PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG Pemeriksaan fisik jantung meliputi : Inspeksi pasien Pengukuran tekanna darah Pemeriksaan denyut arteri Pemeriksaan denyut vena jugularis Perkusi jantung Palpasi jantung Auskultasi jantung Pemeriksaan edema dependen Pasien harus berbaring terlentang, dengan pemeriksa berdiri disebelah kanan tempat tidur.Bagian kepala tempat tidu r sedikit ditinggikan jika pasien merasa lebih ny aman dengan posisi ini. INSPEKSI Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati, misal tampak kelelahan akibat cardiac output, frekuensi nafas yag meningkat, sesak yang menunjukan adanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing finger dan kaki berkaita dengan adanya shunt kanan ke kiri. Inspeksi kulit Melihat ada sianosis atau tidak. Inspeksi kuku Sering kali, splinter hemorhage dapat terlihat sebagai garis kecil coklat kemerahan di dasar kuku. Perdarahan ini berjalan dari tepi bebas proksimal dan secara klasik dikaitkan dengan endokarditis bakterial sub akut. Tetapi penemuan ini tidak spesifik karena ditemukan pula pada banyak keadaan, bahk an termasuk trauma setempat pada kuku. Inspeksi wajah Kelainan jantung dapat pula dikaitkan dengan kelainan wajah dan kepala.Stenosis aorta supravalvular, suatu kelainan kongenital, dijumpai bersama –sama dengan mata yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penentuan kecepatan denyut jantung ditentukan secara rutin berdasarkan palpasi
denyut radial. Pemeriksaan harus berdiri didepan pasien dan memegang kedua arteri radialis
jari kedua, ketiga dan keempat harus diletakan diatas arteri radialis. Pemeriksa harus
menghitung denyut selama 30 detik dan mengalihkan jumlah denyut dengan angka 2 untuk
memperoleh jumlah denyut permenit. Metode ini tepat untuk kebanyakan irama teratur. Jika
pasien mempunyai irama yang tidak teratur, seperti fibrilasi atrium mungkin ada pulsus
defisit yaitu perbedaan antara denyut apikal dan denyut radial.
PENENTUAN IRAMA JANTUNG
Irama jantung dapat dibagi menjadi teratur, tidak teratur secara terartur atau tidak
teratur secara tidak teratur. Irama tidak teratur secara teratur adalah denyut yang tidak teratur
dalam pola tertentu. Denyut tidak teratur secara tidak teratur tidak mempunyai pola.
Elektrocardiagram sebenarya merupakan cara terbaik untuk mendiagnosa irama
jantung. Tetapi diagnosa fisik dapat memberikan sejumlah petunjuk. Denyut prematur
mungkin dapat dikenali dengan adanya denyut ekstra tersendiri selama suatu irama yangteratur. Bigeminus adalah denyut yang timbul secara berpasangan. Denyut pertama adalah
denyut sinus, yang diikuti dengan denyut prematur, biasanya ventrikuler. Jika denyut
prematurnya timbul sangat dini selama periodik diastolik, denyut arteri karena kontraksi
jantung ini mungkin tidak ditemukan jika pemeriksa memeriksa irama jantung berdasarkan
palpasi saja. Irama yang timbul sangat tidak teratur tanpa pola disebut “ tidak teratur secara
tidak teratur “ dan merupakan denyut yang dijumpai pada pasien dengan fibrilasi atrium.
PALPASI ARTERI KAROTIS
Periksalah denyut arteri karotis dengan berdiri disisi kanan pasien, dengan pasien
dalam posisi telentang. Letakkanlah jari telunjuk dan jari tengah anda pada kartilago tiroid
dan geserkanlah ke arah lateral diantara trakea dan mmuskulus sternokleidomastoideus. Anda
harus dapat meraba denyut karotis tepat disebelah medial muskulus sternokleidomastoideus.
Palpasi harus dilakukan pada bagian bawah leher untuk menghindari penekanan pada sinus
karotis, yang akan menyebabkan refleks penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Tiap
Untuk menilai tekanan dalam jantung kanan, kita perlu menentukan rujukan. Mula-
mula pemeriksa harus menentukan tingginya distensi vena dengan memperhatikan puncak
bentuk gelombang didalam pulsasi vena jugularis interna. Garis horizontal imaginer
kemudian ditarik dari ketinggian ini ke angulus sternal. Pemeriksa kemudian mengukur jarak
dari angulus sternal kegaris imaginer ini. Sudut elevasi kepala tempat tidur juga dihitung.
Kalimat pernyataan dapat sebagai berikut : pada elevasi 45º denyut jugular 7 cm diatas
angulus sternal.
Pada 45º batas atas yang normal adalah 4-5 cm diatas angulus sternal, jika pasien pada
30º batas atas yang normal adalah 6 cm. Bila tinggi kolom vena sama atau lebih daripada
angulus sternal dalam posisi terlentang, tekanan vena biasanya normal.
Tekanan atrium kanan meninggi bila ada distensi vena leher sampai tepi rahang ketika
pasien 90º. Pada saat ini, tekana atrium kanan biasanya melebihi 15mmHg.
PEMERIKSAAN REFLUKS HEPATOJUGULAR
Pemeriksaan yang berguna untuk menentukan tekanan vena jugularis yang tinggi
adalah refluks hepatojugular. Pemeriksaan ini dikenal pula sebagai kompresi abdominal.Dengan menekan diatas hati, fungsi ventrikel kanan secara kasar dapat dinilai. Pasien dengan
gagal ventrikel kanan mempunyai hati dengan sinusoid yang berdilatasi. Penekanan pada hati
mendorong darah keluar dari siusoid ini masuk kedalam vena kava inferior dan jantung
kanan, menyebabkan bertambahnya distensi vena leher. Prosedur ini dilakukan dengan pasien
dalam posisi berbaring ditempat tidur, mulut terbuka, bernafas biasa, ini untuk mencegah
tindakan valsava. Pemeriksaan meletakan tangan kanannya diatas hati di kuadran kanan atas
dan melakukan tekanan yang progresif menguat. Penekanannya dilakukan selama 20-30
detik. Respon normalnya adalah bertambahnya distensi sementara dari vena jugularis interna
dan eksterna selama beberapa siklus jantung, yang diikuti dengan penurunan ketingkat dasar
selama bagian akhir dari penekanan.pada gagal ventrikel kanan distensi vena leher tetap ada
selama seluruh peroiodde penekanan , yang turun tiba-tiba kalau tangan yag menekan
dilepaskan. Jika pemeriksaan ini dilakukan secara tidak tepat yaitu dengan mulut pasien
tertutup, akan terjadi tindakan valsava yang akan memberikan hasil pemeriksaan refluks
Telapak tangan kiri berikut jari-jarinya diletakkan di dinding dada, dengan jari tengah
sebagai landasan ketok, sedangkan telapak tangan dan keempat jari lainnya agak diangkat.
Tujuannya adalah supaya tidak meredam suara ketukan. Sebagai jari pengetuk adalah jari
tengah tangan kanan. Pada waktu pengetukan hanya menggerakkan sendi pergelangan tangan
dan tidak menggerakan sendi siku.
Dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas jantung, pinggang jantung dan contour
jantung. Kebanyakan klikus merasa bahwa perkusi untuk memperkirakan ukuran jantung
hanya sedikit membantu, karena sensitivitas teknik ini rendah. Pada beberapa keadaan kinis,
perkusi mungkin berguna. Ini mencakup dekstrokardia dan tension pneumothoraks dada kiri.
Pada keadaan-keadaan ini dapat ditemukan redup pada sisi kanan sternum.
BATAS JANTUNG KANAN
Mula-mula ditentukan lebih dahulu titik tengah garis midklavikula kanan. Jari-jari
tangan kanan diletakkan sejajar dengan iga, kemudian diakukan perkusi mulai dari titik
tengah tadi, dari arah krania kearah kaudal. Suara diteruskan sampai timbul suara redup, biasanya pada sela iga VI kanan, bnyi redup ini adalah berasal dari batas antara paru dan
puncak hati. Puncak hati ini ditutupi leh diafragma dan masih ada jaringanparu diatas puncak
hati itu, sehingga terdapat gabungan antara massa padat dan sedikit udara dari paru. Setelah
didapat titik batas sonor ke redup, di ukur dua jari kearah kranial. Pada titik yang baru ini
diletakkan kembali telapak tangan dengan arah jari tegak urus terhadap iga. Kemudian
dilakukan perkusi kearah medial untuk mencari perubahan suara dari sonor ke redup yang
merupakan batas relatif kanan jantung dan normal adalah pada garis sternal kanan.dari titik
batas ini selanjutnya dilakukan perkusi sampai mendapat suara pekak, yang merupakan batas
absolut jantung kanan biasanya pada garis midsternal.
BATAS JANTUNG KIRI
Mula-mula ditentukan garis aksila anterior kiri. Bila terdepat pembesaran jantung
kekiri, perkusi dapat dimulai dari garis aksila medial. Kemudian jari tengah kiri diletakkan
pada titik teratas garis aksila anterior dengan arah jari sejajar dengan iga. Perkusi dari kranial
ke kaudal untuk mencari perubahan bunyi dari sonor ke thympani yang merupakan batas paru
lambung, biasanya pada sela iga VIII kiri. Dari titik ini di ukur dua jari kearah kranial. Dari
titik yang baru ini, dilakukan perkusi lagi kearah medial dengan posisi jari kiri tegak lurus
terhadap iga, sampai timbul peerubahan suara dari sonor ke redup yang merupakan batas
relatif jantung kiri dan biasanya terletak pada 2 jari medial garis midclavikular kiri. Perkusi
diteruskan kemedial, sampai terjadi perubahan suara dari redup ke pekak yang merupakan
batas absolut jantung. Pada keadaan emfisema paru batas-batas jantung absolut akan
mengecil.
Seandainya pasien sudah makan yang banyak, bunyi timpani yang merupakan batas
lambung tidak muncul, maka dilakukan teknik pemeriksaan lain untuk menentukan batas
jantung kiri. Mula-mula dilakukan penentuan batas paru hati lebih dahulu diatas,kemudian
diukurkan 2 jari kearah kranial. Dari titik ini datarik garis lurus sejajar iga, memotong garis
aksila anterior kiri. Dari titik ini dilakukan perkusi tegak lurus iga,kearah medial untuk
menentukan titik perubahan bunyi sonor ke redup,yang merupakan batas jantung kiri.
BATAS JANTUNG ATAS
Tentukan garis sternal kiri lebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan perkusi dengan
kearah sejajar iga kearah caudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Normal
adalah sela iga II kiri.
PINGGANG JANTUNG
Ditentukan lebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakukan perkusi kearah
caudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi jari tengah sejajar iga. Yang dicari
adalah perubahan bunyi sonor-redup, batas ini normal terletak pada sela iga III kiri. Bila titik
batasnya misal pada sela iga II, bearti pinggang jantung menghilang. Hal ini terjadi karena
pembesaran atrium kiri, misalnya pada kasus mitral vitium.
CONTOUR JANTUNG
Tujuannya untuk menggambar bentuk jantung, memastikan besarnya jantung dan
apakah masih ada pinggang jantung.
Dimulai dari sela iga I kanan dilakukan dari lateral ke medial dengan posisi jari
tengah sejajar iga sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup. Kemudiandilakukan
perkusi ari sela iga II kanan dengan cara yang sama dan seterusnya sampai kaudal. Titik-titik batas tadi ditentukan dan kemudian ditarik garis sehingga terdapat garis batas jantung kanan.
Begitu juga dilakukan pada sisi jantung kiri dengan cara yang sama. Akhirnya didapatkan
gambaran garis batas jantung kanan dan kiri dan juga terlihat gambaran pinggang jantung.
PALPASI
Palpasi dilakukan untuk mengevaluasi impuls avikal, gerakan ventrikel kanan, arteri
pulmonalis, dan ventrikel kiri. Ada tidaknya thrill juga ditentukan dengan palpasi.
Impuls apikal atau titik impuls maksimum melukiskan gerakan keluar apeks jantung
ketika berotasi berlawanan arah dengan jarum jam, ketika dilihat dari bawah,memukul
dinding dada anterior selama kontraksi isovolumetrik.
PALPASI TITIK IMPULS MAKSIMUM
Pemeriksa harus berdiri disebelah kanan pasien, dengan tinggi tempat tidur
disesuaikan dengan kenyamanan pemeriksa. Palpasi titik impuls maksimum paling mudah
dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk. Hanya ujung-ujung jari yang diletakkan didada
pada sela iga ke V,garis midklavikular, karena ujung jari paling sensitif untuk menilai
gerakan setempat. Titik impuls maksimum harus dicatat. Jika impuls apikal tidak teraba,
pemeriksa harus menggerakan ujung jari tangannya didaerah apeks jantung. Titik impuls
maksimum biasanya dalam jarak 10 cm dari garis mid sternalis dan diameternya tidak lebih
dari 2-3 cm. Titik impuls maksimum yang pindah kelateral atau teraba dalam dua sela iga
selama fase respirasi yang sama mengarah kepada kardiomegali.
Titik impuls maksimum teraba ada kira-kira 70% orang normal dalam posisi duduk.
Jika titik impuls maksimum tidak dapat diraba dalam posisi duduk, pasien harus diperiksa
kembali dalam posisi berbaring terlentang dan posisi dekubitus lateral kiri. Posisi titik impulsmaksimum dalam posisi dekubitus lateral kiri harus dinilai dengan pemahaman bahwa impuls
Ketika mendengarkan pada apeks dan batas sternal bawah kiri dengan bel stetoskop,
pemeriksa harus menentukan apakah S3 atau S4. Bising jantung dapat tersebar luas.Observasi yang penting adalah untuk menentuka tempat dimana bunyi tersebut paling kuat
atau paling jelas terdengar. Tidak ada dinding akustik di dada. Bising khas yang terdengar di
apeks dengan penyebaran ke aksila dapat terdengr dileher, jika cukup kuat.
POSISI AUSKULTASI STANDAR
Empat posisi standar untuk auskultasi :
terlentang
dekubitus lateral kiri
duduk tegak lurus
duduk, membungkuk ke depan.
PENGARUH PERNAFASAN
Pemeriksa harus memberikan perhatian khusus kepada intensitas bunyi jantung.
Kebanyakan bising atau bunyi jantung yang berasal dari jantung kanan akan menguat dengan
ispirasi. Ini berkaitan dengan meningkatnya aliran kembali darah yang terjadi dengan