Prosedur Imunisasi serta Manfaat Imunisasi bagi Balita dan
Remaja Disusun Oleh : Melyana Sari102013300/A9Email :
[email protected] Kedokteran
Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta
11510
AbstrakPada perkembangan manusia, pertama kali manusia akan
berada dalam rahim ibunya dan akan lahir pada waktunya.
Perkembangan manusia sejak dalam kandungan dan lahir sebagai bayi,
pada masa bayi inilah akan terjadi perkembangan dan pertumbuhan
yang terus-menerus terjadi, pertumbuhan dan perkembangan inilah
dimulai sejak dalam kandungan sampai kelahiran lanjut sampai
anak-anak dan dewasa. Tentunya pertumbuhan ini akan dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor nutrisi bayi, makanan
bayi dan imunisasi dasar yang dilakukan pada masa bayi sampai
dewasa. Perkembangaan dari saat bayi dimulai dari saat ia menangis,
memanggil kata mama papa, ia bisa merangkak dan akhirnya akan bisa
berjalan, hal ini dikaitkan juga dengan imunisasi dasar yang
dilakukan anak itu dari bayi hingga dewasa. Pertumbuhan juga akan
berjalan sejalan dengan perkembangan, pertumbuhan akan dimulai pada
saat dia bertambah tinggi yaitu pada saat anak-anak, karena pada
saat itu tulang-tulang epifisis sangat pesat perpanjangannya
sehingga anak akan cepat bertambah tinggi, bertambah besar atau
gemuk dan mengalami berbagai pertumbuhan seks sekundernya.
Pertumbuhan dan perkembangan di pengaruhi juga dengan imunisasi
lengkap yang dilakukan oleh orang tuanya sejak dini. Imunisasi
dasar berfungsi penting sekali untuk menghindari anak dari
penyakit-penyakit yang berbahaya dan mengancam nyawa bila
dibiarkan. Oleh karena itu, semua yang kita makan, minum atau
imunisasi yang dilakukan semuanya sangat penting untuk kelangsungan
pertumbuhan dan perkembangan manusia Kata kunci : nutrisi bayi,
imunisasi dasar
Abstract In human development, human beings will be the first
time in his mother's womb and be born in time. Human development in
the womb and be born as a baby, in infancy, this will occur
development and continuous growth, growth and development that
begins from conception until birth up until the children and
adults. Surely this growth will be influenced by many factors,
including the factor of infant nutrition, baby food and basic
immunization performed in infancy to adulthood. In human
development of when the baby starts from the moment he cried,
calling papa mama said, she could crawl and eventually be able to
walk, it is associated also with the basic immunization carried the
child from infancy to adulthood. Growth will also be run in line
with the development, growth will begin to grow taller when he is
at the time of the children, because at that time the bones of the
epiphyseal very rapid extension so that the child will quickly grow
taller, grow large or obese and experiencing a variety of sexual
growth secondary. Growth and development is influenced also by the
complete immunization conducted by her parents early on.
Immunization basic functions crucial to avoid children from
diseases that are dangerous and life threatening if left.
Therefore, everything we eat, drink or immunization are all very
important for the survival of human growth and development
A. Pendahuluan a. Latar Belakang MasalahTubuh kita memiliki
beragam macam sistem yang berjalan dan terus-menerus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan serta menjaga daya tahan tubuh dan proses tumbuh
kembang kita agar selalu dalam keadaan baik. Pertumbuhan dan
perkembangan seseorang ditentukan dari nutrisi yang diasup setiap
harinya, daya tahan tubuh, perilaku seseorang dan lingkungan yang
baik akan mempengaruhi tumbuh kembang yang baik juga. Dalam menjaga
tumbuh kembang agar selalu baik, maka diperlukan sikap kooperatif
dan perhatian terhadap kondisi tubuh agar proses tumbuh kembang
tetap terjagaPada tahap perkembangannya akan ada fase dimana
manusia harus tahan terhadap bakteri atau virus-virus tertentu,
agar daya tahan tubuh mereka kuat dan tidak mudah sakit. Hal ini
dinamakan imunisasi, imunisasi dimulai pada saat masih bayi untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Artinya,
imunisasi ini untuk memberi daya tahan terhadap serangan-serangan
virus dan bakteri yang mudah masuk dan menyebabkan penyakit
tertentu pada tubuh manusia
b. Rumusan MasalahSeorang perempuan berusia tiga tahun dibawa
oleh ibunya untuk check up rutin ke dokter
c. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
memberitau kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pentingnya
imunisasi pada saat bayi, balita hingga dewasa. Hal ini dilakukan
untuk memberi daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit tertentu d.
Hipotesis Imunisasi mempengaruhi tumbuh kembang anak
B. Pembahasana. Dasar-dasar Imunisasi1Seseorang dapat menderita
penyakit infeksi sebagai akibat dari interaksi antara pejamu,
mikroorganisme penyebab penyakit dapat bersifat ganas atau tidak
dan lingkungan yang menyokong penyakit. Apabila salah satu komponen
dominan atau lemah maka infeksi tersebut akan terjadi. Dalam upaya
pencegahan, kita dapat mengendalikan faktor pejamu. Melalui
imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan pejamu terhadap
penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab
penyakit, tanpa harus mengalami sakit dahulu. Dengan mencegah
seorang anak dari penyakit infeksi yang berbahaya, berarti akan
meningkatkan daya produktivitas di kemudian hari. Vaksinasi
merupakan upaya paling ampuh dalam mencegah penyebaran atau
penularan penyakit infeksi yang ganas dan menular dari orang ke
orang lainMaka sebagai upaya nyata, pemerintah bersama orang tua
mempunyai kewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik demi tumbuh
kembang anak dan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif
terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan
kecacatan. Dengan makin banyaknya bayi atau anak yang mendapat
imunisasi, penyakit yang dicegah tersebut makin jarang terlihat
lagi. Dapat dikatakan bahwa imunisasi merupakan investasi untuk
mendapatkan kesejahteraan di masa depan dan akan memperpanjang usia
harapan hidup. Berikut beberapa fungsi dan manfaat dari imunisasi
tersebut :2
Mencegah perkembangan bakteri yang resisten terhadap
antibiotikTampak penurunan angka kejadian resistensi antibiotik
terhadap bakteri penyebab. Tampak penurunan angka kejadian
resistensi antibiotik terhadap streptococcus pneumonia mengikuti
program vaksinasi pneumokokus di Amerika Serikat
Keamanan melakukan perjalanan ke negeri endemikImunisasi sangat
penting untuk keamanan perjalanan ke negara endemik suatu penyakit,
misalnya calon haji harus mendapatkan vaksinasi meningitis
meningokok. Oleh karena meningokokus tidak ada di Indonesia, maka
orang Indonesia tidak mempunyai antibodi terhadap meningokok dan
rentan terhadap penularan. Penyakit lain yang diperlukan untuk
berkunjung ke luar negeri adalah yellow fever dan Japanese
encephalitis Peningkatan pertumbuhan ekonomiPeningkatan pertumbuhan
ekonomi suatu negara tentunya akan lebih baik apabila masyarakatnya
lebih sehat sehingga anggaran untuk pengobatan dapat dialihkan
kepada keperluan yang lebih membutuhkan. Perhatian orang tuapun
dapat terpusat pada peningkatan ekonomi dan tidak diganggu oleh
kesakitan anak-anaknya
Peningkatan perdamaian World health organization membuat
ilustrasi yang telah terjadi di Bangladesh saat akan dilakukan
imunisasi masal (PIN polio), maka untuk sementara kedua organisasi
yang sedang bertengkar damai untuk sementara. Jadi, walaupun dalam
keadaan perang, imunisasi dapat menjadi upaya perdamaian demi
kesehatan masyarakatnya
Pencegahan terhadap bioterrorismDengan pemberian vaksinasi
lengkap, maka kita tidak perlu khawat[ir terhadap isu-isu tersebut
yang mungkin belum tentu benarb. Prosedur Imunisasi3 Jenis Vaksin
Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Vaksin Hidup Attenuated4Vaksin hidup dibuat dari virus atau
bakteri liar (wild) penyebab penyakit. Virus atau bakteri liar ini
dilemahkan (attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara
pembiakan berulang-ulang. Misalnya vaksin campak yang dipakai
sampai sekarang, diisolasi unt[uk mengubah virus campak liar
menjadi virus vaksin dibutuhkan 10 tahun dengan cara melakukan
penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang
anak yang mederita penyakit campak. Berikut adalah keterangan lebih
lanjut dari vaksin hidup yang dilemahkan ini :
Supaya dapat menimbulkan respon imun, vaksin hidup attenuated
harus berkembang biak (mengadakan replikasi) di dalam tubuh
resipien Apapun yang merusak organisme hidup dalam botol (misalnya
panas atau cahaya) atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme
dalam tubuh (antibodi yang beredar) dapat menyebabkan vaksin
tersebut tidak efektif Vaksin hidup attenuated dapat menyebabkan
penyakit, umumnya bersifat ringan dibanding dengan penyakit alamiah
dan itu dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse event). Respons
imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang
diakibatkan oleh infeksi alamiah vaksin hidup attenuated secara
teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. Hal
ini hanya dapat terjadi pada vaksin polio hidup vaksin hidup
attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila
terkena panas atau sinar, maka harus dil[akukan pengelolaan dan
penyimpanan yang baik dan hati-hati
1. vaksin hidup attenuated yang berasal dari virus hidup :vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus dan demam
kuning (yellow fever)2. vaksin hidup attenuated yang berasal dari
bakteri hidup : vaksin BCG dan demam tifoid oral
Vaksin Inactivated 5Vaksin Inactivated dihasilkan dengan cara
membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakkan (persemaian),
kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan penanaman bahan
kimia (biasanya formalin). Vaksin ini tidak dapat tumbuh, maka
seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak
menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi imun)
dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. Vaksin
ini selalu membutuhkan dosis multiple. Pada umumnya, pada dosis
pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu
atau menyiapkan sistem imun. Pada beberapa keadaan suatu antigen
untuk melindungi terhadap penyakit masih memerl[ukan vaksin seluruh
sel (whole cell), namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat[
paling reaktogenik dan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau
efek samping. Ini disebabkan respons terhadap komponen-komponen sel
yang sebenarnya tidak diperlukan untuk perlindungan (contoh antigen
pertusis dalam vaksin DPT)
Vaksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari :1.
Seluruh sel virus yang inactivated, contoh influenza, polio injeksi
(disuntikkan), rabies dan hepatitis A2. Seluruh sel bakteri yang
inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera dan lepra3. Toksoid,
contoh difteria, tetanus dan botolinum4. Vaksin fraksional yang
masuk sub-unit, contoh hepatitis B, influenza, pertusis a-seluler,
tifoid Vi dan lyme disease
Vaksin Polisakarida6Vaksin Polisakarida adalah vaksin sub-unit
yang inactivated dengan bentuknya yang unik terdiri atas rantai
panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul
bakteri tertentu. Vaksin polisakarida murni tersedia untuk tiga
macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus dan Haemophillus
Influenzae tipe b. Respon imun terhadap vaksin polisakarida murni
adalah sel T independent khusus yang berarti bahwa vaksin ini mampu
memberi stimulasi sel B tanpa bantuan sel T helper. Dosis vaksin
yang diulang tidak menyebabkan respons peningkatan (boosters
response). Antibodi yang dibangkitkan oleh vaksin polisakarida
mempunyai afinitas fungsiolnal kurang dibandingkan dengan apabila
dibangkitkan oleh antigen protein. Hal ini karena, antibodi yang
dihasilkan dalam respons terhadap vaksin polisakarida hanya
didominasi igM dan hanya sedikit igG yang diproduksi. Contoh dari
vaksin polisakarida murni adalah pneumokokus, meningokokus dan
Haemophillus influenza tipe b
Vaksin polisakarida konjugasi4Vaksin polisakarida konjugasi
mengubah respon imun dari sel T independen menjadi sel T dependen
yang menyebabkan peningkatan sifat imunitas pada bayi dan respon
peningkatan antibodi terhadap dosis vaksin ganda vaksin
polisakarida. Vaksin konjugasi memerlukan protein lain sebagai
karier untuk digabungkan. Contoh dari vaksin polisakarida konjugasi
adalah vaksin haemophillus influenza tipe b memakai karier protein
tetanus dan vaksin pneumokokus memakai karier protein difteri
Vaksin Rekombinan5Vaksin rekombinan adalah antigen vaksin dapat
pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa genetik. Terdapat tiga
jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini
telah tersedia :
a. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang
telah berubah ini menghasilkan antigen permukaan hepatitis B
murnib. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang
secara genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakitc. Tiga dari
empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah
rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan
antigen rotavirus manusa apabila mereka mengalami replikasi
Tata Cara Pemberian Imunisasi7Dalam situasi vaksinasi yang
dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya dapat bervariasi,
namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada
prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan
pemeriksaan atau penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
:6
1. Penyimpanan Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa
vaksin harus di dinginkan pada temperatur 2-8C dan tidak membeku.
Sejumlah vaksin (DPT, Hib, hepatitis B dan hepatitis A) menjadi
tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan
konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin
individual, karena beberapa vaksin (OPV dan yellow fever) dapat
disimpan dalam keadaan beku. Misalnya vaksin polio akan lebih lama
bila disimpan pada suhu freezer jika dibandingkan bila disimpan
pada suhu lemari es. Apabila terjadi penyimpangan terhadap suhu
penyimpanan yang direkomendasikan, maka akan berpengaruh terhadap
umur vaksin2. Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan
dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu
tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap
tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan
bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan
pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan
untuk menyuntikkan vaksin
3. Pembersihan kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum
imunisasi dilakukan, namun apabila kulit telah bersih, antiseptik
kulit tidak diperlukan
4. Pemberian suntikanSebagian besar vaksin diberikan melalui
suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian
pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG
diberikan dengan suntikan intradermal (dalam kulit). Walaupun
vaksin sebagian besar diberikan secara suntikan intramuskular atau
subkutan dalam, namun bagi petugas kesehatan yang kurang
berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan
memberikan dengan cara intramuskular
5. Tempat suntikan yang dianjurkanPaha anterolateral adalah
bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-bayi dan
anak-anak umur di bawah 12 tahun. Regio deltoid adalah alternatif
untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah
dapat berjalan) dan orang dewasa. Tidak pada pantat (daerah
gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan saraf ishiadika (nervus
ischiadicus). Sehubungan dengan hal tersebut, dianjurkan untuk
selalu mengulang kembali dengan memberi peringatan bahwa bila
vaksin-vaksin tersebut disuntikkan di daerah gluteal harus
hati-hati, yaitu dengan memilih lokasi suntikan yang tepat untuk
menghindari saraf ishiadika. Sedangkan, untuk vaksinasi BCG, harus
disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas),
sebab suntikan di atas pundak memberi risiko terjadinya keloid.
Dalam buku pedoman inggris menganjurkan paha anterolateral atau
lengan atas pada bayi sebagai tempat suntikan
Penjelasan Kepada Orang Tua Mengenai Imunisasi4Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kedokteran termasuk imunisasi, maka
kita perlu memahami dan menyadari kedudukan pasien sebagai konsumen
dan dokter sebagai pemberi jasa. Oleh karena itu, berikut adalah
hal-hal yang harus dijelaskan atau ditanyakan kepada orang tua atau
keluarga sebelum dilakukan imunisasi Keadaan bayi atau anak3Orang
tua atau pengantar bayi dianjurkan mengingat dan memberitahukan
secara lisan atau melalui daftar isian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan paska
imunisasi tersebut di bawah ini. Diantaranya : Alergi terhadap
bahan yang juga terdapat di dalam vaksin (misalnya neomisin) Sedang
mendapat pengobatan steroid jangka panjang, radioterapi atau
kemoterapi Menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukemia,
kanker atau HIV/AIDS) Bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi
vaksin virus hidup (vaksin campak, poliomielitis, rubella) Tiga
bulan lalu mendapat immunoglobulin atau transfusi darah
Pemberian antipiretik sebelum dan sesudah imunisasi6Kepada orang
tua diberitahukan bahwa 30 menit sebelum imunisasi DTP/DT, MMR,
Hib, hepatitis B dianjurkan memberikan antipiretik parasetamol 15
mg/kgbb kepada bayi atau anak untuk mengurangi ketidaknyamanan
paska vaksinasi. Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai
kebutuhan, maksimal 6 kali dalam 24 jam. Jika keluhan masih
berlanjut, diminta segera kembali pada doker Manfaat
vaksinasi7Kepada orang tua sebaiknya dijelaskan secara profesional
dan proporsional manfaat vaksinasi yang akan dilakukan. Perlu
dijelaskan bahwa vaksin tidak melindungi 100% dari penyakitnya,
tetapi dapat memperkecil risiko tertular dan meringankan dampak
bila terjadi infeksi
Reaksi KIPI8Orang tua perlu diberitahu bahwa setelah imunisasi
dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum
berupa keluhan dan gejala tertentu, misalnya demam, ruam kulit,
mual, diare ringan, tergantung pada jenis vaksinnya. Reaksi
tersebut umumnya ringan, mudah diatasi dan akan hilang dalam 1-2
hari. Di tempat suntikan kadang-kadang timbul kemerahan,
pembengkakan, gatal dan nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres
hangat dapat mengurangi keadaan tersebut
BCG9Orang tua perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah
imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut tanpa
pengobatan khusus
Hepatitis B8Kejadian ikutan paska imunisasi pada hepatitis B
jarang terjadi. Segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang
tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. Orang tua
dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah).
Bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres air dingin, jika demam
berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan
air hangat
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)7Reaksi yang dapat terjadi
segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di
tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan
hilang dalam beberapa hari. Orang tua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika dema berikan
parasetamol 5 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, makskimal 6
kali dalam 24 jam atau kompres dengan air dingin pada daerah
suntikan
DT (Difteri, Tetanus)6Reaksi yang dapat terjadi paska vaksinasi
DT antara lain kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada bekas
suntikan. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air
dingin. Biasanya tidak perlu tindakan khusus
Polio oral5Sangat jarang terjad reaksi sesudah imunisasi polio,
oleh karena itu orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun.
Setelah mendapat vaksin polio bayi boleh makan minum seperti biasa.
Bila dalam 30 menit bayi muntah, segera diberi lagi vaksin
polio
Campak dan MMR (Measels, Mumps, Rubella)6Reaksi yang dapat
terjadi paska vaksinasi campak dan MMR berupa rasa tidak nyaman di
bekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala-gejala
lain yang timbul 5-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari
48 jam yaitu demam tidak tinggi, erupsi kulit kemerahan halus atau
tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan kelenjar getah bening
kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu paska imunisasi MMR. Orang
tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI dan air
buah). Jika demam, diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam
bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat
dan menetap bawalah bayi atau anak ke dokter
Pencatatan Imunisasi8Setiap dokter atau tenaga paramedis yang
memberikan imunisasi harus mencatat semua data yang relevan pada
kartu imunisasi tersebut. Orang tua atau pengasuh yang membawa anak
ke tenaga medis atau paramedis untuk imunisasi diharapkan
senantiasa membawa kartu imunisasi tersebut. Berikut adalah
data-data yang harus dicatat pada kartu imunisasi :51. Jenis vaksin
yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang2. Tanggal
melakukan vaksinasi3. Efek samping bila ada,4. Tanggal vaksinasi
berikutnya5. Nama tenaga medis atau paramedis yang memberikan
vaksinKartu vaksinasi ini sebaiknya selalu dipegang oleh orang
tuanya. Diharapkan para dokter yang memberikan vaksinasi mempunyai
sistem untuk mengingatkan orang tua untuk melakukan vaksinasi
berikutnya sesuai dengan jadwal vaksinasi yang sudah ditetapkan.
Pentingnya kartu vaksinasi ini juga untuk menilai jenis dan jumlah
vaksin yang diberikan dan bagaimana pemberian vaksinasi selanjutnya
untuk pasien dengan imunisasi tidak lengkap dan cara mengejar
(catch up) imunisasi yang tertinggal. Berikut adalah penjelasan
singkat tentang lampiran kartu imunisasi :9 Apa : imunisasi
merupakan upaya yang praktis dan efektif untuk melindungi anak
bapak atau ibu terhadap penyakit yang berbahaya. Vaksin-vaksin
tersebut diantaranya untuk mencegah penyakit tuberkulosis, polio,
hepat[it is B, difteri, batuk rejan, tetanus, campak, rotavirus,
influenza, kanker leher rahim, gondongan, rubella, demam tifoid dan
cacar air Bagaimana : tubuh tidak dapat membuat kekebalan terhadap
penyakit infeksi tersebut. Namun, dengan imunisasi (suntikan atau
diminum) tubuh dapat membentuk kekebalan (antibodi) terhadap
penyakit infeksi tersebut Mengapa : oleh karena pada saat ini
kejadian penyakit infeksi tersebut di Indonesia telah sangat
menurun. Hal ini bukan kemudian imunisasi tidak penting lagi,
bakteri dan virus penyebab sampai saat ini masih berada di
masyarakat, maka apabila hanya sedikit yang diimunisasi akan mudah
terjadi kejadian luar biasa (wabah) Dimana : imunisasi yang
diwajibkan oleh Kementrian Kesehatan (PPI) dapat diperoleh di semua
fasilitas kesehatan sedangkan untuk vaksinasi lain dapat diperoleh
pada dokter pribadi anda Kapan : pemberian vaksinasi telah diatur
dalam jadwal imunisasi
c. Jadwal Imunisasi9Jadwal imunisasi IDAI secara berkala
dievaluasi untuk penyempurnaan, berdasarkan perubahan epidemiologi
penyakit, kebijakan kementrian kesehatan atau WHO, kebijakan global
dan pengadaan vaksin di Indonesia. Imunisasi program nasional
meliputi BCG, polio, hepatitis B, DPT dan campak
a. BCGImunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3
bulan, namun kementrian kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi
BCG pada umur antara 0-12 bulan. Dosisnya 0,005 ml untuk bayi
kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak lebih dari 1 tahun,
imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, apabila BCG diberikan
setelah umur 3 bulan, perlu dil[akukan uji tuberkulin terlebih
dahulu, vaksin ini diberikan apabila uji tuberkulin negatifb.
Hepatitis A Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang
terpajan (under exposure). Vaksin Hep-A diberikan pada umur lebih
dari 2 tahun, vaksinasi kombinasi HepB/HepA tidak diberikan pada
bayi kurang dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization
yaitu mengejar
c. Hepatitis BVaksin ini harus segera diberikan setelah lahir,
di mulai dari : Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin (dalam
waktu 12 jam) setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil
mengidap hepatitis B aktif dengan risiko penularan kepada bayinya
sebesar 45% Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu)
dari imunisasi HepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk
mendapat respons imun optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan
HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi HepB-3
diberikan pada umur 3-6 bulan
d. DPT Saat ini telah ada vaksin DTaP (DTP dengan komponen
acelluler pertussis) disamping vaksin DTwP (DTP dengan komponen
whole cell pertussis) yang telah dipakai selama ini. Kedua vaksin
DTP tersebut dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal
imunisasi. Jadwal imunisasi dasar DTP (imunisasi primer) diberikan
3 kali sejak umur 2 bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6
minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8
minggu, jadi DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4
bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan ulangan booster DTP selanjutnya
(DTP-4) diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24
bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun
e. TetanusPada pemberian vaksin tetanus beberapa hal perlu
mendapat perhatian yaitu jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan
imunisasi DTP dan perkiraan lama waktu perlindungan antibodi
tetanus. Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut : Imunisasi DTP primer pada bayi 3 kali akan memberikan
imunitas selama 1-3 tahun. Tiga dosis toksoid tetanus pada bayi
tersebut, setara dengan 2 dosis toksoid pada dewasa Ulangan DTP
pada umur 18-24 bulan (DTP 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun
yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur dewasa dihitung
setara 3 dosis toksoid Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/Td 5) bila
diberikan pada usia masuk sekolah, akan memperpanjang imunitas 10
tahun lagi yaitu pada sampai umur 17-18 tahun pada umur dewasa
dihitung setara 4 dosis toksoid
f. PolioPolio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI
atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapat cakupan
imunisasi yang tinggi. Untuk imunisasi dasar (polio-2,3,4)
diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi
tidak kurang dari empat minggu. OPV yang berisi virus polio hidup
diteteskan 2 kali peroral saat bayi akan dipulangkan dari rumah
sakit sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml intramuskular. Imunisasi
polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun)
g. CampakVaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu
dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan. Disamping
imunisasi umur 9 bulan, diberikan juga imunisasi campak kesempatan
kedua (second opportunity pada crash program campak) pada umur 6-59
bulan dan SD kelas 1-6. Selanjutnya, imunisasi campak dosis kedua
diberikan pada program school based catch-up campaign, yaitu secara
rutin pada anak sekolah SD sekolah kelas 1
h. MMR (Measels, Mums dan Rubella)Vaksin MMR diberikan pada umur
15-18 bulan, minimal interval 6 bulan antara imunisasi campak (umur
9 bulan) dan MMR, dosis satu kali 0,5 ml secara subkutan, MMR
diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan
imunisasi lain, apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR
pada umur 12-18 bulan dan 6 tahun, imunisasi campak (monovalen)
tambahan pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Ulangan
imunisasi MMR diberikan pada umur 6 tahun
i. VaricellaPemberian vaksin varicella mengalami perubahan
setelah kesepakatan pada rapat satgas imunisasi IDAI Juni 2010,
yaitu dari umur lima tahun menjadi satu tahun. Karena, dampak
varicella pada dewasa lebih berat daripada anak, apalagi apabila
terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan sindrom varicela
congenital dengan angka kematian tinggi. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka imunisasi varicella diberikan sebelum masuk sekolah
bermain. Jadwal imunisasi varicella diberikan pada anak umur lebih
dari 1 tahun, untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien
varicella, imunisasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun
72 jam setelah kontak d. Kontraindikasi Imunisasi10A. Imunisasi
pada bayi dan anak berisiko Pasien imunokompromaisPenekanan respon
imun (imunokompromais) dapat terjadi pada penyakit defisiensi imun
congenital (primer) dan sekunder yaitu pemakaian kortikosteroid
sistemik dosis tinggi dan lama, penyakit keganasan seperti
leukemia, limfoma, antimetabolik, radioterapi dan tranplantasi
sumsum tulang
Defisiensi imun primerDefisiensi imun primer selular dan
kombinasi defisiensi keduanya seperti pada penyakit X-linked
agammaglobulinemia, bruton, wiskott-aldrich dan syndrome di George,
kontraindikasi untuk vansinasi dengan vaksin hidup. Dapat diberikan
imunisasi pasif dengan gammaglobulin spesifik atau dengan igIV
Defisiensi imun sekunderTerjadi pada anak yang mendapat
pengobatan kortikosteroid dosis tinggi sama atau lebih dari 20 mg
sehari atau 2 mg/kgBB/hari dengan lama pengobatan lebih dari tujuh
hari atau dosis 1 mg/kgBB/hari lama pengobatan lebih dari satu
bulan dan pengobatan alkylating agents, antimetabolik dan
radioterapi. Untuk penyakit keganasan seperti leukemia dan limfoma.
Pada pasien dengan sistim imun tertekan tidak boleh diberikan
imunisasi vaksin hidup karena dapat berakibat fatal disebabkan
kuman atau virus akan bereplikasi hebat karena tubuh tidak dapat
mengontrolnya, vaksin hidup contohnya vaksin polio, oral, MMR dan
BCG
Infeksi human immunodefisiensi virus (HIV)Pasien HIV mempunyai
risiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi sehingga diperlukan
imunisasi, walaupun responsnya terhadap imunisasi kurang optimal.
Apabila pasien HIV telat diberikan imunisasi, maka mungkin tidak
akan berguna karena penyakit sudah lanjut dan efek imungsasi sudah
berkurang ataupun tidak ada. Namun, apabila diberikan lebih dini,
vaksin hidup akan mengaktifkan sistim imun yang dapat meningkatkan
replikasi virus HIV sehingga memperberat penyakit HIV. Jadi,
organisasi WHO menganjurkan pemberian imunisasi rutin untuk anak
HIV yang belum ada gejala (asimptomatik HIV), kecuali BCG tidak
diberikan. Pasien HIV dapat di imunisasi dengan mikroorganisme yang
dilemahkan atau yang mati. Pada umur kurang dari 23 bulan
mendapatkan imunisasi PCV7 tiga kali dengan interval dua bulan,
sedangkan anak 24-59 bulan karena mempunyai risiko tinggi maka
diberikan imunisasi dengan PCV7 dua kali dengan interval dua bulan
dan dilanjutkan dengan imunisasi ketiga memakai vaksin pneumumokok
polisakarida PCV23
B. Imunisasi bayi dari ibu yang berisiko Ibu menderita hepatitis
BIbu yang menderita penyakit ini atau uji serologis HbsAg positif,
dapat menularkan hepatitis B pada bayinya.
Ibu menderita tuberkulosis (TB)Vaksin BCG tidak mampu melindungi
bayi apabila ibu menderita TB paru aktif sesaat sebelum, sesudah
lahir dan mendapat pengobatan kurang dua bulan sebelum persalinan.
Berikut tindakan yang harus dilakukan untuk hal ini : Jangan diberi
BCG setelah lahir Beri pencegahan dengan isoniazid (INH) 5 mg/kgBB
sekali sehari peroral Pada umur 8 minggu evaluasi bayi kembali,
berat badan dan lakukan pemeriksaan uji tuberculin dan foto dada
bila memungkinkan Apabila ditemukan kemungkinan TB aktif, mulai
diberi pengobatan anti TB sesuaikan program pengobatan TB pada bayi
Tunda pemberian BCG sampai dua minggu setelah pengobatan selesai.
Bila BCG sudah terlanjur diberikan, ulangi pemeriksaan dua minggu
setelah pengobatan INH selesai Yakinkan ibu bahwa ASI (Air Susu
Ibu) tetap boleh diberikan dan catat berat badan bayi tiap dua
minggu
Ibu menderita HIVRisiko HIV pada janin dari ibu HIV positif
secara vertikal tanpa upaya pencegahan sekitar 15%-25% dan risiko
infeksi meningkat menjadi 20%-45% paska lahir bilamana bayi
mendapat ASI. Tidak ada tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan
pada bayi saat lahir, tanda klinis dapat ditemukan pada umur enam
minggu setelah lahir. Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV positif,
lakukan konseling pada keluarga, rawat bayi seperti bayi yang lain
dan perhatian khusus pada pencegahan infeksi
e. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)7KIPI adalah kejadian
medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek vaksin
ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek
fakmakologis atau kesalahan program, konsidensi, reaksi suntikan
atau hubungan seksual yang tidak dapat ditentukan. Kejadian yang
bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena
kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta
penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
imunisasi atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan.
Namun, persepsi awam dan juga kalangan petugas kesehatan,
menganggap semua kelainan dan kejadia yang dihubungkan dengan
imunisasi sebagai reaksi alergi terhadap vaksin. Akan tetapi telaah
laporan KIPI dilaporkan oleh Vaccine Safety Comitte, Institute of
Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi
secara kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat
imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan (programmatic errors). Berdasarkan kriteria WHO
klasifikasi KIPI dapat digambarkan sebagai berikut :5
Certain Kejadian secara klinis terjadi dan hubungan waktu
pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan dan yang tidak dapat
dijelaskan oleh pemberian obat lain atau penyakit lain yang
bersamaan
Probable Kejadian yang secara klinis terjadi dengan hubungan
waktu pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan dan sepertinya
masih bisa behubungan dengan pemberian obat atau penyakit lain yang
bersamaan
Possible Kejadian yang secara klinis yang terjadi dengan
hubungan waktu pemberian vaksin adalah sesuai berhubungan tetapi
juga berhubungan dengan pemberian obat atau kebetulann sama dengan
penyakit yang sedang diderita atau pemberian obat
UnlikelyKejadian yang secara klinis yang terjadi dengan hubungan
waktu pemberian vaksin adalah tidak sesuai berhubungan dan kejadian
tersebut juga sepertinya tidak disebabkan oleh hubungan pemberian
obat atau penyakit lain
UnrelatedSebuah peristiwa klinis dengan hubungan waktu yang
tidak kompatibel dan yang dapat dijelaskan oleh penyakit yang
mendasari atau obat lain atau bahan kimia Unclassifiable Kejadian
yang secara klinis yang terjadi tidak cukup informasi yang
menjelaskan kejadian tersebut dan tidak juga berhubungan dengan
obat atau penyakit dengan pemberian obat atau penyakit lain
Gejala klinis KIPI11Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat
maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik,
reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya
makin cepat gejala KIPI makin berat gejalanya. Mengingat tidak ada
satu pun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka apabila
seorang anak telah mendapat imunisasi perlu diobservasi beberapa
saat, sehingga dipastikan bahwa tidak terjadi KIPI (reaksi cepat).
Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada
umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan
oibservasi selama 15 menit. Untuk menghindarkan keracunan maka
gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka
waktu tertentu timbulnya gejala klinis f. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tumbuh-Kembang Antropometri10Penggunaan data
antropometri untuk menilai keadaan gizi dari kelompok masyarakat
telah digunakan secara internasional sebagai standar. Hal ini
didasarkan pada konsep bahwa tubuh yang memiliki gizi kurang baik
memiliki berat badan yang lebih rendah daripada tubuh yang
mendapatkan gizi cukup. Indeks antropometri dapat digunakan untuk
seluruh anggota masyarakat, yaitu anak-anak dan juga orang dewasa.
Untuk menilai status gizi, perlu diketahui data berat badan, tinggi
badan, jenis kelamin dan umur untuk anak-anak Asih, Asah dan
Asuh12
Asih Asih pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu
kepada anaknya dengan cara menyentuh, melihat atau saling memandang
satu sama lain, bernyanyi saat memberikan ASI dan melalui aroma
tubuh si ibu. Agar ibu lebih dekat dan membuat bayi lebih nyaman
dan tidak merasa takut atau khawatir. Waktu anak sudah beranjak
anak-anak sampai remaja atau sampai dewasa perhatian keluarga dan
kasih sayang keluarga sangat penting untuk perkembangan otak dan
dalam pergaulannya dengan teman-teman sebaya
AsahAsah pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu ke
pada anaknya dengan cara memberi bayinya pengajaran-pengajaran
dasar seperti saat bayi menghisap puting susu ibu untuk mengambil
ASI, menelan air susu atau saat bayi sudah bisa makan biskuit dan
pada saat baru lahir bayi akan berusaha mencari putting susu ibu
saat ibu menaruh ia di dadanya hal ini berguna untuk melatih indera
perasanya. Pada masa anak-anak sampai remaja atau dewasa asah yang
digunakan adalah dengan memberi pelajaran secara formal seperti
sekolah, kursus-kursus dan belajar untuk meningkatkan dan mengasah
otaknya dalam dunia akademik secara intelektual atau secara non
akademik. Hal ini juga tidak terlepas dari motivasi dan himbauan
dari orang tua, agar anak-anak ini semangat belajar dalam meraih
cita-citanya
Asuh Asuh pada masa bayi adalah suatu bentuk perhatian ibu ke
anaknya dengan cara memberi bayinya perhatian khusus dalam hal
nutrisi bayi, kebersihan dan kekebalan tubuh bayi. Nutrisi yang
diberikan pada masa bayi tidak sama dengan masa anak-anak atau masa
remaja atau dewasa. Pada masa bayi diberikan ASI yaitu makanan
komplit dan paling sempurna nutrisinya untuk bayi dan memiliki
enzim-enzim yang penting untuk perkembangan otak dan
pertumbuhannya. Sedangkan, pada masa anak-anak sampai remaja asuh
yang diberikan adalah makanan empat sehat lima sempurna serta makan
makanan yang berenergi tinggi untuk menunjang kegiatannya
Nutrisi13Asupan gizi dapat dipelajari dengan menggunakan
metode-metode yang berbeda. Dua metode yang biasa digunakan adalah
metode penimbangan dan metode recall 24 jam. Pada metode
penimbangan, asupan makan ditentukan dengan menghitung jumlah
bersih makanan dan minuman yang dikonsumsi untuk tiap orang setelah
periode 24 jam (perbedaan antar berat makanan yang disajikan dengan
berat makanan yang tersisa). Pada metode recall 24 jam, pewawancara
yang terlatih menanyakan jenis makanan dan minuman serta berat yang
telah dikonsumsi selama 24 jam terakhir. Dari asupan makanan
tersebut kemudian dapat dihitung gizi yang dikonsumsi dengan
menggunakan tabel nilai gizi atau yang lebih sering digunakan
sekarang yaitu dengan menggunakan perangkat lunak computer. Jika
konsumsi gizi dibandingkan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Asupan nutrisi sangatlah dibutuhkan sejak dini yaitu nutrisi
prenatal dan postnatal :9
Prenatal Pada masa ini adalah masa pemberian nutrisi pada bayi
dalam kandungan. Dimana, ibu harus makan banyak makanan yang
berenergi dan bervitamin tinggi untuk janinnya. Ibu hamil ini harus
banyak makan makanan seafood, banyak istirahat, makan buah-buahan
dan sayur-sayuran yang segar dan yang paling penting adalah harus
rutin check up ke dokter untuk melihat perkembangan janin untuk
menghindari kelahiran prematur (kelahiran berat badan kurang dari
2,5 kg) Postnatal Pada masa ini adalah masa pemberian nutrisi
setelah bayi lahir ke dunia. Sesudah bayi lahir bayi akan diberikan
kepada ibunya untuk diberi makanan pertama bayi yaitu ASI (Air Susu
Ibu) dari ibunya, dengan cara menaruh bayi pada dada ibu dan bayi
akan berusaha mencari-cari puting susu ibu. ASI yang dikeluarkan
pertama kali oleh ibu mengandung kolostrum yang penting bagi
kekebalan tubuh pertama bayi. Pemberian ASI masih merupakan
perilaku yang berlaku umum di banyak komunitas. Tidak ada sumber
gizi yang lebih baik bagi bayi sampai berumur enam bulan daripada
pemberian ASI ekslusif tersebut. Pemberian makanan tambahan terlalu
dini bagi para bayi secara drastis akan meningkatkan risiko
terjangkitnya penyakit-penyakit infeksi
g. Tujuan Imunisasi10Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada
keberhasilan imunisasi cacar variola. Kedaan yang terakhir ini
lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat
ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria dan
poliomyelitis
C. Kesimpulan Kesimpulan dari pembahasan kasus diatas bahwa anak
berumur tiga tahun sudah check up rutin imunisasi ke puskesmas,
anak itu telah di imunisasi polio 5 kali, campak 2 kali dan BCG
juga. Imunisasi dasar lainnya adalah hepatitis B, MMR dan hepatitis
A. Imunisasi dasar sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak, hal ini untuk mencegah penyakit-penyakit yang
mengganggu laju pertumbuhan dan perkembangan anak seperti campak,
polio, tetanus, dan penyakit lainnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Plotkins S.A, Orenstein WA. Vaccines. Jakarta:Penerbit EGC
2006;7(9):8-102. Forfar J.O, Arneil CGC. Departemen kesehatan dan
kesejahteraan sosial. Jakarta:Penerbit EGC 2007;4(8):69-733. Rainer
G, Rolfe K. Survei dasar gizi di masyarakat. Jakarta:Penerbit GZT
2007;8(3):270-54. Suyitno H, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Jakarta:Penerbit IDAI 2011;5(4):38-1735.
Atkinson W, Walfe C, Hamiston S. general recommendations on
immunization. Jakarta:Penerbit IT 2008;3(2):189-956. Keller M.A,
Stiehm ER. Passive Immunity In Prevention and Treatment of
Infectious Dsease. New York:Penerbit Clin Microbiol
2007;5(9):70-97. Kleine M.W, Stiehm ER. Immunologic disorder in
infant children. Philadelphia:Penerbit Clinton 2007;3(7):190-88.
Lewis D.B, Wilson CB. Developmental Immunology and role of host
defenses in neonatal suscepbility to infection.
Philadelphia:Penerbit WB Sauders 2006;2(9):209-189. Jellife D.B.
The assessment of nutritional status of the community.
Switzerland:Penerbit Geneva 2007;6(3):65-7310. Schultink W,
Schoeneberger H. Pemeriksaan fisik dan umum perkembangan manusia.
Jakarta:Penerbit EGC 2006;8(3):127-3211. Soenarto Y, Aman AT, Bakri
A, Waluya H. Buku panduan masalah anak baru lahir untuk dokter,
perawat, bidan di rumah sakit rujukan dasar. Jakarta:Penerbit EGC
2009;4(7):145-5212. Baley J.E, Leonard EG. The immunologic Basis
for Neonatal Immunizations. New York:Penerbit NeoReviews
2008;8(3):109-1513. Kartasasmita C.B. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Imunisasi bayi dan ibu berisiko dan imunisasi bayi dan
anak berisiko. Jakarta:Penerbit EGC 2011;6(4):98-1112