Top Banner
PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL Oleh: Alfi Afifah PENDAHULUAN Globalisasi yang telah berlangsung di semua lini kehidupan telah membawa umat manusia ke dalam tataran baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah trend sosial yang telah “memaksa” manusia untuk berinteraksi, bergaul dan berintegrasi dalam masyarakat dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda; ras, etnik, suku, agama dan lain sebagainya. Perpaduan budaya, kompromi budaya, dan pertikaian budaya akan selalu terjadi ketika kebudayaan yang berbeda-beda ini bertemu. Efek globalisasi menjadi satu hal yang tidak terelakkan lagi, bahkan dalam lingkungan yang memiliki akar budaya cukup kuat dimana masyarakatnya berpegang teguh pada tradisinya sekalipun. Tidak semua kelompok masyarakat dapat menerima perubahan ini dengan mudah. Kondisi ini membuat semua pihak melihat betapa pentingnya mempersiapkan masyarakat untuk dapat berinteraksi dan bergaul di tengah keberagaman dengan baik untuk menghindari terjadinya pertikaian budaya dan perpecahan dalam masyarakat. Partnership for 21 st century skills dalam 21 st Century Learning Framework memasukkan keterampilan sosial dan lintas budaya sebagai salah satu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang 1
27

MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Mar 04, 2023

Download

Documents

Lilla Disandi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

PERANAN PENDIDIKANDALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Oleh: Alfi Afifah

PENDAHULUAN

Globalisasi yang telah berlangsung di semua lini kehidupan

telah membawa umat manusia ke dalam tataran baru yang

belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah trend sosial yang

telah “memaksa” manusia untuk berinteraksi, bergaul dan

berintegrasi dalam masyarakat dari berbagai latar belakang

budaya yang berbeda; ras, etnik, suku, agama dan lain

sebagainya. Perpaduan budaya, kompromi budaya, dan

pertikaian budaya akan selalu terjadi ketika kebudayaan

yang berbeda-beda ini bertemu. Efek globalisasi menjadi

satu hal yang tidak terelakkan lagi, bahkan dalam

lingkungan yang memiliki akar budaya cukup kuat dimana

masyarakatnya berpegang teguh pada tradisinya sekalipun.

Tidak semua kelompok masyarakat dapat menerima

perubahan ini dengan mudah. Kondisi ini membuat semua

pihak melihat betapa pentingnya mempersiapkan masyarakat

untuk dapat berinteraksi dan bergaul di tengah keberagaman

dengan baik untuk menghindari terjadinya pertikaian budaya

dan perpecahan dalam masyarakat. Partnership for 21st century

skills dalam 21st Century Learning Framework memasukkan

keterampilan sosial dan lintas budaya sebagai salah satu

keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang

1

Page 2: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

untuk dapat sukses di abad 21. Demikian juga dengan the

University of Cambridge International Examination memasukkan mata

pelajaran Global Perspective dalam syllabusnya. Di era

globalisasi ini masyarakat dituntut untuk mampu menghargai

perbedaan budaya, bekerja sama dengan orang dari latar

belakang sosial dan budaya yang berbeda, menerima

perbedaan dengan pikiran terbuka dan memanfaatkan

perbedaan ini untuk menciptakan ide-ide dan inovasi baru

(http://www.p21.org/overview/skills-framework).

Keterampilan tersebut sangat di atas sangat

dibutuhkan terutama di negara-negara di mana masyarakatnya

berasal dari latar belakang budaya yang beragam seperti

Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa. Amerika

Serikat menjadi fenomena tersendiri karena sebagian besar

penduduknya adalah pendatang yang memiliki latar belakang

yang sangat beragam dan lebih dominan daripada penduduk

aslinya. Kanada juga memiliki karakteristik yang cukup

unik karena dari sekitar 34 juta penduduknya, 28%

berkebangsaan Inggris, 23% berkebangsaan Perancis, 15%

dari negara-negara lain di Eropa, 2% keturunan Amerika

India dan selebihnya dari Asia, Afrika, Arab dan latar

belakang campuran (CIA: the World-Factbook, 8 November 2011). Di

negara Jerman yang penduduknya mencapai 92 juta, seperlima

diantaranya memiliki latar belakang imigran. Komposisi

yang kurang lebih sama juga terdapat di negara-negara

Eropa lain seperti Perancis, Spanyol, Italia, dan lain-

lain.

2

Page 3: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Di antara negara-negara multikultural yang tersebut

di atas, Jerman memiliki keunikan tersendiri. Jermanlah

satu-satunya negara yang memiliki trauma masa lalu dalam

hal isu rasial, yang kemudian berhasil bangkit, bertahan

dalam keberagaman dan mampu mempertahankan stabilitas

politiknya. Komposisi penduduk Jerman berdasarkan data

tahun 2009; 18,4% dari setiap kelompok umur dan 30% dari

anak-anak Jerman memiliki setidaknya satu orang tua yang

lahir di luar negeri yaitu dari latar belakang Turki,

Italia, Yunani, Kroasia, Belanda, Serbia, Montenegro,

Spanyol, Bosnia dan Herzegovina, Austria, Portugal,

Vietnam, Maroko, Polandia, Macedonia, Lebanon Perancis,

dan lain-lain.

Sulit untuk memperkirakan jumlah pasti masing-masing

etnis yang menetap di Jerman karena pemerintah Jerman

tidak menyimpan semua informasi dan statistik tentang

etnis atau ras warganya. Trauma yang dialami bangsa

Jerman pada masa pemerintahan Nazi dengan adanya

pembersihan etnis, menyebabkan latar belakang etnis

menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Namun angka

tersebut dipastikan akan terus bertambah di masa datang

mengingat pertumbuhan populasi Jerman nol atau bahkan

menurun sehingga untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

akan semakin banyak pendatang masuk ke Jerman. Hal ini

pernah terjadi sebelumnya yaitu di tahun 1950an,

pertumbuhan ekonomi Jerman yang cukup tinggi telah menarik

migran terutama dari Turki dan Eropa timur.

3

Page 4: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Keberagaman di atas hanya dilihat dari sisi latar

belakang etnik saja, kemajemukan ini akan semakin luas

dengan memasukkan variabel agama dalam komposisi penduduk

Jerman. Sebagai contoh di kota Stuttgart, menurut

penelitian Dr. Michael Blume dari Ministry of State Baden-

Württermberg pada tahun 2006, dari sejumlah bayi yang

lahir pada tahun tersebut; 25,9% dari keluarga Protestan,

25% dari keluarga Katolik, 17,5% dari keluarga Muslim,

23,2% dari keluarga yang tidak memiliki afiliasi agama dan

sisanya berasal dari latar belakang agama yang cukup

bervariasi: Saksi Yehova, Yahudi, Hindu, Budha, Sikh,

Bahai, dan lain-lain. Yang menjadi menarik adalah di

tengah-tengah kemajemukan ini, belum pernah terjadi

perselisihan atau perpecahan yang cukup berarti dalam

masyarakat. Apakah bangsa Jerman sudah belajar banyak

dari kejadian masa lalu yang dialaminya sehingga lebih

mampu menerima perbedaan atau ada hal lain yang membuat

masyarakat Jerman mampu hidup dengan harmonis dalam

keberagaman.

SEJARAH PENDIDIKAN DI JERMAN

Negara Jerman atau lengkapnya Republik Federal Jerman

adalah salah satu negara yang memiliki posisi ekonomi dan

politik yang cukup penting di Eropa dan bahkan di dunia.

Jerman menjadi salah satu negara pencetus Masyarakat

Ekonomi Eropa yang kemudian menjadi Uni Eropa. Selain

menjadi salah satu anggota kunci Uni Eropa, Jerman juga

4

Page 5: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

dikenal sebagai negara dengan penguasaan ilmu dan

teknologi maju di berbagai bidang baik sains, sosial

maupun humanities. Di bidang olah ragapun Jerman memiliki

prestasi yang cukup menonjol seperti Formula 1 dan sepak

bola. Klub-klub sepak bola Jerman memiliki penggemar dari

berbagai negara. Tak ketinggalan berbagai merek besar

lahir di negara ini seperti: Mercedes-Benz, Bosch,

Porsche, Zeiss dan lain-lain. Perguruan-perguruan tinggi

di Jerman juga telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan kelas

dunia dan memenangkan penghargaan Nobel. Hal ini

menjadikan Jerman sebagai negara yang sangat berpengaruh

dan sangat menghidupkan dunia.

Suatu prestasi yang luar biasa mengingat luas Jerman

hanya 352.021 km2 atau kurang lebih dua setengah kali luas

pulau Jawa. Jumlah penduduk Jerman berdasarkan data

bulan Juli tahun 2011adalah 81.471.838 jiwa, jauh lebih

sedikit dibandingkan penduduk Indonesia. Jerman memiliki

sumber daya yang terbatas baik alam maupun manusia.

Keterbatasan ini menyebabkan pemerintah Jerman memandang

perlu untuk memberdayakan sumber daya manusia yang ada

sebagai pemeran utama dalam pembangunan melalui

pendidikan, pelatihan, penelitian dan penemuan. Kebijakan

pendidikan menjadi inti dari kebijakan pemerintah (State’s

Institute for School Development of Baden-Württermberg, 2009).

Tak terbayangkan juga negara Jerman yang memiliki

stabilitas ekonomi dan politik yang kokoh, dalam sejarah

pernah mengalami trauma yang cukup dalam bukan hanya satu

5

Page 6: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

kali tapi dua kali dengan jangka waktu yang tidak terlalu

panjang.

Dr. Peter Strutzberg dari Universitas Humboldt Berlin

mengemukakan bahwa kebangkitan pendidikan di Jerman

dimulai setelah berakhirnya Perang Napoleon, yaitu pada

tahun 1810 ketika Wilhem von Humboldt menjadi menteri

pendidikan Kerajaan Prusia. Wilhelm von Humboldt memulai

institusi pendidikan formal dengan ide memberikan

pendidikan bagi seluruh kaum muda dengan system yang sama

untuk mempersiapkan mereka menjalani kehidupan yang

selayaknya. Humboldt yang selanjutnya dikenal sebagai

Bapak Pendidikan Jerman menyusun sistem pendidikan Prusia

dalam 3 jenjang; pendidikan dasar (elementarschule),

pendidikan menengah (schule) dan pendidikan tinggi

(universitat). Pola ini kemudian menjadi contoh sistem

pendidikan di berbagai negara di dunia. Pendidikan di

Jerman mengalami kemajuan yang luar biasa dengan tradisi

riset yang kuat telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan kelas

dunia.

Pada masa ini rasa kebangsaan Jerman tumbuh cukup

kuat mengingat sebelumnya mereka merasa terpecah belah

oleh Perang Napoleon. Sebelum Perang Napoleon, bangsa

Jerman terpecah belah berdasarkan subetnik mereka,

seperti subetnik Bayern, subetnik Swabia, Baden, Sachsen,

Kölsch, dan sebagainya. Di samping itu juga terdapat

etnik minoritas asli mencakup etnik Denmark di utara,

etnik Frisia di barat laut, serta etnik Sorbia dan

6

Page 7: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Kashubia di beberapa tempat di Jerman timur laut, serta

etnis minoritas migran yaitu etnis Yahudi, Italia,

Polandia dan Ceko

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jerman#Demografi).

Trauma pertama dialami bangsa Jerman setelah masa

Perang Dunia I di bawah kepemimpinan rezim Nazi.

Runtuhnya kekaisaran Jerman memunculkan pemerintahan

otoriter di bawah pimpinan Adolf Hitler. Pada masa ini,

Jerman mengalami kemunduran luar biasa, terutama dalam

bidang intelektual. Dalam sejarah, banyak ilmuwan besar

lahir di Jerman seperti Max Planck, Gabriel Fahrenheit,

Carl Friedrich Gauss, Wilhelm Conrad Rontgen dan lain-

lain, namun kemunduran terjadi pada masa Hitler yang

secara alami anti-intelektual. Hitler sendiri tidak

pernah menamatkan sekolahnya dan memilih belajar secara

mandiri.

Di bawah Hitler, sekolah dasar dan sekolah menengah

seluruh Jerman menjejali muridnya dengan ideologi Nazi.

Misi utama sekolah pada masa ini adalah mendidik pemuda

untuk melayani Bangsa dan Negara dalam semangat Nasional

Sosialis. Hitler menyingkirkan semua pihak yang menentang

ideologi Nazi, terutama dalam hal ini adalah kaum Yahudi

Jerman. Seluruh jajaran pengajar di Jerman, mulai dari

sekolah dasar sampai tingkat universitas, dibersihkan dari

instruktur Yahudi dan siapapun yang dianggap mencurigakan

secara politik, dengan mengabaikan prestasi atau kemampuan

mengajar mereka. Sekitar sepuluh persen dari kekuatan

7

Page 8: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

pendidikan di Jerman hilang, terutama dalam bidang fisika

quantum dan matematika yang memang banyak dikuasai oleh

orang Yahudi. Termasuk dalam bilangan ini adalah ilmuwan

terkemuka dunia, Albert Einstein, yang mengungsi ke

Amerika bersama para intelektual lainnya.

Seluruh mata pelajaran dimasuki muatan-muatan yang

melegitimasi semua tindakan rezim Nazi

(http://www.historylearningsite.co.uk/Nazis_Education.htm)

. Mata pelajaran yang paling terkena dampak adalah

Sejarah dan Biologi. Dalam pelajaran Sejarah diajarkan

bahwa penyebab kekalahan Jerman pada Perang Dunia I adalah

bangsa Yahudi demikian juga dengan penyebab hiperinflasi

pada tahun 1923. Sejarah didasarkan pada kemuliaan bangsa

Jerman. Hal yang sama terjadi pada pelajaran Biologi.

Pelajaran ini berkembang menjadi indoktrinasi superioritas

ras Arya. Biologi menjadi studi ras yang berbeda untuk

membuktikan bahwa ras Arya adalah yang terbaik dan bahwa

pernikahan antar ras akan mengakibatkan penurunan

kualitas. Pelajaran olah raga menjadi pelajaran yang

cukup penting dan mendapat porsi 15% dari keseluruhan

muatan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan

generasi muda yang kuat secara fisik.

Diskriminasi dalam pendidikan juga terjadi dengan

dikeluarkannya peraturan Nuremberg pada tahun 1935 yang

melarang anak Yahudi untuk bersekolah. Sikap anti-Yahudi

juga diajarkan dalam berbagai pelajaran melalui contoh-

contoh soal yang sangat mendiskreditkan bangsa Yahudi.

8

Page 9: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Rezim Hitler runtuh dengan kalahnya Jerman pada

Perang Dunia II tahun 1945. Seiring dengan runtuhnya

rezim Hitler, terjadilah proses unifikasi Jerman yang

pertama. Ribuan etnis Yahudi dan Polandia yang sebelumnya

terusir dari negaranya pulang kembali ke kampung

halamannya. Tidak hanya itu, booming industri pasca

Perang Dunia II mengundang banyak pekerja migran dari

Turki dan Balkan ke negara Jerman. Kaum pekerja ini

mendapatkan ijin resmi untuk menetap di negara Jerman dan

menambah keberagaman masyarakat Jerman.

Berdasarkan hasil Perjanjian Postdam, Jerman sebagai

negara yang kalah perang terpecah menjadi Jerman Barat

yang berideologi liberal dan Jerman Timur yang berideologi

komunis. Kota Berlin yang secara geografis terletak di

Jerman Timur dibagi menjadi dua bagian; Berlin Barat dan

Berlin Timur. Pada masa inilah bangsa Jerman mengalami

trauma yang kedua.

Perbedaan ideologi memunculkan perbedaan yang

mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Di Jerman

Timur dengan ideologi sosialis-komunis menyediakan

pendidikan secara gratis untuk semua warganya, sementara

di Jerman Barat diperlukan biaya untuk mendapatkan

pendidikan. Hal ini menyebabkan banyak orang Jerman

bersekolah di wilayah Jerman Timur dan tentu saja menjadi

beban pemerintah Jerman Timur. Sementara itu dengan iklim

keterbukaan, perekonomian di Jerman Barat tumbuh lebih

cepat sehingga lapangan pekerjaan dan juga standar gaji

9

Page 10: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

lebih tinggi dibanding Jerman Timur. Akibatnya

berbondong-bondong warga Jerman pergi ke Jerman Barat

untuk bekerja.

Pada periode 1954-1960, Jerman Timur mengalami brain

drain dimana pada masa tersebut 36.759 orang dari kalangan

akademik dan profesional mulai dari dosen, dokter,

insinyur dan teknisi pindah ke Jerman Barat untuk bekerja

(http://www.berlinermauer.se/BerlinWall/bygg.htm).

Kondisi ini sangat merugikan Jerman Timur yang pada masa

itu sangat membutuhkan tenaga ahli untuk membangun kembali

negaranya setelah kehancuran pada Perang Dunia II.

Akhirnya pada bulan Agustus 1961 dibangunlah tembok Berlin

yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur sekaligus

menutup akses dan perpindahan warga antara dua negara

tersebut. Pembangunan tembok ini menyebabkan banyak

keluarga terpisah dan tidak dapat bertemu dalam jangka

waktu yang cukup lama. Hal inilah yang menyebabkan trauma

pada rakyat Jerman.

Dampak terhadap sistem pendidikan dengan adanya

perpecahan ini selain masalah pembiayaan adalah perbedaan

tujuan utama pendidikan. Di Jerman Barat, misi pendidikan

adalah untuk mengembangkan setiap peserta didik agar

menjadi warga negara yang terpelajar dan tenaga kerja yang

efisien dalam lingkungan yang demokratis. Pada tahun

1960-an, sekolah-sekolah di Jerman Barat menambahkan

misinya dengan menanamkan sikap menghargai dan saling

10

Page 11: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

memahami antar negara, buadaya, dan kepercayaan melalui

membaca, diskusi dan riset.

Masalah keberagaman yang muncul pada masa perang

dingin antara Barat dan Timur bukan berasal dari perbedaan

etnik dan budaya melainkan pada perbedaan status sosial

ekonomi yaitu tidak adanya pemerataan kesempatan belajar

kepada semua warga. Dengan sistem 3 jenis sekolah

menengah yang tersedia yaitu: Hauptschule, Realschule dan

Gymnasium tidak memberikan kesempatan yang sama kepada

semua warga untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang

yang paling tinggi. Hauptschule atau pendidikan dasar

tingkat lanjut diperuntukkan bagi siswa yang akan

melanjutkan ke sekolah kejuruan atau dengan kata lain

siswa yang tidak mampu melanjutkan ke universitas.

Sebagian besar siswa Hauptschule berasal dari keluarga

migran dan dari kelas pekerja. Realschule adalah bagi siswa

yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan ke sekolah

tinggi dan ingin mendapatkan sertifikat kecakapan khusus.

Gymnasium adalah sekolah untuk anak-anak yang memiliki

bakat dan kemampuan untuk melanjutkan ke universitas dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang paling tinggi.

Sebagai respon dari kondisi ini, maka pada tahun

1970-an berkembanglah bentuk sekolah keempat yaitu

Gesamtschule (comprehensive school). Gesamtschule adalah

bentuk sekolah yang menyatukan 3 jalur pendidikan

Hauptschule, Realschule dan Gymnasium. Di sekolah ini, siswa

dari berbagai latar belakang yang berbeda baik dalam

11

Page 12: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

kemampuan ekonomi maupun kemampuan akademik belajar dalam

sistem yang sama dengan maksud memberikan kesempatan

belajar yang sama untuk semua. Pada prakteknya,

pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik tetap terjadi

dalam pembagian kelas, namun keberadaan sekolah ini mampu

menjawab kritikan terhadap 3 jalur pendidikan menengah

yang ada sebelumnya.

Sementara di Jerman Timur, sistem pendidikan yang

berlaku sama dengan yang berlaku di Uni Sovyet. Misi

utama pendidikan adalah “pendidikan tinggi untuk semua

warga, melalui pendidikan dan training di segala bidang

dan terwujudnya pribadi sosialis yang secara sadar

mengelola alam dan menjalani hidup dengan bahagia sebagai

manusia” (Encyclopedia Americana). Tersedianya pendidikan

mulai dari usia sekolah 3 tahun (preschool) memberikan

kesempatan bagi para ibu untuk bekerja atau melanjutkan

pendidikannya. Pendidikan formal terbagi menjadi dua

yaitu pendidikan dasar dan pendidikan lanjut dalam bentuk

sekolah politeknik didirikan untuk memberikan kesempatan

kepada peserta didik tidak hanya belajar tapi juga

pelatihan kerja.

Dari sisi sistem pendidikan, pendidikan di Jerman

Timur sesuai dengan ide Humblodt mengenai pendidikan

dimana semua warga mendapatkan kesempatan yang sama dalam

memperoleh pendidikan. Namun sebagai tambahan semua siswa

di Jerman Timur diwajibkan belajar Marxisme-Leninisme

12

Page 13: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

serta penerapannya dalam bidang politik-ekonomi seperti

halnya di Uni Sovyet.

Setelah lebih dari 40 tahun terpisah, akhirnya di

tahun 1990 Jerman kembali bersatu. Gagasan glasnost dan

perestroika yang dikemukakan oleh Mikhail Gorbachev,

pemimpin Uni Sovyet pada masa itu, membuka peluang Jerman

Barat dan Jerman Timur bersatu kembali seiring dengan

melemahnya ideologi sosialis-komunis di negara-negara

Eropa Timur. Peristiwa bersatunya Jerman Barat dan Jerman

Timur pasca perang dingin dikenal sebagai unifikasi Jerman

yang kedua.

REFORMASI PENDIDIKAN

Bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1990

membawa perubahan pada sistem pendidikan di Jerman.

Bentuk pemerintahan mengikuti Jerman Barat yaitu republik

federal. Dengan adanya desentralisasi pemerintahan dalam

Republik Federal Jerman, pendidikan menjadi tanggung jawab

pemerintah negara bagian (Länder). Di negara-negara

bagian yang konservatif seperti Baden-Württermberg, sistem

persekolahan mengikuti kebijakan di Jerman Barat yaitu

13

Page 14: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

menyediakan 3 jalur pendidikan menengah, sementara di

negara-negara bagian yang reformis seperti Berlin mulai

berkembang bentuk sekolah Gesamtschule meskipun secara umum

bentuk pendidikan alternatif ini kurang berkembang. Dalam

hal pembiayaan, pemerintah menyelenggarakan pendidikan

gratis bagi semua warganya dari pendidikan dasar sampai

pendidikan tinggi seperti halnya yang berlaku di Jerman

Timur.

Pada tahun 2000, OECD (Organization for Economic Co-

operation and Development) menyelenggarakan PISA

(Programme for International Students Assessment) yaitu

suatu program asesmen tiga tahun sekali terhadap siswa

berumur 15 tahun dari berbagai negara dengan fokus pada

reading comprehension. Hasilnya Jerman berada pada rangking

bawah dibanding 34 negara-negara OECD yang lain. Program

yang sama dijalankan pada tahun 2003 dengan menambahkan

fokus pada kemampuan bahasa dan IPA. Hasilnya kurang

lebih sama dengan dengan asesmen pertama. Hasil ini

benar-benar mengejutkan kalangan pendidikan di Jerman,

sebagian dari mereka menyebutnya sebagai PISA shock.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil yang

rendah ini dicapai oleh siswa dengan latar belakang migran

dan dari kelas sosial-ekonomi bawah yang belajar di

Hauptschule. Hasil ini menunjukkan bahwa sekolah di Jerman

belum berhasil menjalankan fungsinya dalam mempersiapkan

generasi muda (Strutzberg, 2009). Menindaklanjuti hal

ini, pemerintah mulai melakukan reformasi di bidang

pendidikan.

14

Page 15: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Reformasi dalam bidang pendidikan perlu dilakukan

untuk mengantisipasi dampak lebih jauh kesenjangan hasil

belajar ini. Perbedaan hasil belajar siswa dari kalangan

migran dan kelas pekerja dengan siswa dari kelompok sosial

ekonomi menengah ke atas apabila dibiarkan berlarut-larut

akan memicu kecemburuan antar kelompok karena secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap peluang karir dan jenis

pekerjaan yang terbuka bagi masing-masing kelompok.

Apabila hal ini terjadi tidak menutup kemungkinan

terjadinya perpecahan dan bentrokan antar kelompok etnis.

Selain PISA shock ada beberapa hal lain yang membuat

pemerintah melakukan reformasi terhadap sistem pendidikan

di Jerman, antara lain:

a. Otonomi sekolah

Desentralisasi kekuasaan tidak saja menyerahkan urusan

pendidikan kepada pemerintah negara bagian tapi juga

menyerahkan sebagian tanggung jawab kepada masing-

masing sekolah. Akibatnya variasi proses dan hasil

pendidikan semakin besar.

b. Penurunan jumlah siswa di sekolah

Pertumbuhan jumlah penduduk Jerman mencapai angka 0

atau bahkan bisa dibilang negatif karena jumlah

pasangan yang ingin memiliki keturunan semakin sedikit.

Penurunan jumlah penduduk menyebabkan penurunan jumlah

siswa di sekolah.

c. Bertambahnya jumlah siswa migran

15

Page 16: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Penurunan jumlah penduduk Jerman diiringi dengan

bertambahnya jumlah migran di Jerman untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja, hal ini berdampak pada

meningkatnya jumlah siswa dengan latar belakang migran

dan kelas pekerja. Angka arus imigrasi perkapita di

Jerman pada tahun 1980-an bahkan jauh lebih tinggi dari

pada angka imigrasi di negara-negara imigrasi klasik

seperti Amerika Serikat, Kanada dan Australia.

d. Siswa berkebutuhan khusus

Secara statisitik jumlah siswa berkebutuhan khusus

meningkat, bukan saja di Jerman tapi di seluruh dunia.

Selama ini siswa berkebutuhan khusus bersekolah di

Sonderschule (semacam sekolah luar biasa di Indonesia).

e. Berkembangnya kota-kota di Jerman menjadi pusat

perdagangan dunia

Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan arus globalisasi

menjadikan kota-kota seperti Bremen, Frankfurt menjadi

pusat perdagangan dunia. Jumlah expatriate residence dari

berbagai negara bertambah yang berdampak pada

bergesernya pola pergaulan dan kehidupan bermasyarakat

menuju masyarakat multikultural.

Dengan melihat keseluruhan fakta di atas, pemerintah

federal menilai sasaran utama dari reformasi pendidikan

adalah kaum migran dengan misi utama memberikan kesempatan

pendidikan yang lebih baik kepada pemuda dengan latar

belakang migran. Komitmen ini tercantum dalam Rencana

Integrasi Nasional sebagai hasil dari Konferensi Integrasi

yang dipimpin langsung oleh Kanselir Angela Merkel pada

16

Page 17: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

tahun 2006

(http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/m

ain-content-08/migrasi-dan-integrasi.html). Konferensi

ini dihadiri oleh wakil semua kelompok masyarakat yang

terkait termasuk di dalamnya oraganisasi-organisasi kaum

migran.

Seluruh Jerman bergerak memperbaiki system

pendidikan. Jerman mengirim para pakar pendidikan untuk

melakukan studi ke sekolah-sekolah di luar negeri untuk

dijadikan model. Beberapa program reformasi pendidikan

yang telah dijalankan antara lain:

1. Mereview sistem 3 jalur sekolah menengah

Salah satu yang menjadi inti permasalah dalam sistem

pendidikan menengah adalah penjurusan siswa ke dalam 3

jalur berdasarkan kemampuan akademik yang dirasa oleh

berbagai kalangan tidak adil karena tidak memberikan

kesempatan yang sama kepada semua peserta didik. Pada

kenyataannya penjurusan bukan saja berdasarkan pada

kemampuan akademik saja tapi juga kemampuan sosial

ekonomi. Sementara tekanan untuk menyatukan ketiga

jalur cukup besar tidak saja dari pakar pendidikan tapi

juga dari para orang tua (seiring meningkatnya status

ekonomi) yang menuntuk hak yang sama untuk melanjutkan

ke universitas. Untuk itu didirikan lebih banyak

Gesamtschule di semua negara bagian kecuali Sachsens, di

Saxony-Anhalt dan Thuringia Hauptschule dan Realschule

digabung menjadi Sekundarschule, bahkan di Hamburg dan

Berlin sistem 3 jalur ini dihapus sehingga hanya ada17

Page 18: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

dua jenis pendidikan menengah yaitu Gesamtschule dan

Gymnasium. Pemerintah negara Berlin juga mengharuskan

setiap Gymnasium memberikan tempat bagi siswa dari

kalangan imigran dan sosial-ekonomi bawah untuk

memberikan pelayanan pendidikan yang sama kepada semua

warganya.

2. Fleksibilitas perpindahan siswa pada 3 jalur pendidikan

menengah

Kebijakan reformasi pendidikan juga memberikan

fleksibilitas pada jalur pendidikan menengah. Siswa

dimungkinkan untuk pindah dari Hauptschule ke Realschule

atau dari Realschule ke Gymnasium, sehingga pemisahan

menjadi 3 jalur yang dilakukan di tahun ke-5 Grundschule

(sekolah dasar) bukan menjadi harga mati. Bagi siswa

Hauptschule dan Realschule masih terbuka kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan ke universitas. Demikian juga

lulusan Realschule mendapat kesempatan melanjutkan ke

universitas dengan menempuh dua semester tambahan.

3. Peningkatan penguasaan Bahasa Jerman

Penguasaan bahasa Jerman menjadi salah satu faktor yang

menghambat proses integrasi penduduk migran dengan

penduduk asli dan juga menjadi faktor yang mempengaruhi

prestasi akademik siswa di kelas. Kurangnya penguasaan

bahasa Jerman menyebabkan siswa tidak mampu memahami

konsep pelajaran secara utuh dan selanjutnya

berpengaruh terhadap jalur pendidikan menengah yang

dapat diambil. Untuk itu pelajaran Bahasa Jerman

dimulai dari level yang paling dini.

18

Page 19: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

4. Program bilingual di sekolah

Penyelenggaraan program bilingual di sekolah-sekolah

adalah untuk merespons meningkatnya jumlah warga asing

yang bersekolah di sekolah umum di Jerman. Dengan

program bilingual memungkinkan warga negara asing

bersekolah di sekolah reguler tanpa menemui kesulitan.

Pada saat ini program bilingual baru dilaksanakan di

Gymnasium saja. Bahasa kedua yang digunakan di

sekolah-sekolah ini sebagian besar adalah Bahasa

Inggris dan Bahasa Perancis.

5. Pembelajaran bahasa asing

Pembelajaran bahasa asing menjadi program wajib dengan

bersatunya negara-negara Eropa dalam wadah Uni Eropa.

Sebagai bagian dari masyarakat global Uni Eropa setiap

warga negara Eropa wajib menguasai salah satu dari

bahasa dunia, untuk itu bahasa asing sudah mulai

diperkenalkan sejak tahun pertama Grundschule (sekolah

dasar). Sebagai contoh, seluruh sekolah dasar di

negara bagian Baden-Württermberg sudah mengajarkan

bahasa asing terutama Bahasa Perancis dan Bahasa

Inggris serta sebagian kecil Bahasa Spanyol, Bahasa

Yunani dan Bahasa Latin.

6. Pembelajaran agama di sekolah

Sebelumnya pernah diwacanakan untuk memasukkan

pengajaran Agama Islam sebagai agama terbesar ketiga di

Jerman setelah Protestan dan Katolik sebagai pengajaran

resmi. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan pemahaman antar agama, karena selain etnik

19

Page 20: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

dan bahasa, agama adalah salah satu variabel

keberagaman di negara Jerman. Di negara bagian

Niedersachsen, Islamic Studies sudah diajarkan kepada

sekitar 1400 murid dari 26 sekolah dasar semenjak tahun

2003. Langkah yang dilakukan negara bagian

Niedersachsen merupakan suatu terobosan besar dalam

proses integrasi budaya di Jerman dan sejauh ini baik

siswa maupun orang tua merasa puas dengan program ini

karena telah menambah wawasan dan juga kesepahaman

mereka mengenai Agama Islam.

7. Integrasi siswa berkebutuhan khusus dalam sekolah

reguler

Pemisahan siswa berkebutuhan khusus dari jalur sekolah

reguler telah memicu kritik karena dianggap tidak

memberikan kesempatan belajar yang sama bagi anak-anak

berkebutuhan khusus. Kebijakan ini kemudia direview

sehingga siswa berkebutuhan khususpun dimungkinkan

untuk belajar bersama siswa yang lain terutama

Hauptschule, untuk beberapa siswa yang mampu bisa

bergabung di Realschule atau bahkan Gymnasium. Jumlah

siswa berkebutuhan khusus baik karena kesulitan belajar

maupun gangguan perkembangan kurang lebih 5% dari

keseluruhan jumlah siswa dan pemerintah sangat

memberikan perhatian yang serius kepada siswa-siswa

ini. Di negara bagian Hessen, di Frankfurt misalnya,

sekolah berkebutuhan khusus atau Sonderschule memberikan

pelayanan luar sekolah tidak saja kepada siswa tapi

juga kepada orang tua siswa yang ingin berkonsultasi.

20

Page 21: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

8. Pembukaan sekolah internasional

Definisi sekolah internasional di Jerman adalah sekolah

yang mengakomodir siswa dari berbagai kewarganegaraan

yang berbeda. Tumbuhnya kota-kota di Jerman menjadi

kota metropolitan menyebabkan kebutuhan akan sekolah

internasional meningkat. Jumlah warga expatriate

bertambah bahkan di wilayah-wilayah yang bukan

merupakan pusat bisnis sekalipun. Mengikuti model

pendidikan di negara-negara lain, sekolah internasional

yang dibuka biasanya berbentuk Gesamtschule yang

memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang sosial

ekonomi budaya dan kemampuan akademik bersekolah di

tempat yang sama. Sebagai contoh International

Gesamtschule Heidelberg menampung siswa dari 70

kewarganegaraan yang berbeda. Heidelberg bukanlah kota

bisnis, namun karena di sini terdapat Universitas

Heidelberg yang sangat terkenal sebagai universitas

tertua di Jerman menyebabkan banyak warga negara asing

tinggal di kota ini.

Berbagai program di atas tidak sepenuhnya berjalan

mulus, banyak sekali kontroversi dan kompromi-kompromi

politik yang harus dilakukan. Tidak semua negara bagian

dapat melakukan semua program di atas. Pendidikan adalah

sepenuhnya kewenangan pemerintah negara bagian, bukan

pemerintah federal, sehingga implementasinya pun masih

berbeda-beda antar negara bagian demikian juga dengan

hasilnya. Kanselir Angela Merkel sendiri pada suatu

kesempatan pernah menyampaikan bahwa Jerman belum berhasil

21

Page 22: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

mewujudkan masyarakat multikultural karena memang proses

integrasi mutikultural bukanlah hal yang mudah dilakukan

dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Hasil reformasi

dalam pendidikan integrasi ini mulai nampak sedikit demi

sedikit. Beberapa peningkatan yang terukur antara lain:

a. Peningkatan peringkat PISA

Pada PISA III tahun 2006, ranking Jerman mulai

meningkat meskipun masih terdapat kesenjangan antara

hasil siswa Gymnasium dan Hauptschule. Di PISA I tahun

2003, posisi Jerman berada pada 30% terbawah, pada

tahun 2006 siswa Jerman berada pada ranking 13 untuk

keterampilan sains, ranking 20 untuk keterampilan

matematika dan ranking 18 untuk keterampilan membaca.

Meskipun demikian karena masih terdapat kesenjangan

antara siswa Gymnasium dan siswa Hauptschule, menunjukkan

bahwa kondisi sosial-ekonomi masih sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Hal ini masih menjadi

PR besar negara Jerman.

b. Peningkatan rasio siswa dari kalangan pekerja yang

bersekolah di Gymnasium

meningkat terutama di negara-negara bekas Jerman Timur

dimana pembagian kelas sosial-ekonomi tidak terlalu

besar. Di negara bagian bekas Jerman Barat rasio

jumlah siswa dari kelas pekerja yang bersekolah di

Gymnasium adalah 1:7,26 namun di negara-negara bagian

bekas Jerman Timur rasio siswa dari kelas pekerja yang

bersekolah di Gymnasium adalah 1:2,78 yang artinya22

Page 23: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

kurang lebih 25% siswa Gymnasium berasal dari kelas

pekerja. Rasio ini bervariasi di beberapa negara

bagian namun menunjukkan peningkatan yang signifikan,

semakin banyak siswa dari kelas pekerja yang mampu

melanjutkan pendidikan ke universitas.

c. Peningkatan persentase warga migran yang melanjutkan ke

pendidikan tinggi

Jumlah warga migran yang melanjutkan ke universitas

juga meningkat dibandingkan warga Jerman yang berada di

kelas sosial-ekonomi yang sama. Di negara bagian

Nordrhein-Westfalen hanya 14% anak dari kalangan

pekerja Jerman yang ingin mengambil ujian Abitur

(sertifikat untuk masuk Universitas), sedangkan dari

kelas pekerja migran 27% berkeinginan menyelesaikan

Abitur. Terbukanya peluang melanjutkan ke universitas

memotivasi siswa dengan latar belakang migran untuk

meningkatkan prestasi akademiknya untuk bisa diterima

di Universitas.

d. Munculnya elite baru di Jerman

Peningkatan kualitas pendidikan warga migran telah

memicu pergeseran status sosial-ekonomi warga migran.

Mereka mendapatkan kesempatan untuk duduk dalam

pemerintahan dan juga telah menunjukkan eksistensinya

di berbagai bidang. Martha Aykut, wakil kepala bagian

politik integrasi kota Stuttgart pada tahun 2009

berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang

migran, beberapa orang dari etnik Turki juga berhasil

duduk di kursi parlemen negara bagian. Penggemar sepak

23

Page 24: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

bola Jerman pasti mengenal Mesut Özil, pesepak bola

yang cukup bersinar di ajang Piala Dunia 2010 dan

menjadi tumpuan timnas Jerman. Beberapa yang sempat

menjadi sorotan di berbagai media masa antara lain:

Fatih Akin, sutradara film terpenting Jerman yang telah

mendapatkan berbagai penghargaan internasional berasal

dari Turki dan Feridun Zaimoglu, penulis novel yang

tidak ada duanya dalam kesusastraan Jerman (Andrea

Dembach, Tagesspiegel 2009/Qantara 2009).

PENUTUP

Berdasarkan paparan di atas, banyak sekali hal yang

bisa dipelajari dari keberhasilan Negara Jerman, tidak

saja dalam mereformasi pendidikan namun juga dalam

mengintegrasikan masyarakatnya yang berasal dari latar

belakang etnis, budaya, bahasa dan agama yang berbeda.

Kesimpulan yang bisa diambil dari perjalanan sejarah

negara Jerman adalah:

1. Keberanian pemerintah Jerman mengakui kegagalan dan

melakukan upaya perbaikan. Negara Jerman yang cukup

berhasil dalam bidang keilmuan dan menjadi kiblat

pendidikan menerima hasil PISA dan mengakui bahwa

mereka telah gagal menyelenggarakan pendidikan

berkualitas untuk semua warganya. Bukan mencari-cari

alasan atau kambing hitam, pemerintah Jerman dengan

serta merta mengambil langkah nyata untuk mereformasi

sistem pendidikan mereka. Berbagai riset dilakukan dan

24

Page 25: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

juga studi ke negara-negara yang lebih berhasil dalam

bidang pendidikan seperti Finlandia.

2. Kemampuan pemerintah Jerman mengambil langkah

antisipatif dari permasalahan yang mungkin timbul.

Pemerintah menyadari kesenjangan sosial-ekonomi antara

warga asli dan migran apabila dibiarkan dapat memicu

permasalahan yang lebih besar bahkan bentrokan antar

etnis. Untuk itu dicari akar permasalahannya dan

diupayakan pemecahannya untuk menghindari permasalahan

lain yang mungkin timbul. Pemerintah Jerman berhasil

mengidentifikasi kesenjangan pendidikan sebagai

penyebab kesenjangan di berbagai hal yang lain, untuk

itu kebijakan dalam pendidikan menjadi inti dalam

proses integrasi bukan sektor ekonomi yang menjadi

perhatian.

3. Keterbukaan masyarakat Jerman menerima perbedaan

Berada dalam lingkungan masyarakat global menyebabkan

masyarakat Jerman terbiasa dengan perbedaan dan secara

pelan-pelan mau membuka diri dan menerima perbedaan

tersebut. Diterimanya siswa berkebutuhan khusus di

sekolah reguler menunjukkan bahwa generasi muda Jerman

telah mampu menerima perbedaan dan hidup bersama-sama

dalam perbedaan.

4. Reformasi dalam pendidikan memiliki multiple effect

Reformasi yang dilakukan pemerintah dalam dunia

pendidikan ternyata membuahkan hasil di berbagai bidang

mulai dari politik, olah raga dan sosial-ekonomi.

Semakin banyaknya siswa dari kalangan pekerja migran

25

Page 26: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

yang melanjutkan pendidikan sampai ke universitas telah

meningkatkan status sosial-ekonomi dalam masyarakat dan

hal ini telah membuka peluang dan akses mereka ke

bidang-bidang lain yang sebelumnya tidak dapat

dijangkau warga migran seperti politik, riset-akademik,

dan lain-lain.

Trauma masa lalu memang telah mengajarkan bangsa

Jerman untuk menjadi bangsa yang lebih toleran dan

menghargai perbedaan. Namun itu saja tidak cukup generasi

muda juga perlu dididik untuk menjadi bagian dari

masyarakat majemuk. Melalui pendidikan terbukti mampu

mensejajarkan warga pendatang dengan warga asli dan

memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk

bersosialisasi dalam masyarakat multikultural dalam

lingkup kecil.

SUMBER PUSTAKA

Tatsachen uber Deutschland. 1992. Frankfurt/Main:Societäts-Verlag.

Landesinstitut für Schulentwicklung. 2009. TheEducational System and Current Reform Projects in Baden-Württermberg. Stuttgart: States Institute for SchoolDevelopment.

26

Page 27: MAKALAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL TENTANG PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENTRANSFORMASIKAN JERMAN  MENUJU NEGARA MULTIKULTURAL

Dr. Michael Blume. 2009. World religions in Baden-Württermberg. Stuttgart: Ministry of State Baden-Württermberg,

Ministerium fur Kultur, Jugend and Sport Baden-Württermberg. 2008. Bilingualer Unterricht. Stuttgart:Bildungsland.

Spektrum Schule. 2006. Stuttgart: Ministerium furKultur, Jugend and Sport Baden-Württermberg.

Internationale Gesamtschule Heidelberg. 2007. So sindwir… Heidelberg: igh.

Dr. Peter Strutzberg. 2009. Sistem Pendidikan di Jerman.Berlin: Universitas Humboldt.

27