Top Banner
By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro DISUSUN OLEH: Melly Lydea Ria Nurfitriani Dewi Rizki Fauzi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI BISNIS PENDIDIKAN AKUNTANSI 2010/2011
58

Makalah pengangguran

Nov 29, 2014

Download

Business

melly lydea

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pengantar Ekonomi Makro

DISUSUN OLEH:

Melly Lydea

Ria Nurfitriani Dewi

Rizki Fauzi

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI BISNIS

PENDIDIKAN AKUNTANSI

2010/2011

Page 2: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah yang berjudul „Pengangguran‟ ini, bertujuan untuk

mengetahui pengaruh dan dampak dari pengangguran terhadap masyarakat baik di

Indonesia maupun di negara lainnya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu

dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan dan

dorongan serta bimbingan dari Bapak Yana Rohmana S.Pd, dosen mata kuliah

Pengantar Ekonomi Makro, serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan

makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi

bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa

yang akan datang.

Bandung, Maret 2011

Penulis

Page 3: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

1.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................................... 3

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 5

2.1 Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Kesempatan

Kerja ......................................................................................................................... 5

2.1.1 Sistem Upah Tenaga Kerja yang Berlaku di Indonesia ................................... 7

2.2 Pengangguran ........................................................................................................... 8

2.2.1 Definisi Pengangguran .................................................................................... 8

2.2.2 Anatomi Pengangguran ................................................................................... 9

2.2.3 Jenis-Jenis Pengangguran ............................................................................. 12

2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran ............................................................. 18

2.2.5 Kondisi Pengangguran dan Ketenagakerjaan di Indonesia ........................... 25

2.2.6 Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran ............................................ 27

2.2.7 Sajian Data Pengangguran Di Indonesia ...................................................... 31

2.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran .................................................... 38

2.2.9 Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran ...... 40

2.2.10 Solusi Mengatasi Pengangguran ................................................................. 46

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 52

Page 4: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 52

3.2 Saran ....................................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 54

Page 5: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan

lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di

Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi

mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan

yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka

dapatkan, ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Pengangguran

terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia

lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai

dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi

para pencari kerja.

Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya

pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain;

perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis

ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,

peraturan yang menghambat inventasi,

hambatan dalam proses ekspor impor, dll.

Sejak krisis pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan

Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga

tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat

kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,

otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu

persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika

pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan

menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5

juta pertahun.

Page 6: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Berdasarkan data BPS Tahun 2010, jumlah angkatan kerja di Indonesia

pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu

orang dibanding angka jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada

Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang

dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta orang atau

bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9

juta orang. Sedangkan, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada

Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT

Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar

7,87 persen. Angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau

bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta

orang.

Dari tahun ke tahun, pengangguran di Indonesia semakin bertambah, hal

tersebut mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis

mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan kerja

dan kesempatan kerja?

2. Apa definisi pengangguran?

3. Bagaimana anatomi pengangguran?

4. Apa saja jenis-jenis pengangguran?

5. Apa yang menjadi penyebab masalah pengangguran di Indonesia?

6. Bagaimana kondisi pengangguran dan ketenagakerjaan di Indonesia?

7. Apakah dampak yang diakibatkan dari pengangguran?

8. Bagaimana sajian data pengangguran di Indonesia?

9. Apakah peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran?

10. Bagaimana upaya untuk mengatasi pengangguran?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul ”Pengangguran” adalah

sebagai berikut:

Page 7: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

1. Mengetahui hubungan antara jumlah penduduk, tenaga kerja, angkatan

kerja, dan kesempatan kerja.

2. Mengetahui definisi pengangguran.

3. Mengetahui anatomi pengangguran.

4. Mengetahui jenis-jenis pengangguran.

5. Mengetahui apa yang menjadi penyebab masalah pengangguran di

Indonesia.

6. Mengetahui kondisi pengangguran dan ketenagakerjaan di Indonesia.

7. Mengetahui dampak yang diakibatkan dari pengangguran.

8. Mengetahui data-data tentang pengangguran.

9. Mengetahui peran kebijakan pemerintah dalam mengatasi pengangguran,

dan

10. Mengetahui upaya untuk mengatasi pengangguran.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini, diperlukan pengumpulan data serta

sejumlah informasi aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.

Sehubungan dengan masalah tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yang pertama browsing di

internet, kedua dengan membaca buku-buku, ketiga dengan membaca media

cetak, dan keempat dengan pengetahuan yang penulis miliki.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah masalah Pengangguran di Indonesia ini disusun dengan urutan

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah,tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika

penulisan.

Bab II Pembahasan

Pada bab ini terdapat pembahasan yang terdiri dari definisi

pengangguran, jenis-jenis pengangguran, penyebab masalah pengangguran

di Indonesia, keadaan pengangguran di Indonesia, kondisi pengangguran

Page 8: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

dan ketenagakerjaan di Indonesia, dampak yang diakibatkan dari

pengangguran, sajian data pengangguran di Indonesia, peran kebijakan

pemerintah dalam mengatasi pengangguran, dan upaya untuk mengatasi

pengangguran.

Bab III Penutup

Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran terhadap masalah

pengangguran di Indonesia.

Daftar Pustaka

Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang

penulis gunakan untukpembuatan makalah ini.

Page 9: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

BAB II

PEMBAHASAN

Fakta membuktikan bahwa dari 150.000.000 penduduk Indonesia, 60%

diantaranya adalah angkatan kerja yang potensial. Dalam masa pembangunan yang

dicanangkan pemerintah sekarang ini, jelas merupakan modal dasar bagi

kelancaran pembangunan. Angkatan kerja yang sedemikian besar, jelas sekali

mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian bangsa.

Hanya saja masalahnya adalah pemerintah maupun pihak swasta belum

mempunyai kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja yang bisa menyerap

seluruh angkatan kerja potensial yang ada. Sehingga timbullah masalah

pengangguran baik tersembunyi maupun terbuka pada semua tingkat pendidikan

yang disandang tenaga kerja.

2.1 Hubungan Jumlah Penduduk, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan

Kesempatan Kerja

Jumlah penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu wilayah

negara. Penduduk suatu negara dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok

penduduk usia kerja (tenaga kerja) dan kelompok penduduk bukan usia kerja.

Penduduk usia kerja (tenaga kerja) untuk negara-negara berkembang seperti

Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Sedangkan di negara-

negara maju, penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah penduduk yang berusia

antara 15 dan 64 tahun.

Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, penduduk bukan usia

kerja adalah penduduk yang berumur 0 hingga 14 tahun. Sedangkan, untuk negara-

negara maju penduduk bukan usia kerja adalah mereka yang berumur 0 hingga 14

tahun dan mereka yang berumur 64 tahun ke atas.

Tenaga kerja juga dapat di bagi dalam dua kelompok, yakni kelompok

angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah

penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas), baik yang bekerja maupun yang

tidak bekerja. Kelompok ini biasa disebut sebagai kelompok usia produktif.

Page 10: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Namun, tidak semua angkatan kerja dalam suatu negara mendapat kesempatan

bekerja.

Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja

yang membutuhkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia dijamin dalam Pasal

27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Dari bunyi Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 itu

jelas bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas penciptaan lapangan

kerja.

Jumlah penduduk Indonesia merupakan keempat terbesar di dunia setelah

RRC, India, dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata

1,46%, sehingga pada tahun 2006, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 222

juta orang (data BPS Maret 2006). Sejalan dengan pertumbuhan penduduk tersebut,

jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja juga meningkat. Pada tahun 1980, jumlah

angkatan kerja Indonesia mencapai 106,8 juta orang pada bulan Februari 2006

(data BPS). Dengan demikian, dapat kita katakan semakin besar jumlah penduduk,

semakin besar pula jumlah angkatan kerjanya.

Angkatan kerja ini membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun umumnya,

baik negara berkembang maupun negara maju, laju pertumbuhan penduduk

(termasuk angkatan kerjanya) lebih besar daripada laju pertumbuhan lapangan

kerja. Oleh karena itu, dari sekian banyak angkatan kerja tersebut, sebagian tidak

bekerja atau menganggur. Dengan demikian, kesempatan kerja dan pengangguran

berhubungan erat dengan tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat. Semakin

banyak lapangan kerja yang tersedia di suatu negara, semakin besar pula

kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga semakin kecil tingkat

Page 11: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

pengangguran. Sebaliknya, semakin sedikit lapangan kerja di suatu negara,

semakin kecil pula kesempatan kerja bagi penduduk usia produktif, sehingga

semakin tinggi tingkat pengangguran. Mereka yang tidak bekerja disebut

penganggur. Penganggur adalah penduduk yang tidak bekerja, sedang mencari

kerja, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru.

Adapun upaya peningkatan kualitas kerja dapat dilakukan melalui :

1. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja, misalnya melalui latihan kerja,

2. Pengelolaan Prestasi Tenaga Kerja, misalnya dengan meningkatkan

profesionalisme,

3. Pengelolaan Fungsi Sumber Daya Manusia, misalnya peningkatan gizi,

kesehatan dan kulitas mental dan spiritual.

2.1.1 Sistem Upah Tenaga Kerja yang Berlaku di Indonesia

Di Indonesia dikenal beberapa sistem pemberian upah, yaitu :

a. Upah menurut waktu, sistem upah dimana besarnya upah didasarkan pada

lama bekerja seseorang.Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per

minggu atau per bulan. Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari /

minggu

b. Upah menurut satuan hasil. Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan

pada jumlah barang yang dihasilkan oleh seseorang. Satuan hasil dihitung

per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan berat. Misal upah

pemetik daun teh dihitung per kilo

c. Upah borongan. Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas

kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan. Misalnya

upah untuk memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll.

d. Sistem bonus. Sistem bonus adalah pembayaran tambahan diluar upah

atau gaji yang ditujukan untuk merangsang (memberi insentif) agar

pekerja dapat menjalankan tugasnya lebih baik dan penuh tanggungjawab,

dengan harapan keuntungan lebih tinggi. Makin tinggi keuntungan yang

diperoleh makin besar bonus yang diberikan pada pekerja.

e. Sistem mitra usaha. Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian

diberikan dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak

diberikan kepada perorangan melainkan pada organisasi pekerja di

Page 12: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan

dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan

dan mitra kerja.

2.2 Pengangguran

Orang yang menganggur didefinisikan sebagai orang yang tidak bekerja dan

secara aktif mencari pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya, atau sedang

menunggu dipanggil kembali untuk suatu pekerjaan setelah diberhentikan atau

sedang menunggu untuk melapor pada pekerjaan yang baru di dalam waktu 4

minggu. Syarat sedang mencari pekerjaan dalam 4 minggu yang lalu adalah untuk

mencoba menyakinkan bahwa orang tersebut secara aktif tertarik pada suatu

pekerjaan dan tidak semata-mata mencerminkan keinginan jika suatu pekerjaan

kebetulan akan muncul.

2.2.1 Definisi Pengangguran

Pengangguran sendiri memilki banyak definisi. Adapun beberapa definisi

arti pengangguran diantaranya:

1. Menurut Sadono Sukirno (355:2004)

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang

tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum

dapat memperolehnya.

2. Menurut Ida Bagoes Mantra

Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini

tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.

3. Menurut Dumairy

Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan

lengkap ibarat orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari

pekerjaan.

4. Menurut Payman J. Simanjuntak

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan

kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari

selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

Page 13: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

5. Berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja

Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan

pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan

kerja.

6. Menurut Menakertrans

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari

pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Jika peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu negara tidak diimbangi

dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat pengangguran di

negara tersebut tinggi. Sebaliknya, jika peningkatan jumlah angkatan kerja

diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja, maka tingkat

penganggurannya rendah. Tingkat pengangguran itu sendiri adalah perbandingan

antara jumlah penganggur dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu

yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

2.2.2 Anatomi Pengangguran

Anatomi pengangguran dibentuk sekitar 3 faktor pokok dari perilaku

pengangguran, yaitu:

1. Terdapat arus keluar masuk yang besar dari individu-individu dari

pengangguran setiap bulan, dan sebagian besar orang-orang yang menjadi

penganggur dalam tiap bulan tertentu tetap menganggur hanya untuk waktu

yang singkat.

2. Banyak diantara para penganggur merupakan orang-orang yang akan menjadi

menganggur untuk waktu yang sangat lama.

3. Terdapat perbedaan yang besar dari tingkat pengangguran pada kelompok-

kelompok yang berbeda dalam angkatan kerja.

Page 14: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

a. Arus Masuk dan Keluar dari Pengangguran

Gambar di atas memperlihatkan bagaimana orang-orang memasuki dan

meninggalkan pool (kelompok) pengangguran. Pengangguran sendiri disebabkan oleh

satu diantara empat alasan :

1) Orang itu mungkin orang yang baru masuk ke dalam angkatan kerja, mencari

pekerjaan untuk yang pertama kali, jika tidak orang yang masuk kembali adalah

seseorang yang kembali ke angkatan kerja setelah tidak mencari pekerjaan

selama lebih dari 4 minggu.

2) Seseorang mungkin meninggalkan pekerjaan untuk mencari pekerjaan lain dan

mendaftar sebagai penganggur sambil mencari kerja.

3) Orang itu mungkin diberhentikan (Definisi pemberhentian adalah penskorsan

tanpa pembayaran yang berakhir atau diharapkan berakhir lebih dari 7 hari

berturut-turut dan diprakarsai oleh majikan tanpa merugikan pihak pekerja).

Berarti pekerja itu tidak dipecat , namun bisa jadi perusahaan hanya melakukan

giliran pemberhentian di antara tenaga kerjanya untuk beberapa hari.

4) Pekerja mungkin kehilangan pekerjaan untuk mana tidak ada harapan untuk

kembali lagi, karena dia dipecat atau karena perusahaan menutup perusahaannya.

Cara terakhir ini untuk menjadi menganggur disebut sebagai pemberhentian

dengan tidak suka rela.

Sumber arus-masuk ke dalam pool pengangguran ini mempunyai imbangan

dalam arus-keluar dari pool pengangguran. Pada dasarnya ada tiga cara untuk keluar

dari pool pengangguran : (1) Seseorang mungkin dipekerjakan dalam pekerjaan yang

baru, (2) Seseorang yang diberhentikan mungkin dipanggil kembali, (3) Seseorang

yang menganggur mungkin berhenti mencari pekerjaan dan dengan demikian, menurut

Pool

Pengangguran

Arus Masuk: orang yang masuk ke angkatan

kerja, keluar dari pekerjaan dengan pemberhentian

tidak suka rela

Arus keluar : Penyewaan-penyewaan baru,

pemanggilan kembali dan penarikan kembali dari

angkatan kerja.

Page 15: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

definisi meninggalkan angkatan kerja. Orang seperti itu mungkin merencanakan segera

kembali mencari pekerjaan.

b. Lamanya Pengangguran

Masa pengangguran didefinisikan sebagai periode dimana seseorang tetap terus

menganggur. Dengan tingkat pengangguran yang tertentu, semakin singkat masa

pengangguran dimana individu itu menganggur, semakin besar arus tersebut.

Misalnya, dalam suatu kasus menemukan tingkat pengangguran 10 persen dengan 5

orang menjadi menganggur selama 1 bulan tepat. Namun, 4 dari 5 masa menganggur

berakhir dalam sebulan, sedangkan 1 dari 5 berakhir 6 bulan dan masa pengangguran

menyeluruh rata-rata berakhir kurang dari 2 bulan. Akibatnya, ada gerakan keluar

masuk yang besar dari tenaga kerja melalui pool pengangguran.

c. Tingkat Pengangguran dan Waktu Menganggur

Lamanya rata-rata dari masa pengangguran adalah sangat singkat, kurang lebih

2 bulan dan sebagian besar masa pengangguran berakhir di dalam sebulan. Tetapi,

masih banyak orang-orang yang menganggur dalam jangka waktu yang lama.

Jadi, memang dengan mengetahui fakta bahwa masa pengangguran berakhir

bilamana seseorang ditarik dari angkatan kerja atau mendapatkan pekerjaan, adalah

mungkin bagi seseorang untuk mengalami beberapa masa-masa pengangguran di

dalam setahun dan benar-benar tidak bekerja sama sekali dalam tahun ini.

d. Frekuensi Pengangguran

Frekuensi pengangguran adalah jumlah waktu rata-rata per peiode dimana

pekerja-pekerja itu menjadi penganggur. Ada dua faktor penentu yang poko dari

frekuensi pengangguran, yaitu : yang pertama adalah perubahan permintaan akan

tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan yang berbeda di dalam perekonomian. faktor

penentu kedua dalah tingakat dimana para pekerja baru memasuki angkatan kerja.

Semakin cepat para pekerja baru memasuki angkatan kerja, maka semakin cepat laju

pertumbuhan angkatan kerja dan semakin tinggi tingakat penganggurannya. Bahkan,

apabila permintaan agregat adalah konstan, beberapa perusahaan bertumbuh dan

beberapa menurun. Perusahaan yang menurun akan kehilangan tenaga kerja dan

perusahaan yang bertumbuh akan menyewa tenaga kerja lebih banyak.

Page 16: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

2.2.3 Jenis-Jenis Pengangguran

1. Pengangguran Berdasarkan Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dibedakan menjadi 2 yaitu,

a. Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam

kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima

pekerjaan lain.

b. Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam

kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima

pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

2. Pengangguran Berdasarkan Penyebab Terjadinya

Berdasarkan penggolongan ini pengangguran dapat dibedakan kepada

jenis pengangguran berikut:

Jenis Pengangguran

Berdasarkan Jam Kerja

1. Pengangguran Sukarela

2. Pengangguran Terpaksa

Berdasarkan penyebab terjadinya

1. Pengangguran Friksional

2. Pengangguran Siklikal

3. Pengangguran Struktural

4. Pengangguran Teknologi

Berdasarkan cirinya

1. Pengangguran Terbuka

2. Pengangguran Tersembunyi

3. Pengangguran Bermusim

4. Pengangguran Setengah

Menganggur

Page 17: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

a. Pengangguran Normal atau Friksional

Apabila dalam suatu perekonomian terdapat pengangguran sebanyak

dua atau tiga persen dari jumlah tenaga kerja, maka perekonomian itu sudah

dianggap mencapai kesempatan kerja penuh (full employment).

Pengangguran sebanyak dua atau tiga persen tersebut dinamakan

pengangguran normal atau pengangguran friksional.

b. Pengangguran Siklikal

Perekonomian tidak selalu berkembang dengan konsisten.

Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi dan mendorong pengusaha

menaikkan produksi. Akibatnya, lebih banyak pekerja baru digunakan dan

pengangguran berkurang. Akan tetapi, pada masa lainnya permintaan

agregat menurun dengan sangat banyak.Kemerosotan permintaan agregat

ini membuat perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjaan atau menutup

usahanya. Akibatnya, pengangguran akan bertambah. Kejadian ini terjadi

dalam siklus konjungtur suatu negara yang mengalami masa resesi dan

masa depresi perekonomian. Pada masa resesi dan depresi banyak

perusahaan memberhentikan pekerjanya karena ketidakmampuan untuk

memberikan upah sehingga terjadi pengangguaran besar-besaran.

Pengangguran karena hal tersebut dinamakan pengangguran siklikal.

c. Pengangguran Struktural

Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan

terus berkembang maju, sebagiannya akan mengalami kemunduran.

Kemunduran ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor.Pertama,

adanya barang baru yang lebih baik. Kedua, kemajuan teknologi

mengurangi permintaan atas barang tersebut. Ketiga, biaya produksi sudah

sangat tinggi dan tidak mampu bersaing. Keempat, ekspor produksi industri

sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara

lain. Kemunduran tersebut akan menyebabkan kegiatan produksi dalam

industri tersebut menurun. Hal ini menyebabkan sebagian pekerja terpaksa

diberhentikan dan menjadi penganggur. Pengangguran jenis ini disebut

sebagai pengangguran struktural atau pengangguran yang disebabkan oleh

perubahan struktur kegiatan ekonomi.

Page 18: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

d. Pengangguran Teknologi

Pengangguran dapat juga disebabkan oleh adanya penggantian

tenaga kerja oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Contohnya, racun gulma

dan rumput bisa mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan

perkebunan, sawah, dan lahan pertanian lain. Demikian juga, mesin telah

mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubang, memotong

rumput, membersihkan lahan, dan memungut hasil.Di pabrik-pabrik, robot

telah menggantikan kerja manusia. Pengangguran yang ditimbulkan oleh

pengangguran mesin dan kemajuan teknologi ini dinamakan pengangguran

teknologi.

3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya

Berdasarkan cirinya, pengangguran dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini terjadi karena pertambahan lapangan pekerjaan

yang lebih rendah daripada pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam

perekonomian banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Efek

dari keadaan ini dalam suatu jangka waktu yang cukup panjang adalah

mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Jadi, mereka menganggur secara

nyata dan sepenuh waktu sehingga dinamakan pengangguran terbuka.

Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka, dapat

dilakukan dengan rumus berikut :

Tingkat pengangguran terbuka =

b. Pengangguran Tersembunyi

Di negara berkembang seringkali ditemui jumlah pekerja dalam

suatu kegiatan ekonomi lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan ini

digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya pelayan

restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani

dengan anggita keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang

sangat kecil.

Page 19: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

c. Pengangguran Bermusim

Pengangguran ini terutama terdapat di sekotor pertanian dan

perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat

melakukan pekerjaan dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau para

petani tidak dapat mengerjakan tanahnya. Selain itu, para petani tidak

begitu aktif antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila

dalam masa di atas para penyadap karet, nelayan, dan petani tidak

melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai pengangguran

bermusim.Untuk menghitung angka pengangguranmusiman menggunakan

rumus :

Angka pengangguran musiman =

d. Setengah Menganggur

Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa

ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang

pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya

terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu.Di samping itu adapula yang

tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja

mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Pekerja-pekerja yang

mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai

setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris: underemployed. Untuk

menghitung berapa besar tingkat setengah menganggur, dapat dilakukan

dengan rumus berikut :

Tingkat setengah menganggur =

4. Pembagian Jenis Pengangguran Menurut Departemen Tenaga Kerja

Adapun pembagian jenis pengangguran menurut Departemen Tenaga Kerja

adalah :

1. Pengangguran Muda

Tenaga kerja kelompok umur 15-25 tahun yang belum bekerja dan baru

memasuki pasar kerja untuk mencari pekerjaan.

Page 20: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

2. Pengangguran Musiman

Seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan karena pola kegiatannya

bersifat musiman.

3. Pengangguran Peralihan (Frictional Unemployment)

Mereka yang menganggur karena tidak tahu bahwa ada lowongan yang

sesuai dengan keinginannya.

4. Pengangguran Sukarela

Seorang yang memilih untuk lebih baik menganggur dari pada menerima

pekerjaan dengan upah lebih rendah dari biasanya.

5. Pengangguran Terpaksa

Orang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun mereka bersedia

menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.

6. Pengangguran Tua

Mereka yang telah berumur di atas 56 tahun karena sesuatu sebab tidak

dapat menjalankan kariernya sampai usia cukup tua untuk mengundurkan

diri dari pekerjaan.

7. Pengangguran Bersiklus

Pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat

kegiatan perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan penurunan

dalam keseluruhan kegitan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan

pemulihan yang berkelanjutan dari resesi.

8. Pengangguran Kunjungtural

Pengangguran yang terjadi dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya

produksi atau karena adanya perubahan konjungtur (turunnya permintaan

efektif terhadap barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan

produksi sehingga mengakibatkan pengurangan buruh).

9. Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman muncul dalam industri tertentu dengan adanya

perubahan musim dalam kegiatan ekonomi pertanian, industri konstruksi

dan industri wisata semuanya menunjukkan pola pekerjaan musiman yang

jelas.

10. Pengangguran Sektoral

Pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu.

Page 21: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

11. Pengangguran Sementara

Keadaan ketika pekerja untuk sementara menganggur atau sedang tidak

bekerja.

12. Pengangguran Struktural

Pengangguran yang disebabkan oleh perubahan di dalam struktur ekonomi

yang berasal dari faktor tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi

industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja.

Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara

lowongan pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur

tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di

tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekrejaan itu.

13. Pengangguran Teknologi

Pengangguran teknologi dapat terjadi ketika mesin menggantikan manusia.

14. Pengangguran Tersamar

Istilah pengangguran tersamar menggambarkan gejala dimana meskipun

tidak seorangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja

dipekerjakan dalam tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan

baik oleh lebih sedikit pekerja.

15. Pengangguran Terselubung

Keadaan menganggur suatu angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena

mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu. Istilah

pengangguran terselubung mengacu kepada kenyataan bahwa meskipun

tidak ada satu orangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja

dipekerjakan untuk tugas-tugas yang sebelutnya dapat dilaksanakan dengan

baik oleh lebih sedikit pekerja (misalnya ketika perusahaan menimbun

tenaga kerja).

16. Pengangguran Tersembunyi

Gejala yang meskipun tidak ada seorang pun yang menganggur, sejumlah

besar tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan

dengan baik oleh tenga kerja yang lebih sedikit jumlahnya. Sebagai contoh,

kondisi tersebut dapat dikatakan dialami oleh suatu negara yang padat

penduduknya dengan pertanian non moneter, yang apabila tidak dengan

atau tanpa perubahan dalam teknik produksi,pengurangan tenaga kerja

Page 22: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

pertanian dalam jumlah besar tidak akan menyebabkan berkurangnya

keseluruhan volume pertanian.

17. Pengangguran Tersisa. Pengangguran yang terdiri dari orang-orang yang

sulit untuk ditempatkan, orang cacat atau orang-orang yang sedang tidak

bekerja dan karenanya secara teknis menganggur.

2.2.4 Penyebab Terjadinya Pengangguran

Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia

secara langsung dan merupakan yang paling berat. Secara teoritis, pengangguran

dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya :

1. Perubahan Struktural.

Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser (1986:269) jenis

pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara

kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang

diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi.

Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap

produksi nasional (regional). Bila sektor industri memberikan kontribusi paling

besar terhadap PDB dibanding dengan sektor lainnya, maka struktur

perekonomian tersebut adalah industri, atau sebaliknya (Sadono Sukirno, 1985).

Katakanlah dalam suatu negara atau daerah terjadi pergeseran struktur ekonomi

dari sektor pertanian ke industri. Dampak selanjutnya, adalah dibutuhkannya

kualifikasi tenaga kerja yang cocok di sektor industri. Ketika persyaratan ini

tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak

terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan.

2. Pengaruh Musim.

Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja, tetapi

sering pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru,

misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk

(full employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat

menjelang, sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan

terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan

membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (derived

demand) di sektor yang bersangkutan (Arfida B.R., 2003).

Page 23: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan

kerja (pengangguran friksional).

Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis

(misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki

informasi yang lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka

kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin

juga karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan

si pencari kerja, sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah

lebih baik tidak bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi.

Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi karena perkembangan (dinamika)

ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga membawa dampak terhadap

permintaan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi demikian

sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu mengikuti perubahan jaman

dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan

lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa

diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.

4. Rendahnya Aliran Investasi

Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai

daya ungkit terhadap perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek

multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap kenaikan output

(pendapatan). Terdapat beberapa besaran (pengeluran otonom, seperti halnya

investasi) yang mempunyai dampak terhadap meningkatnya output yaitu

pengeluaran konsumsi otonom, investasi otonom, pengeluaran pemerintah dan

ekspor (Gordon, 1993). Secara otomatis meningkatnya output akan

membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi (modal, tenaga kerja dan

input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat

ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi. Hubungan antara

kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja)

dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan tenaga kerja (Payaman

J. Simanjuntak, 1985 : 82) atau dapat ditulis dalam bentuk lain menjadi :

Page 24: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

%ΔL = Eks (%ΔQ)

Keterangan :

Eks = koefisien elastisitas penyerapan tenaga kerja

L = tenaga kerja yang digunakan

Q = output (PDB atau dapat pula PDRB)

Elastisitas penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan

tenaga kerja yang terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi

(LPE = %ΔQ). Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu

atau elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah

lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi

inilah yang sangat diharapkan, karena pola hubungan sedemikian

mencerminkan kegiatan ekonomi yang pada karya (labor intensive). Artinya

perubahan kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap perubahan laju

pertumbuhan ekonomi (economic growth rate).

Rumus di atas dapat pula digunakan untuk melakukan prediksi

kebutuhan tenaga kerja pada sektor tertentu untuk perioda tertentu. Misalnya,

bila besarnya koefisien elastisitas penyerapan kerja (Eks) dan laju pertumbuhan

ekonomi (%ΔQ) sudah diketahui (given), maka dengan menggunakan

persamaan (2) laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang diinginkan

(%ΔL) dapat diperkirakan (ceteris paribus). Formula ini dapat pula diterapkan

pada level yang lebih rendah lagi, misalnya Kabupaten, Kota atau tingkat

Kecamatan sekalipun.

5. Rendahnya Tingkat Keahlian

Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat. Orang yang memiliki

keahlian akan memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan

potensi dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian

dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan

latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja

lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan belajar

perusahaan) (Reynolds, Masters and Moser, 1986; Rose-Nicholl, 2002).

Page 25: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

6. Diskriminasi.

Diskriminasi tidak hanya terjadi pada warna kulit saja (race

discrimination), tetapi bisa terjadi pula pada aspek lain, misalnya pada sektor

pendidikan, ekonomi, hukum, Agama dan lainnya. Misalnya, ketika perlakukan

diskriminatif terjadi di bidang ekonomi, maka kemungkinan dampak yang akan

dirasakan adalah hilangnya kesempatan berusaha dan kesulitan akses pada

sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (modal, alam dan informasi, dll). Situasi

inilah yang pada gilirannya akan menghambat pada penciptaan lapangan kerja

itu sendiri. Jadi beban ketenagakerjaan akan berat sekali ketika perlakukan

disriminatif di bidang ekonomi masih ada. Demikian juga bila akses pendidikan

dan pengembangan SDM tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik,

dampak selanjutnya adalah terpuruknya kualitas SDM, dan dalam jangka

panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.

7. Laju Pertumbuhan Penduduk

Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya

adalah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya

karakteristik sebagai berikut :

(a) tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang

memadai,

(b) rendahnya anggaran pendidikan,

(c) rendahnya tingkat kesehatan,

(d) tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja,

(e) rendahnya pembentukan modal,

(f) rendahnya kualitas tenaga kependidikan,

(g) rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset

dsb),

(h) rendahnya daya beli masyarakat,

(i) minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi,

(j) masih rendahnya pemahaman tentang arti penting pendidikan, dan

(k) rendahnya fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan

masyarakat.

Bila kendala-kendala di atas bisa dieliminir atau bahkan dapat

ditemukan pemecahannya, maka persoalan pertumbuhan penduduk tidak akan

Page 26: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

terlalu jadi masalah. Bahkan boleh jadi bisa menjadi pedorong pembangunan

(Aris Ananta, 1990). Tapi kenyataannya, hampir setiap negara berkembang

selalu dihadapkan kepada persoalan kependudukan yang serius yang

pemecahannya sangat kompleks sekali (Kindleberger-Herrick, 1977). Bisa

dibayangkan berapa anggaran yang harus tersedia untuk menghidmat

pendidikan bila persoalan ketenagakerjaan yang terjadi seperti di atas. Arinya

anggaran 20 % yang dicanangkan dari APBN harus betul-betul direalisasikan

tanpa ditunda-tunda lebih lama lagi. Tapi lagi-lagi persoalannya,

pemerintahpun tidak selalu siap dengan anggaran sejumlah itu. Ia pun harus

menghadapi berbagai persoalan lainnya yang sama-sama membutuhkan

anggaran dan penyelesaian secara cepat, misalnya : pengembalian utang negara

yang semakin menumpuk, menyelesaikan berbagai penyimpangan anggaran

negara, pencurian hutan, korupsi dan segudang persoalan lainnya yang sudah

lama menanti penyelesaian.

8. Aggregate Demand Unemployment

Pengangguran ini muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi,

sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya permintaan tenaga kerja (low

derived demand). Sebaliknya, bila permintaan output tinggi (high aggregate

demand), bukan hanya akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi

malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini

dapat mengurangi pengangguran struktural dan friksional yang terjadi

sebelumnya.

Bagi kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar

kehidupan dan tekanan psikologis. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa

selalu ada pengangguran? N.Gregory Mankiw seorang Profesor Ilmu Ekonomi di

Harvard University dalam bukunya Macro economics menyatakan bahwa ada dua

alasan adanya pengangguran yaitu: pencarian kerja yang sesuai dan kekakuan upah

riil.

2.2.4.1 Pencarian Kerja yang Sesuai

Salah satu alasan adanya pengangguran adalah dibutuhkan waktu untuk

mencocokan antara pekerja dengan pekerjaan. Model ekuilibrium pasar tenaga

Page 27: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

kerja agregat mengasumsikan bahwa seluruh pekerja dan seluruh pekerjaan adalah

identik, sehingga seluruh pekerja dianggap cocok untuk seluruh pekerjaan. Jika hal

ini benar dan pasar dalam kondisi ekuilibrium, maka kehilangan pekerjaan tidak

menyebabkan pengangguran. Pekerja yang keluar dari pekerjaannya akan segera

mendapatkan pekerjaan baru pada tingkat keseimbangan pasar. Dalam

kenyataannya para pekerja mempunyai preferensi serta kemampuan yang berbeda,

dan pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara itu, arus informasi

tentang calon karyawan dan lowongan kerja tidak sempurna. Untuk semua alasan

ini, mencari pekerjaan yang tepat membutuhkan waktu serta usaha dan cenderung

mengurangi tingkat perolehan kerja. Pengangguran yang disebabkan oleh waktu

yang di butuhkan untuk mencari pekerjaan disebut pengangguran friksional

(friksional unemployment).

Pengangguran friksional tidak bisa dielakan dalam perekonomian yang

sedang berubah. Untuk beberapa alasan, jenis-jenis barang yang di konsumsi

perusahaan dan rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan

terhadap barang bergeser, permintaan terhadap tenaga kerja yang memproduksi

barang-barang tersebut juga berubah. Para ekonomi menyebut perubahan

komposisi permintaan antar industri atau wilayah sebagai pergeseran sektoral.

Pergeseran sektoral bukan satu-satunya penyebab pemutusan hubungan kerja dan

pengangguran friksional. Selain itu para pekerja dapat di PHK ketika perusahaan

mereka bangkrut, ketika kinerja mereka merosot, atau ketika keahlian mereka tidak

dibutuhkan lagi.

2.2.4.2 Kekakuan Upah Riil

Alasan kedua adanya pengangguran adalah kekakuan upah (wage rigidity).

Gagalnya upah melakukan penyusuaian sampai penawaran tenaga kerja sama

dengan permintaannya. Gambar 2.2, menunjukan mengapa kekakuan upah

menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di atas tingkat yang

menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang di

tawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan

yang langka diantara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat

perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran, pengangguran yang

Page 28: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran

structural (structural unemployment).

Pengaruh Kekakuan Upah Pada Tingkat Pengangguran

Untuk memahami kekakuan upah dan pengangguran struktural, kita harus

mengkaji mengapa pasar tenaga kerja tidak berada pada tingkat keseimbangan

penawaran dan permintaan. Hal ini dikarenakan perusahaan gagal menurunkan

upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja. Sekarang kita akan membahas tiga

hal yang menyebabkan kekakuan upah yaitu: undang-undang upah minimum,

kekuatan serikat pekerja, dan efesiensi upah.

a. Undang-Undang Upah Minimum: undang-undang upah minimum menetapkan

tingkat upah minimal yang harus di bayar perusahaan kepada para

karyawannya. Bagi sebagian besar pekerja, upah minimum ini tidak

berpengaruh, karena mereka menikmati upah di atas upah minimum. Bagi

sebagian lainnya, terutama yang tidak terdidik dan kurang berpengalaman,

upah minimum meningkatkan upah mereka diatas tingkat ekuilibriumnya.

Karena itu, upah minimum mengurangi jumlah tenaga kerja yang diminta

perusahaan.

b. Serikat Pekerja: penyebab dari kekakuan upah yang kedua adalah kekuatan

monopoli serikat pekerja. Upah para pekerja yang tergabung dalam serikat

pekerja tidak ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaannya,

Page 29: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

tetapi oleh kekuatan tawar-menawar kolektif antara pimpinan serikat pekerja

dengan manajemen perusahaan. Kesepakatan akhir yang meningkatkan upah

diatas tingkat keseimbangan dan memungkinkan perusahaan untuk

memutuskan berapa banyak pekerja yang perlu diterima. Hasilnya adalah

penurunan jumlah pekerja yang dipekerjakan, tingkat perolehan kerja yang

lebih rendah, dan kenaikan pengangguran struktural.

c. Upah Efisiensi: teori upah efisiensi menyatakan bahwa upah yang tinggi

mebuat para pekerja lebih produktif. Sehingga perusahaan lebih

mempertahankan pegawailama dan mengurangi perekrutan pegawai baru.

2.2.5 Kondisi Pengangguran dan Ketenagakerjaan di Indonesia

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dalam pembangunan

ekonomi di negara ini pengangguran merupakan masalah yang rumit dan lebih

serius daripada masalah perubahan dalam disribusi pendapatan yang kurang

menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di negara-negara

berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan

ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja yang

lebih cepat daripada pertambahan penduduk. Oleh karenanya masalah

pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin serius.

Masalah pengangguran akan menimbulkan dampak yang negatif bagi

kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dampak negatif dari pengangguran

adalah kian beragamnya tindakan kriminal, makin banyaknya jumlah anak jalanan,

pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya sudah menjadi patologi

sosial atau kuman penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus yang sulit di

berantas. Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban

sosial yang tidak bernilai. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak di

hargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban sosial dari

penyakit sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di

pecahkan dan dicari jalan keluarnya.

Namun demikian, perlu disyukuri karena kondisi ketenagakerjaan di

Indonesia dalam satu tahun terakhir atau hingga kuartal pertama tahun 2010

menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini digambarkan dengan adanya

Page 30: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta menurunnya angka

pengangguran. Pada kuartal pertama tahun 2010 jumlah angkatan kerja mencapai

116 juta orang naik 2,26 juta orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya kuartal

yang sama tahun 2009 yang sebesar 113,74 juta orang. Sedangkan penduduk yang

bekerja juga terjadi peningkatan, pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 107,41

juta orang naik dari kuartal pertama tahun 2009 sebesar 2,92 juta orang yang

sebelumnya 104,49 juta orang. Sementara itu, untuk jumlah pengangguran di

Indonesia pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 8,59 juta orang atau 7,41

persen dari total angkatan kerja, mengalami penurunan sekitar 670 ribu orang jika

di bandingkan dengan tahun sebelumnya atau kuartal pertama tahun 2009 yang

sebesar 8,14 persen.

Naiknya jumlah penduduk yang bekerja pada kuartal pertama tahun 2010

ini terutama di sektor jasa kemasyarakatan yakni sebesar 1,62 juta orang (11,52 %)

dan di sektor pertanian sebesar 1,22 juta orang (2,92 %). Sedangkan sektor yang

mengalami penurunan yakni sektor konsumsi sebesar 11,70 persen dan sektor

transportasi sebesar 4,91 persen. Dengan demikian sektor jasa kemasyarakatan,

industri dan perdagangan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja

pada kuartal pertama tahun 2010.Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan.

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja

dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan.Dari kategori status pekerjaan

utama pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan

kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik pada kuartal pertama tahun 2010 sebanyak 33,74 juta

(31,42%) pekerja Indonesia bekerja pada kegiatan/sektor formal ada 73,67 juta

orang (68,58%) bekerja pada sektor informal. Dari 107,41 orang yang bekerja pada

waktu yang sama, status pekerja utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan

yakni mencapai 30,72 juta atau sekitar 28,61 persen, kemudian diikuti berusaha

dibantu buruh tidak tetap (buru harian/borongan) sebesar 21,92 juta orang atau

20,41 persen dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang atau 19,05%,

sedangkan sisanya adalah berusaha dibantu buruh tetap.

Page 31: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

2.2.6 Dampak yang Diakibatkan Dari Pengangguran

Bisa dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa dampak

pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung adalah

kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya pendidikan dan

kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban) pemerintah. Bila

pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka kemiskinan absolut bahkan

kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran di antaranya adalah :

a) Ketimpangan sosial. Ini terjadi karena tidak seluruh komponen masyarakat

menganggur, selalu ada sekelomok masyarakat yang nasibnya masih

beruntung, ia dapat bekerja dengan normal bahkan memperoleh penghasilan

yang berlebih.

b) Kecemburuan sosial. Hal ini terjadi karena terpicu oleh disparitas sosial

yang ada, misalnya ketimpangan pendapatan, status sosial dan kekuasaan.

c) Meningkatnya budget pemerintah untuk sektor pendidikan dan

kesehatan.

d) Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan sosial lainnya.

e) Munculnya sikap permisif (serba boleh) sebagai jalan pintas untuk

mempertahankan hidup.

f) Tidak lancarnya sistem demokrasi. Karena money politic lebih dominan.

g) Disharmonisnya sistem rumah tangga, karena penopang kelangsungan

rumah tangga (penghasilan) tidak memadai lagi.

h) Meningkatnya sex komersial (pelacuran), sebagai representasi sulitnya

mencari lapangan kerja.

i) Melemahnya daya beli, sebagai konsekuensi langsung dari

ketidakberdayaan ekonomi (rendahnya pendapatan rumah tangga).

j) Kekuasaan dan harga diri diukur oleh tingkat kekayaan dan

penghasilan yang dapat diperoleh (seba uang). Sebetulnya ini suatu

kekeliruan yang paling fatal, namun masyarakat cenderung berperilaku

seperti itu. Dirasakan sekali dengan uang segalanya jadi lancar,

menyenangkan, status sosial terangkat dan dihargai orang lain.

Adapun dampak lain yang terjadi karena pengangguran,

1) Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional

Page 32: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Pengangguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat

modern. Jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang

percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan menurun. Pengangguran

berdampak besar terhadap pembangunan nasional. Dampak pengangguran

terhadap pembangunan dapat dilihat melalui hubungan antara

pengangguran dan indikator-indikator berikut ini :

a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita. Upah merupakan

salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan nasional. Apabila

tingkat pengangguran semakin tinggi, maka nilai komponen upah akan

semakin kecil. Dengan demikian, nilai pendapatan nasional pun akan

semakin kecil.

b. Penerimaan Negara. Salah satu sumber penerimaan negara adalah

pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi

orang-orang yang memiliki pekerjaan. Apabila tingkat pengangguran

meningkat, maka jumlah orang yang membayar pajak penghasilan

berkurang. Akibatnya penerimaan negara pun berkurang.

c. Beban Psikologis. Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar

beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang

menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh

terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Biaya Sosial. Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin

besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu

mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan,

dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak

kejahatan.

2) Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya

adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi

agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di

suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian

tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi

Page 33: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian,

seperti yang dijelaskan di bawah ini:

a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat

memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini

terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional

riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada

pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu,

kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.

b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal

dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang

tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga

pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak

yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika

penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah

juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus

menurun.

c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya

pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan

berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi

akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan

investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian

industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga

pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terpacu.

3) Dampak Pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya dan

Masyarakat

Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap

individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:

a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian. Di negara-

negara maju para penganggur memperoleh tunjangan (bantuan

keuangan) dari badan asuransi pengangguran. Oleh sebab itu, mereka

masih mempunyai pendapatan untuk membiayai kehidupannya dan

Page 34: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

keluarganya. Mereka tidak perlu bergantung kepada tabungan mereka

atau bantuan orang lain. Sedangkan di negara Indonesia, tidak terdapat

program asuransi pengangguran. Maka kehidupan penganggur harus

dibiayai oleh tabungan masa lalu atau pinjaman batnuan keluarga dan

kawan-kawan. Keadaan ini bias menyebabkan pertengkaran dan

kehidupan keluarga yang tidak harmonis.

b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan. Ketrampilan

dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan

apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek. Pengangguran

dalam periode yang lama akan menyebabkan tingkat ketrampilan

pekerja menjadi semakin merosot.

c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik.

Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat

menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah. Golongan

yang memerintah semakin tidak popular di mata masyarakat. Berbagai

tuntunan dan kritikan akan dilontarkan kepada pemerintah dan

adakalanya disertai oleh aksi demonstrasi. Karena masyarakat akan

berpandangan bahwa pemerintah tidak melakukan tindakan untuk

menanggulanginya kemudian menimbulkan ketidak percayaan pada

pemerintah.

d. Meningkatnya kriminalitas. Mereka yang tidak memiliki pekerjaan

terpaksa melakukan tindakan kriminalitas guna memenuhi

kebutuhannya.

e. Meningkatnya kemiskinan. Hal ini karena mereka tidak memiliki lagi

sumber pendapatan.

Page 35: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

2.2.7 Sajian Data Pengangguran Di Indonesia

Grafik 2.1 Pengangguran Terbuka dari Tahun 2004-2010

Sumber :VIBIZnews.com

Tercatat tingka pengangguran di Indonesia (pengangguran terbuka) juga

masih mengkhawatirkan.Meskipun terus mengalami penurunan sejak mencapai

puncaknya di tahun 2005, tingkat pengangguran masih berada pada level 7%

hingga bulan Februari 2010.

Menurut sebuah laporan, tingkat pengangguran yang terjadi saat ini telah

menuntut agar pemerintah menciptakan lapangan kerja sebanyak lebih dari 12 juta

selama empat tahun mendatang. Target pemerintah untuk menciptakan lapangan

kerja sebesar 10.7 juta selama empat tahun ke depan dinilai tidak akan mencukupi

sebab pertumbuhan angkatan kerja adalah sebesar 3 juta jiwa per tahun.

Selain kebutuhan untuk menyerap angkatan kerja baru yang tumbuh setiap

tahun, saat ini ada 8.59 juta pengangguran terbuka yang dimiliki oleh Indonesia.

Angka pengangguran terbuka ini tentunya kurang merefleksikan tingkat

pengangguran yang sungguh-sungguh terjadi di Indonesia karena masih ada pola

pengangguran tertutup.

Dengan asumsi setiap 1% pertumbuhan ekonomi akan menyerap 300 – 400

rb lapangan kerja, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun harus

mencapai angka paling tidak 7%, hanya untuk menyerap angkatan kerja baru.

Dengan demikian pemerintah diharapkan harus lebih memahami kondisi yang

Page 36: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

terjadi di masyarakat dan memberikan solusi kebijakan yang mampu meningkatkan

pembukaan lapangan kerja.

Grafik 2.2 Presentase Kekhawatiran Dalam Mencari Lapangan Pekerjaan

Survei kepercayaan konsumen DRI juga menunjukkan bahwa masyarakat

masih mengkhawatirkan beberapa faktor yang memang memengaruhi keadaan

ekonomi di daerah mereka selama ini.Tiga faktor utama yang memengaruhi

keadaan ekonomi di daerah mereka tersebut adalah kenaikan harga- harga bahan

makanan pokok, kenaikan harga dan kelangkaan BBM, serta ketersediaan lapangan

kerja.

Kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan harga-harga bahan makanan

pokok serta kenaikan harga dan kelangkaan BBM sudah berkurang cukup

signifikan dari puncaknya pada September 2008. Namun, kekhawatiran masyarakat

terhadap ketersediaan lapangan kerja justru masih relatif meningkat.

Pada November 2010, sekitar 30 persen dari masyarakat yang disurvei

masih merasa khawatir terhadap masalah ketersediaan lapangan kerja, naik dari 20

persen pada September 2008.

Page 37: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Grafik 2.3 Perbandingan Angka Pengangguran Antara Indonesia, Malaysia, Filipina

dan Singapura

Sumber :Harian Kompas 20 Desember 2010

Memang jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga Indonesia,

angka pengangguran di Indonesia masih relatif cukup tinggi. Pada Agustus 2010,

angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,14 persen. Angka ini relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan angka pengangguran di Malaysia sebesar 3,1 persen

atau angka pengangguran di Singapura yang mencapai 2,1 persen pada September

2010.

Walaupun demikian, angka pengangguran di Indonesia sebenarnya sudah

menunjukkan tren menurun sejak tahun 2006. Pada tahun 2005, angka

pengangguran di Indonesia masih berkisar 11,24 persen. Namun, angka

pengangguran ini terus menurun hingga mencapai 7,14 persen pada tahun 2010.

Tren menurun ini merupakan perubahan signifikan dari tren naik sejak tahun 1998

ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Page 38: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Grafik 2.4 Pengangguran di Indonesia Berdasarkan Tingkat Usia

Sumber :Harian Kompas 20 Desember 2010

Pengangguran di Indonesia didominasi pengangguran di daerah perkotaan.

Lebih dari 50 persen pengangguran ada di daerah perkotaan. Kenyataan ini sejalan

dengan hasil survei DRI pada November 2010 yang menunjukkan sekitar 31,1

persen responden di daerah perkotaan menyatakan kekhawatiran mereka terhadap

ketersediaan lapangan kerja. Persentase ini lebih banyak dibandingkan dengan 27,4

persen responden di daerah pedesaan yang mengkhawatirkan masalah yang sama.

Karakteristik lain dari pengangguran di Indonesia adalah angka

pengangguran usia muda ternyata lebih tinggi daripada angka pengangguran usia

kerja. Penduduk kelompok umur 20-24 tahun memiliki tingkat pengangguran yang

paling tinggi, diikuti oleh penduduk kelompok umur 15-19 tahun.

Hal ini sangat bisa dipahami karena penduduk kelompok umur muda yang

harus bekerja memang sulit bersaing dengan kelompok umur lain yang relatif

memiliki pengalaman dan pendidikan yang lebih baik.

Page 39: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan 2007, 2008, 2009 dan 2010

Jumlah pengangguran terbuka yang paling banyak adalah dari jenjang

lulusan SMA.Hal ini dikarenakan mereka yang lulusan SMA merasa gengsi bila

bekerja disektor mikro, maka dari itu mereka lebih memilih untuk

menganggur.Selain itu, mereka juga tidak punya skill untuk membuka usaha

sendiri. Untuk mengurangi tingkat pengangguran, maka pemerintah perlu

memberikan keahlian-keahlian dibangku sekolah sehingga mereka dapat

menciptakan lapangan pekerjaan baik untuk dirinya sendiri juga orang lain.

Page 40: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Tabel 1.2 Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Status Pekerjaan Utama

Berdasakan data diatas pekerjaan utama yang paling banyak adalah buruh,

wirausaha serta usaha kecil menengah (UKM). Untuk memperluas lapangan

pekerjaan serta mengurangi tingkat pengangguran maka pemerintah perlu

melakukan tindakan riil yaitu meningkatkan investasi guna menambah lapangan

pekerjaan baru, menjaga stabilitas harga agar tidak adanya efisiensi pekerja dari

perusahaan sehingga tidak adanya pemutusan hubungan kerja, perlunya

meningkatkan kredit bagi usaha kecil dan menengah karena sektor ini memberi

lapangan pekerjaan yang sangat besar sehingga diperlukan peningkatan agar sektor

ini semakin berkembang.

Page 41: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Tabel 1.3 Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Bila kita amati dari data diatas pekerjaan utama yang paling banyak adalah

di sektor pertanian serta pariwisata dan perdagangan (perdagangan besar, eceran,

rumah makan, dan hotel). Hal ini sangat wajar karena negara kita adalah negara

agraris, maka menurut kami sektor pertanian perlu di tingkatkan karena dapat

menyediakan lapangan pekerjaan, namun dalam prakteknya diperlukan penanganan

yang serius, karena perlu pembenahan mulai dari penyediaan pupuk serta

mengurangi import dan lebih memakai hasil pertanian domestik. Disektor

pariwisata, Indonesia mempunyai potensi yang sangat tinggi karena masih banyak

objek wisata yang belum tereksplorasi. Dan dalam sektor perdagangan pemerintah

bisa mecanangkan cinta produk nasional untuk meningkatkan konsumsi nasional

guna menambah pendapatan negara juga memperluas lapangan pekerjaan.

Page 42: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Tabel 1.4 Penduduk Menurut Jenis Kegiatan

Berdasarkan data diatas angkatan kerja dari tahun ke tahun semakin

meningkat hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk

(demografi). Hal ini akan berdampak buruk apabila peningkatan jumlah angkatan

kerja tidak disertai dengan kesempatan kerja, sebagai mana kita lihat dari data

diatas tingkat pengangguran terbuka meningkat pada tahun 2005 mencapai 11,24%.

Untuk menekan laju pertumbuhan angkatan kerja maka perlu dilakukan penekanan

terhadap laju pertumbuhan penduduk, diantara nya dengan program keluarga

berencana.

2.2.8 Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran

Inflasi yang tinggi akan mendorong produsen melakukan efisiensi terhadap

industrinya, seperti merasionalkan tenaga kerja atau melakukan perampingan

organisasi perusahaannya yang berakibat semakin bertambahnya jumlah

pengangguran. Penawaran tenaga kerja kian bertambah sedangkan permintaan

terhadap tenaga kerja kian berkurang. Tenaga kerja yang menganggur terpaksa

harus mau menerima upah yang rendah tidak jarang pula lebih rendah nilainya

daripada harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

Page 43: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Tujuan utama dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan

masalah inflasi dan sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk

memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakn ekonomi makro harus harus

dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu

bersamaan menciptakan kesempatan kerja.

Kurva Phillips mebuktikan bahwa antara stabilitas dan kesempatan kerja

yang tinggi tidak mungkin terjadi bersamaan karena harus ada trade off. Jika ingin

mencapai kesempatan kerja yang tinggi, berarti sebagai konsekuensinaya harus

bersedia menanggung baban inflasi yang tinggi.

Gambar 2.2 Hubungan Inflasi dan Tingkat Pengangguran

Namun pada kenyataannya ada pergeseran kurva Phillips, yaitu dimana

pada kurun waktu tertentu terjadi terjadi kenaikan tingkat inflasi dan kenaikan

tingkat pengangguran. Terjadinya pergeseran kurva phillips tersebut disebabkan

dua faktor yaitu:

Bila kita lihat kurva Phillips diatas maka perhatikan titik a,b,c. Titik

tersebut merupakan alternatif trade off antara pengangguran dan inflasi

bila kita pemerintah menginginkan penurunan tingkat pengangguran

maka pemerintah harus rela menanggung tingkat inflasi yang lebih

tinggi.

Page 44: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

1. Demografi

Terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk yang selajutnya

meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja yang

semakin meningkat tidak dapat diserap oleh pasar tenaga kerjasehingga

memperparah jumlah pengangguran.

2. Keseimbangan pasar tenaga kerja

Dalam kodisi keseimbangan psasr tenaga kerja, secara alamiah

selalu terdapat pengangguran yang dinamakan pengangguran alamiah

(natural rate of unemployment). Yang menyebabkan terjadinya pergeseran

kurva phillips adalah dimana kebijakan fiskal dan moneter tidak dapat

menekan tingkat inflasi dan menanggung beban inflasi secara

kesinambungan atau jangka panjang sehingga tidakmampu menurunkan

tingkat pengangguran hingga di bawah tingkat pengangguran alamiah.

2.2.9 Peran Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Pengangguran

Di atas telah dijelaskan dampak negatif dari adanya pengangguran dalam

perekonomian.Untuk mengatsi dampak negatif tersebut pemerintah perlu secara

terus menerus berusaha mengatasi masalah pengangguran. Ada beberapa tujuan

dari kebijakan pemerintah diantaranya:

1. Tujuan bersifat ekonomi: kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah

berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi.

Dalam hal ini ada tiga pertimbangan utama:

a) Menyediakan lowongan pekerjaan, kebijakan pemerintah untuk

mengatasi pengangguran merupakan usaha yang terus-menerus. Dengan

perkataaan lain, ini merupakan usaha dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran

diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan

menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus-menerus. Maka,

untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius,

tambahan lowongan pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun

ke tahun.

Page 45: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi

bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan

ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja

bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi

keadaan yang seperti ini usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi

pengangguran perlu ditingkatkan.

b) Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat, kenaikan

kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran sangat berhubungan

dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.

Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan

pendapatan nasional. Perkembangan ini selanjutnya akan menambah

kemakmuran masyarakat. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat

adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan

pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian,

kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang

semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi

juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini

kemakmuran masyarakat akan bertambah.

c) Memperbaiki pembagian pendapatan, pengangguran yang semakin

tinggi menimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian

pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan.

Maka semakin besar penganguran,semakin banyak golongan tenaga

kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya pengangguran

yang terlalu besar cenderung untuk menurunkan upah golongan

berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi

tuntuan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari

kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikkan

kesempatan kerja dapat dapat juga digunakan sebagai alat untuk

memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.

2. Tujuan bersifat sosial dan politik: tujuan untuk mengatasi masalah sosial

dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang bersifat ekonomi.

Tanpa kesetabilan sosial dan politik , usaha-usaha untuk mengatasi masalah

Page 46: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

ekonomi tidak akan dapat dicapai dengan mudah. Beberapa tujuan

kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan politik:

a) Meningkatkan kemakmuran dan kestabialan keluarga, ditinjau dari

segi mikro , tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. apabila

kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak bekerja, berbagai

masalah akan timbul. Pertama keluarga tersebut mempunyai

kemampuan terbatas untuk melakukan pembelanjaaan. Maka secara

langsung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran keluarga. Kedua

pengangguran mengurangi kemampuan keluarga dalam membiayai

pendidikan anak-anaknya. Sehingga perlunya ada perluasan kesempatan

kerja. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,

kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga,

merupakan masalah lain yang ditimbulkan oleh pengangguran.

b) Menghindari masalah kejahatan, di satu pihak pengangguran

menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi di lain

pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk

berbelanja guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila tidak adanya

tabungan maupun penghasilan lain pengangguran semakin

meningkatkan tindak kejahatan, dimana motif kejahatan sebagian besar

adalah faktor ekonomi, dengan demikian usaha mengatasi

pengangguran berarti juga mengurangi tingakat tindakan kejahatan.

c) Mewujudkan kestabilan politik, kestabilan ekonomi dan pertumbuhan

ekonomi yang di perlukan untuk menaikan tingkat kemakmuran

masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik

tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan ekonomi

yang cepat dan terus menerus. Pengangguran merupakan salah satu

sumber/penyebab dari ketidak stabilan politik karena pengangguran

membuat masyararakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah.

Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup

untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat

penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi

dan mengemukakan kritik kepada pemimpin-pemimpin pemerintah.

Hal-hal seperti ini akan menimbulkan halangan untuk melakukan

Page 47: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Senagai akibatnya

perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan

keadaan pengangguran semakin memburuk. Pemerintah harus cepat

melakukan tinfakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Dua kebijakan pemerintah yaitu :

1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan pemerintah untuk mengatur pengeluaran pemerintah serta

mengatur besarnya tarif pajak.

Grafik a. Efek Kebijakan Fiskal :

Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)

Masalah pengangguran muncul karena pengeluaran agregat (A

berada di bawah pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai

tingkat konsumsi tenaga kerja penuh (A ). Jarak antara A dan A

dinamakan jurang deflasi, jurang deflasi adalah jumlah kekurangan

pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai konsumsi tenaga

Page 48: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

kerja penuh. Dalam grafik a. dimisalkan keseimbangan asal di capai di titk

. keseimbangan ini menunjujukan pendapatan nasional adalah dan

dalam dalam keseimbangan ini pengangguran berlaku.untk mengatasinya

pemerintah menambah pengeluaran pemerintah sebanyak ∆G dan

pertambahan pengeluaran ini memindahkan pengeluaran pemerintah dari

A KE A . perubahan tersebut berarti keseimbangan bergeser pula dari

ke . Perubahan in akan akan menambah kesempatan kerja dan

mengurangi pengangguran.

Grafik b. Efek Pengurangan Pajak :

Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)

Dalam grafik b, yang menunjukan efek pengurangan pajak pada

keseimbangn pendapatan nasional,juga dimisalkan keseimbangan yang asal

adalah di . Pengurangan pajak sebesar ∆T (yang sama nilainya dengan

∆G) akan menambah pendapatan disposibel rumah tangga sebesar

∆ =∆T. perubahan disposibel itu akan adalah kuarang dari ∆G, yaitu

hanya sebesar: ∆C=MPC.∆G. Kenaikan pengeluaran rumah tersebut akan

Page 49: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

memindahkan pengeluaran agregat menjadi A dan keseimbangan

menjadi . Maka pendapatan nasional bertambah dari ke dan oleh

sebab itu kesempatan kerja bertambah dan pengangguran berkurang.

2. Kebijakan moneter

Kebijakan pemerintah untuk mengatur tingkat suku bunga.

Gambar c. Efek Kebijakan Moneter

Sumber: Sadono Sukirno. Teori Pengantar Makroekonomi (2004)

Pengeluaran agregat yang mula-mula berlaku dalam perekonomian

ditunjukan oleh A dan pendapatan nasional di . Untuk mengatasi

pengangguran dan menggalakan kegiatan ekonomi bank sentral menambah

penawaran uang. Langkah ini menurunkan suku bunga dan menggalakan

para pengusaha menambah investasi, yaitu sebesar . Pertambahan

investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari A ke A dan

memindahkan keseimbangan dari ke . Dengan demikian pendapatan

nasional meningkat menjadi . Peningkatan ini menambah kesempatan

Page 50: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

kerja dan mengurangi pengangguran, akan tetapi kegiatan ini berlaku pada

harga yang tidak mengalami perubahan.

2.2.10 Solusi Mengatasi Pengangguran

a. Cara mengatasi pengangguran friksional dan pengangguran voluntary

Proyek padat karya untuk menambah kesempatan kerja dengan

mendirikan industri baru, pembangunan jalan raya, jembatan, dll.

Menarik investor baru dengan cara deregulasi dan debirokratisasi.

Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru

di bidang agraris dan sektor lain.

Memberikan bantuan pinjaman lunak dan bantuan lainj untuk

memacu kehidupan industri kecil.

b. Cara mengatasi pengangguran konjungtural

Meningkatkan daya beli mesyarakat sehingga pasar menjadi ramai

dan akan meningkatkan jumlah permintaan. Dengan demikian,

perusahaan harus meningkatkan produksi dengan menambah tenaga

kerjanya.

Mengatur bunga bank agar tidak terlalu tinggi sehingga para

investor lebih suka menginvestasikan uangnya dalam bidang usaha

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

c. Cara mengatasi pengangguran struktural

Menyediakan lapangan kerja untuk menampung kelebihan tenaga

kerja di sektor ekonomi lain pada suatu daerah yang mengalami

perubahan sektor ekonomi.

Pelatihan tenaga kerja untuk mengisi yang masih membutuhkan.

Menarik investor, khususnya merangsang berdirinya industri baru.

d. Cara mengatasi pengangguran musiman

Pelatihan keterampilan lain, selain bidang yang sudah digeluti. Hal

tersebut dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan lain pada saat

musim – musim tertentu ( biasanya saat petani meninggu panen.

Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain

kepada masyarakat.

Page 51: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

e. Cara mengatasi pengangguran deflasionar

Pelatihan tenaga kerja, terutama diarahkan untuk tenaga kerja yang

akan dikirim ke luar negeri, supaya mereka tidak hanya menjadi

tenaga kasar, tetapi minimal menjadi tenaga terampil atau bahkan

tenaga ahli.

Seperti cara yang dilakukan untuk mengatasi pengangguran lain,

menarik investor baru sangat perlu dilakukan.

f. Cara mengatasi pengangguran teknologi

Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan

teknologi dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan

teknologi pada sekolah-sekolah.

Pengenalan teknologi yang ada sejak usia dini.

Pelatihan tenaga pendidik untuk menguasai teknologi baru yang

harus disampaikan pada anak.

Terdapat beberapa alternatif (cara) lain yang bisa dilakukan dalam

rangka mengatasi masalah pengangguran. Cara ini mengikuti dua pola (jalur),

yaitu lewat jalur demand for labour, dan supply of labour. Upaya mengatasi

pengangguran lewat jalur permintaan tenaga kerja berkaitan dengan penciptaan

lapangan kerja baru secara langsung. Jalur ini biasanya berhubungan dengan

aspek-aspek sebagai berikut :

a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam (misalnya lahan). Hal ini bisa

dilakukan apabila masyarakat diberi peluang (akses) terhadap penguasaan

(paling tidak) penggarapan lahan. Tidak hanya sampai di situ, pemerintah

pun harus memberikan fasilitasi yang kondusif agar masyarakat mampu

mengelola lahan dengan optimal dan aman karena kepastian hukumnya

jelas,

b. Akses pada sumber-sumber modal. Akses pada sumber modal sangat

menentukan bagi pengembangan usaha sekaligus kesempatan kerja (sama

seperti sumberdaya tanah/lahan). Ketika kemudhan-kemudahan diciptakan

untuk masyarakat lapisan bawah, dan pembinaan pun dilakukan, maka

dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh masyarakat,

Page 52: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

c. Peningkatan investasi (pembentukan modal, capital formation). Investasi

bisa bersumber dari pihak internal maupun eksternal. Dari internal bisa

didapat lewat pemupukan tabungan (dana pihak ketiga) masyarakat dan dari

eksternal melalui peningkatan arus investasi (penanaman modal) dari pihak

luar. Bila dua sumber ini lancar dan kenaikannya cukup signifikan, maka

dampaknya akan terasa pada gairah usaha dan otomatis terhadap

permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja),

d. Kerjasama. Kerjasama akan sangat bergantung pada kredibilitas

pemerintah, situasi objektif wilayah (peluang pasar, potensi wilayah,

keamanan, politik dan kelembagaan yang mendukung sistem

pemerintahan). Bila hal ini telah dipastikan kondusif, maka investor

cenderung siap melakukan kerjasama (pengembangan wilayah), sehingga

pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah dan

kesempatan kerja,

e. Perluasan pasar. Tahap ini tercipta setelah tahap kerjasama dan arus

investasi masuk ke suatu wilayah. Artinya tahap ini sebagai konsekuensi

dari existing situation yang ada sebelumnya. Perluasan pasar dapat

ditingkatkan dengan beberapa cara diantaranya dengan perbaikan kualitas

(TQM), penguatan akses informasi, memahami prilaku pesaing, memahami

kehendak buyer dan lancarnya delivery order system,

f. Pembinaan usaha. Terdapat ragam upaya yang bisa dilakukan dalam

rangka pembinaan usaha (paket-paket pembinaan usaha sudah banyak

tersedia). Tetapi yang paling penting dari itu semua adalah jiwa wirausaha

yang dilandasi dengan nilai-nilai transendental yang nampaknya masih

perlu ditingkatkan. Artinya harus dipahami oleh semua, bahwa segala usaha

dan upaya yang dilakukan, harus ditujukan hanya semata untuk mengabdi

kepada Tuhan dan bermaksud ingin memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi yang lain (manusia dan alam/lingkungan sekitar),

g. Pengembangan usaha padat karya (labor intensive). Usaha padat karya

adalah jenis karakteristik usaha yang paling cocok untuk negara

berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk tinggi. Seperti

halnya negara Indonesia. Tetapi bukan berarti kita menolak semua

teknologi yang terjadi saat ini. Teknologi tetap dibutuhkan, dengan catatan

Page 53: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

tidak akan mempersulit (mempersempit) lapangan kerja baru, ramah

lingkungan, terjangkau biayanya dan adaptasinya dapat dengan mudah

diserap dan diimplementasi oleh tenaga kerja domestik, dan

h. Kebijakan pemerintah. Suasana kondusif dapat tercipta karena pemerintah

dan pemerintah daerah melakukan fasilitasi dan memberikan berbagai

kemudahan (insentif ekonomi) bagi pengembangan usaha. Berbagai

peraturan yang diciptakan bertujuan untuk memberikan motivasi dan

semangat usaha, tidak sebaliknya (menjadikan pengusaha atau kegiatan

usaha menjadi objek penghasilan semata). Budaya pendekatan proyek

(project oriented) harus diubah menjadi budaya social benefit. Artinya

semua usaha yang dilakukan pemerintah tidak melulu profit seeking

(memburu laba) dalam rangka mendongkrak economic growth semata,

tetapi lebih jauh dari itu bagaimana “kue pertumbuhan” itu mengalir dan

bermanfaat bagi masyarakat kecil yang sekarang sedang terancam bahaya

kelaparan.

Sedangkan lewat jalur supply of labor lebih terkait dengan

pengembangan sumber daya manusia (human capital formation). Implementasi

praktis lewat jalur ini, seperti disarankan beberapa ahli (Reynolds, Masters and

Moser, 1986; Ehrenberg-Smith, 1988; Sudarman Damin, 2003) adalah dengan

model-model kegiatan sebagai berikut :

a. Primary and high school education (peningkatan dan penguatan

pendidikan dasar dan menengah). Bagaimana caranya supaya kegiatan ini

dapat berjalan dengan efektif ? Biasanya (seharusnya) ini dilakukan oleh

pemerintah. Mekanismenya adalah dengan penyediaan anggaran yang

cukup memadai. Tanpa dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan

berjalan dengan baik, karena model pendidikan ini bersifat massal. Artinya

harus diikuti oleh semua warga yang telah masuk pada usia sekolah,

b. College and postgraduate education (kursus-kursus dan pendidikan

lanjutan, misalnya Perguruan Tinggi). Pendanaan program ini tidak menjadi

kewajiban negara sepenuhnya, tetapi tetap subsidi anggaran di sektor ini

harus diberikan

Page 54: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

c. Training provided by employers on the job (pelatihan yang disediakan

langsung oleh perusahaan terkait langsung dengan pekerjaan). Program ini

merupakan kebutuhan perusahaan dalam rangka penajaman wilayah

garapan (jobs) yang akan langsung ditangani di perusahaan yang

bersangkutan. Hal ini bisa tidak terkait dengan program subsidi pemerintah.

Kegiatan ini akan beragam sekali tergantung spesifikasi bidang usaha yang

dikembangkan oleh perusahaan,

d. Accumulated of skill through continued work experience (peningkatan

keahlian melalui pengalaman kerja). Keahlian ini tentunya tidak didapat

dari bangku sekolah, atau pendidikan formal lainnya, tetapi diperoleh

melalui pengalaman kerja secara langsung (learning by doing). Akumulasi

pengetahuan sedemikian biasanya memiliki kedalaman yang mantap pada

bidangnya dan berkonsekuensi pada harga yang mahal. Sekarang upaya

kearah itu dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi antara pendidikan

formal dengan terjun langsung (harus menempuh waktu tertentu) pada

bidang usaha yang relevan,

e. Government training programs for displaced or disadvantaged workers

(pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengganti tenaga

kerja yang akan pensiun). Program ini bisa sepenuhnya dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka mempersiapakan tenaga kerja yang siap bekerja

untuk mengganti tenaga kerja yang akan pensiun. Sebetulnya kondisi yang

sama dapat juga dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mempersiapakan

tenaga kerja pengganti yang lebih produktif dan semangat baru,

f. Memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan. Fasilitas dan pelayanan

kesehatan sangat diperlukan oleh tenaga kerja, karena akan terkait langsung

dengan produktifitas dan semangat kerja. Bahkan secara permanen semua

warga seharusnya mendapatakan pelayanan asuransi yang memadai, tidak

hanya tenaga kerja, dan

g. Migrasi. Migrasi bisa ditolelir sepanjang disertai beberapa syarat : (i) tenaga

kerja memiliki keahlian yang memadai sesuai dipersyaratkan di tempat

tujuan mereka bekerja, (ii) tingkat kepadatan penduduk di daerah tujuan

masih kondusif, (iii) sudah tidak ada lagi potensi daerah asal yang bisa

dikembangkan, (iv) upah yang akan diterima lebih baik daripada di daerah

Page 55: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

asal, dan (v) perlakuan terhadap tenaga kerja di daerah tujuan tidak

menyimpang.

Page 56: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan,

banyak sekali terdapat pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran

di Indonesia ialah terdapat pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan

tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia sendiri menempati urutan

ke 133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia, semakin rendah peringkatnya

maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di Negara

tersebut. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah

membuat suatu program untuk menampung para pengangguran. Selain

mengharapkan bantuan dari pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga

harus berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi

seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.

3.2 Saran

Dari kesimpulan di atas maka kami dapat menyarankan hal-hal sebagai

berikut ;

1. Memperluas lapangan pekerjaan,

2. Menginformasikan lowongan pekerjaan yang ada di sektor lain kepada

masyarakat,

3. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja,

4. Mempersiapkan masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi

dengan cara memasukkan materi kurikulum pelatihan teknologi pada sekolah-

sekolah

5. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang

kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan,

6. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan)

kerja yang kosong,

7. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran,

dan

Page 57: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

8. Pengembangan transmigrasi untuk menambah lapangan kerja baru di bidang

agraris dan sektor lain

Page 58: Makalah pengangguran

By: Melly Lydea, Ria Nurfitriani dan Rizki Fauzi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bps.go.id

http://www.datastatistik-indonesia.com

http://www.dephan.go.id

http://www.google.co.id

http://www.jurnal-ekonomi.org

Hubbard, Ron. 1983. Masalah Pekerjaan. Bandung: Angkasa Anggota IKAPI.

Keynes, John Maynard.1991. Teori Umum Megenai Kesempatan Kerja, Bungan

dan Uang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mankiw, N.Gregory. 2003. Teori Ekonomi Makro Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Samuelson, Paul A., dan William D. Nordhaus. 1995. Makroekonomi Edisi

Keempatbelas. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono.1997. Pengantar Teori Makroekonomi.Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:

Rajawali Pers.

Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta:

PT. Media Global Edukasi.

Tjiptoherijanto, Prijono. 1992. Ketenagakerjaan, Kewirausahaan, dan

Pembangunan Ekonomi. PT. Pustaka LP3ES.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT

Raja Grafindo Perrsada.

Susanti, Hera dan Widyanti, Moh. Ihsan. 1998. Indikator-Indikator Makroekonomi.

Jakarta: Lembaga Penerbitan Fak. Eko UI Edisi Ke-3.