1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lainnya. Tetapi kebanyakan kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Apa tujuan kita diciptakan? Apa kedudukan kita di dunia ini? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat di dunia dan akhirat nanti? Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body daripada mobil sedangkan Ruh sebagai Aaccu yang sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang dikatakan manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas perbuatanya. Tapi banyak pengertian manusia menurut
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk
diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lainnya. Tetapi kebanyakan
kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita
sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai
manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Apa tujuan kita
diciptakan? Apa kedudukan kita di dunia ini? Dan yang paling penting
adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat
di dunia dan akhirat nanti?
Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body daripada mobil
sedangkan Ruh sebagai Aaccu yang sifatnya hanyalah sebagai yang
menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari
pada mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan
dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang dikatakan
manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas
perbuatanya. Tapi banyak pengertian manusia menurut ilmu ilmu duniawi
maupun secara Islam. maka akan kami bahas lebih lengkap lagi.
B. Perumusan Masalah
1. Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah :
2. Pengertian manusia
3. Apakah pengertian, fungsi dan tujuan agama?
4. Mengapa manusia disebut sebagai makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna?
5. Mengapa agama dikatakan sebagai kebutuhan manusia?
6. Macam-macam makhluk ciptaan Allah
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan Agama
2. Menjelaskan mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk ciptaan
Allah yang paling sempurna
3. Menjelaskan beberapa teori dan pendekatan dalam ilmu Agama.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu;
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan
Agama
2. Dapat menjelaskan macam-macam ciptaan Allah
3. dapat mengetahui Beberapa teori dan pendekatan dalam ilmu
Agama.
4. Sebagai bahan diskusi mata kuliah pendidikan agama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia dan Agama
I. Pengertian Manusia Secara Umum
1. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Sains
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia al ami, mempunyai esensi
uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala
yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam
alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai
andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan
ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan
punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
2. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Sosiologi
Pengertian manusia menurut ilmu sosiologi adalah bagian dari
masyarakat yang dibedakan menjadi dua, yaitu manusia sebagai makluk
individu dan manusia sebagai makluk sosial yang melakukan interaksi
dalam kehidupanya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
4
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia
ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia.
3. Pengertian Manusia Menurut Ilmu Biologi
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa
Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Maanusia biasanya dipelajari
sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran
biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta
ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara
biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens.
Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah
Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya
spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia
menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna.
Dengan adanya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai
depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari
jempol (ibu jari)
II. Pengertian Manusia Secara Islam
5
1. Hakikat Manusia
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah
pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan
sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata
basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang
bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata
yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan
kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam
bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta
persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian, kata
basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang
suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir
makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar
kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara
bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
.
B. Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Agama.
Agama adalah fitrah “ketentuan mutlak” bagi Manusia tanpa manusia
agama bukan berarti apa-apa, karena Agama memang ditujukan bagi
manusia.
pengertian Agama berasal dari bahasa sansekerta. Menurut pengertian
umat hindu penganut madzhab siwa, kata agama yang dipergunakan
dalam bahasa Indonesia sebagai istilah kerohanian, berasal dari kata
Gam yang berarti pergi, Gam diberi awalan “A” yang berarti Agam berarti
kebalikan dari pergi yang artinya datang, dan diberi akhiran “A” menjadi
agama dengan arti kedatangan
6
Murtadha mutahhari, Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama,
peny., Haidar bagir, (Bandung: Mizan, 1997), h. 41-42.
Sementara itu ada juga penulis yang mengartikan bahwa agama menurut
bahasa sansekerta terdiri dari dua kata “A” dan “Gama”, A yang berarti
tidak dan Gama yang berarti kacau balau, jadi agama mempunyai arti
tidak kacau balau (teratur).
Bila agama itu disalin ke dalam bahasa arab yang berarti al-Din atau al-
millah, ia dapat bermakna adat kebiasaan, tingkah laku, patuh, hokum,
aturan, dan pikiran.
Orang barat menggunakan kata agama dengan sebutan Religion yang
biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu dari umat manusia yang
merupakan unsure pokok bagi kehidupan manusia di seluruh dunia.
Pengertiannya adalah hubungan yang tetap antara manusia dengan yang
bukan manusia.
Sementara itu definisi mutlak dari agama dalam wacananya agak
mengalami kesulitan tersendiri, bahkan hampir mustahil untuk dapat
mendefinisikan agama yang bias diterima atau disepakati semua
kalangan. Untuk itu setidaknya ada tiga cara pendekatan yaitu segi fungsi,
institusi, dan subtansi.
Para ahli sejarah, cenderung mendefinisikan agama sebagai suatu
institusi historis. Para ahli di bidang sosiologi dan antropologi cenderung
mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya. Pakar teologi,
fenomenologi, dan sejarah agama melihat agama dari aspek substansinya
yang sangat asasi yaitu sesuatu yang sakral. Pada hakikatnya ketiga
pendekatan itu tidak saling bertentangan, melainkan saling
melenyempurnakan dan melengkapi, khususnya jika menginginkan agar
pluralism agama didefinisikan sesuai kenyatan objektif di lapangan.
7
Sementara itu fungsi dan tujuan dari agama adalah sebagai tatanan
Tuhan yang dapat membimbing Manusia yang berakal untuk berusaha
mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat “kehidupan selanjutnya”.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar
mendapatkan kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakan sekitarnya,
selain itu sebagai pembuka jalan kepada sang Pencipta manusia. Tuhan
yang Maha Esa ketika telah mati. Ajaran agama yang universal
mengandung kebenaran yang tidak dapat diubah meskipun masyarakat
telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya.
C. Manusia sebagai Makhluk Paling Sempurna
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan dil autan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al Isra’ : 70).
Menurut Fathuddin Ja’far, MA dalam bukunya SEI Empowernment Road
to the Great Success dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya seperti
Malaikat, Iblis, Hewan, dsb.
Sedangkan Iblis adalah makhluk Allah yang paling hina, karena orientasi
hidupnya terfokus pada kerusakan dan penyesatan manusia dari jalan
yang lurus. Kemuliaan Malaikat adalah karena mereka tidak putus-
putusnya bertasbih dan memuji kebesaran Tuhan-Nya. Lain lagi dengan
hewan. Hewan adalah makhluk yang tidak punya akal dan perasaan
seperti manusia. Desain dan struktur tubuhnya sangat jauh berbeda
dibandingkan dengan tubuh manusia, akan tetapi memiliki nafsu atau
syahwat makan, minum dan biologis seperti manusia. Karena syahwat
8
hewaniyahnya yang mendominasi dan menggerakkan hidupnya maka
setiap saat hidup hewan hanya untuk memenuhi syahwat makan dan
syahwat biologis Sebab itu, hewan tidak Allah pilih menjadi Khalifah-Nya
di atas bumi.
Adapun kemuliaan manusia bermula ketika Allah berkehendak
menjadikan Adam sebagai Khalifah-Nya di atas muka bumi dengan misi
ibadah kepada-Nya. Kehendak Allah menjadikan manusia sebagai
Khalifah-Nya di bumi itu tentunya berdasarkan ilmu dan perencanaan-
Nya yang sangat matang. Sebab itu, ketika para malaikat
mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya: “Sungguh
Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30).
Kemuliaan tersebut bukan karena subyektivitas Tuhan Pencipta yang
Maha Kuasa atas segala makhluk-Nya, melainkan berdasarkan standar
ilmiyah terkait dengan rancangan penciptaan yang sangat sempurna baik
fisik maupun non fisik seperti akal, qalb (hati), tanpa kehilangan syahwat
dan nafsu hewaniyahnya, demikian juga gerak mekanik seluruh
tubuhnya yang demikian indah dan dinamis. Dengan demikian, manusia
dianugerahkan berbagai kelebihan, dan kelebihan-kelebihan tersebut tidak
diberikan Allah kepada makhluk lain selain manusia dan telah pula
menyebabkan mereka memperoleh kemuliaan-Nya. Allah menjelaskan-
Nya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (QS. Al Isra’ : 70)
Namun demikian, kemulian manusia erat kaitannya dengan komitmen
mereka menjaga kelebihan-kelebihan tersebut dengan cara
menggunakannya secara optimal dan seimbang sesuai dengan kehendak
yang telah dirancang Tuhan Pencipta.
9
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia selama mereka dapat
memanfaatkan secara optimal tiga anugerah keistimewaan / kelebihan
yang mereka miliki yakni, Spiritual, Emotional, dan Intellectual dalam diri
mereka sesuai misi dan visi penciptaan meraka. Namun apabila terjadi
penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan menjadi makhluk paling
hina, bahkan lebih hina dari binatang dan Iblis bilamana mereka kehilanan
control atas ketiga keistimewaan yang mereka miliki. Penyimpangan misi
dan visi hidup akan menyebabkan derajat manusia jatuh di Mata Tuhan
Pencipta dan di dunia.
Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya : “Dan sesungguhnya Kami
jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al
A’raf : 179).
Mari kita luruskan misi dan visi hidup kita agar sesuai dengan kehendak
Tuhan Pencipta Allah SWT, semoga kita dapat tetap menjaga kemuliaan
tersebut sehingga derajat kita tidak dipandang rendah baik di Mata Tuhan
maupun di antara makhluk ciptaan-Nya, amin.
10
D. Agama sebagai Kebutuhan Manusia
Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita
melihat potensi-potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan
menemukan beberapa jawaban terhadap pertanyaan tersebut, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding
dengan makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu,
manusia juga tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan
kemampuan yang terbatas. Manusia terbatas pada alam sekitarnya,
warisan keturunan dan latar belakang kebudayannya/hidupnya,; yang
menyebabkan adanya perbedaan pandangan dalam menghadapi suatu
masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu dengan yang
lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat
menimbulkan keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh
kabut keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam
menentukan kebenaran secara mutlak, ia tidak sanggup menentukan
kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia tidak dapat menentukan nilai-
nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar bidang ilmu pengetahuan
manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan
manusia sebagai akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan
agama/wahyu yang berasal dari luar manusia, yakni Allah swt. melalui
para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat terjadi karena Allah swt. adalah
Maha Sempurna, sehingga wahyu yang diturunkan-Nya merupakan
kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak perlu diragukan lagi,
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147,