PROPOSAL PENELITIANFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN
PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN KUNINGAN
BARAT
Pembimbing:dr. Novia
Disusun Oleh:Vita Alfia ShafadillaRaden Roro Marina Rizky Utami
030.09.190Gita Saraswati030.09.103
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKATPUSKESMAS KECAMATAN
MAMPANGPERIODE 5 JANUARI 2015- 14 MARET 2015FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI2015
KATA PENGANTARSegala puji kami panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemanfaatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Kuningan Barat Penelitian ini adalah salah satu syarat
kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti periode 5 Januari 2015 14 Maret
2015 yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Mampang.Pada
kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:1. Dr. Novia, selaku dosen pembimbing dari Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.2. Para dosen bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.3. dr. Rebekka,
selaku pembimbing dari Puskesmas Kecamatan Mampang.4. Para dokter,
paramedik dan seluruh Staf Puskesmas Kecamatan Mampang.5. Dr. Yani,
selaku pembimbing di Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat6. Serta
semua pihak yang telah banyak membantu kami selama penyusunan
penelitian ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.Penyusun
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Atas semua
keterbatasan yang penyusun miliki, maka semua saran dan kritik yang
membangun akan penyusun terima dengan lapang hati. Besar harapan
penyusun semoga penelitian ini dapat memberi manfaat yang besar
pula bagi teman-teman klinik, pembaca dan kami sendiri.
Jakarta, Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI HalKATA PENGANTAR
..................................iDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUANA.
Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 5C. Tujuan Penelitian 51. Tujuan
Umum
.......................................................................
52. Tujuan Khusus
......................................................................
5D. Hipotesis
..................................................................................
6E. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAI. Konsep kafein 7A. Definisi
Kafein.....................................................................
7B. Sumber
Kafein......................................................................
8C. Sifat
Kimia...........................................................................
9D. Metabolisme
kafein...............................................................
9II. Konsep Osteoporosis 10Kerangka Teori
...............................................................................
16
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONALA. Kerangka
Konsep17B. Definisi Operasional18
BAB IVMETODOLOGI PENELITIANA. Desain Penelitian 20B. Tempat
Penelitian20C. Waktu Penelitian20D. Populasi dan Sampel20E. Bahan
dan Instrumen Penelitian
................................................... 22F. Pengolahan
Data 23G. Analisa Data 24H. Penyajian Data
...........................................................................
24DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................
25
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPosbindu merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko penyakit tidak menular, utama yang dilaksanakan
secara terpadu, rutin dan periodik. Pengaadaan Posbindu sendiri
bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM (Penyakit Tidak
Menular), selain itu. Posbindu juga merupakan upaya promosi
kesehatan melalui berbagai kelompok masyarakat dan pemangku
kepentingan terutama dalam tatanan Kelurahan/Desa Siaga Aktif
dengan sasaran kegiatan berupa kelompok masyarakat sehat, berisiko
dan penyandang penyakit mernular berusia 15 tahun keatas.Posbindu
tidak hanya melibatkan petugas Puskesmas, tetapi juga melibatkan
tenaga pelaksana/Kader Posbindu PTM yang harus me yanndapatkan
pelatihan sebelum terjun langsung dalam Posbindu serta partisipasi
dari masyarakat sendiri dimana terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dari pemanfaatan pelayana Posbindu itu sendiri,
dimulai dari faktor pengetahuan mengenai posbindu, jarak dan
transportasi ke Posbindu serta dukungan keluarga. Untuk
keterampilan Kader, yang bertanggung jawab adalah petugas
kesehatan. Tujuan melibatkan masyarakat setempat sebagai Kader yang
terlatih adalah agar mereka dapat melaksanakan Posbindu tersebut
dengan mandiri dan tenaga kesehatan khususnya Puskesmas Kelurahan
yang hanya bertugas sebagai pendamping dimana Puskesmas memberikan
bantuan teknis dan fasilitas secara berkala dan
berkesinambungan.Pelaksanaan Posbindu PTM hampir sama dengan
kegiatan posyandu pada bayi dan balita, dimana proses kegiatan pada
Posbindu PTM dibagi menjadi 5 meja diantaranya, pada meja 1
dilakukan pendaftaran dan pencatatan, meja 2 dilakukan wawancara
terarah, meja 3 dilakukan pengukuran TB, BB, IMT dan lingkar perut
dan analisa lemak tubuh, meja 4 dilakukan pengukuran tekanan darah,
gula dara, kolesterol total dan trigliserida darah, meja 5
dilakukan konseling, edukasi dan tindak lanjut lainnya. Dari 5 meja
tersebut, peran Kader yang sudah dilatih sangat penting terutama
pada meja 5 karena apabila konseling dilakukan dengan baik makan
tujuan pencegahan akan tercapai.Penyakit tidak menular (PTM)
terutama penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan kronis dan
diabetes, adalah pembunuh terbesar di dunia dengan kematian setiap
tahun merupakan penyebab dari sekitar 60% kematian global. WHO
memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan
60% dari seluruh kesakitan di dunia. 2 dari 3 kematian setiap
tahunnya terjadi karena PTM terjadi di negara berkembang termasuk
Indonesia. Di wilayah Asia Tenggara saat ini, ancaman PTM setiap
tahunnya diperkirakan sebesar 8 juta kematian atau 22% dari seluruh
kematian.Di Indonesia, kematian akibat PTM meningkat sangat pesat,
dari 41% tahun 1995 menjadi 59,5% tahun 2007. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 10
besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia, 6 diantaranya
adalah karena PTM. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi
(15,4%), disusul tuberkulosis paru (7,5%), hipertensi (6,8%),
cedera (6,5%), perinatal (6,0%), DM (5,7%), tumor (5,7%), penyakit
hati (5,2%), penyakit jantung iskemik (5,1%), dan penyakit saluran
nafas bawah (5,1%). Dari Riskesdas 2007 terungkap bahwa prevalensi
PTM adalah sebagai berikut; hipertensi (31,7%), arthritis (30,3%),
penyakit jantung (7,2%), tumor/kanker (4,3%), asma (3,5%), diabetes
mellitus (1,1%), dan stroke (0,83%).Masalah PTM yang kian meningkat
dan mengancam ekonomi nasional dikarenakan masyarakat kurang
menyadari tentang PTM dan faktor risiko untuk timbulnya PT M itu
sendiri, dimana faktor risiko PTM itu sendiri meliputi merokok,
konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidsk sehat, kurang
aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko
yang ditemukan melalu konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasarPeningkatan prevalensi PTM
menjadi ancaman yang serius dalam pembangunan di bidang kesehatan
karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
upaya pengendalian PTM ditekankan pada upaya mencegah masyarakat
yang sehat agar tidak jatuh ke fase berisiko atau menjadi sakit
berkomplikasi.Upaya pengendalian PTM sendiri dibangun berdasarkan
komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang perduli
terhadap ancaman PTM melalui Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu
PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat
dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta pola
rujukannya.Agar upaya tersebut dapat berjalan secara optimal,
diperlukan partisipasi masyarakat sehingga dikembangkanlah suatu
model pengendalian PTM yang berbasis masyarakat yakni Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya
pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan,
sehingga pencegahan faktor risiko PTM dapat dilakukan sejak dini
dan kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
B. Rumusan Masalah1. Adakah hubungan antara faktor predisposisi
(usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan pasien
tentang Posbindu, persepsi pasien mengenai kesehatan, pemahaman
terhadap konseling oleh kader) dengan pemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.2.
Adakah hubungan antara faktor pemungkin (transportasi ke Posbindu,
Jarak ke Posbindu, biaya administrasi) dengan pemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.3.
Adakah hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga dan
sosialisasi mengenai Posbindu) dengan pemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.
C. Hipotesis1. Terdapat hubungan antara faktor predisposisi
(usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan pasien
tentang Posbindu, persepsi pasien mengenai kesehatan, pemahaman
terhadap konseling oleh kader) dengan pemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.2.
Terdapat hubungan antara faktor pemungkin (transportasi ke
Posbindu, Jarak ke Posbindu, biaya administrasi) dengan pemanfaatan
pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan
Barat.3. Terdapat hubungan antara faktor penguat (dukungan keluarga
dan sosialisasi mengenai Posbindu) dengan pemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan BaratD.
Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayan Posbindu sehingga dapat membantu
Puskesmas kelurahan Kuningan Barat dalam meningkatkan kualitas
pelayanan Posbindu.2. Tujuan Khususa. Mengetahui hubungan antara
faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan pasien tentang Posbindu, persepsi pasien mengenai
kesehatan, pemahaman terhadap konseling oleh kader) dengan
pemanfaatan pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas kelurahan
Kuningan Barat.b. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin
(transportasi ke Posbindu, jarak ke Posbindu, biaya administrasi)
dengan pemanfaatan pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Kuningan Barat.c. Mengetahui hubungan antara faktor
penguat (dukungan keluarga dan sosialisasi mengenai Posbindu)
dengan pemanfaatan pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Kuningan Barat.
E. Manfaat PenelitianAdapun hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat untuk semua pihak, yaitu:1. Institusi
Pelayanan KesehatanPenelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi Puskesmas kelurahan Kuningan Barat mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan Posbindu
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan Posbindu di wilayah
tersebut.Dari hasil penelitian ini diharapkan pelayanan Posbindu
kelurahan Kuningan Barat dapat berjalan dengan lebih efektif
sehingga dapat menurunkan faktor risiko terjadinya penyakit tidak
menular (PTM) di masyarakat. 2. MasyarakatPenelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai masalah kesehatan terutama
penyakit tidak menular dan kesadaran akan keberadaan dan fungsi
dari Posbindu sehingga dapat mendeteksi dini faktor resiko serta
mencegah komplikasi pada penyakit tidak menular.3.
PenelitiPenelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
Posbindu.
F. Ruang Lingkup Penelitian1. Ruang Lingkup TempatPuskesmas
kelurahan Kuningan Barat2. Ruang Lingkup WaktuRuang lingkup waktu
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2015
G. OriginalitasPenelitiJudulMetodeHasilKeterangan
Alindi Safarach Bratanegara, Mamat Lukman, Nuroktavia
HidayatGambaran dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posbindu
lansia di Kelurahan Karasak kota BandungDeskriptif
kuantitatifDukungan keluarga yang diberikan kepada lansia terhadap
pemanfaatan posbindu berada pada nilai yang tidak mendukungTidak
mengaitkan antara biaya, transportasi dan jarak ke posbindu dengan
pemanfaatan posbindu tersebut serta tidak mengikutsertakan
pra-lansia yang memanfaatkan posbindu
Samiasih A, sulistiyaningsih S, Nugroho H.APengetahuan kader
tentang proses menua dengan keaktifan kader pada pelaksanaan
posbindu di Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang,
SemarangDeskriptif korelatifTidak ada hubungan antara pengetahuan
kader dengan proses menua dengan keaktifan kader di Kelurahan
Sendangmulyo kecamatan Tembalang, SemarangTidak meneliti
pengetahuan kader dengan pemahaman pasien yang hadir ke
Posbindu
Leli Marlina, Arneliwati, Rismadefi WoferstHubungan tingkat
pengetahuan lansia tentang Posbindu dengan motivasi lansia
mengunjungi posbinduKuantitatif deskriptif korelatifTerdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan lansia tentang Posbindu dengan
motivasi lansia mengunjungi posbinduTidak mengaitkan antara biaya,
transportasi dan jarak ke posbindu dengan kunjungan lansia ke
posbindu, serta tidak mengikutsertakan pra-lansia yang memanfaatkan
posbindu
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tidak MenularPenyakit Tidak Menular (PTM) telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia,
hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara
epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang
secara global meningkat, secara nasional telah menduduki sepuluh
penyakit besar penyebab kematian dan kasus terbanyak diantaranya
adalah penyakit Diabetes Melitus (Depkes, 2009).Penyakit tidak
menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan
umumnya berkembang lambat. Empat jenis utama penyakit tidak menular
adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan
stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit paru
obstruktif kronis dan asma) dan diabetes melitus (DM). PTM
merupakan penyebab utama kematian di semua daerah kecuali Afrika,
tapi proyeksi saat ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020
peningkatan terbesar dalam kematian PTM akan terjadi di Afrika. Di
negara Afrika kematian karena PTM diproyeksikan melebihi kematian
dari penyakit menular, gizi dan kematian ibu dan perinatal sebagai
penyebab paling umum kematian pada tahun 2030 (WHO, 2013a).Laporan
dari WHO (2013) menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan penyebab
utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua kematian
tahunan.PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun.Sekitar
80% dari semua kematian PTM terjadi di negara berpenghasilan rendah
dan menengah.Beberapa fakta penting lain tentang PTM yaitu lebih
dari 9 juta dari semua kematian dikaitkan dengan PTM terjadi
sebelum usia 60 tahun, 90% dari kematian "prematur" terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah.Kematian akibat penyakit
kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak
17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit
pernafasan (4,2 juta), dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis
penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM dan
ada empat faktor risiko penting yaitu penggunaan tembakau,
aktivitas fisik, penggunaan alcohol berlebihan, dan diet yang tidak
sehat (WHO, 2013a).Penyakit tidak menular telah menjadi musuh besar
bagi para petugas kesehatan.Ada beberapa jenis PTM penting
contohnya penyakit jantung koroner, ostheoarthritis (OA),
kolesterol, DM dan lainnya.Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan
penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak
infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya,
keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala
sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan
mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian
besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM
seperti Jantung Koroner, Kanker, Stroke dan Diabetes melitus,
gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum
memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta
komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka
menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua
atau penyakit orang kaya.Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi
yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM
pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang dimaksud
antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak
seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia,
Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan
kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak
benar.Dalam pemantauan faktor risiko PTM melalui posbindu PTM,
kader/ pelaksana akan menemukan peserta sehat dengan tanpa faktor
risiko, berisiko, dan penyandang PTM. Masing-masing memerlukan
informasi dan konseling sesuai kondisi yang dialaminya. Oleh karena
itu, kader/ pelaksana posbindu PTM harus mampu melaksanakan
konseling faktor risiko PTM dengan tepat dan benar agar masyarakat
dapat memahami informasi yang didapatkannya.
B. Posbindu PTMa) PengertianPosbindu PTM merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.1Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
b) TujuanMeningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor risiko PTM.
c) SasaranSasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat,
berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas
d) Wadah KegiatanPosbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi
dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan,
tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/
beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah
raga, pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
e) Pelaku KegiatanPelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader
kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang sudah dilatih secara khusus,
dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader
posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan posbindu PTM.
f) Tipe Posbindu1. Posbindu PTM DasarMeliputi pelayanan deteksi
dini faktor risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara
terarah melalui penggunaan instrumen.
2. Posbindu PTM UtamaMeliputi pelayanan posbindu PTM Dasar
ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernapasan dan tes amfetamin
urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga
kesehatan terlatih (dokter, bidan, perawat kesehatan/ tenaga analis
laboratorium) di desa/ kelurahan, kelompok masyarakat, lembaga/
institusi.
C. Promosi KesehatanPromosi Kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Salah satu strategi
dalam meningkatkan pembangunan kesehatan adalah pemberdayaan dan
peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat
diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk
berperan, dibekali pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenali
masalah di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan
menyelesaikan permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan
potensi yang ada.Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan
komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli
terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Pos Layanan Terpadu
(Posbindu) PTM. Pembangunan posbindu PTM merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan
permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya
promotif dan preventif serta pola rujukannya
D. Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Menurut Notoatmodjo (1993) perilaku terhadap sakit dan penyakit ini
dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan
penyakit, yaitu:a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour)b. Perilaku
pencegahan penyakit (health prevention behaviour), adalah respons
untuk melakukan pencegahan penyakitc. Perilaku sehubungan dengan
pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku
untuk melakukan atau mencari pengobatand. Perilaku sehubungan
dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour), yaitu
perilaku yang behubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan
setelah sembuh dari suatu penyakit.Manusia pada umumnya akan
berusaha untuk mengobati sakit yang diderita dengan berbagai macam
cara. Perilaku health seeking pasti akan dilakukan baik dengan
tujuan meredakan sakit atau mengobati sakit. Pola perilaku health
seeking dalam masyarakat dapat dapat berupa mempercayakan
kesehatannya pada ahli profesional seperti dokter, ahli non
profesional seperti tabib, pengobatan pendekatan spiritual, dan
pengobatan tradisional seperti jamu maupun pijat, atau pengobatan
alternatif lain.Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan ini. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh
pada tindakan yang akan dilakukan, karena menurut Green (1980) yang
dikutip dari Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan merupakan salah
satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku. Tingkat
pendidikan dan pengetahuan tentang posbindu juga dapat mempengaruhi
seseorang untuk menjadi motivasi berkunjung ke posbindu.Selain itu,
menurut penelitian dikatakan bahwa pengetahuan, sikap, dan motivasi
masyarakat berhubungan dengan kunjungan posbindu PTM. Hal ini
berarti persepsi masyarakat terhadap kesehatan dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan. Tidak hanya perilaku untuk mencari pengobatan,
persepsi terhadap kesehatan juga mempengaruhi perilaku untuk
melakukan pencegahan.
Kerangka Teori
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Masyarakat sehat Berisiko PTM
Penyandang PTMPOSBINDUPenemuan diniPencegahan
UKBM (Kader)
Health prevention & health seeking behaviour
Meningkatnya jumlah angka kematian karena PTM
BAB IIIKERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka KonsepFaktor Predisposisi :1. Usia2. Jenis Kelamin3.
Pendidikan4. Pekerjaan5. Pengetahuan pasien tentang posbindu6.
Persepsi pasien mengenai kesehatan7. Pemahaman pasien terhadap
konseling oleh kader1.
Pemanfaatan pelayanan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Kuningan Barat
Faktor Pemungkin :1. Transportasi ke posbindu2. Jarak ke
posbindu3. Biaya administrasi
Faktor Penguat :1. Dukungan keluarga2. Sosialisasi mengenai
posbindu
B. Variabel PenelitianVariabel TergantungPemanfaatan pelayanan
Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat
Variabel Bebasa) Faktor predisposisi :8. Usia 9. Jenis
kelamin10. Pendidikan11. Pekerjaan12. Pengetahuan pasien tentang
posbindu13. Persepsi pasien mengenai kesehatan14. Pemahaman pasien
terhadap konseling oleh kader
b) Faktor pemungkin :1. Transportasi ke posbindu2. Jarak ke
Posbindu3. Biaya administrasi
c) Faktor penguat :1. Dukungan keluarga2. Sosialisasi mengenai
posbindu
C. Definisi OperasionalNo.VariabelDefisiniCara UkurAlat
UkurHasil UkurSkalaDaftar Pustaka
1.DependenPemanfaatanProses, cara, perbuatan
memanfaatkanWawancara tertulisKuesioner1. Bermanfaat2. Kurang
bermafaatOrdinalKamus Besar Bahasa Indonesia
2.Pelayanan posbinduSuatu kegiatan atau urutan kegiatan yang
terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelangganWawancara tertulisKuesioner1. Baik2. Cukup3.
KurangOrdinalKamus Besar Bahasa Indonesia
3.BebasUsiaLama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan); umurWawancara tertulisKuesioner18 59 tahunNominalKamus
Besar Bahasa Indonesia
4.Jenis kelaminPerbedaan biologis sejak seseorang lahir yang
berkaitan dengan fungsi reproduksiWawancara tertulisKuesioner1.
Laki-laki2.Perempuan
NominalKamus Kedokteran Dorland
5.PendidikanProses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik.Wawancara tertulisKuesionerSD, SMP, SMA, D3, S1, tidak
sekolahOrdinalKamus Besar Bahasa Indonesia
6.PekerjaanPencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan;
sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkahWawancara
tertulisKuesioner1. Bekerja2. Tidak bekerjaOrdinalKamus Besar
Bahasa Indonesia
7.PengetahuanMerupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, penglihatan,
pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Wawancara
tertulisKuesionerA. kurang : menjawab benar < 80% pertanyaanB.
baik : menjawab benar > 80% pertanyaanOrdinalKartasapoetra dan
Marsetyo (korelasi gizi, kesehatan ?)
8.Persepsi kesehatanProses kognitif untuk memberi makna tentang
kesejahteraan diri yang terdiri dari aspek fisik, mental dan
sosial.Wawancara tertulisKuesioner1. Sadar dengan kesehatan diri2.
Kurang sadar dengan kesehatan diri3. Tidak sadar dengan kesehatan
diriOrdinalPutriyani (2012)
9.Transportasi ke posbinduPemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke posbinduWawancara tertulisKuesioner1.Menggunakan
kendaraan2. Tidak menggunakan kendaraan OrdinalUtomo (2012)
10.Jarak ke posbinduRuang sela (panjang/ jauh) antara dua benda
atau tempatWawancara tertulisKuesioner1. Terjangkau2. Tidak
terjangkauOrdinalKamus Besar Bahasa Indonesia
11.Biaya administrasiBiaya administrasi dan umum merupakan
biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran
produkWawancara tertulisKuesioner 1. Keberatan dengan biaya
administrasi2. Tidak keberatan dengan biaya administrasiGarrison,
Noreen, Brewer (2006)
12.Dukungan keluargaInformasi verbal atau nonverbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungannya atau
yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanyaWawancara
tertulisKuesioner1. Mendapat dukungan keluarga2. Kurang medapat
dukungan keluarga3. Tidak mendapat dukungan
keluargaOrdinalChristine (2010)
13.Sosialisasi mengenai posbinduProses mempelajari norma, nilai,
peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk
memungkinkan partisipasi yang efektif dalam posbinduWawancara
tertuliskuesioner1. Mengetahui waktu dan tempat diadakan posbindu2.
Tidak mengetahui waktu dan tempat diadakan posbinduOrdinalRobert MZ
Lawang
14.Pemahaman pasien terhadap konseling oleh kader Proses
pengertian pasien terhadap pemberian bimbingan oleh kader kepada
seseorang dengan menggunakan metode pengarahanWawancara
tertuliskuesioner1. Paham dengan penjelasan konseling2. Kurang
paham dengan penjelasan konseling3. Tidak paham dengan penjelasan
konselingOrdinalKamus Besar Bahasa Indonesia
BAB IVMETODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian yang digunakan
yaitu penelitian analitik dimana penelitian ini bertujuan mencari
faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayan Posbindu di
Puskesmas kelurahan Kuningan Barat RW 03. Rancangan yang digunakan
adalah dengan pendekatan cross-sectional (potong silang) dimana
variable dependennya adalah pemanfaatan pelayanan Posbindu dan
variable independennya adalah faktor predisposisi (usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan pasien akan keberadaan
Posbindu, persepsi pasien mengenai kesehatan), faktor pemungkin
(transportasi ke Posbindu, jarak ke Posbindu, biaya administrasi),
faktor penguat (dukungan keluarga, sosialisasi mengenai Posbindu,
kompetensi kader). Tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan
pengukuran variable subjek dilakukan pada pemeriksaan tersebut.
B. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Puskesmas
kelurahan Kuningan Barat. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan
puskesmas kelurahan Kuningan Barat yang telah menjalankan program
Posbindu selama kurang lebih 1 tahun di RW 03. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Februari sampai Maret 2015.
C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi penelitian ini adalah
seluruh warga yang tinggal di RW 03 Kelurahan Kuningan Barat.2.
Kriteria Inklusi dan Eksklusia. Kriteria Inklusi Usia 18 59 tahun
yang pernah datang ke posbindu ataupun tidak Orang yang menderita
PTM ataupun tidak Perempuan dan laki-laki Menetap di RW 03 minimal
selama 1 tahun Dapat menulis dan membaca Pasien bersedia menjadi
responden tanpa ada unsur paksaan dari siapapun
b. Kriteria Eksklusi Kader posbindu Warga negara asing Warga
dengan riwayat gangguan mental
3. Sampel PenelitianSampel penelitian ini adalah semua warga
usia 18-59 tahun RW 03 Kelurahan Kuningan Barat.Perhitungan
SampelBesar sampel Perkiraan besar sampel yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan rumus.Rumus populasi infinit:No =Z2 x P
x Q d2
Z= Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96P=
Prevalensi warga yang memanfaatkan/datang ke posbindu 10% = 0,10Q =
Prevalensi/proporsi warga yang tidak memanfaatkan/datang ke
posbindu 0,90d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10%
adalah 0.05
No = (1.96)2 x 0.10 x 0.90 = 138,29, pembulatan 138 (0.05)2
Rumus populasi finit:n= n0 (1 + n0/N)n = Besar sampel yang
dibutuhkan untuk populasi yang finit.n0 = Besar sampel dari
populasi yang infinitN= Besar sampel populasi finit (60)
Karena jumlah warga di RW 03 kelurahan Kuningan Barat yang
berusia 18-59 tahun adalah 900, maka:
n= 138 = 120 (1 + 138/900)
Purposif non-random samplingSampel penelitianRT 01RT 02RT 03RT
04RT 08RT 07RT 06RT 05RW 02RW 03RW 04RW 05RW 01Kelurahan Kunigan
Barat
Cluster sampling
Accidental non-random sampling
D. Bahan dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data1. Alat pengumpul dataPenelitian menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang didapat dari responden langsung.
Kuesioner menggunakan skala Likert.2. Cara pengumpulan dataDalam
penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa
lembar kuesioner. Untuk mendapatkan data tentang faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan posbindu, peneliti menggunakan
kuesioner dengan pertanyaan tertutup sebagai alat pengumpulan data
dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:Supaya mudah untuk
mengelolahnya dan memudahkan pasien untuk memilih salah satu
jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda check list ()
dan tanda (x) pada jawaban yang dipilih, jawaban lebih objektif
serta efisiensi waktu (Soehartono, 1997).Pengumpulan data
dilaksanakan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai berikut
:a. Meminta izin lisan kepada ketua RW 03 Kelurahan Kuningan Barat
dan ketua kader posbindu untuk mengadakan.b. Tahap selanjutnya
adalah menyebarkan kuesioner kepada responden subjek penelitian dan
menjelaskan cara mengisi kuesioner.c. Setelah menjawab semuanya,
kuesioner dikumpulkan kembali untuk diolah dan dianalisa.
E. Pengolahan DataPengolahan data dimulai pada saat pengumpulan
data telah selesai. Daftar pertanyaan yang telah diisi dikumpulkan
dan dilakukan prosedur analisa data, meliputi :1. Editing data
dilakukan untuk mengoreksi kelengkapan data, mengoreksi
kesinambungan data dan mengoreksi keseragaman data (Nursalam,
2008).Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh
meliputi kebenaran pengisisan, kelengkapan dan kecocokan data yang
diinginkan.2. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka atau bilangan.3. Processing, yaitu
proses data yang dilakukan dengan cara di entry data dari kuesioner
ke paket data.4. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan
kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.5. Tabulasi, yaitu mengelompokkan data sesuai
dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel.
F. Analisa DataAnalisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu :
1. Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing - masing
variabel yang diteliti.2. Analisa bivariat adalah analisa data yang
digunakan untuk melihat hubungan variabel independen. Untuk uji
statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal menggunakan
uji statistik Chi-square.
G. Penyajian DataData yang diperoleh dari penelitian ini akan
disajikan dalam bentuk :a. Tekstular, hasil penelitian disajikan
dalam bentuk kalimat.b. Tabular, hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel.c. Grafik dan diagram, hasil penelitian disajikan
dengan menggunakan grafik dan diagram dengan ciri-ciri sendiri.
27