8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
1/39
BAB I
PENDAHULUAN
Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Pteron” yang artinya sayap (wing ).
Pterygium didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada subkonjungtiva dan
tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk
segitiga dengan kepala/ape menghadap ke sentral kornea dan basis menghadap lipatan
semilunar pada !antus.
Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga dengan pun!ak di
bagian sentral atau di daerah kornea.
Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.
Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. "aktor yang sering mempengaruhi adalah
daerah dekat dengan garis e#uator dan khatulisti$a, sebuah hubungan antara peningkatan
prevalensi dan daerah yang terkena paparan ultraviolet lebih tinggi
Pasien di ba$ah umur %& tahun jarang terjadi pterygium. Prevalensi pterygium meningkat
dengan umur, terutama dekade ke ' dan kehidupan. nsiden tinggi pada umur antara '*+-
tahun. Pterygium rekuren sering terjadi pada umur muda dibandingkan dengan umur tua. aki+
laki kali lebih berisiko daripada perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan
rendah dan ri$ayat paparan lingkungan di luar rumah.%
BAB II
1
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
2/39
LAPORAN KASUS
eorang pria bernama 0uan 1bi berumur & tahun bekerja sebagai tukang ojek datang ke
poli mata dengan keluhan mata merah. 2edua mata merah sejak % hari yang lalu. 3erah tampak
hanya sebagian. 4isertai rasa mengganjal dan mata berair. Penglihatan buram disangkal, nyeri
disangkal, fototobia disangkal. ebelumnya mata pasien sering merah terutama jika terkena
debu, hilang timbul selama tahun. 5i$ayat operasi mata disangkal. 5i$ayat trauma mata
disangkal.
2
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
3/39
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1. Status Pasien
3.1.1. Identitas Pasien
6ama7 0n. 1bi
8mur 7 & tahun
9enis kelamin7 Pria
1lamat7 +
Pekerjaan7 0ukang ojek
3.1.2. Autoanamnesis
%. 2eluhan 8tama7 3ata merah
8ntuk membantu menegakkan diagnosis maka diperlukan informasi lebih lanjut dengan
melakukan anamnesis tambahan, yaitu 7
'. 5i$ayat penyakit sekarang 7
+ ejak kapan keluhan mata merah: (untuk mengetahui perjalanan penyakit akut/kronik)
+ 4imana letak mata merahnya: 3ata kanan/kiri atau keduanya:
+ 1pakah ada penurunan tajam penglihatan (buram):
+ 1pakah mata merah sebagian atau menyeluruh:
+ 1pakah ada keluhan lain selain mata merah: eperti rasa gatal (kemungkinan konjungtivitis
alergi)
+ 1pakah ada rasa perih: (konjungtivitis akut)
+ 1pakah terasa seperti ada benda asing (rasa menggajal):
3
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
4/39
+ 1pakah mata berair (hiperlakrimasi):
+ 1pakah disertai rasa silau:
+ 1pakah ada demam atau infeksi tenggorokan: (untuk kemungkinan adanya konjungtivitis viral)
+ 1pakah ada penyakit infeksi selain di mata: (;onore)
. 5i$ayat penyakit dahulu 7
+ 1pakah sebelumnya pernah mengalami penyakit mata yang sama: (kemungkinan penyakit
yang !enderung rekuren) atau pernah mengalami penyakit mata yang lain:
+ 1pakah sebelumnya pernah menjalani operasi mata:
+ 1pakah pernah mengalami trauma mata:
+ 1pakah pasien memiliki ri$ayat penyakit sistemik: (43, hipertensi, untuk mengetahui faktor
resiko)
+ 1pakah ada ri$ayat alergi:
. 5i$ayat penyakit keluarga 7
+ 1pakah ada anggota keluarga memiliki keluhan yang sama:
+ 1pakah ada penyakit keturunan: (glau!oma)
&. 5i$ayat kebiasaan 7
+ 1pakah pasien memakai alat pelindung saat bekerja seperti helm dan ka!a mata pelindung :
(kemungkinan faktor resiko terpapar debu, sinar matahari)
+ 5i$ayat pemakaian ka!amata: (kemungkinan glau!oma)
+ 1pakah pasien menggunakan kontak lens:
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
5/39
3.1.3. Masala dan Hi!otesis
4aftar
3asalah4asar masalah 2eterangan =ipotesis
3ata merah
+ sebagian
>ertambahnya asupan
pembuluh darah atau
berkurangnya pengeluaran
darah oleh karena
pembendungan pembuluh
darah
0imbul jika terkena debu
=ilang timbul sejak
tahun
nfeksi dan inflamasi7
- ?piskleritis
- kleritis
- Pinguekulitis
- 2onjungitvitis
flikten
0rauma7
- Perdarahan
subkonjuntiva- Pseudopterigium
@askuler7
- Pterigium
5asamengganjal
9aringan fibrovaskular yangtumbuh menutupi kornea
yang terkikis oleh debu
Pterigium
Pseudopterigium
Pinguekula
3ata berair 5espon yang terjadi bila
terdapat benda asing pada
mata dan merupakan salah
satu upaya untuk
mengeluarkan benda asing
tersebut
nfeksi7
- kleritis
- 2onjungtivitis
flikten
0rauma7
- Pseudopterigium
5
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
6/39
- Perdarahan
subkonjungtiva
@askuler7
- Pterigium
Penurunan
ketajaman
visus
9aringan fibrovaskular yang
tumbuh menarik kornea ke
arah nasal yang membuat
ke!embungan kornea
berubah
A4
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
7/39
mata merah sebagian. Penyakit mata merah sebagian dan pasien mengaku penglihatan tidak
buram maka hipotesis yang dapat ditegakkan adalah skleritis, episkleritis, pterigium,
pseudopterigium, pinguekulitis, hematoma subkonjungtiva dan konjungtivitis flikten.
4ianalisa dari jenis kelamin pasien laki+laki dan didapatkan juga pekerjaan pasien
sebagai tukang ojek maka pasien beresiko banyak terpapar debu, sinar matahari, dan udara panas
yang !ukup lama yang mana hal ini dapat menimbulkan respon di mata.
2emungkinan respon akibat terpajan terlalu lama pada keadaan ini adalah ini adalah
pterigium dan pinguekulitis. 2edua penyakit ini dapat dibedakan dari pemeriksaan fisik. 4i
dukung usia pasien & tahun, pada usia produktif ini dengan pasien sering bekerja di luar
ruangan sehingga sering terpapar debu, udara panas dan sinar matahari yang dapat menjadi
penyebab mata merah pada pasien. 2arena usia pasien & tahun maka ini dapat menyingkarkan
hipotesis konjungtivitis flikten yang terjadi biasanya pada anak+anak.
Pada anamnesis selanjutnya pasien mengaku mata disertai rasa mengganjal, mata berair,
tidak nyeri dan penglihatan tidak buram maupun fotofobia. Pada pterigium juga dapat disertai
rasa mengganjal, karena pterigium didapatkan pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang
berbentuk segitiga di konjungtiva mata hingga kornea. 3ata berair pada pasien kemungkinan di
akibatkan oleh terjadinya peradangan pada mata maka sekresi musin dari kelenjar meibom
menurun sehingga air !epat menguap dan sebagai respon kelenjar air mata mengeluarkan !airan
mata lebih banyak lagi.
4ari ri$ayat sebelumnya juga didapatkan mata merah terutama jika terkena debu dan
hilang timbul selama tahun. ni menunjukkan keadaan eksaserbasi akut dan mendukung
hipotesis ptergium maupun pinguekula yang perjalanan penyakitnya sama dengan pasien yaitu
karena mata yang sering iritasi akibat terpajan debu, udara panas dan sinar matahari yang lama
dan berulang+ulang.
=ipotesis pseudopterigium dapat disingkirkan dengan pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan sonde jika tidak dapat masuk ke!elah antara konjungtiva dan jaringan tersebut.
5i$ayat trauma pada pasien disangkal maka dapat menyingkirkan hipotesis hematoma
subkonjungtiva dan pseudopteregium. =ipotesis skleritis dan episkleritis dapat diperiksa dengan
pemeriksaan fisik
7
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
8/39
3.1.". Peme#i$saan %isi$
8ntuk menunjang diagnosis, selain anamnesis yang lengkap juga menyeluruh, pemeriksaan fisik
juga dibutuhkan untuk mendukung diagnosis.
0108 ;?6?51 7 4alam batas normal
0108 A"013AA; 7
A4 A nterpretasi
@isus
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
9/39
(normal/palpasi) (normal/palpasi) menderita glaukoma
Palpebra 6ormal 6ormal 0idak terdapat kelainan pada
palpebra
2onjungtiva bulbi
3assa/9aringanfibrovaskular
(bagian nasal)
berbentuk
segitiga dengan
pun!ak di kornea,
hiperemis
3assa/9aringanfibrovaskular
(bagian nasal)
berbentuk
segitiga dengan
pun!ak di
limbus kornea,
hiperemis
0anda patognomonik pada penderita pterigium
2ornea 9ernih 9ernih 2ornea yang normal ber$arna
jernih sempurna dan transparan.
Pada pasien ini 6A531
BA1 4alam 4alam 0idak terdapat kelainan pada BA1
ris / Pupil 6ormal 6ormal ris normal, pelebaran dan
penyempitan pupil juga normal
ensa 9ernih 9ernih 6ormal
@itreus 9ernih 9ernih 6ormal
"undus 6ormal 6ormal 6ormal
0108 A21
A4 A
9
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
10/39
A4 7 terdapat kelainan pada subepitel konjungtiva bulbi, terdapat jaringan fibrovaskuler
yang berbentuk segitiga. >atas pterigium sudah mele$ati limbus kornea, mendekati
pupil.
A 7 terdapat kelainan pada subepitel konjungtiva bulbi, terdapat jaringan fibrovaskuler
yang berbentuk segitiga. Pun!ak pterigium berbatas pada limbus.
3.2. DIA&NOSIS KER'A
Pte#i(ium o)uli de*t#a stadium III den(an Asti(matisme dan Pte#i(ium o)uli sinist#a
stadium I
4asar 4iagnosis
%. 1namnesis7
4ari anamnesis diketahui pasien berjenis kelamin laki+laki dan bekerja sebagai tukang ojek yang
sangat beresiko tinggi untuk terpajan debu ataupun sinar matahari yang dapat memi!u terjadinya
pterigium, dan sebagai tambahannya se!ara epidemiologi pterigium lebih sering terjadi pada
laki+laki. 4ari anamnesis juga diketahui keluhan pasien berupa mata merah, terasa mengganjal,
tidak buram, tidak nyeri, tidak fotofobia dan ri$ayat operasi mata serta trauma disangkal, dari
keluhan tersebut kita dapat menyingkirkan kemungkinan lain seperti episkleritis, skleritis,
konjungtivitis, pseudopteregium dan perdarahan subkonjungtiva.
'. Pemeriksaan "isik
>erdasarkan pemeriksaan mata terlihat adanya jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga pada
bagian nasal, ini merupakan tanda khas “patognomonik” dari pterigium. Pasien juga terkena
astigmatisma pada mata kanan, kemungkinan disebabkan pterigum sudah mengenai kornea
10
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
11/39
sehingga kornea tertarik. 8ntuk mata kiri termasuk stadium pterygium hanya terbatas pada
limbus kornea. edangkan untuk mata kanan termasuk stadium karena pterygium sudah
melebihi stadium tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan !ahaya normal
(diameter pupil sekitar + mm).
3.3. DIA&NOSIS BANDIN&
%. Pinguekula
Pinguekula tampak seperti ber!ak putih+kekuningan di bagian nasal dari
kornea. Pinguekula disebabkan oleh degenarasi hyalin oleh karena
rangsangan yang lama oleh debu atau sinar yang sering terjadi pada orang
lanjut usia.
3.". PA+O%ISIOLO&I
0erjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, $alaupun
dapat pula disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu
atau iritan yang lain.
Pterigium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama
untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. emua kotoran pada konjungtiva
akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum lakrimalis dialirkan ke meatus nasi
inferior.
4aerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultraviolet yang lebih banyak
dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain, karena di samping kontak langsung, bagian
nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultraviolet se!ara tidak langsung akibat pantulan dari
hidung, karena itu pada bagian nasal konjungtiva lebih sering didapatkan pterigium
dibandingkan dengan bagian temporal.
11
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
12/39
8@+> merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p& yang terdapat pada
stem sel basal di limbus. ?kspresi berlebihan sitokin seperti 0;"+G dan @?;" (vascular
endothelial growth factor ) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis. '
1kibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial
fibrovaskular. 9aringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan
proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di ba$ah epitel yaitu substansia propia yang akhirnya
menembus kornea. 2erusakan kornea terdapat pada lapisan membran >o$man yang disebabkan
oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. 2erusakan
membran >o$man ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan
pterygium. ?pitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal
stem cell , terjadi konjungtivalisasi pada permukaan kornea. ;ejala dari defisiensi limbal adalah
pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran
basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. 0anda ini juga ditemukan pada pterygium dan oleh
karena itu banyak penelitian yang menunjukkan bah$a pterygium merupakan manifestasi dari
defisiensi atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell. Pterygium ditandai dengan
degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada
pemeriksaan histopatologi daerah kolagen abnormal yang mengalami degenerasi elastolik
tersebut ditemukan basofilia dengan menggunakan pe$arnaan hematoylin dan eosin,
Pemusnahan lapisan >o$man oleh jaringan fibrovas!ular sangat khas. ?pitel diatasnya biasanya
normal, tetapi mungkin a!anthoti!, hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering
menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet %,
Pterygium menimbulkan gangguan dari fungsi kornea dengan menyebabkan kornea
tertarik dan timbul kegagalan dalam meneruskan !ahaya sehingga bayangan akan difokuskan di
depan retina (penurunan visus) dan difokuskan pada beberapa titik (astigmatisme). 9aringan
"ibrovaskuler tersebut juga dapat menyebabkan reaksi peradangan, konjungtiva akan
melepaskan mediator mediator seperti histamin , leukotrien , prostaglandin sehingga
menyebabkan gejala seperti mata merah atau hiperemis, gatal , dan mata berair.
12
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
13/39
e!ara histologis pterigium dianggap lesi degeneratif, di!ontohkan oleh degradasi lapisan
>o$man dan elastosis. aat ini, bagaimanapun, pterygia digambarkan sebagai gangguan
proliferatif menyerupai respon penyembuhan luka menyimpang. histopatologis, pterygia ditandai
oleh pertumbuhan, hiperplastik !entripetally diarahkan diubah sel epitel limbal disertai dengan
pembubaran lapisan >o$man, epitel+mesen!hymal transisi, dan diaktifkan stroma fibroblastik
dengan peradangan, neovaskularisasi, dan remodeling matriks, dimediasi melalui tindakan
bersama dari sitokin, faktor pertumbuhan, dan metaloproteinase matriks.
=istopatologi dari kolagen abnormal pada area degenerasi elastik menunjukkan basofilia
dengan pe$arnaan hematoksilin dan eosin.2ornea menunjukkan destruksi pada lapisan
membrana >o$man akibat pertumbuhan fibrovaskular, disertai dengan peradangan ringan.
?pitelnya dapat normal, tipis atau menebal kadang disertai displasia.
3.,. PENA+ALAKSANAN
a. Medi$a Mentosa
4apat diberikan steroid topikal untuk mengatasi peradangan pada jaringan okular dengan
Prednisolone opthalmi! %H, tetes '% hari selama &+D hari.
elama tidak mengenai kornea, belum diperlukan tindakan operasi.
ndikasi operasi antara lain7
a. Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih dari mm dari limbus
b. Pterigium men!apai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
!. Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair, dan silau karena astigmatisme
d. 2osmetik
1dapun teknik operasi yang dilakukan adalah7
13
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
14/39
• >are !lera7 tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan
konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area
sklera yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi *H C &*H).
• imple Blosure 7 tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva
sangat ke!il)
• liding flap 7 insisi +shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung
menutup luka tersebut.
• 5otational flap 7 insisi 8+shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.
• Bonjun!tival graft7 graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai
ukuran luka dan dipindahkan kemudian dijahit.
-. Non Medi$a Mentosa
4iberikan edukasi kepada pasien untuk menggunakan ka!amata pelindung dan helm tertutup
ketika mengendarai motornya supaya terhindar dari pajanan debu dan sinar 8@.
14
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
15/39
3.. KOMPLIKASI
2omplikasi pterigium dapat berupa7
- Iritasi dan mata merah
Pterigium mudah meradang dan akan ber$arna merah bila terjadi iritasi.
- Gangguan penglihatan sentral
2arena pertumbuhan jaringan fibrovaskular pada pterigium bersifat invasif dan
degeneratif, bila jaringan tersebut telah mele$ati limbus maka dapat menutupi media
penglihatan. elain itu, jaringan fibrovaskular tersebut dapat menarik kornea sehingga
timbul astigmatisma. 2omplikasi gangguan penglihatan merupakan salah satu indikasi
dilakukannya pembedahan.
- Jaringan parut kronis pada konjungtiva dan kornea
Pada kornea, dapat terjadi pergantian lapisan membrana >o$man oleh hialin dan
jaringan elastin. 4engan demikian pterigium dapat menimbulkan kerusakan sampai
membrana >o$man yang kemungkinan bila kerusakannya luas dan besar
penyembuhannya dapat meninggalkan jaringan parut pada kornea.
- erbatasn!a gerakan bola mata dan diplopia
4apat timbul akibat keterlibatan yang luas otot ekstraokular . 4iplopia terutama
disebabkan karena s!arring pada 3. 5e!tus media. Pada pasien dengan pterigium yang
sudah diangkat, dapat terjadi pengeringan fo!al kornea mata akan tetapi hal ini sangat
jarang terjadi.
1dapun komplikasi yang timbul pas!a operasi pterigium antara lain7
I nfeksi dan reaksi bahan jahitan
I 4iplopia
I 9aringan parut pada kornea
15
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
16/39
I ?!tasia pada kornea dan atau sklera
2omplikasi berupa penipisan sklera dan atau kornea tersebut dapat terjadi beberapa
tahun atau dekade setelah dilakukan operasi pengangkatan pterigium.
I 5ekurensi pas!a operasi
3erupakan komplikasi tersering pas!a operasi, terutama pada pembedahan dengan
teknik eksisi sederhana dimana tingkat rekurensi dapat men!apai &*+J*H. 1ngka
rekurensi tersebut rata+rata berkurang &+%&H dengan penggunaan konjungtival/limbal
autografts atau transplantasi membran amniotik pada saat eksisi. %%
3./. PRO&NOSIS
Ad 0isam Du-ia ad Bonam
Pada o!uli detra memang terdapat gangguan penglihatan berupa astigmatisma tetapi
dengan koreksi lensa B+*,D& masih dapat di!apai visus normal sehingga tidak ada penurunan
visus. Pada o!uli sinistra tidak ditemukan kelainan visus, gerakan kedua mata tidak terhambat ke
segala arah dan hasil pemeriksaan media penglihatan masih dalam batas normal.
Ad 0itam ad Bonam
2ami menentukan prognosis ad vitam bonam karena pterigium yang diderita pasien
bersifat lokal (bukan sistemis). =al ini juga ditunjang oleh hasil pemeriksaan status generalis
yang dalam batas normal, menunjukkan tidak adanya penyakit sistemik yang mengan!am ji$a
pasien.
Ad Sanationam Du-ia ad Malam
3eskipun telah dilakukan operasi, kemungkinan rekurensi pterigium pada pasien ini
masih ada. ebab, pekerjaan pasien merupakan faktor resiko untuk terpapar debu, sinar 8@ dan
udara panas yang merupakan penyebab dari pterigium tersebut.
16
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
17/39
Ad Kosmeti$um du-ia ad -onam
Pterigium pada mata kanan yang diderita pasien apabila dilakukan tindakan operasi akan
menghilangkan jaringan fibrovaskular dan memperbaiki kosmetikumnya . Pada mata kiri pasien
ini belum mengenai kornea namun dapat pula segera menginvasi korneanya dengan !epat bila
mata masih sering terpajan debu ataupun sinar matahari kembali.
17
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
18/39
BAB I0
+IN'AUAN PUS+AKA
".1. ANA+OMI
Anatomi Kelo!a$ Mata
". #elenjar $
2elenjar ebasea
2elenjar 3oll atau 2elenjar 2eringat
2elenjar Keis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga menghasilkan
sebum
2elenjar 3eibom (2elenjar 0arsalis) terdapat di dalam tarsus. 2elenjar ini menghasilkan sebum
(minyak).
%. &tot-otot Palpebra$
3. Arbikularis Akuli
3. evator Palpebra
'. (i dalam kelopak mata terdapat $
0arsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar 3eibom yang
bermuara pada margo palpebra
eptum Arbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi
orbita dengan kelopak depan
0arsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. 0arsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar 3eibom (* buah di kelopak mata atas dan '* buah di kelopak ba$ah)
18
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
19/39
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah 1. Palpebrae
Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal 6. @, sedang kelopak
ba$ah oleh !abang ke saraf ke @ (6. @')D
Anatomi $onun(tia
2onjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
>erma!am+ma!am obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. 2onjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel ;oblet. 3usin bersifat membasahi bola mata terutama
kornea.D
19
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
20/39
2onjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 7
%.2onjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
'.2onjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di ba$ahnya.
.2onjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi.
2onjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di
ba$ahnya, sehingga bola mata mudah bergerak.
2onjungtiva di vaskularisasi oleh arteri !iliaris anterior dan arteri palpebralis. 2edua arteri ini
beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti
pola arterinya membentuk jaring+jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh
limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan
pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. 2onjungtiva menerima persarafan dari
per!abangan nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus. araf ini memiliki serabut nyeri yang
relatif sedikit.D
e!ara histologis konjungtiva terdiri atas epitel dan stroma. apisan epitel konjungtiva
terdir atas '+& lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. apisan epitel
konjungtiva di dekat limbus, diatas !arun!ula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi
kelopak mata terdiri atas sel+sel epitel skuamous bertingkat. el+sel superfisial mengandung sel+
sel goblet bulat dan oval yang mensekresi mukus. 3ukus yang terbentuk mendorong inti sel
goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea se!ara merata. D
el+sel epitel basal ber$arna lebih pekat dibandingkan sel+sel superfisial dan di dekat
limbus dapat mengandung pigmen. apisan stroma di bagi menjadi ' lapisan yaitu lapisan
adenoid dan lapisan fibrosa. apisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa
tempat dapat mengandung struktur sema!am folikel tanpa sentrum germinativum. apisan
adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur '+ bulan. =al ini menjelaskan
konjungtivitis inklusi pada nenonatus bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian
menjadi folikular. apisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
20
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
21/39
lempeng tarsus. =al ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. apisan
fibrosa tersusun longgar pada bola mata. 2elenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan
$olfring), yang struktur fungsinya mirip kelenjar lakrimal terletak di dalam stroma. ebagian
besar kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya di forniks ba$ah. 2elenjar $olfring terletak
di tepi tarsus atas
Anatomi Ko#nea
2ornea merupakan jaringan transparan dan avaskuler yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan ke!il. Permukaannya mempunyai lengkung teratur, mengkilap
li!in oleh air mata. 2ornea de$asa rata+rata mempunyai tebal *,& mm di tengah dan sekitar *,
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
22/39
%. apisan epitel
3erupakan lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi. 0ebalnya &* Lm, terdiri atas &+< lapis sel epitel
tidak bertanduk yang saling tumpang tindihM satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal
di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan ma!ula okludenM ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barier. el basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. >ila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren. ?pitel berasal dari ektoderm permukaan.
'. 3embrana bo$man
0erletak di ba$ah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. apisan ini tidak mempunyai daya
regenerasi.
. troma (substansia propria)
apisan ini berkontribusi -*H terhadap ketebalan kornea. 0erdiri atas lamella yang merupakan
susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini ber!abang. 0erbentuknya kembali serat
kolagen memakan $aktu yang lama terkadang sampai %& bulan. 2eratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. 4iduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
. 3embrana des!emet
3erupakan membran aseluler dan merupakan suatu membran elastik tipis yang jernih tersusun
padat dari serabut fibril. >ersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal * Lm.
&. ?ndothelium
22
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
23/39
3erupakan selapis sel kuboid yang melapisi bagian dalam dari kornea menghadap ke bilik mata
depan. >erasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar '*+* Lm. ?ndotel
melekat pada membran des!emet melalui hemidesmosom dan Nonula okluden.
umber+sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh+pembuluh darah limbus, humor akuos,
dan air mata. 2ornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer yang
larut ke dalam air mata.
yaraf+syaraf sensorik kornea didapat dari per!abangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis
@ (trigeminus). 4i epitel kornea tersebar akhiran syaraf sensibel yang telanjang. >ila kena
paparan maka akan menghasilkan rasa sakit. 9umlah yang banyak dari akhiran syaraf dan
lokasinya yang tersebar akan peka $alaupun dengan sentuhan/abrasi yang halus pada epitel
kornea. 2ejernihan dari kornea terjadi karena keseragaman struktur, avaskuler, dan deturgens.
Anatomi Bola Mata
4indingnya terdiri dari lapisan7
%. 0unika "ibrosa7
2ornea dan s!lera
'. 0unika vaskulosa ( Ouvea)
Bhoroid, Borpus !iliaris dan ris
. 0unika sensoris (retina)
5etina
@askularisasi
23
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
24/39
%. Palpebra
0erdiri dari7
upratro!hlearis, supraorbitalis, la!rimalis dan 1. nasalis dorsalis (!abang dari a. ophtalmi!a)
1. angularis (!abang a. fa!ialis)
1. fa!ialis transverses (!abang a. temporalis superfi!ialis)
1. temporalis superfi!ialis
4rainage vena sesuai arteinya, kemudian v. ophtalmi!a
'. >ola mata
1rteri yang menyuplai struktur dalam orbita termasuk bola mata adalah dari a. ophtalmi!a yang
merupakan !abang dari a. !arotis interna. 1. ophthalmi!a berjalan ke dalam !avum orbita melalui
!analis opti!us bersama+sama dengan n. opti!us
1da ' vena utama pada orbita yaitu7
v. ophtalmi!a superior
v. ophtalmi!a inferior
nervasi
%. Palpebra
+2omponen sensoris semua !abang 6.@
+komponen motoris
+6. @ menginervasi bag. Palpebra m. orbi!ularis o!uli
+6. menginervasi m. levator palpebra superior
erabut simpatis menginervasi m. tarsalis superior
'. >ola mata
24
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
25/39
araf yang berjalan ke dalam !avum orbita7 6. , 6., 6.@, 6 @ saraf otonom
araf yang berjalan keluar dari !avum orbita7 6. @%
".2. KLASI%IKASI MA+A MERAH
%) 3ata merah visus normal
3erah sebagian7+ ?piskleritis
3erupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtivadan
permukaan sklera.?piskleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan
usia pertengahan dengan ba$aan penyakit rematik. 2eluhannya dapat berupa 7
• mata terasa kering.
• rasa sakit yang ringan.
• 3engganjal.
• konjungtiva yang kemotik.
+ kleritis
kleritis adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar ber$arna putih yang
melapisimata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.
;ejala7
%. 2emerahan pada sklera dan konjungtiva.
'. 0erdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu
yang kadang membangunkan se$aktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
. "otofobia.
. 3ata berair.
25
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
26/39
&. Penglihatan menurun
+ Perdarahan subkonjungtiva
=ematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
(hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan dan batuk rejan). 0anda dari hematoma subkonjungtiva adalah mata
merah bisa ke!il atau luas di seluruh konjungtiva pasien, $arna merah lama+lama
berubah jadi hitam seperti hematoma umumnya, dan tidak sakit.
+ Pterigium
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada !elak kelopak bagiannasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea. Pteregium berbentuk
segitiga dengan pun!ak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah
mengalami peradangan dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan ber$arna
merah. pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium disebabkan iritasi kronis
akibat debu, !ahaya sinar matahari (8@), dan udara yang panas. Pterigium akan
memberikan keluhan mata iritatif dan merah dan berair.
+ Pinguekulitis
Pinguekulitis merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang
tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan
angin panas. etak ber!ak ini pada !elah kelopak mta terutama di bagian nasal.
Pinguekula iritans ini merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa
konjungtiva.Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula, tetapi bila meradang
atau terjadi iritasi maka sekitar ber!ak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah
yang melebar.+ 2onjungtivitis flikten
2onjungtivitis flikten merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi
terhadap bakteri atau antigen tertentu. 2onjungtivitis flikten disebabkan oleh karena
alergi (hipersensitivitas tipe @) terhadap tuberkuloprotein, stafilokok,
limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi di tempat lain
dalam tubuh. ;ejala konjungtivitis flikten adalah mata berair, iritasi dengan rasa
26
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
27/39
sakit, fotofobia dapat ringan hingga berat. >ila kornea ikut terkena selain dari pada
rasa sakit, pasien juga akan merasa silau disertai blefarospasme.
3erah menyeluruh7
+ 2onjungtivitis
2onjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia
konjungtiva disertai dengan pengeluaran se!ret. 2onjun!tivitis dapat disebabkan
bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan mollus!um !ontagiosum.
') 3ata merah visus turun
+ 2eratitis
2eratitis adalah radang kornea yang biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea
yang terkena, seperti keratitis superfisialis dalam interstisial atau profunda. 2eratitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, kera!unan obat, reaksi
alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.
2eratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.
+ 8lkus 2ornea
8lserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. 8lkus yang
ke!il dan superfisial akan lebih !epat sembuh, kornea dapat jernih kembali.Pada ulkus
yang menghan!urkan membran >o$man dan stroma, akan menimbulkan sikatriks
kornea.;ejala subjektif sama seperti gejala keratitis. ;ejala objektif berupa injeksi
siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang
lebih beratdapat terjadi iritis disertai hipopion.
+ 8veitis
5adang uvea dpat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau iris dan keadaan
ini disebut iritis. >ila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut siklitis.
>iasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior/
iridosiklitis. 8veitis anterior akut ada yg granulomatosa dan nongranulomatosa.
8veitis anterior akut granulomatosa terjadi akibat sarkoiditis, sifilis, tuberkulosos,
virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit (tooplasmosis). 8veitis anterior akut
nongranulomatosa disebabkan karena trauma, diare kronis, penyakit 5eiter, herpes
27
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
28/39
simple, sindrom >e!het, sindrom Posner !hlosman, pas!abedah, infeksi
adenovirus, parotitis, influenNa, dan klamidia. 2eluhan pasien dengan uveitis akut
adalah mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan
mata merah. 2eluhan sukar melihat dekat karena ikut meradangnya otot+otot
akomodasi.
+ ;laukoma 1kut
eseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
sepertiorang yang sakit berat dan kelihatan payahM mereka diantar oleh orang lain atau
dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang+kadang pakai
selimut. =al inilah yang mengelabui dokter umumM sering dikiranya seorang
penderitadengan suatu penyakit sistemik.
4alam anamnesis, keluarganya akan men!eritakan bah$a sudah sekian hari
penderitatidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah+muntah, nyeri dirasakan di
dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya $arna pelangi
disekitar lampu.Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
bulbi yang sangathiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. >ilik
mata depan dangkaldapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari
samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang
hampir total.
+ Panoftalmitis
Panoftalmitis adalah peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul 0enon
sehingga bola mata merupakan rongga abses. Panoftalmitis memberikan gejala
kemunduran tajam penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refle di dalam
fundus dan okuli
+ ?ndoftalmitis
28
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
29/39
?ndoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intrao!ular,
yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpamelibatkan
sklera dan kapsula tenon, yang biasanya terjadi akibat adanya infeksi.
+ Aftalmina simpatika
3erupakan peradangan bilateral dengan penglihatan menurun dengan mata merah.
>iasanya akibat trauma tembus atau bedah mata intraokular. 0anda dini adalah
gangguan binokular akomodasi atau tanda radang ringan uvea anterior dan posterior.
0anda yang terlihat pada oftalmina simpatika adalah mata sakit dan fotofobia pada
kedua mata.J
".3. P+ER4&IUM
De5inisi
Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada !elah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga
dengan pun!ak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila
terjadi iritasi, maka bagian pterygium akan ber$arna merah%*
Etiolo(i dan %a$to# Risi$o
=ingga saat ini etiologi pasti pterygium masih belum diketahui se!ara pasti. >eberapa
faktor resiko pterygium antara lain adalah paparan ultraviolet, mikro trauma kronis pada mata,
infeksi mikroba atau virus. elain itu beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik
se!ara kuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin 1 juga berpotensi
menimbulkan pterygium. elain itu ada juga yang mengatakan bah$a etiologi pterygium
merupakan suatu fenomena iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin
karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang
berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. >eberapa kasus dilaporkan sekelompok
29
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
30/39
anggota keluarga dengan pterygium dan berdasarkan penelitian menunjukkan ri$ayat keluarga
dengan pterygium, kemungkinan diturunkan autosom dominan.
0erdapat banyak perdebatan mengenai etiologi atau penyebab pterygium. 4isebutkan
bah$a radiasi sinar 8ltra violet > sebagai salah satu penyebabnya. inar 8@+> merupakan sinar
yang dapat menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p& pada sel+sel benih embrional di
basal limbus kornea. 0anpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan pertumbuhan
faktor >eta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada sistem
kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga
degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular, seringkali disertai dengan
inflamasi. apisan epitel dapat saja normal, menebal atau menipis dan biasanya menunjukkan
dysplasia. '
0erdapat teori bah$a mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan lainnya
atau kekeringan juga berfungsi sebagai faktor resiko pterygium. Arang yang banyak
menghabiskan $aktunya dengan melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami
pterygium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam
ruangan. 2elompok masyarakat yang sering terkena pterygium adalah petani, nelayan atau
olahraga$an (golf) dan tukang kebun. 2ebanyakan timbulnya pterygium memang multifaktorial
dan termasuk kemungkinan adanya keturunan (faktor herediter).
Pterygium banyak terdapat di nasal daripada temporal. Penyebab dominannya pterygium
terdapat di bagian nasal juga belum jelas diketahui namun kemungkinan disebabkan
meningkatnya kerusakan akibat sinar ultra violet di area tersebut. ebuah penelitian
menyebutkan bah$a kornea sendiri dapat bekerja seperti lensa menyamping (side+on) yang dapat
memfokuskan sinar ultra violet ke area nasal tersebut.
0eori lainnya menyebutkan bah$a pterygium memiliki bentuk yang menyerupai tumor.
2arakteristik ini disebabkan karena adanya kekambuhan setelah dilakukannya reseksi dan jenis
terapi yang diikuti selanjutnya (radiasi, antimetabolit). ;en p& yang merupakan penanda
neoplasia dan apoptosis ditemukan pada pterygium. Peningkatan ini merupakan kelainan
pertumbuhan yang menga!u pada proliferasi sel yang tidak terkontrol daripada kelainan
degeneratif. -
30
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
31/39
%. Paparan sinar matahari (8@)
Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan terjadinya
pterigium. =al ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada
pada daerah dekat e#uator dan pada orang Corang yang menghabiskan banyak $aktu di
lapangan.
'. ritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)
"aktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan kimia
berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan). 8@+> merupakan mutagenik untuk p&
tumor supressor gen pada stem sel limbal. 0anpa apoptosis, transforming gro$th fa!tor+beta over
produksi dan memi!u terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan angiogenesis.
elanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya
jaringan fibrovaskuler subepitelial. 2ornea menunjukkan destruksi membran >o$man akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.
%a$to# #isi$o 6an( mem!en(a#ui anta#a lain
". )sia
Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia de$asa
tetapi dapat juga ditemui pada usia anak+anak. 0an berpendapat pterygium terbanyak pada usia
dekade dua dan tiga.
%. Pekerjaan
Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar 8@.
'. empat tinggal
;ambaran yang paling men!olok dari pterygium adalah distribusi geografisnya. 4istribusi ini
meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad terakhir menunjukkan
bah$a negara di khatulisti$a memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. urvei lain
juga menyatakan orang yang menghabiskan & tahun pertama kehidupannya pada garis lintang
31
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
32/39
kurang dari ** memiliki risiko penderita pterygium < kali lebih besar dibandingkan daerah
yang lebih selatan.
*. Jenis kelamin
0idak terdapat perbedaan risiko antara laki+laki dan perempuan.
+. ,erediter
Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan se!ara autosomal dominan.
. Infeksi
=uman Papiloma @irus (=P@) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium.
. /aktor risiko lainn!a
2elembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel+partikel tertentu seperti asap rokok,
pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium
&eala
Pterygium dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Pterygium dapat hanya terdiri atas sedikit
vaskular dan tidak ada tanda+tanda pertumbuhan. Pterygium dapat aktif dengan tanda+tanda
hiperemia serta dapat tumbuh dengan !epat.
Pasien yang mengalami pterygium dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik).
2ebanyakan gejala ditemukan saat pemeriksaan berupa iritasi, perubahan tajam penglihatan,
sensasi adanya benda asing atau fotofobia. Penurunan tajam penglihatan dapat timbul bila
pterygium menyeberang ais visual atau menyebabkan meningkatnya astigmatisme. ?fek
lanjutnya yang disebabkan membesarnya ukuran lesi menyebabkan terjadinya diplopia yang
biasanya timbul pada sisi lateral. ?fek ini akan timbul lebih sering pada lesi+lesi rekuren
(kambuhan) dengan pembentukan jaringan parut.
32
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
33/39
Pterygium memiliki tiga bagian 7
a. >agian kepala atau !ap, biasanya datar, terdiri atas Nona abu+abu pada kornea yang
kebanyakan terdiri atas fibroblast. 1rea ini menginvasi dan menghan!urkan lapisan >o$man
pada kornea. ;aris Nat besi (iron line/to!kerQs line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala.
1rea ini juga merupakan area kornea yang kering.
b. >again $hitish. 0erletak langsung setelah !ap. 3erupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang
menginvasi kornea seperti halnya kepala.
!. >agian badan atau ekor. 3erupakan bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan
area vesikuler pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. >adan ini menjadi tanda
khas yang paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan'
Klasi5i$asi Pte#6(ium
Pterygium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium, progresifitasnya
dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu7
%. >erdasarkan 0ipenya pterygium dibagi atas 7
+ 0ipe 7 Pterygium ke!il, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea pada
tepinya saja. esi meluas R ' mm dari kornea. 0tocker1s line atau deposit besi dapat dijumpai
33
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
34/39
pada epitel kornea dan kepala pterygium. esi sering asimptomatis, meskipun sering mengalami
inflamasi ringan. Pasien yang memakai lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih !epat.+ 0ipe 7 di sebut juga pterygium tipe primer advan!ed atau ptrerigium rekuren tanpa
keterlibatan Nona optik. Pada tubuh pterygium sering nampak kapiler+kapiler yang membesar.
esi menutupi kornea sampai mm, dapat primer atau rekuren setelah operasi, berpengaruh
dengan tear film dan menimbulkan astigmat.
+ 0ipe 7 Pterygium primer atau rekuren dengan keterlibatan Nona optik. 3erupakan bentuk
pterygium yang paling berat. 2eterlibatan Nona optik membedakan tipe ini dengan yang lain.
esi mengenai kornea I mm dan mengganggu aksis visual. esi yang luas khususnya pada
kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke forniks dan
biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan
'. >erdasarkan stadium pterygium dibagi ke dalam stadium yaitu7tadium 7 jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea
tadium 7 jika pterygium sudah mele$ati limbus dan belum men!apai pupil, tidak lebih
dari ' mm mele$ati kornea.tadium 7 jika pterygium sudah melebihi stadium tetapi tidak melebihi pinggiran pupil
mata dalam keadaan !ahaya normal (diameter pupil sekitar +
mm).
tadium @ 7 jika pertumbuhan pterygium sudah mele$ati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.
. >erdasarkan lokasi pterygium dapat dibagi menjadi7
+ Pterygium impleks, jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
+ Pterygium 4upleks, jika terjadi di nasal dan temporal.
. >erdasarkan perjalanan penyakitnya, pterygium dibagi menjadi ' yaitu7
+ Pterygium progresif 7 tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala
pterygium (disebut cap dari pterygium)
+ Pterygium regresif 7 tipis, atrofi, sedikit vaskular. 1khirnya menjadi bentuk membran, tetapi
tidak pernah hilang.34
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
35/39
&. >erdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterygium dan harus diperiksa dengan
slit lamp pterygium dibagi yaitu7
+ 0% (atrofi) 7 pembuluh darah episkleral jelas terlihat
+ 0' (intermediet) 7 pembuluh darah episkleral sebagian terlihat
+ 0 ( flesh!2 opa3ue) 7 pembuluh darah tidak jelas'
Peme#i$saan Dalam Pene(a$an Dia(nosis
1. Anamnesis
Pasien dengan pterigium datang dengan keluhan yang berma!am, mulai dari tak ada. ;ejala
hingga keluhan seperti mata kemerahan, membengkak, gatal, iritasi, pandangan kabur yang
berhubungan dengan lesi yang meninggi pada satu atau kedua mata
2. Peme#i$saan %isi$
Pterigium mun!ul dengan perubahan fibrovaskular yang beragam pada permukaan konjungtiva
dan kornea. ebih sering mun!ul dari daerah konjungtiva nasal dan meluas hingga ke kornea
nasal, $alaupun bisa juga bisa dari lokasi lain misal temporal. 0ampilan klinis bisa dibedakan
menjadi dua kategori umum, yaitu7
+ Pasien dengan proliferasi minimal dan tampilan atrofik. Pterigia pada grup ini tampak lebih
datar dan tumbuh lambat dan memiliki insidensi kekambuhan yang lebih rendah setelah dieksisi.
+ ;rup kedua datang dengan ri$ayat pertumbuhan !epat dan komponen fibrovaskular yang
meninggi se!ara signifikan. Pterigium pada grup ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi
setelah dieksisi.
%
+e#a!i
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. >ila pterygium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan pterygium
35
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
36/39
adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan
akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
indungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan ka!amata
pelindung. >ila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid.
>ila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. >ila diberi
vasokontriktor maka perlu kontrol ' minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan
dihentikan.
+inda$an O!e#ati5
0indakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila pterygium telah
mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau
bola mata.
0indakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat pterygium yang
membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau se!ara tetap meradang dan teriritasi.
Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi > atau terapi
lainnya.
ndikasi Aperasi 3!5eynold
%. Pterigium telah memasuki kornea lebih dari mm.
'. Pertumbuhan yang progresif, terutama pterigium jenis
vas!ular.
. 3ata terasa mengganjal.
. @isus menurun, terus berair.
&. 3ata merah sekali.
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
37/39
9enis Aperasi pada Pterygium antara lain 7
• >are !lera7 tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan
konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area
sklera yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi *H C &*H).
• imple Blosure 7 tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva
sangat ke!il)
• liding flap 7 insisi +shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung
menutup luka tersebut.
• 5otational flap 7 insisi 8+shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.
• Bonjun!tival graft7 graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai
ukuran luka dan dipindahkan kemudian dijahit.
BAB 0
KESIMPULAN
37
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
38/39
>erdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan opthalmologi, dan status lokalis dapat
disimpulkan bah$a 0n. 1bi menderita pterigium derajat okuli detra dengan astigmatisme dan
pterigium derajat % okuli sinistra. Pterigium pada mata kanan 0n 1bi sudah memenuhi indikasi
operasi sebab telah terjadi gangguan penglihatan berupa astigmatisma akibat penarikan kornea
oleh pterigium. 1kan tetapi karena pterigium memiliki tingkat rekurensi yang !ukup tinggi
terutama pada pasien dengan fa!tor resiko seperti 0n. 1bi, maka apabila 0n. 1bi menolak
melakukan tindakan operasi bisa diberikan alternatif lain seperti, pemberian ka!amata koreksi
dan air mata buatan, serta dilakukan follo$ up agar dapat diambil tindakan segera apabila terjadi
peningkatan progresivitas terhadap fungsi penglihatan 0n. 1bi dan yang terpenting adalah
mengurangi fa!tor resiko dengan !ara melindungi mata dari paparan sinar 8@, debu, angin, dll
dengan menggunakan helm dan ka!amata pelindung terutama saat bekerja.BAB 0I
DA%+AR PUS+AKA
%. asNuarni. Prevalensi Pterygium di 2abupaten angkat. 0esis 4okter pesialis 3ata.
4epartemen lmu 2esehatan 3ata "akultas 2edokteran 8niversitas umatera 8taraM '**-.
'. 1nonim. Pedoman 4iagnosis dan 0erapi. >ag/3" lmu Penyakit 3ata. ?disi . urabaya7
Penerbit 1irlanggaM '**
8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium
39/39
J. Sidyasari 9. 2lasifikasi 3ata 3erah. 1vailable at7
http7//$$$.s!ribd.!om/jessie$idyasari/d/adan Penerbit "28M '*%%. p %J*+%
http://www.eyewiki.aao.org/Pterygiumhttp://www.eyewiki.aao.org/Pterygium