1 |Pelumas Bekas BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Permasalahan limbah B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia menjadi fokus Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Berbagai aktivitas industri telah menimbulkan lahan terkontaminasi oleh limbah B3. Berdasarkan Mediadatariset, pada tahun 2009, sektor Pertambangan, Energi, dan Migas, menghasilkan limbah B3 sekitar 15.506.387,4 7 juta ton dan sektor Manufaktur dan Agroindustri sekitar 8.124.360,91 juta ton. Terjadinya peningkatan jumlah bengkel atau usaha perbengkelan terutama yang menyediakan jasa ganti oli semakin bertebaran di berbagai tempat. Yang berarti bahwa terjadi peningkatan pada limbah pelumas bekas. Ditambah lagi pada tempat penampungan sementara limbah pelumas bekas yang hanya ditampung dalam drum atau sejenisnya. Padahal menurut aturan tempat penampungan sementara harus mendapat rekomendasi dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Berdasarka n PP No. 85 Tahun 1999, pelumas bekas masuk ke dalam limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik dengan kode D1005d. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat didelegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang- Undang No 32 tahun 2004. Kewenanga n pemerintah daerah dijab arkan dalam Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007. Berbagai aspek peme rintahan dan pembang unan dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup. Akan tetapi ada hal yang agak kurang rasional dalam PP 38/2007 khususnya dalam hal pengelolaan limbah B3, terutama untukpelumas bekas. Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatu tentang kewenangan pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat yaitu pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu termasuk pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan dan pengolahan limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk pengaturan dan pengendalian kegiatanpengumpulan limbah B3 diberikan kepada Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten diberi kewenangan untuk mengatur dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 1/33
1 |Pelumas Bekas
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Permasalahan limbah B3 dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia
menjadi fokus Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Berbagai aktivitas industri telah
menimbulkan lahan terkontaminasi oleh limbah B3. Berdasarkan Mediadatariset , pada
tahun 2009, sektor Pertambangan, Energi, dan Migas, menghasilkan limbah B3 sekitar
15.506.387,47 juta ton dan sektor Manufaktur dan Agroindustri sekitar 8.124.360,91 juta
ton. Terjadinya peningkatan jumlah bengkel atau usaha perbengkelan terutama yang
menyediakan jasa ganti oli semakin bertebaran di berbagai tempat. Yang berarti bahwa
terjadi peningkatan pada limbah pelumas bekas.
Ditambah lagi pada tempat penampungan sementara limbah pelumas bekas
yang hanya ditampung dalam drum atau sejenisnya. Padahal menurut aturan tempat
penampungan sementara harus mendapat rekomendasi dari Kementerian Negara
Lingkungan Hidup. Berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999, pelumas bekas masuk ke dalam
limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik dengan kode D1005d.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat
didelegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang-
Undang No 32 tahun 2004. Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No 38 tahun 2007. Berbagai aspek pemerintahan dan pembangunan
dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam
pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup. Akan tetapi ada hal yang agak kurang
rasional dalam PP 38/2007 khususnya dalam hal pengelolaan limbah B3, terutama untuk
pelumas bekas.
Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatu tentang kewenangan
pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat yaitu pada
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu termasuk pemberian
perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara, pengangkutan dan pengolahan
limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk pengaturan dan pengendalian
kegiatan pengumpulan limbah B3
diberikan kepada Pemerintah Daerah (Kabupaten danKota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten diberi kewenangan untuk mengatur dan
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 2/33
2 |Pelumas Bekas
memberikan ijin bagi kegiatan pengumpulan sementara limbah B3. Anehnya
kewenangan pengumpulan itu mempunyai pengecualian, yaitu untuk pengumpulan
limbah B3 pelumas bekas.
Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian
pelumas bekas mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan
sepenuhnya berada pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada
bengkel sepeda motor di kota-kota besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan
permohonan ijin penyimpanan pelumas bekas ke KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil
seperti bengkel sepeda motor, kalau diminta mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan
memilih tidak mempunyai ijin. Ketentuan ini jelas tidak rasional, kegiatan yang justru
sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan pengaturannya di Pemerintah Pusat.
Dalam Permen LH No. 30 Tahun 2009, pemerintah daerah hanya diberikan
kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap perizinan pengelolaan limbah B3
serta pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3. Sementara pemberian izin
tetap dilakukan oleh KMLH berdasarkan Permen LH No. 18 Tahun 2009. Penjelasan
mengenai pengelolaan limbah pelumas bekas diatur dalam Kepdal
255/BAPEDAL/08/1996. Perlunya pelibatan langsung masyarakat khususnya pekerja
dalam pengawasan pengelolaan limbah B3 dan keterbukaan pemerintah mengenaibahaya limbah B3 kepada masyarakat berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 dan PP No. 74
Tahun 2001.
I.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pelumas
bekas
2. Bagaimana sanksi peraturan yang ada mengenai pengelolaan limbah B3 pelumas
bekas terhadap pelanggaran yang terjadi
3. Bagaimana pengetahuan dan keterlibatan masyarakat khususnya pekerja terhadap
bahaya pelumas bekas
4. Bagaimana tindakan pencegahan dan penanganan keracunan pelumas bekas
5. Bagaimana pengelolaan limbah B3 jenis pelumas bekas yang baik
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 3/33
3 |Pelumas Bekas
I.3. Tujuan
1. Mengetahui dampak kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pelumas
bekas
2.
Mengetahui sanksi peraturan yang ada mengenai pengelolaan limbah B3 pelumas
bekas terhadap pelanggaran yang terjadi
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan masyarakat khususnya pekerja
terhadap bahaya pelumas bekas
4. Mengetahui tindakan pencegahan dan penanganan keracunan pelumas bekas
5. Mengetahui pengelolaan limbah B3 jenis pelumas bekas yang baik
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 4/33
4 |Pelumas Bekas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Limbah B3
Menurut PP No.18 Tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain. sedangkan menurut PP No. 74 Tahun 2001, limbah B3 adalah bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. Baik Permen NLH No. 18 Tahun 2009 dan Permen NLH
No. 30 Tahun 2009 menyebutkan pengertian limbah B3 yang sama dengan PP No. 18
Tahun 1999.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain
II.2. Pelumas Bekas
Pelumas adalah zat yang dipakai dalam pemeliharaan mesin untuk melumasimesin kendaraan bermotor (mobil dan motor), kendaraan diesel, mesin industri, engine
kapal, dll. Fungsi utamanya adalah untuk melumasi dan mengurangi gesekan,
meningkatkan efisiensi dan mengurangi keausan mesin, sebagai pendingin mesin dari
panas yang timbul akibat gesekan dan pada mesin otomotif juga berfungsi sebagai
detergen untuk melarutkan kotoran hasil pembakaran sehingga turut membantu
perawatan mesin. Berdasarkan Kepres RI No. 21 Tahun 2001, pelumas adalah minyak
lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak bumi, bahan sintetik, pelumas bekas
dan bahan lainnya yang tujuan utamanya untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya.
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 5/33
5 |Pelumas Bekas
Sedangkan menurut Kepdal BAPEDAL No. 255 Tahun 1996, oli bekas atau minyak
pelumas bekas selanjutnya disebut minyak pelumas bekas adalah sisa pada suatu
kegiatan dan/atau proses produksi.
Kode pengenal Pelumas adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan
dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya,
menunjukkan tingkat kekentalan oli tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar
angka yang mengikuti Kode pelumas menandakan semakin kentalnya pelumas tersebut.
Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari
Winter. SAE 15W-50, berarti pelumas tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 15
untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti
ini, pelumas akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisiekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya pelumas akan
bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.
Sifat-sifat pelumas:
a. Lubricant pelumas mesin bertugas melumasi permukaan logam yang saling
bergesekan satu sama lain dalam blok silinder. Caranya dengan membentuk
semacam lapisan film yang mencegah permukaan logam saling bergesekan atau
kontak secara langsung.
b. Coolant pembakaran pada bagian kepala silinder dan blok mesin menimbulkan
suhu tinggi dan menyebabkan komponen menjadi sangat panas. Jika dibiarkan
terus maka komponen mesin akan lebih cepat mengalami keausan. Pelumas mesin
yang bersirkulasi di sekitar komponen mesin akan menurunkan suhu logam dan
menyerap panas serta memindahkannya ke tempat lain.
c. Sealant pelumas mesin akan membentuk sejenis lapisan film di antara piston dan
dinding silinder. Karena itu pelumas mesin berfungsi sebagai perapat untuk
mencegah kemungkinan kehilangan tenaga. Sebab jika celah antara piston dan
dinding silinder semakin membesar maka akan terjadi kebocoran kompresi.
d. Detergent kotoran atau lumpur hasil pembakaran akan tertinggal dalam komponen
mesin. Dampak buruk peninggalan ini adalah menambah hambatan gesekan pada
logam sekaligus menyumbat saluran pelumas. Tugas pelumas mesin adalah
melakukan pencucian terhadap kotoran yang masih menginap.
e.
Pressure absorbtion pelumas mesin meredam dan menahan tekanan mekanikal
setempat yang terjadi dan bereaksi pada komponen mesin yang dilumasi.
7/12/2019 MAKALAH OLI
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-oli 6/33
6 |Pelumas Bekas
Jenis Pelumas, antara lain:
a. Pelumas Mineral
Pelumas mineral berbahan bakar pelumas dasar (base oil) yang diambil dari
minyak bumi yang telah diolah dan disempurnakan. Beberapa pakar mesin
memberikan saran agar jika telah biasa menggunakan pelumas mineral selama
bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan pelumas sintetis
dikarenakan pelumas sintetis umumnya mengikis deposit (sisa) yang ditinggalkan
pelumas mineral sehingga deposit tadi terangkat dari tempatnya dan mengalir ke
celah-celah mesin sehingga mengganggu pemakaian mesin.
b. Pelumas Sintetis
Pelumas sintetis biasanya terdiri atas Polyalphaolifins yang datang dari bagian
terbersih dari pemilahan dari pelumas mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian
dicampur dengan pelumas mineral. Inilah mengapa pelumas sintetis bisa dicampur
dengan pelumas mineral dan sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-
ester (bukan bahan baju polyester ), yang paling sedikit bereaksi bila dicampur
dengan bahan lain. Pelumas sintetis cenderung tidak mengandung bahan karbon
reaktif, senyawa yang sangat tidak bagus untuk pelumas karena cenderung
bergabung dengan oksigen sehingga menghasilkan acid (asam). Pada dasarnya,
pelumas sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif
dibandingkan dengan pelumas mineral.
Karakteristik pelumas bekas bila ditinjau dari komposisi kimianya sendiri,
pelumas adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif.
Pelumas bekas lebih dari itu, dalam pelumas bekas terkandung sejumlah sisa hasil
pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat
karsinogenik.
II.3. Dampak Kesehatan pada Pekerja
Karena kandungan dari pelumas bekas dapat menyebabkan iritasi bahkan
keracunan. Gejala-gejala yang terlihat bila terjadi keracunan pelumas bekas, antara lain: