabkan pemuaian pada misttar yang berakibat pada
kesalahan pengukuran.
42
Page 43
Kesalahan sistematik sesuai namanya memberikan
penyimpangan tertentu yang prinsipnya dapat dikoreksi/
diperhitungkan
3. Ketidakpastian Acak yang Tak Disengaja (random
errors)
Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak
dapat langsung diketahui. Antara lain sebab perubahan-
perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi
secara acak. Pada pengukuran yang sudah direncanakan
kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi
untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian
tinggi akan berpengaruh.
Kesalahan acak(random)adalah kesalahaan yang terjadi
karena adanya fluktuasi-fluktuasi halus pada saat
melakukan pengukuran.Penyebab kesalahan random pada
umumnya bersumber dari dua hal, yaitu :
1. Gejala yang tidak dapat dikendalikan secara pasti
atau diatasi secara tuntas. Gejala tersebut pada
43
Page 44
umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan
acak hinga pengaturan dan pengontrolannya diluar
kemampuan kita. Misalnya :
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya
selalu bergerak secara tidak teratur atau rambang.Gerak
ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan
menyebabkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti
pada mikrogalvanometer terganggu karena tumbukan dengan
molekul udara.
b. Fluktuasi Besaran Listrik
Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi
(perubahan terus menerus secara cepat dan acak).
Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi.
Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik.
Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti
aki dan baterai selalu mengalami perubahan kecil yang
tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan data
pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
44
Page 45
c. Landasan yang Bergetar
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat
berakibat pembacaan skala yang berbeda, terutama alat
yang sensitif terhadap gerak.Alat yang sangat peka
seperti seismograf butuh tempat yang stabil dan tidak
bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi
gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai
pada alat elektronik.Gangguan ini dapat berupa
fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen
alat bersuhu.
e. Radiasi Latar Belakang
Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos
(luar angkasa) dapat mengganggu pembacaan dan menganggu
operasional alat.Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan
di SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur
45
Page 46
dalam SPBU atau pesawat.Gangguan ini dikarenakan
gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat
mengasilkan gelombang radiasi yang mengacaukan alat
ukur pada SPBU atau pesawat.
4. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan adalah ketidakpastian
yang bersumber dari kurang terampilnya manusia saat
melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan seperti ini
memang tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan
perlu perbaikan. Sumber ketidakpastian ini juga tidak
boleh dianggap enteng, karena keterampilan seseorang
dalam melakukan praktik-praktik tersebut sangatlah
penting.
Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya yaitu:
a. Kesalahan pemakaian alat ukur, misalnya ketika
membaca skala pada jangka sorong atau penggaris, arah
pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis
46
Page 47
skala yang dibaca. Jika tidak, maka akan terjadi
kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak
tegak lurus). Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1.4 membacar skala pada penggaris (a) salah;
(b) Benar; (c) salah
b. Kesalahan pada pemindahan data contohnya yaitu
pencatatan hasil pengukuran yang berbeda dari
pembacaannya.
c. Penyetelan instrumen yang tidak tepat. Misalnya
jika kita ingin menimbang berat badan di timbangan,
maka kita terlabihdahlu harus mengatur pengenolan
meternya dengan tepat agar data yang di dapatpun bisa
akurat.
47
Page 48
2.5 Cara Meminimalisir Ketidakpastian pada Pengukuran
Melakukan persiapan sebelum pelaksanaan (seperti
kalibrasi dan pengecekan alat ).
Tahu tentang teori pengukuran.
Paham dengan jenis- jenis alat ukur dan cara
koreksinya.
Menguasai metode- metode hitung peralatan.
Bekerja dengan loyalitas tinggi dan rasa tanggung
jawab waktu pelaksanaan.
Menghindari pelaksanaan survey atau pengukuran
dengan intensitas panas tinggi ( 10.00 – 14.00).
48
Page 49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
1. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan
suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil
49
Page 50
membandingkannya dengan suatu besaran baku yang
diterima sebagai satuan.
2. Besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.
3. Alat pengukuran
Nama : Panjang
Satuan SI : Meter (m)
Alat ukur : Mistar, jangka sorong,
mikrometer sekrup
Nama : Massa
Satuan SI : Kilogram (kg)
Alat ukur : Neraca
Nama : Waktu
Satuan S : Sekon (s)
Alat ukur : Stopwatch
Nama : Kuat arus
Satuan SI : Ampere (A)
Alat ukur : Amperemeter
50
Page 51
Nama : Suhu
Satuan SI : Kelvin (K)
Alat ukur : Termometer Kelvin
Nama : Intensitas Cahaya
Satuan : Candela (Cd)
Alat Ukur : Fotometer
Nama : Jumlah Zat
Satuan : mol (mol)
Alat ukur : -
4. Penyebab ketidakpastian
Nilai skala terkecil
Ketidakpastian sistematik
Ketidakpastian acak
Keterbatasan pengamat
5. Cara meminimalisir kesalahan pengukuran antara
lain dengan melakukan persiapan sebelum
pelaksanaan (seperti kalibrasi dan pengecekan
alat ), mengetahui tentang teori pengukuran,
memahami jenis- jenis alat ukur dan cara
51
Page 52
koreksinya, menguasai metode- metode hitung
peralatan, menghindari pelaksanaan survey atau
pengukuran dengan intensitas panas tinggi ( 10.00
– 14.00).
Daftar Pustaka :
Kandi. 2010. PENGUKURAN UNTUK GURU SMP. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
Nurachmandani, Setya. 2009. FISIKA 1 UNTUK SMA/MA KELAS X.
Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan
Nasional.
Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/
MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sustini, Euis. Soejoto.1992. PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA
DASAR. Bandung. Departemen Pendidikan Nasional
52
Page 53
Waluyanti, Sri dkk. 2008. ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN
JILID 1 UNTUK SMK. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen
Pendidkan Nasional.
Winarsih, Any dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas
VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
http://zullyandri47.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/
uploads/sites/51/2013/04/TUGAS-ONLINE-2-FISIKA-
2.pdf
53