BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat makhluk hidup tinggal disebut dengan lingkungan. Lingkungan terbagi menjadi dua macam yaitu lingkungan abiotic dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik yang melingkupi manusia berupa hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar makhluk hidup sedangkan lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air, udara. Berbagai macam interaksi makhluk hidup terjadi pada lingkungan tersebut. Interaksi yang terjadi antara makhluk hidup ini berdampak pada lingkungan sekitarnya. Dampak yang terjadi ini bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif. Namun kenyataan yang terjadi , hasil interaksi makhluk hidup terutama interaksi dari aktivitas manusia lebih banyak menimbulkan dampak negative. Sehingga untuk meminimalisir dampak negatif tersebut diperlukan suatu langkah ataupun metode yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul. Satu langkah yang dapat dilakukan adalah mempelajari ilmu lingkungan sehingga manusia dapat memiliki pengetahuan dan bertindak sesuai dengan kodratnya. Berdasarkan penjelasan diatas kami ingin memaparkan dasar dari ilmu lingkungan atau pengetahuan lingkungan dalam makalah yang kami beri judul “Pengertian Wawasan Lingkungan dan Permasalahan Lingkungan beserta Solusinya”. Makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata kulliah Pengetahuan Lingkungan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempat makhluk hidup tinggal disebut dengan lingkungan. Lingkungan terbagi menjadi
dua macam yaitu lingkungan abiotic dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik yang melingkupi
manusia berupa hewan dan tumbuhan yang ada di sekitar makhluk hidup sedangkan lingkungan
abiotik terdiri dari tanah, air, udara. Berbagai macam interaksi makhluk hidup terjadi pada
lingkungan tersebut. Interaksi yang terjadi antara makhluk hidup ini berdampak pada
lingkungan sekitarnya. Dampak yang terjadi ini bisa berupa dampak positif maupun dampak
negatif. Namun kenyataan yang terjadi , hasil interaksi makhluk hidup terutama interaksi dari
aktivitas manusia lebih banyak menimbulkan dampak negative. Sehingga untuk meminimalisir
dampak negatif tersebut diperlukan suatu langkah ataupun metode yang dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang muncul. Satu langkah yang dapat dilakukan adalah
mempelajari ilmu lingkungan sehingga manusia dapat memiliki pengetahuan dan bertindak
sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan penjelasan diatas kami ingin memaparkan dasar dari ilmu lingkungan atau
pengetahuan lingkungan dalam makalah yang kami beri judul “Pengertian Wawasan Lingkungan
dan Permasalahan Lingkungan beserta Solusinya”. Makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata
kulliah Pengetahuan Lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah pengertian dari wawasan lingkungan itu?
1.2.2 Apa saja permasalahan lingkungan dan bagaiamana solusinya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari wawasan lingkungan.
1.3.2 Mengetahui berbagai macam permasalahan lingkungan dan solusinya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wawasan Lingkungan
Kalimat ‘wawasan lingkungan’ memiliki dua kata yaitu ‘wawasan’ dan ‘lingkungan’.
Pengertian wawasan secara etimologi adalah pandangan, penglihatan, tinjauan dan tanggapan.
Wawasan dalam arti yang lebih luas adalah suatu pandangan selain menunjukkan kegiatan untuk
mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara tinjau atau cara pandang indrawi. Sedangkan
kata lingkungan sendiri memiliki banyak pengertian. Lingkungan menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (Neolaka;2008;25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu
sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau melingkari, sekalian yang
terlingkung disuatu daerah sekitarnya. Kemudian Chiras (Neolaka;1991) menyatakan bahwa
lingkungan menunjukkan keluasan segala sesuatu meliputi air, binatang, dan mikro organisme
yang mendiami tanah itu. Jadi lingkungan termasuk segala komponen yang hidup dan tidak
hidup, interaksi antar sesama komponen. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya.
Sedangkan arti lingkungan menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa
lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan
manusia baik langsung maupun tidak langsung.
2
Dari penjelasan dan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
wawasan lingkungan adalah cara pandang, penglihatan, tinjauan, dan tanggapan manusia berupa
perilaku terhadap semua benda, daya keadaan, makhluk hidup (hewan dan tumbuhan)
disekitarnya yang saling berinteraksi dan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Kemudian tanggapan, cara pandang, dan
tinjauan manusia ini dirangkum dalam beberapa disiplin ilmu, seperti geografi, ekonomi,
meteorology, hidrologi, pertanian, perikanan dan disiplin ilmu lainnya. Berbagai macam ilmu
yang menyangkut masalah lingkungan tersebut lebih ditekankan pada ke dalam kategori variabel
yang serupa yaitu energi, materi, ruang, waktu, dan keanekaragaman.
Wawasan lingkungan memiliki nama lain ilmu lingkungan. Ilmu lingkungan dapat juga
dianggap sebagai titik pertemuan ‘ilmu murni’ dan ‘ilmu terapan’. Ilmu lingkungan sebenarnya
ialah ekologi (‘ilmu murni’ yang mempelajari pengaruh factor lingkungan terhadap jasad
hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang lebih luas, yang
menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu lingkungan jelas
menunjukkan bahwa asas dan konsep ‘ilmu murni’ seperti ekologi ternyata berlaku pula untuk
menanggulangi masalah yang praktis. (Soeriaatmadja, R. E., 1997). Jadi dapat dikatakan bahwa
ilmu ekologi sebagai dasar bagi ilmu lingkungan.
Suatu ilmu yang sudah berkembang dan mengeluarkan banyak hasil, model, dan teori
yang semakin meningkat jumlahnya seperti ilmu lingkungan ini harus didasari oleh asas yang
kokoh dan kuat. Asas dasar ilmu lingkungan ini terdiri dari (Soeriaatmadja, R. E., 1997).:
1. Semua energy yang memasuki sebuah organisme hidup populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energy yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dhancurkan, atau diciptakan.
2. Tidak ada sistem pengubahan energy yang betul-betul efisien.
3. Materi, energy, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam.
4. Untuk semua kategori alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh
unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu 3
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan
waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak
gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan
sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5. Ada dua jenis sumber alam, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang
‘mudah diramal’.
8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi
produktivitas.
10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).
12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
4
14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan
dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
2.2 Permasalahan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal manusia dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu air, tanah dan
udara. Air, tanah dan udara saling menyokong keberlangsungan hidup makhluk hidup tak
terkecuali manusia. Komposisi ketiga unsur lingkungan tadi dapat berubah oleh campur tangan
manusia hewan maupun tumbuhan. Kondisi lingkungan yang berubah tadi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan lingkungan sehingga dapat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Sebagian besar ketidakseimbangan kondisi lingkungan disebabkan oleh ulah manusia. Pada
awalnya mungkin apa yang dilakukan oleh manusia pada masa lalu lebih buruk daripada dari
manusia masa kini. Tetapi yang membedakan pada masa lalu jumlah manusia masih sedikit
sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia masih dalam batas toleransi alam dan alam
dapat memperbaharuinya. Tetapi pada saat ini jumlah manusia semakin banyak sehingga
akumulasi kesalahan dalam mengelola lingkungan sudah tidak dapat di toleransi oleh alam, dan
pengembaliannya diperlukan waktu yang cukup lama.
Ketidakseimbangan lingkungan menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan.
Menurut Johnson permasalahan lingkungan disebabkan oleh tiga hal utama yang disebut dengan
segitiga kritis, yaitu :
1. Pertumbuhan penduduk yang terus melaju
2. Kebutuhan energi yang terus meningkat
3. Pencemaran yang makin mencemaskan (Johnson, 1997 dalam Tanjung, 1985)
Menurut pendapat kelompok kami, penyebab nomor satu yang menyebabkan faktor nomor 2 dan
faktor nomor tiga terjadi. Masalah pertumbuhan penduduk merupakan permasalahan sosial yang
paling mendesak di negara yang tergolong negara berkembang dan negara terbelakang. Dimana,
umumnya negara tersebut memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan permasalahan yang kompleks, yaitu
5
semakin besar jumlah kebutuhan pangan, sandang, papan, kesempatan kerja, kebutuhan akan
hiburan dan sebagainya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk
yang relative besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
tercatat 237,6 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk
sebelumnya yang tercatat di tahun 2000. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melaporkanhal
ini dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan
RI, Senin (16/8/2010) di Gedung Kura-Kura MPR/DPR/DPD RI (Caroline Damanik, dan Glori
K. Wadrianto, 2010 dalam Ali Hanapiah Muhi, 2011).
2.2.1 Pencemaran Lingkungan
Jumlah penduduk yang semakin meningkat di Indonesia ini tidak diimbangi dengan
kemajuan kualitas lingkungan hidup manusia, sehingga menyebabkan munculnya
permasalahan lingkungan yaitu pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah
terdapatnya bahan-bahan berbahaya bagi kelangsungan kehidupan komponen-komponen
biotik di dalam lingkunganna. Dilihat dari esensinya dalam peristiwa pencemaran
lingkungan, selalu terdapat empat factor yaitu bahan, lingkungan, manusia, dan gangguan.
Secara singkat pengertian pencemaran lingkungan ialah peristiwa terdapatnya bahan di
dalam lingkungan dengan kadar tertentu sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Bahan di dalam pengertian ini adalah materi yang dapat berupa makhluk hidup, unsur,
senyawa, energy dan benda-benda lain yang kemudian disebut sebagai pencemar atau
polutan. (Soebagio, 1997). Definisi tersebut sudah sesuai dengan pengertian pencemaran
pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab
1, Pasal 1, poin 12 yang berbunyi Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Kemudian syarat-syarat suatu zat disebut polutan atau pencemar apabila
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup, hal ini dapat terjadi
jika terdapat pada kondisi : (1) Jumlahnya melebihi jumlah normal ; (2) Berada pada waktu
6
yang tidak tepat ; (3) Berada pada tempat yang tidak tepat. Berdasarkan unsur penyebabnya,
menurut Soebagio (1997) pencemaran lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pencemaran Kimiawi, bila penyebabnya berasal dari bahan kimia. Misalnya hasil
pembakaran, limbah industry, limbah rumah tangga, tumpahnya bahan bakar minyak bumi
di laut, kebocoran bahan kimia selama proses industri berlangsung.
b. Pencemaran biologis, bila penyebabnya berasal dari makhluk hidup, seperti
pencemaran yang disebabkan oleh bakteri, virus, insekta, cacing dan protozoa.
c. Pencemaran fisik, bila penyebabnya berasal dari bahan pencemar yang lebih
menonjol bahan baku yang mempunyai sifat fisik misalnya sampah, debu, pencemaran suhu
dan sebagainya.
Sedangkan berdasarkan jenis sumberdaya atau sasaran pencemarannya, pencemaran
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu pencemaran udara, pencemaran air, dan
pencemaran tanah.(Soebagio, 1997) Penjelasan mengenai masing-masing pencemaran
sebagai berikut :
1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan- bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta
berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingan
komposisinya tidak tetap tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan
lingkungan sekitarnya. Dalam udara terdapat komponen-komponen penyusun yang sangat
esensial bagi kehidupan makhluk hidup seperti oksigen untuk bernafas, karbondioksida
untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun tumbuhan dan ozon untuk menahan sinar ultra
violet. Komposisi udara bersih dan kering kira-kira tersusun oleh nitrogen 78,09%,
oksigen 21,94%, argon 0,93%, karbondioksida 0,032% dan gas-gas lain yang terdapat dalam
udara antara lain gas-gas mulia, nitrogen oksida, hydrogen, methane, belerang dioksida,
ammonia dan lain lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normal , akan menggangu kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
7
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam yakni karena faktor internal
(secara alamiah) dan faktor eksternal (karena ulah manusia). Contoh faktor internal yaitu
debu yang bertebangan akibat tiupan angin, abu yang di keluarkan dari letusan gunung
berapi beserta gas-gas vulkanik, proses pembusukkan sampah organik dan lain-lain. Contoh
dari factor kedua yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kegiatan
industri dan pemakaian zat-zat kimia yang di semprotkan ke udara.
Biasanya udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udaranya
kotor terkena macam-macam pencemar. Komponen yang paling berpengaruh dalam zat
pencemar di daerah perkotaan yaitu karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida,
hidro karbon dan partikel. Komponen pencemar udara tersebut bisa mencemari udara
sendiri-sendiri atau dapat mencemari udara secara bersama-sama.
2. Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Air yang bersih sangat
dibutuhkan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri
untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan sebagainya. Dewasa
ini air menjadi masalah yang perlu di perhatikan dengan saksama karena keberadaan air
yang relatif bersih sudah sulit di dapatkan, pencemaran air terjadi dimana-mana. Air sudah
banyak tercemar oleh berbagai macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainya.
Air tercemar apabila air tersebut telah menyimpang dari keadaan normalnya.
Keadaan normal dan ukuran air disebut bersih tergantung pada faktor penentu, yaitu
Kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air sehingga memiliki standar yang berbeda-beda.
Kegunaan air dapat meliputi air untuk minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk
industri, air untuk mengaliri sawah, air untuk kolam perikanan dan lain-lain. Sedangkan
berdasarkan asal sumber air, air dibedakan menjadi air dari mata air di pegunungan, air
danau, air sungai, air sumur, air hujan, dan lain-lain. (Widyawati, 2013). Standar air untuk
8
konsumsi minum tentu berbeda dengan standar air untuk mengaliri sawah, Jadi standar air
bersih bergantung pada kegunaan dan asal sumbernya,
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat di amati melalui adanya perubahan suhu air, adanya perubahan pH
atau konsentarsi ion Hidrogen, adanya perubahan warna,bau dan rasa air, timbulnya
endapan, koloidal, bahan terlarut, adanya mikroorganisme, dan meningkatnya radioaktivitas
air lingkungan. Tanda atau perubahan tersebut menunjukkan bahwa air sudah tercemar.
(Widyawati, 2013)
Erat kaitanya dengan masalah indikator pencemaran air seperti pada uraian di atas,
ternyata komponen pencemaran air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut bisa
terjadi. Komponen pencemaran air di kelompokan sebagai berikut : (1) bahan buangan
padat, (2) bahan buangan organik, (3) bahan buangan anorganik, (4) bahan buangan olahan
bahan makanan, (5) bahan buangan cairan berminyak, (6) bahn buangan zat kimia, (7)
bahan buangan berupa panas. (Widyawati, 2013)
Bahan pencemar adalah jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang
merupakan hasil perkalian dari kadar pencemar dengan debit limbah cair (SK Gub. No.61
tahun 1999). Parameter yang digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemar
antara lain :
a. BOD (Biochemical Oxygent Demand)
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan
secara biologis (G. Alerts dan SS Santika,1987).
b. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
c. TSS (Total Suspended Solid)
9
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah
mengalami penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987)
Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui ke kuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air
(BAPPEDA, 1997).
d. MPN Coliform
Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam contoh biasanya digunakan metode MPN
(Most Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila
dibandingkan dengan metode hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi
Coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam contoh.
3.Pencemaran daratan (tanah)
Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi
pertanian tanah mengandung hara dan air, yang perlu di tambah untuk pengganti yang habis
dipakai. Pencemaran tanah berdasarkan proses terjadinya dibedakan menjadi dua macam,
sebagai berikut :
1. Pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara
berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat
di uraikan seperti plastik.
2. Pencemaran secara tidak langsung dapat melalui air dan udara. Air yang
mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga
menggangu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah. Pencemaran juga dapat
melalui udara, udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan
pencemar ini, akibatnya tanah akan tercemar juga. Daratan mengalami pencemaran apabila
ada bahan-bahan asing, baik yang bersifat organik maupun anorganik, berada di permukaan
tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi
kehidupan manusia. Dalam keadaan normal daratan harus memberikan daya dukung bagi
10
kehidupan manusia, baik untuk pertanian, peternakan, kehutanan, maupun untuk
pemukiman. Apabila bahan-bahan asing tersebut berada lama di daratan dalam jangka
waktu yang lama akan menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan,
maupun tumbuhan, maka dapat dikatakan bahwa dataran telah mengalami pencemaran.
Kalau hal ini terjadi maka kenyamanan hidup, yang merupakan sasaran peningkatan kualitas
hidup tidak dapat tercapai. (Widyawati, 2013)
Pencemaran daratan relative lebih mudah diamati di bandingkan dengan pencemaran
udara maupun pencemaran air. Secara garis besar pencemaran daratan berdasarkan factor
penyebabnya dapat disebabkan oleh: (1) Faktor internal, yaitu pencemaran yang disebabkan
oleh peristiwa alam, seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan debu, pasir, batu dan
bahan vulkanik lainya yang menutupi dan merusakan daratan sehingga daratan menjadi
tercemar. Pencemaran karena faktor internal ini tidak terlalu menjadi beban pemikiran
dalam masalah lingkungan karena dianggap sebagai musibah bencana alam. (2) Faktor
eksternal, yaitu pencemaran daratan karena ulah manusia. Pencemaran daratan karena faktor
eksternal merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar
daratan tetap dapat memberikan daya dukung alamnya bagi maunusia. (Widyawati, 2013)
2.2.2 Dampak Pencemaran Lingkungan
Dampak pencemaran lingkungan ini meliputi dampak pencemaran udara, air dan
tanah. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Dampak Pencemaran Udara
Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah yang serius yang dihadapi
oleh Negara-negara industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemara udara ternyata
sangat merugikan. Pencemaran tersebut tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap
kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainya,seperti hewan,
tumbuhan, bangunan gedung dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1980, kematian yang disebabkan oleh
pencemaran udara mencapai angka kurang lebih 51.000 orang. Angka tersebut cukup
11
mengerikan karena bersaing keras dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung, kanker, AIDS dan lain sebagainya. Menurut para ahli, pada sekitar tahun 2000-
an kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara mencapai 57.000 orang per
tahunya.Selama 20 tahun angka kematian yang disebabkan oleh pencemaran udar naik
mendekati 14% atau meendekati 0,7% per tahun. Selain itu kerugian materi yang
disebabkan oleh pencemaran udara, apabila diukur dengan uang dapat mencapai 12-16
juta US dollar per tahun. Suatu angka yang sangat berarti bila dibelanjakan untuk
keperluan kesejahteraan umat manusia.
2. Dampak Pencemaran Air
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia.
Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa, air tidak bermanfaat lagi
dan air menjadi sebab timbulnya penyakit. Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat
pencemaran air merupakan kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Bentuk
kerugian langsung ini berupa: (1) Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah
tangga, (2) Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, (3) Air tidak dapat
digunakan untuk keperluan pertanian.
Air yang menjadi penyebab penyakit karena air lingkungan kotor dapat
menimbulkan kerugian yang lebih dalam lagi yaitu kematian. Kematian dapat terjadi
karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi sebab berbagai macam
penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air dapat berupa: (1)HepatitisA,