Top Banner
MAKALAH MAWARIS BAB AUL DAN RADD A. PENDAHULUAN Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari jiwa yang satu, yang darinya Dia menciptakan pasangannya serta terciptalah dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan. Salam sejahtera semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wasallam yang telah diutus untuk memberi rahmat bagi seluruh alam semesta. Juga semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan keridhaan kepada para sahabat dan para pengikutnya. Islam telah datang dengan membawa sinar kebenaran bagi manusia secara keseluruhan dan memadamkan api kebodohan yang ada di tengah-tengah mereka, sehingga mereka mendapatkan kemenangansetelah terperangkap di dalam kegelapan. Mereka pun bangkit setelah mengalami keterpurukan setelah mengalami sakit selama berabad-abad. Syari’at Islam telah mengatur seluruh tata cara hidup manusia, mulai dari masalah yang kecil hingga yang tinggi. Mulai dari bersuci hingga berjihad. Tidak diragukan lagi kebenaran agama ini, yang menempatkan akal di bawah wahyu. Makalah ini membahas mengenai Mawaris tepatnya tentang Al-aul, Ar-rad, dan acara pembagian sisa harta. Disini kami membaginya ke dalam dua bab, yaitu yang pertama Al-aul dan yang kedua Ar-rad. Tentunya makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami sebagai penuntut ilmu. Kami berharap Allah ‘Azza wa Jalla memberikan manfaat atas makalah ini serta meridhai-Nya. Kami berdo’a semoga Allah mengampuni dan mengasihi orang tua kita. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. B. PEMBAHASAN
23

MAKALAH MAWARIS

Jan 31, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH MAWARIS

MAKALAH MAWARIS BAB AUL DAN RADDA.    PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari jiwa  yang satu, yang darinya Dia menciptakan pasangannya serta terciptalah dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan. Salam sejahtera semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wasallam yang telah diutus untuk memberi rahmat bagi seluruh alam semesta. Juga semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberikan keridhaan kepada para sahabat dan para pengikutnya.            Islam telah datang dengan membawa sinar kebenaran bagi manusia secara keseluruhan dan memadamkan api kebodohan yangada di tengah-tengah mereka, sehingga mereka mendapatkan kemenangansetelah terperangkap di dalam kegelapan. Mereka pun bangkit setelah mengalami keterpurukan setelah mengalami sakit selama berabad-abad.Syari’at Islam telah mengatur seluruh tata cara hidup manusia, mulai dari masalah yang kecil hingga yang tinggi. Mulai dari bersuci hingga berjihad. Tidak diragukan lagi kebenaran agama ini, yang menempatkan akal di bawah wahyu.Makalah ini membahas mengenai Mawaris tepatnya  tentang Al-aul, Ar-rad, dan acara pembagian sisa harta. Disini kami membaginya kedalam dua bab, yaitu yang pertama Al-aul dan yang kedua Ar-rad. Tentunya makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kami sebagai penuntut ilmu.Kami berharap Allah ‘Azza wa Jalla memberikan manfaat atas makalah ini serta meridhai-Nya. Kami berdo’a semoga Allah mengampuni dan mengasihi orang tua kita. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

B.    PEMBAHASAN

Page 2: MAKALAH MAWARIS

          BAB IAL-AUL    Aul menurut bahasa berarti menyimpang dan condong.  Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ساء: عول�وا)ال�ن� ن��ى الات�� ل�ك� اد (3د�“Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa’ : 3)    Menurut istilah fuqaha, aul berarti kelebihan saham ashabul furud dari besarnya asal masalah, dan ada penyusutan dalam kadar penerimaan mereka.(1)    Aul dan Rad terjadi jika susunan ahli waris tidak ada ahli waris asabah, melainkan semuanya zawil furud sehingga penyebut tidak sama besarnya dengan pembilang. Aul , penyebut lebih kecil dari pembilang. Rad , penyebut lebih besar dari pembilang. Baik aul dan rad penyebut harus menyamakan diri dengan pembilang, adakalanya naik dan adakalanya turun.(2)    Masalah pembagian waris yang pertama kali mengenai aul terjadi pada jaman Kholifah Umar, yaitu ketika dia memutuskan waris untuk suami dan dua orang saudara perempuan.    Ketika ahli waris terdiri dari seorang suami dan dua orang saudaraperempuan kandung, maka pembagiannya menurut ketentuan Al-Faraidh adalah sebagai berikut:Suami            =1/2        =3/62 Saudara perempuan    =2/3        =4/6Jumlah                     =7/6

Dari hasil pembagian waris tersebut terlihat bahwa jumlahnya = 7/6 (melebihi 1), maka solusinya tiap-tiap ahli waris perlu dikurangi bagiannya, agar harta waris yang ada mencukupi, yaitu dengan melakukan aul. Cara termudah untuk menyelesaikannya adalahbagian tiap-tiap ahli waris dibagi dengan 7/6, atau angka penyebut 6 dinaikkan menjadi 7. Dengan dilskukan aul, bagian suami yang awalnya ½ berubah menjadi3/7, dan bagian dua saudara perempuan yang awalnya 2/3 berubah menjadi 4/7. Sehingga total menjadi 1(harta waris terbagi habis).(3)

Page 3: MAKALAH MAWARIS

BAB IIAR-RAD    Ar-rad adalah kebalikan dari Al-aul. Rad berarti mengembalikan sisa harta warisan kepada ashabul furudh menurut bagian yang ditentukan mereka ketika tidak adanya ashib nasabi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa syarat dalam rad adalah tidak adanya ashib nasabi, karena jika adanya ashib nasabi, maka dia yang akan mendapatkan sisa dari warisan yang telah dibagikan kepada ashabul furudh, dimana dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:“Berikanlah bagian-bagian yang ditentukan (faraidh) kepada pemegang haknya, maka sisanya adalah untuk orang laki-laki yang lebih utama.”(Muttafaqun ‘alayh)Menurut istilah para fuqaha, rad berarti memberikan sisa dari bagian-bagian yang ditentukan ashabul furud al-nasabiyah kepada mereka menurut furudh mereka ketika tidak ada ahli waris lain yang berhak menerimanya.Rukun rad:1. Adanya ashabul furudh.2. Adanya kelebihan dari harta warisan.3. Tidak adanya ahli waris ashabah. Tidak ada ketentuan yang tegas mengatur masalah rad ini, sehinggaterdapat perbedaan pendapat di antara para ahliFaraidh terkait dengan rad. Beberapa pendapat tersebut antara lain:1.    Pendapat Zaid bin TsabitTidak ada rad bagi siapapun diantara ahliwaris Zawul Furudh, sisaharta waris harus diserahkan kepada Baitul Mal (Baitul Mal yang teratir baik), ecuali ada ahliwaris Ashabah. (4) pendapat ini dianut oleh Madzhab Syafi’i dan Maliki. (5)

2.    Pendapat Umar, Ali dan Jumhur SahabatSemua ahli waris Zawil Furudh berhak atas rad inikecuali Suami/Istri. Karena rad dimiliki dengan jalan rahim, sedangkan Suami/Istri hanya sebab perkawinan. Undang-undang waris di Mesir termasuk yang menerapkan pendapat kedua ini, kecuali apabila si mayit tidak meninggalkan ahli waris selain Suami/Istri, maka Suami/Istri berhak atas rad setelah terlebih dahulu memberikan bagian Zawil Arham. (6)

Page 4: MAKALAH MAWARIS

3.    Pendapat UtsmanSemua ahli waris Zawil Furudh termasuk Suami/Istri berhak atas rad, mengingat Suami/Istri juga terkurangi haknya dalam masalah aul. Maka orang yang dikurangi haknya edalam beberapa hal (dalam hal aul), patut mendapat hak tambahan dalam beberapa hal (dalam hal rad). (7)

    Pemahaman tentang rad dapat dijelaskan dengan contoh, misalkan seorang mayit meninggalkan ahli waris terdiri dari seorang ibu dan seorang anak perempuan, tidak ada ahli waris ashabah. Maka pembagiannya menurut Al-Faraidh adalah sebagai berikut:

Ibu            =  1/6        = 1/6    Anak perempuan    = 1/2        = 3/6________________________________Jumlah                    = 4/6

    Dari hasil perhitungan terihat bahwa jumlahnya adalah 4/6 (kurang dari 1), artinya harta waris masih sisa. Maka sisanya dikembalikan lagi kepada para ahli waris tersebut dengan dilakukan rad. Dan cara termudah yang dapat dilakukan adalah bagian tip-tiap ahli waris dibagi dengan 2/3, atau angka penyebut6 diturunkan menjadi 4.     Dengan dilakukan rad, bagian Ibu yang awalnya 1/6 berubah menjadi ¼ dan bagian seorang anak perempuan yang awalnya ½ berubah menjadi 3/4 sehingga total menjadi 1 (harta waris terbagihabis).

C.    PENUTUP    Segala puji bagi Allah yang hanya dengan bimbingan-Nya  segala amal kebaikan dapat terlaksana. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam,

Page 5: MAKALAH MAWARIS

Keluarganya, Sahabatnya dan para Pengikutnya hingga Hari Kiamat.    Semoga penulisan makalah ini mendapat ridha-Nya, dan semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Bashori, H., Subchan, Al-Faraidh, Jakarta: Nusantara Publisher, 2009.2.    Muhammad, Kamil, Uwaidah, Fiqih Wanita, Penerjemah Ghoffar,M. Abdul, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998.3.    Syafi’i, Ahmad, Mufid, Agama Islam, Jakarta: Yudistira, 2002.4.    Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Penerjemah, Kamaluddin A. Marquki, Bandung: PT Alma’arif,1987.5.    Hasan, A., Al-Faraid: Ilmu Pembagian Waris. Surabaya: Pustaka Progressif, 2003.6.    Al-qur’anul karimhttp://halimah-amatullaah.blogspot.com/2012/04/makalah-mawaris-bab-aul-dan-radd.html

BAB I

PENDAHULUAN

Page 6: MAKALAH MAWARIS

Allah Maha Adil tidak mengabaikan dan melalaikan hak setiap

ahli waris. Bahkan dengan aturan yang sangat jelas dan

sempurna telah menentukan pembagian setiap ahli waris dengan

adil dan penuh bijaksana.

Perlu diketahui bahwa semua kitab tentang waris yang telah

ditulis / disusun oleh para ulama merupakan penjelasan dari

apa yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an yakni penjabaran

kandungan ayat-ayat bagi kita sudah jelas yaitu membagi yang

adil.

'Aul dan Radd merupakan bagian dari tata cara pembagian

warisan yang merupakan hasil ijtihad sahabat yaitu sayyidina

Umar Ibn Khattab ra dan diteruskan oleh para Imam Mujtahid

kemudian para ulama yang dijadikan sebagai pedoman dalam

pembagian warisan.

'Aul dan Radd ini juga termuat dalam Kompilasi Hukum Islam

yang dijadikan salah satu bahan rujukan dalam pemecahan

masalah kewarisan di Indonesia (Pengadilan Agama) merupakan

Page 7: MAKALAH MAWARIS

hasil dari kesepakatan / masukan para Ulama yang bersumber

dari kitab-kitan sumber hukum lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN

'AUL DAN RADD

A. Pengertian Aul

'Aul menurut bahasa mempunyai arti berbuat dzalim dan

menyimpang, tambahan dan naik. Menurut istilah ialah lebih

besarnya jumlah yang harus dibagikan dalam perhitungannya.

[1]

B. Contoh Aul

Seorang mati meninggalkan : isteri, 2 saudara perempuan

kandung dan ibu. Berapa bagian masing-masing ?

Isteri 1/4 3

2 Saudara 2/3 8

Page 8: MAKALAH MAWARIS

perempuan

kandung

Ibu 1/6 2

Asal masalah 12 13

Masalah diaulkan dari 12 ke 13, 12 tidak dianggap dan

ditetapkan 13 sebagai asal masalah.[2]

C. Pengertian Radd

Radd menurut bahasa adalah penolakan atau penyerahan,

menurut istilah ilmu faraidh: penolakan kepada Dzawil furudh

yaitu harta yang masih lebih sesudah mereka mengambil

bagiannya masing-masing (furudnya masing-masing)

Menurut Kompilasi Hukum Islam, apabila dalam pembagian

harta warisan di antara para ahli waris dzawil furudh

menunjukkan bahwa angka pembilang lebih kecil dari angka

penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris ashabah maka

pembagian harta warisan tersebut dilakukan dengan cara radd

Page 9: MAKALAH MAWARIS

yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris sedangkan

sisanya dibagikan berimbang di antara mereka.[3]

D. Contoh Radd

Seseorang mati meningalkan : isteri, nenek, dan 2

saudara perempuan seibu. Berapakah bagian masing-masing ?

Masalah I

Nenek 1/6 1

2 saudara

perempuan

seibu

1/3 2

6 3

Masalah II

Isteri 1/4 1 1

Nenek 3 1

2 saudara

perempuan

seibu

2

4 4 4

Page 10: MAKALAH MAWARIS

Masalah I asalnya 6, dengan radd menjadi 3 sejumlah

saham. Dan masalah II asalnya 4. dikeluarkan bagian orang

yang tidak menerima rad (isteri), tinggal 3, menjadi sekutu

antara nenek dan 2 saudara perempuan seibu. Dengan

memperhatikan dua masalah ini kita dapati bahwa bagian nenek

dan 2 saudara perempuan seibu adalah 3. jumlah ini

mutamatsul dalam dua masalah ini. Ia merupakan tamatsul

masalah radd, maka tidak perlu ada tashhih. Kita cukup

dengan menjadikan masalah kedua sebagai asal masalah bagi

dua masalah ini.[4]

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Page 11: MAKALAH MAWARIS

1. 'Aul menurut bahasa mempunyai arti berbuat dzalim dan

menyimpang, tambahan dan naik. Menurut istilah ialah lebih

besarnya jumlah yang harus dibagikan dalam perhitungannya.

2. Radd menurut bahasa adalah penolakan atau penyerahan,

menurut istilah ilmu faraidh: penolakan kepada Dzawil furudh

yaitu harta yang masih lebih sesudah mereka mengambil

bagiannya masing-masing (furudnya masing-masing)

DAFTAR PUSTAKA

Kompilasi Hukum Islam.

Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris Islam, Surabaya :

al-Ikhlas, 1995

Syekh Muhammad ali Ash Shabuni, Hukum Waris Menurut Al-qur'an dan Hadits, Trigenda karya: Bandung.

[1] Hukum Waris Menurut Al-qur'an dan Hadits, Syekh Muhammadali Ash Shabuni, Trigenda karya: Bandung. Hal 130

Page 12: MAKALAH MAWARIS

[2] Muhammad Ali Ash Shabuni, Hukum Waris Islam, Surabaya :al-Ikhlas, 1995, hlm. 152

[3] Kompilasi Hukum Islam, hlm. 88 89

[4] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op Cit. hlm. 162

http://fadliyanur.blogspot.com/2008/01/aul-dan-radd.html

HUKUM KEWARISAN : GHARAWAIN, ‘AUL DAN RADD

A.     PENDAHULUAN

Di dalam Hukum Waris Islam ada masalah-masalah kewarisan

yang diselesaikan secara khusus. Masalah-masalah Khusus Dalam

Kewarisan ini adalah persoalan-persoalan kewarisan yang

penyelesaiannya menyimpang dari penyelesaian yang biasa, dengan

kata lain pembagian harta warisan itu tidak dilakukan sebagaimana

biasanya.

            Masalah-masalah khusus ini timbul karena adanya

kejanggalan apabila penyelesaian pembagian harta warisan tersebut

dilakukan secara biasa. Untuk menghilangkan kejanggalan tersebut,

maka penyelesaian pembagian harta warisan itu dilakukan secara

khusus[1].

            Adapun  beberapa persoalan kewarisan yang harus

diselesaikan secara khusus, yaitu :

1.      Al-Gharawain (Umariyatain)

2.      Al-Musyarakah (Musyarikah)

3.      Masalah Datuk Bersama Saudara (Akdariyah)

4.      ‘Aul dan Rad

Page 13: MAKALAH MAWARIS

Dalam pembahasan makalah ini selanjutnya hanya akan membahas

tentang Gharawain (masalah yang menyimpang dari ketentuan yang

berlaku secara umum) dan penyelesaian pembagian warisan apabila

ahli waris hanya terdiri dari ashabul furud yang penyelesaiannya

dengan cara ‘Aul dan Radd.

C.     MASALAH ‘AUL

Secara harfiah, ‘aul artinya bertambah atau meningkat.

Dikatakan ‘aul, karena dalam praktek pembagian warisan, angka

asal masalah harus ditingkatkan atau dinaikkan sebesar angka

bagian yang diterima oleh ahli waris yang ada. Langkah ini

diambil karena apabila pembagian warisan diselesaikan menurut

ketentuan baku secara semestinya, maka akan terjadi kekurangan

harta[6].      

Terjadinya masalah aul adalah apabila terjadi angka

pembilang lebih besar dari angka penyebut (misalnya 8/6),

sedangkan biasanya harta selalu dibagi dengan penyebutnya, namun

apabila hal ini dilakukan akan terjadi kesenjangan pendapatan dan

sekaligus menimbulkan persoalan, yaiu siapa yang lebih diutamakan

dari para ahli waris tersebut.

Untuk mencapai pembagian yang adil, maka pembagian harta

didasarkan kepada angka pembilang (aul) dan penyebutnya (AM)

dalam hal ini tidak dipergunakan sama sekali.

Contoh kasus I :

Seorang istri meninggal dan meninggalkan ahli waris :

AW Bagian 6       AM   

Page 14: MAKALAH MAWARIS

aul 8

Suami 1/2 3             

         3

Ibu 1/6 1             

         1

Sdr pr sisb 1/2 3             

         3

Sdr pr sb 1/6 1                      

1

6/8                   

8/8

 

Dalam kasus ini terlihat bahwa pembilang lebih besar

daripada penyebut, yaitu pembilang 8 sedangkan penyebut 6 (8/6).

Kemudian masing-masing ahli waris pendapatannya berkurang dari

porsi yang semestinya diterimanya, yaitu :

Suami harusnya 3/6 akan tetapi menjadi 3/8

Ibu harusnya 1/6 akan tetapi menjadi 1/8

Sdr pr sisb 3/6 akan tetapi menjadi 3/8

Sdr pr sb    1/6 akan tetapi menjadi 1/8

Namun demikian pengurangan pendapatan masing-masing ahli

waris tersebut tetap proporsional, sehingga dipandang lebih adil

daripada jika dikerjakan seperti biasa, sebab jika seperti itu

akan ada ahli waris yang dirugikan, dan yang diuntungkan.

Keterangan :

1.      Suami mendapat 1/2 bagian karena tidak ada anak dan cucu

2.      Ibu mendapat 1/6 bagian karena saudara lebih dari 1 orang (>1)

Page 15: MAKALAH MAWARIS

3.      1 sdr pr seibu sebapak mendapat 1/2 karena hanya 1 orang

4.      1 sdr pr sebapak mendapat 1/6 karena mewaris bersama dengan 1

orang sudara perempuan seibu sebapak.

Contoh kasus lain :

Seseorang meninggal dunia, harta warisannya sebesar Rp.

60.000,- ahli warisnya terdiri dari : istri, ibu, 2 saudara

perempuan sekandung dan saudara seibu. Bagian masing-masing

adalah :

>> jika diselesaikan dengan apa adanya :

Ahli

Waris

Bag

.

AM

(12)

HW Rp.

60.000.000,-

Penerimaan

Istri 1/4 3 3/12 x

60.000.000

Rp.

15.000.000Ibu 1/6 2 2/12 x

60.000.000

Rp.

10.000.0002sdr pr

skd

2/3 8 8/12 x

60.000.000

RP.

40.000.000saudara

seibu

1/6 2 2/12 x

60.000.000

Rp.

10.000.00015 Jumlah Rp.

75.000.000Hasilnya terjadi kekurangan harta sebesar Rp. 15.000.000,-

>>jika diselesaikan dengan cara ‘aul, maka akan diperoleh

hasil sebagai berikut :

Ahli

Waris

Bag

.

AM

(12)

HW Rp.

60.000.000,-

Penerimaan

Page 16: MAKALAH MAWARIS

Istri 1/4 3 3/15 x

60.000.000

Rp.

12.000.000Ibu 1/6 2 2/15 x

60.000.000

Rp. 8.000.000

2sdr pr

skd

2/3 8 8/15 x

60.000.000

RP.

32.000.000saudara

seibu

1/6 2 2/15 x

60.000.000

Rp. 8.000.000

15 Jumlah Rp.

60.000.000 Asal masalah di’aulkan dari 12 menjadi 15, karena jika

tidak di’aulkan akan terjadi kekurangan harta sebesar Rp.

15.000.000,-

Jumhur ulama menetapkan masalah ‘aul ini karena : tidak ada

ketentuan dalam nas yang mengatur tentang pengutamaan ashabul

furud yang satu atas yang lain. Begitu pula tidak ada ketentuan

yang membedakan mereka, karena harta warisan terdapat kelebihan

atau kekurangan. Dan apabila ada ahli waris yang didahulukan dan

mengorbankan ahli waris yang lain, berarti menetapkan hokum baru.

Kemudian Rasulullah SAW. Juga memerintahkan dalam sabda beliau :

“Berikanlah bagian-bagian tertentu kepada yang berhak

menerimanya. “

Maka, masalah ‘aul adalah masalah ijtihadiyah dan

kondisional sifatnya. Nilai-nilai keadilan didalamnya tentu

tergantung siapa dan bagaimana melihatnya. Namun demikian akan

Page 17: MAKALAH MAWARIS

lebih adil jika dalam penyelesaian semacam ini, tidak terjadi

pemberian hak kepada ahli waris dengan cara mengorbankan ahli

waris lainnya. Oleh karena itu cara yang terbaik adalah dengan

cara ‘aul, agar bagian masing-masing ahli waris yang ada

dikurangi secara proporsional[7].      

D.    MASALAH RADD

Secara harfiah Radd artinya mengembalikan. Masalah radd

terjadi apabila dalam pembagian waris terdapat kelebihan harta

setelah ahli waris ashabul furud memperoleh bagiannya dan atau

pembilang lebih kecil daripada penyebut (23/24).  Pada dasarnya

radd merupakan kebalikan dari masalah ‘aul. Namun demikian

penyelesaian masalahnya tentu berbeda dengan masalah aul, karena

aul pada dasarnya kurangnya yang akan dibagi sedangkan pada radd

ada kelebihan setelah diadakan pembagian.

Cara radd ini ditempuh bertujuan untuk mengembalikan sisa

harta kepada ahli waris yang ada seimbang dengan bagian yang

diterima masing-masing secara proporsional. Caranya dengan

mengurangi asal masalah, sehingga besarnya sama dengan jumlah

bagian yang diterima oleh ahli waris. Dan apabila tidak ditempuh

cara radd akan menimbulkan persoalan siapa yang berhak menerima

kelebihan harta, sementara tidak ada ahli waris yang menerima

asabah.

Contoh I :

Page 18: MAKALAH MAWARIS

Seseorang meninggal dunia, ahli  warisnya terdiri dari : anak

perempuan dan ibu. Harta warisannya sebesar Rp. 12.000.000,-

bagian masing-masing adalah :

            >> Jika tidak ditempuh cara radd :

Ahli

Waris

Bag

.

AM (6) HW Rp.

12.000.000,-

Penerimaan

Anak pr 1/2 3 3/6 x

12.000.000

Rp.

6.000.000Ibu 1/6 1 1/6 x

12.000.000

Rp.

2.000.0004 Jumlah Rp.

8.000.000 Terdapat sisa harta sebesar Rp. 4.000.000,- 

            >> Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli

Waris

Bag

.

AM (6-

4)

HW Rp.

12.000.000,-

Penerimaan

Anak pr 1/2 3 3/4 x

12.000.000

Rp.

9.000.000Ibu 1/6 1 1/4 x

12.000.000

Rp.

3.000.0004 Jumlah Rp.

12.000.000Anak perempuan yang semula menerima bagian Rp. 6.000.000,-

berubah mendapat bagian Rp. 9.000.000,- dan ibu yang semula

menerima bagian Rp. 2.000.000,- mendapat bagian Rp. 3.000.000,-

Page 19: MAKALAH MAWARIS

Contoh II :

Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya tediri dari : saudara

perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, dan saudara

perempuan seibu. Harta warisannya sejumlah Rp. 30.000.000,-

bagian masing-masing adalah :

  >> Jika tidak diselesaikan dengan cara radd

Ahli

Waris

Bag

.

AM (6) HW Rp.

30.000.000,-

Penerimaan

Sdr pr

skd

1/2 3 3/6 x

30.000.000

Rp.15.000.0

00Sdr pr

seayh

1/6 1 1/6 x

30.000.000

Rp.

5.000.000Sdr pr

seibu

1/6 1 1/6 x

30.000.000

Rp.

5.000.0005 Jumlah Rp.

25.000.000,

-Jadi ada kelebihan harta sebanyak Rp. 5.000.000,-

>> Jika diselesaikan dengan cara radd

Ahli

Waris

Bag

.

AM (6-

5)

HW Rp.

30.000.000,-

Penerimaan

Sdr pr

skd

1/2 3 3/5 x

30.000.000

Rp.18.000.0

00Sdr pr

seayh

1/6 1 1/5 x

30.000.000

Rp.

6.000.000

Page 20: MAKALAH MAWARIS

Sdr pr

seibu

1/6 1 1/5 x

30.000.000

Rp.

6.000.0005 Jumlah Rp.

30.000.000,

-

BEBERAPA PENDAPAT MENGENAI RADD :

1.      Radd atau pengembalian sisa harta warisan bisa dilaksanakan

hanya terbatas pada ahli waris nasabiyah. Jadi ahli sababiyah

(suami atau istri) tidak dapat menerima radd. Demikian pendapat

mayoritas (jumhur Ulama)

2.      Radd dapat dilakukan dengan mengembalikan sisa harta warisan

kepada semua ahli waris yang ada, baik ashabul furud nasabiyah

maupun sababiyah. Pendapat ini dikemukakan oleh sahaat Usman bin

Affan. Pertimbangannya, logika dan segi praktis pembagian

warisan. Menurutnya suami dan istri dalam masalah ;aul bagian

mereka ikut dikurangi, maka apabila terdapat kelebihan harta,

maka sudah sepantasnya mereka juga diberi hak untuk menerima

kelebihan tersebut.

3.      Pendapat yang menolak secara mutlak penyelesaian pembagan

warisan dengan cara radd. Demikian pendapat Zaid bin Tsabit dan

minoritas ulama lainnya. Menurut pendapat ini apabila dalam

pembagian warisan terdapat kelebihan harta, tidak perlu

dikembalikan kepada ahli waris, tetapi diserahkan ke Baitul Mal.

Fuqaha Syafi’iyah, Muhammad Syarbini, menegaskan “ baik baitul

mal atau kas pembendaharaan Negara berfungsi dengan baik atau

Page 21: MAKALAH MAWARIS

tidak, hak terhadap kelebihan harta warisan itu berada pada kaum

muslimin dan kepada baitul mal itulah sebagai nazir atau

penanggungjawab atas kepentingan kaum muslimin[8].

Pendapat terakhir ini cukup praktis dan rasional tapi tidak

bisa diberlakukan secara mutlak. Karena apabila suatu saat

kepentingan kaum muslimin sangat membutuhkan pendanaan, yang

salah satunya misalnya harus dipenuhi melalui sarana baitul mal,

maka kelebihan harta perlu disetor ke baitul mal, maka kelebihan

harta warisan tersebut lebih baik diserahkan ke baitul mal. Akan

etapi jika kebutuhan umum hanya bersifat subsider saja, maka cara

radd untuk mengembalikan sisa harta kepada ahli waris merupakan

langkah yang lebih tepat.

            Dari penjabaran di atas, maka dapat kita simpulkan

bahwa di dalam pembagian warisan, apabila terdapat kelebihan

harta warisan, ada 3 versi. Yaitu ;

1.      Jumhur ulama berpendapat, sisa harta dikembalikan kepada ahli

waris ashabul furud atau ahli waris yang memiliki hubungan darah

dengan yang meninggal. Suami dan istri tidak diberi hak untuk

menerima radd karena statusnya sebagai ah;li waris sababiyah.

2.      Usman bin Affan meyatakan, bahwa sisa harta secara mutlak

dikembalikan kepada semua ahli waris yang ada tanpa membedaa

status kekerabatannya apakah ahli waris nasabiyah atau sababiyah.

Sudah tentu penerimaan sisa harta tersebt besar kecilnya sesuai

dengan proporsi bagian yang diterimanya.

Page 22: MAKALAH MAWARIS

3.      Zaid bin Tsabit menolak penyelesaian pembagian warisan dengan

cara radd secara mutlak. Menurutnya, sisa harta warisan

diserahkan kepada baitul mal atau kas pembendaharaan Negara.

Dalam konteks sekarang ini di Indonesia, badan atau lembaga mana

yang dapat diserahi sisa harta warisan yang dapat melakukan

fungsi baitul mal, tampaknya perlu pemikiran dann kesepakatan

tersendiri[9].    

E.     PENUTUP

Demikianlah makalah tentang masalah kewarisan mengenai

Gharawain, ‘aul dan radd yang dapat kami uraikan, semoga

memberikan manfaat bagi kita dan dapat menambah khazanah

keilmuan, khususnya mengenai bahasan dalam hukum waris Islam.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan dalam tulisan maupun penyusunannya,

karena selain kami masih dalam tahap belajar, kami juga manusia

biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi

perbaikan makalah kami selanjutmya.

DAFTAR PUSTAKA

        Lubis, Suhrawardi K., Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam; lengkap

dan praktis, ( Jakarta : Sinar grafika, 2008)

        Maruzi, Muslich, Pokok-pokok ilmu Waris, cet I, (Semarang:

Mujahidin, 1981)

Page 23: MAKALAH MAWARIS

        Muhammad Hasbi Ash Shiddiqie, Teungku, Fiqh Mawaris, cet III,

(Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2001)

        Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, cet IV (Jakarta : Raja Grafindo

persada, 2001)

        Salman, Otje, Mustafa Haffas,  Hukum Waris Islam. (Bandung:

Refika Aditama, 2006)

        Syarifuddin, Amir. Hukum Kewarisan Islam. (Jakarta: Kencana, 2005

)

[1] Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam; lengkap dan praktis, ( Jakarta : Sinar grafika, 2008) h. 131[2] Otje Salman S.S.H dan Mustafa Haffas, S.H, Hukum Waris Islam. (Bandung: Refika Aditama, 2006) hal.75[3] Amir Syarifuddin. Hukum Kewarisan Islam. (Jakarta: Kencana, 2005) hal. 108[4] Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, cet IV (Jakarta : Raja Grafindo persada, 2001) hal. 130[5] Suhrawardi K. Lubis, Komis Simanjuntak, op. cit., hal. 133[6] Ahmad Rofiq, Op. Cit., hal. 109[7] Ahmad Rofiq, Op. Cit., hal. 116[8] Ahmad Rofiq, Op. Cit., hal. 120-121[9] Ahmad Rofiq, Op. Cit., hal. 127-128http://mindafantastic.blogspot.com/2011/09/hukum-kewarisan-gharawain-aul-dan-radd.html