MAKALAH KOLABORASI KESEHATANKolaborasi dalam Tim Kesehatan
Disusun oleh :KELOMPOK 2 Afina (1106051761 )Christian
Samuel(1106051723)Dekaria Alamanda(1106004374) Dianah Rosikhoh
(1106009223) Dwi Oktaviana (1106051793)Fitri Wulandari(1106011221)
Muhammad Falahuddin M.S (1106014785) Sri Puji Astuti (1106065691)
Sulistiyaningsih (1106011562)
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS INDONESIADepok2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun
bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Makalah yang
membahas Kolaborasi Tim Kesehatan ini disusun dalam rangka
pemenuhan tugas mata kuliah Kolaborasi Kesehatan Fakultas Farmasi.
Penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Santi
Purna Sari, S.Si., M.Si serta Ibu Nadia Farhanas Syafhan, M.Si, Apt
selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga
penyusun haturkan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
material maupun non material.Penyusun berharap informasi-informasi
yang terdapat dalam makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan maka penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
maupun informasi yang kurang berkenan di hati pembaca. Untuk itu,
penyusun memohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Terima kasih.
Februari 2014Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB 1 PENDAHULUAN
41.1 Latar Belakang 41.2 Tujuan Penulisan 41.3 Metode Penulisan
51.4 Sistematika Penulisan 5BAB 2 ISI 62.1 Pendahuluan
Kolaborasi62.2 Prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan152.3 Filosofi
Keprofesian Tenaga Kesehatan262.4 Peran Profesi Kesehatan untuk
Individu, Keluarga, dan Komunitas.40BAB 3 PEMBAHASAN..44BAB 3
PENUTUP 47A. Kesimpulan 47B. Saran 47DAFTAR PUSTAKA 48
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKesehatan merupakan hal yang sangat penting
bagi setiap orang. Penanganan masalah kesehatan pun tidak terlepas
dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berperan penting dalam
sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter,
perawat, ahli gizi, tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan
lainnya mempunyai tugas dan perannya masing-asing dalam menangani
masalah kesehatan. Namun demikian, tenaga kesehatan mempunyai
tujuan yang sama dalam penatalaksanaan kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu kerjasama dan kolaborasi berbagai tenaga
kesehatan tersebut sebagai sebuah tim kesehatan agar penanganan
masalah kesehatan pasien dapat berjalan secara efektif dan
berkualitas. Dengan kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan
pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik dan masalah
kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan baik.Untuk itu, tim
kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan
tanggung jawabnya masing-masing. Penatalaksanaan kesehatan oleh tim
kesehatan ini tidak hanya berfokus pada pasien, namun juga pada
keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga masing-masing
profesi kesehatan memiliki perannya yang kompleks dan tanggung
jawab yang besar. Walaupun demikian, setiap profesi tidaklah
bekerja sendirian, tenaga kesehatan lainnya sebisa mungkin saling
membantu agar tercipta suatu pelayanan kesehatan yang baik
1.2 Tujuan PenulisanTujuan penulisan dalam makalah ini
diantaranya adalah :1. Mengetahui definisi kolaborasi dan kerjasama
tim kesehatan2. Mengetahui prinsip kolaborasi tim kesehatan3.
Mengetahui filosofi dari masing-masing profesi kesehatan4.
Mengetahui peran masing-masing profesi dalam penatalaksanaan
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
1.3 Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini yaitu : kajian teori, data dan sumber yang di dapat
penulis melalui proses membaca, dan informasi dari berbagai media
informasiserta melalui proses diskusi dengan anggota kelompok.
1.4 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
Penulisan 1.3 Metode Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan BAB 2
ISI2.1 Definisi Kolaborasi2.2 Prinsip Kolaborasi dalam Tim
Kesehatan2.3 Filosofi keprofesian tenaga kesehatan2.4 Peran Profesi
Kesehatan untuk individu, keluarga dan masyarakatBAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP4.1 Kesimpulan4.2 SaranDAFTAR PUSTAKA
BAB IIISI
2.1 Pendahuluan kolaborasiA. Definisi KolaborasiGuna membentuk
suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan kooperasi
dan kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan
orang lain untuk mencapai tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang
semestinya). Contoh kerjasama yaitu, misalnya Anda berkeluarga,
lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan meletakkan pakaian
kotor di mesin cuci, turut membantu mencuci piring, dan
sebagainya.Lalu, apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa
inggris collaboration, berasal dari kata collaborate yang berarti
bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah
suatu perbuatan berupa kerjasama dengan teman, musuh dan
sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi berupa
pertukaran informasi, berbagi segala sumber pengetahuan untuk
meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya
tujuan bersama. Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus
pada tugas atau misi biasanya terjadi dalam bisnis, perusahaan atau
organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas seni
yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik,
dsb. Kolaborasi adalah proses yang membutuhkan hubungan dan
interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari apakah atau
tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim
.(kolaborasi kesehatan)
Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi
dan kooperasi. Kerja sama tim dapat menjadi salah satu bentuk
kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi dilakukan dalam teams.
Misalnya, dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan
dokter gigi dapat memberikan perawatan kepada individu namun mereka
mungkin tidak melihat diri mereka sebagai "tim" yang bekerja sama
dengan pasien. Dengan kata lain, kerja sama tim merupakan produk
kolaborasi dan kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan
antara profesional kesehatan yang bekerja di lingkungan tim..Dengan
adanya kolaborasi, maka : adanya pengurangan pekerjaan yang sama
atau overlap dapat menggunakan sumber daya yang terbatas dan
memperluas peluang meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
legitimasi organisasi dapat menyelesaikan masalah sosial yang besar
(kasus kejahatan) dan proyek-proyek yang kompleksB. Model
Kolaborasi
Performance Measurement :Menghitung dan mengidentifikasi keadaan
serta memastikan kolaborasi tepat sasaran. Misalnya : peningkatan
kualitas, penurunan biaya pengeluaran.Jenis ukuran (measurement) :
Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan
klinis sampai hasil pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit
Kualitas perencanaan kesehatan Pengalaman pelayanan pasien
(Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan kesehatan) Biaya
pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif) Perbedaan
kualitas pelayanan di seluruh tempat Meningkatkan kualitas
pelayanan agar merataPayment and Delivery System Reform : Sebagai
makelar dalam pelaksaan pelayanan kesehatan untuk sistem
pay-for-performance. Memastikan tidak terjadi kekacauan dalam
urusan keuanganHealthcare system performance : Meningkatkan
kualitas, efisiensi dan kepuasan pasien. Memberikan training kepada
tenaga ahli kesehatan untuk memecahkan masalah yang adaEducation
and Engaging Patience : Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam
aktivitas yang mempengaruhi kesehatan mereka Membantu pasien
memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan pasien
Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik
Gambar di atas merupakan salah satu contoh konsep model
kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan. Pada zaman dulu
(sampai sekarang), metode atau model penanganan kesehatan yang
dilaksanakan adalah The Industrial Way (lihat gambar). Disana
digambarkan pasien masuk dan keluar dari industri kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sementara itu, di masa depan,
digambarkan bahwa semua serba terbuka dan masyarakat atau pasienlah
yang menentukan sendiri pengobatan yang diinginkan. Yang
dimaksudkan semua serba terbuka adalah informasi mengenai
masyarakat, bahkan seorang bayi yang baru lahir bisa saja memiliki
website sendiri, dengan tujuan agar dapat dengan mudah membagikan
informasi tentang riwayat hidupnya, yang nantinya bisa saja berguna
bagi orang lain. Informasi informasi tersebut disebarkan melalui
internet. Informasi informasi tersebut dapat memperkaya pengetahuan
untuk tenaga kesehatan sendiri maupun orang lain.Selain itu model
kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan, juga menawarkan
konsep penanganan kesehatan untuk pasien yang bertunangan (Engaged
Patients). Dimana pada konsep ini, kedua orang yang bertunangan
dapat saling merawat satu sama lain, memiliki situs sendiri untuk
membagikan cerita dan hubungan mereka.Di masa depan juga
diperkirakan semua kegiatan pengobatan tidak diharuskan untuk
bertatap muka secara langsung. Pasien dapat mengakses situs seorang
dokter, untuk membuat janji dan berkonsultasi dengan dokter
mengenai penyakitnya, dan untuk perawatannya, seorang tenaga
kesehatan dapat mem-follow up pasien melalui email, atau media
elektronik. Hal ini memungkinkan pengobatan dilakukan secara
meluas, secara global, tanpa harus adanya suatu gedung yang berguna
sebagai wadah untuk mempertemukan pasien dengan tenaga
kesehatan.Dan yang terakhir, konsep kolaborasi penanganan kesehatan
adalah Pre-Competitive Research, dimana semua orang bisa berinovasi
mengenai obat yang lebih baik untuk masyarakat. Semua inovasi dapat
dihubungkan secara global melalui internet. Tidak ada lagi
pematenan formula obat, semuanya dilakukan dengan tujuan membuat
obat yang lebih baik. Dengan tidak adanya pematenan formula suatu
obat, diperkirakan proses penemuan obat baru yang lebih baik akan
lebih cepat, demi keuntungan semua orang, bukan salah satu pihak
saja.Dalam menjalankan suatu model kolaborasi, dibutuhkan 3
komponen yaitu : input (tugas, saran, kritik, dan lain-lain),
proses (support, leadership), dan output (peningkatan kualitas,
penurunan biaya, dan lain-lain). Model dari kolaborasi diharapkan
untuk menghasilkan suatu keluaran / output yang bermanfaat bagi
pasien. Di Indonesia sendiri, model kolaborasi belum berjalan
dengan efektif. Hal ini tercermin dari kasus-kasus yang sering
sekali terjadi di Indonesia. Umumnya, kasus-kasus tersebut terjadi
disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan di setiap instalasi
kesehatan pada penjuru nusantara.Dari contoh model yang telah
dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang dihasilkan
jika model kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang
dihasilkan adalah pasien mengerti dan memilih perawatan mana yang
dikehendaki oleh dirinya secara aktif. Namun, faktanya hal tersebut
belum berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang menentukan
perawatan yang akan dijalani oleh pasien. Keluaran lain yang
diharapkan dari model kolaborasi tersebut adalah peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien.Saat menjalankan
sebuah model kolaborasi, diperlukan juga proses-proses yang
mendukung. Salah satu proses tersebut adalah pengembangan sistem
pembayaran. Kualitas pelayanan yang lebih baik tentunya membutuhkan
pembayaran yang lebih tinggi. Namun, di Indonesia hal ini masih
belum berlaku. Bayaran yang tidak seimbang antar-elemen tenaga
kesehatan merupakan salah satu penyebab tidak maksimalnya kerja
dari tenaga kesehatan tersebut. Hal ini juga tercermin dalam JKN
dimana terlihat bahwa dokter memiliki bayaran yang lebih tinggi
dibandingkan seorang apoteker. Selain itu, perlu juga diadakan
publikasi dari kinerja kolaborasi yang telah terjadi agar membuat
pasien lebih yakin akan pelayanan yang diberikan terhadap
dirinya.
C. Komponen KolaborasiKolaborasi menyatakan bahwa anggota tim
kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen
penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama,
asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi
seperti skema di bawah ini. Dasar-dasar kompetensi koaborasi
:a.Komunikasi b.Respek dan kepercayaanc.Memberikan dan menerima
feed back d.Pengambilan keputusane.Manajemen konflikKomunikasi
merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan
informasi, waktu yang sesuai, dan kemurnian atau kejelasan dari
informasi. Meningkatkan mutu komunikasi diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman antar individu/tim sehingga diperoleh
kerjasama dan kolaborasi yang baik.Pada dasar kompetensi yang lain,
kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan harga diri,
sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil.
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non
verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya
sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola
hubungan, harga diri, kepercayaan diri, kepercayaan, emosi,
lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negatif
maupun positif. Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif
seseorang terhadap kehangatan, keramahan, perilaku , dan lain-lain
yang meningkatkan rasa aman sesorang untuk berbicara. Elemen ini
penting ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian
farmasi. Penggunaan feedback dapat membantu kita untuk memastikan
maksud dari pesan yang disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan
bicara untuk mengulang apa yang telah dia pahami dari percakapan
itu.Persepsi tradisional dan alternatif dari kepemimpinan
.Pandangan tradisionalPandangan alternatif
Kepemimpinan berada pada individuKepemimpinan adalah milik
system sosial
Kepemimpinan berbasis hirarki ,terkait dengan posisi
Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja , ' disemua tingkatan
Kepemimpinan terjadi ketika pemimpin melakukanhal yang dapat
diikuti
Kepemimpinan adalah proses komplekspengaruh timbal balik
Kepemimpinan adalah bentuk yang berbeda danlebih penting
daripada manajemenPerbedaan kepemimpinan / manajementidak
penting
Pemimpin yang memilikikualitas pribadi tertentuSiapapun bisa
menjadi pemimpin
Pemimpin dilahirkanKepemimpinan dapat dipelajari
Pemimpin membuat perbedaan penting untukkinerja organisasi
Kepemimpinan adalah salah satu dari banyak faktoryang
mempengaruhi prestasiorganisasi
Pemimpin kolaboratif mungkin perlu menggunakan otoritas pribadi
dan kualitas daripada kekuasaan posisi, terutama ketika bekerja di
organisasi yang terdiri dari berbagai profesiKeterampilan pribadi
untuk kolaborasi Mampu untuk meminta maaf Menyeimbangkan kerendahan
hati dengan mendapatkan kepercayaan dan kredibilitas Advokasi sudut
pandang Anda tanpa merugikan perasaan kolaborator Anda. Menjadi
jelas , menghindari ambiguitas dan duplikasi usaha Konflik ketika
percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk
melanjutkan dialog yang bermakna Aktif mendengarkan kolaborator
Anda Menemukan kesamaan , mengajukan pertanyaan dan meminta contoh
yang menggambarkan apa yang dimaksud Mendefinisikan tujuan bersama
yang akan mengilhami tindakan Menceritakan dan memunculkan cerita ,
percakapan , dialog dan ' polylogue ' Mampu untuk mendapatkan
sesuatu , sehingga Anda memiliki sesuatu untuk menunjukkan
kolaborasi Anda Networking , menjadi ' konektor ' , mengetahui
orang dan sistem Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan
tidak tahu segalanya Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak
Anda antisipasi atau selama mereka ingin meningkatkan perawatan
pasien atau hasil Menjadi tangguhPemimpin Collaborative juga
memimpin dengan contoh melalui menunjukkan komitmen terhadap proses
dan hasil kolaborasi dan mendukung orang lain dalam inisiatif
kolaboratif, perkembangan sistem atau peningkatan layanan. Pemimpin
kolaboratif memastikan bahwa semua orang yang terkena dampak
keputusan (stakeholder) merupakan bagian dari proses perubahan atau
pengambilan keputusan.Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk
meminimalisir efek buruk yang terjadi yang diakibatkan oleh adanya
konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola konflik,
yang meliputi:1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit
yang prestasi kerjanya rendah. Yang termasuk dalam cara ini
adalah:a. Meminta bantuan orang luarb. Menyimpang dari peraturanc.
Meningkatkan kompetisid. Memilih manajer yang cocok2. Menumpas
konflik jika levelnya terlalu tinggi3. Menyelesaikan konflik.
Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:a.
Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan,
penghindaran dan penentuan dengan syara terbanyakb. Kompromic.
Pemecahan masalah secara menyeluruhd. Perundingan, yaitu melakukan
dialog terus menerus antar kelompok untuk menemkan suatu
penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui
perundingan, dapat ditentukan penyelesaian yang paling
memuaskan.Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan
dengan cara:i. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk
mendapat suatu pengertianii. Keterbukaaniii. Belajar empatiiv.
Mencari tujuan bersamav. Mencari jalan alternatifvi. Mempelajari
dan memberi tanggapan terhadap alternatif yang adavii. Mencari
penyelesaian berdasarkan alternatif yang adaviii. Membuka jalan
buntu dengan melibatkan pihak ketiga yang objektif dan
berpengalamanix. Mengikat diri pada penyelesaianx. Mengikat seluruh
kelompok pada penyelesaianCara manajemen konflik yang lain
dikemukakan oleh Theo Riyanto, yaitu dengan melakukan tindakan
preventif seperti:1. Menghindari konflik2. Mengaburkan konflik3.
Mengatasi konflik dengan cara:a. Dengan kekuatan (win-lose
solution)b. Dengan perundingan
2.2 KOLABORASI DALAM TIM KESEHATANI. Prinsip Kolaborasi dalam
Tim Kesehatan1. Tujuan bersama2. Pengakuan dan penghormatan
terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan3. Pengambilan
keputusan yang adil dan efektif4. Fokus pada pasien5. Komunikasi
yang jelas dan teraturPrinsip di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut:1. Patient-centered Care Mengutamakan kepentingan dan
kebutuhan pasien Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan
dalam masalah kesehatannya2. Mutual respect and trust Saling
percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya
masing-masing Saling menghormati dan menghargai masing-masing
profesi 3. Clear communication Komunikasi efektif antara tenaga
kesehatan Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice Memahami lingkup
kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga kesehatan
Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job
description dan kontrak pegawai Pasien juga dilibatkan untuk
memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan5. Clarification of
accountability and responsibility Bertanggungjawab dengan perawatan
terhadap pasien yang ditanganinya6. Liability protection for all
members of the team Setiap anggota tim kesehatan memiliki
perlindungan atau jaminan formal untuk mengakomodasi tugasnya7.
Sufficient human resources and infrastructure Mengefektifkan kerja
dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu
menambah jumlah tenaga kesehatan Mengaplikasikan teknologi untuk
membatu kolaborasi kesehatan8. Sufficient payment and payment
arrangement Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas
upah yang diterimanya Pemerintah membatu secara finasial dan tekns
dalam mengembangkan kolaborasi9. Supportive education system
Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi
kesehatan10. Research and evaluation Evaluasi dengan melihat
kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk memperbaiki
standar kualitas yang ada
II. Tujuan Kolaborasi Tim Kesehatan untuk meningkatkan kualitas
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. untuk
meminimalisir masalah masalah yang berkenaan dengan kebutuhan
kesehatan pasien untuk meningkatkan pemahaman kontribusi setiap
anggota tim kesehatan sehingga masing-masing anggota tim kesehatan
dapat berkontribusi sesuai dengan profesi masing-masing.
menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang
lain khususnya antar anggota tim kesehatan.
III. Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan Manfaat bagi pasien Dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan adanya koordinasi
antar profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan, khususnya
ketika menghadapi masalah yang kompleks. Mengintegrasi pelayanan
kesehatan untuk masalah dan kebutuhan kesehatan yang lebih luas
yang lebih luas . Memberikan keleluasaan bagi pasien untuk menjadi
partner dalam pelayanan kesehatan. Dapat melayani pasien dari
berbagai latar belakang budaya. Waktu yang diperlukan lebih
efisien. Manfaat bagi anggota tim kesehatan Meningkatnya kepuasan
profesional dengan adanya kerjasama tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Memfasilitasi perubahan
perhatian kegawatan dan perawatanberkala untuk mencegah
perawatan/pelayanan yang berlarut-larut. Mendorong anggota tim
kesehatan untuk berinovasi. Mendorong tenaga kesehatan untuk
berperan secara individual sesuai dengan keahlianya Manfaat bagi
edukator dan mahasiswa Memberikan pengetahuan mengenai peran
berbagai profesi kesehatan. Membantu mengembangkan apresiasi dan
pemahaman terhadap profesi sejawat lainya. Memberikan contoh
strategi untuk praktek pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang
dengan adanya pembelajaran mengenai bagaimana kolaborasi tim
kesehatan. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Manfaat bagi sistem pelayanan kesehatan Memberikan
pelayanan yang lebih efisien. Memaksimalkan fasilitas yang ada
untuk menunjang pelayan kesehatan yang berkualitas. Menurunkan
resiko pelayanan yang kurang tepat. Dapat terfasilitasinya usaha
peningkatan kualitas pelayanan secara kontinu atau
berkelanjutan.
IV. Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi KesehatanTim
kesehatan merupakan konstruksi dinamis dengan pengalaman anggota
yang berbeda-beda sesuai dengan profesinya. Dalam kolaborasi tim
kesehatan, dapat diibaratkan ada dua gaya yang berpengaruh yaitu
gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Gaya sentripetal membangun
terjadinya kesatuan dan mempertahankannya. Gaya sentrifugal
berusaha memecah-belah kolaborasi. Gaya sentrifugal Tantangan dalam
berkolaborasi yang sering dijumpai yaitu pengalaman personal yang
berbeda, komitmen profesi, terjadinya rivalitas yang tidak sehat,
serta sulitnya menemukan waktu diantara kesibukan masing-masing.
Gaya sentripetalMengatasi tantangan diatas, perlu dikembangkan tiga
hal berikut: 1. Building shared situational awareness of the
context. Mengembangkan kebiasaan untuk berbagi pandangan mengenai
suatu keadaan yang terjadi. Pandangan seringkali berdasar dari
pengalaman masing-masing anggota tim. Keragaman pemikiran yang ada
akan memperkaya wawasan tim. Secara konkret dilakukan dengan dialog
secara terbuka (tidak kaku) dan aktif, penuh empati dan respek.
Pada awalnya pandangan/asumsi anggota tim berbeda-beda dan mungkin
tidak cocok. Selanjutnya melalui proses storming, terjadilah
dinamika dimana pada akhirnya akan terbentuk keputusan kelompok
yang lebih baik daripada pemikiran individual. 2. Refreshing and
updating the teams understanding of the (changing) context with new
information. Secara aktif memperbaharui ilmu pengetahuan tim dengan
perkembangan terbaru sebagai persiapan akan hal-hal yang mungkin
akan dihadapi tim. Hal ini dapat membantu memberikan terobosan
(cara baru) penyelesaian situasi. 3. Deepening each team members
capacity for heedful interrelating, that is, for acting with each
others (and the teams) perspective in mind. Melakukan segala
tindakan dengan penuh pertimbangan apa dampaknya bagi orang lain.
Kebiasaan itu bukan bagian pekerjaan saya tidak dapat dipelihara
sebagai tim.
Kolaborasi tim kesehatan dapat dibangun diatas kontribusi setiap
anggota tim. Kesadaran untuk berbagi pandangan dan membentuk
keputusan kelompok pada akhirnya pasti lebih baik dibandingkan
keputusan masing-masing individu.Mempetahankan terjadinya
kolaborasi dilakukan dengan menjaga komunikasi yang aktif, kritis
tapi tetap terbuka, serta penuh empati.
V. Sistem Pelayanan KesehatanSistem kesehatan adalah suatu
jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang
yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap
wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya
tersebut, dalam bentuk manusia maupun material.Sedangkan sistem
kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa
Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan
rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.Suatu sistem harus
memiliki landasan sebagai dasar dari adanya sistem tersebut.
Landasan sistem kesehatan nasional Indonesia meliputi:a. Landasan
Idiil, yaitu Pancasilab. Landasan konstitusional, yaitu UUD 1945c.
Landasan operasional meliputi seluruh peraturan perundangan
terkait.Salah satu subsistem dari sistem kesehatan nasional yang
paling penting adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
adalah setiap usaha yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, dan lingkungan (Depkes RI 2009). Tujuan pelayanan
kesehatan yaitu pomotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan kesehatan). Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sub
sistem dalam pelayanan kesehatan yang meliputi input, proses,
output, dampak, umpan balik, dan lingkungan.a. Input:sub elemen
yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem. Contoh:
dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, ahli kesehatan
masyarakat.b. Proses :suatu kegiatan yang berfungsi mengubah input
menjadi output yang direncanakan.Contoh: kegiatan pelayanan rumah
sakit.c. Output :hal yang dihasilkan oleh proses.Contoh: pasien
sembuh/ tidak sembuh.d. Dampak :akibat yang dihasilkan oleh output
setelah beberapa waktu lamanya.Contoh: meningkatnya status
kesehatan masyarakat.e. Umpan balik:hasil dari proses yang
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.Contoh: keluhan
pasien terhadap pelayanan.f. Lingkungan:dunia di luar sistem yang
mempengaruhi sistem tersebut.Contoh: masyarakat dan
instansi-instansi lain.Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang
baik adalah :1. Tersedia dan berkesinambunganPelayanan kesehatan
tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan.2. Dapat diterima dan wajarArtinya
pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.3. Mudah dicapaiDipandang sudut lokasi untuk
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.4. Mudah
dijangkauDari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.5. BermutuMenunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara
penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
Stratifikasi Pelayanan KesehatanStratifikasi pelayanan kesehatan
merupakan pengelompokan pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan
tingkat kebutuhan subjek layanan kesehatan.Stratifikasi pelayanan
kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama. Namun secara
umum stratifikasi pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam, yaitu:1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Pelayanan
kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka
(promosi kesehatan). Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat
pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic
health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan
tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/ out
patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas.2.
Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua Yang dimaksud pelayanan kesehatan
tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut yang
diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in
patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga
spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga Yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang
diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih
komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga
superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Rumah
Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).
Pengertian Sistem RujukanMenurut Sistem Kesehatan Nasional
Departemen Kesehatan RI, sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan sistem kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu penyakit/lebih atau
masalah kesehatan secara vertikal dari unit yang berkemampuan
kurang ke unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar
unit-unit yang setara kemampuannya.Alur Sistem Rujukan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)Indonesia dahulu memiliki
beberapa instansi yang menjamin kesehatan masyarakat, seperti PT
Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT Asabri, Bapel JPKM dan berbagai
program jaminan sosial lainnya, tetapi beroperasi secara terpisah
dan memiliki peraturannya sendiri-sendiri. Hal ini menyebabkan
kurang optimalnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, maka disahkan UU No.40 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tanggal 19
Oktober 2004.A. PendahuluanPerbedaan asuransi Sosial dengan
asuransi komersial dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu:1. Kepesertaan:
asuransi sosial bersifat wajib bagi seluruh penduduk, sedangan
asuransi komersial bersifat sukarela.2. Asuransi sosial bersifat
nirlaba atau tidak berorientasi mencari keuntungan (not for
profit), sedangkan asuransi komersial berorientasi mencari
keuntungan (for profit).3. Asuransi sosial manfaatnya komprehensif
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) sesuai dengan
kebutuhan medis, sedangkan asuransi komersial manfaatnya terbatas
sesuai dengan premi yang dibayarkan.B. Prinsip Jaminan Kesehatan
Nasional Menurut UU SJSN Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini
diwujudkan dalam mekanisme gotong- royong dari peserta yang mampu
kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib
bagi seluruh rakyat; peserta berisiko rendah membantu yang berisiko
tinggi; dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip
kegotong-royongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan
sosial bagi keseluruhan rakyat Indonesia. Prinsip nirlaba.
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba)
bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan
sebesar-besarnya peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan
surplus anggaran akan dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan
efektivitas. Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh
kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya. Prinsip portabilitas dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan
atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib
dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh
rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan
dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri,
sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat
mencakup seluruh rakyat Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul
dari iuran peserta merupakan titipan kepada badan penyelenggara
untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta. Prinsip hasil pengelolaan
Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.C. Aspek
Penyelenggaraan JKN
Beberapa pengertian: Pekerja Bukan Penerima Upah: setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri. Pemberi Kerja:
orang perseorangan, pengusaha, badan hokum atau badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara Negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lainnya. Anggota keluarga bagi pekerja
penerima upah meliputi: Istri atau suami yang sah dari peserta Anak
kandung, anak angkat dan atau anak tiri dari peserta, dengan
criteria: Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal Peserta bukan PBI
Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang
lain.Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib
penjadi peserta jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di
Indonesia lebih dari enam bulan. Untuk menjadi peserta harus
membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi yang mempunyai upah/gaji,
besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh pekerja
dan Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran
iurannya ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu membayar iuran maka iurannya
dibayari pemerintah.D. Syarat dan Lokasi PendaftaranSyarat
pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan BPJS.Lokasi
pendaftaran dilakukan di kantor BPJS setempat/ terdekat dari
domisili peserta.E. Prosedur Pendaftaran Peserta1. Pemerintah
mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja
dapat mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.3.
Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.F. Hak dan
Kewajiban PesertaHak Peserta: Memperoleh identitas peserta
Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.Kewajiban Peserta: Membayar iuran
Melaporkan data kepesertaan kepada BPJS Kesehatan dengan
menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan/atau
pindah kerja.G. Masa Berlaku Kepesertaan Selama peserta membayar
iuran sesuai dengan kelompok peserta. Bila peserta tidak membayar
iuran atau meninggal dunia maka status kepesertaannya akan hilang.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS.
2.3 Filosofi Keprofesian Tenaga KesehatanA. Pengertian
FilosofiFilosofi berasal dari bahasa yunani philos (cinta) dan
sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi
tidak sama artinya dengan kebijaksanaan, atau hanya studi tentang
kebijaksanaan, lebih dari pada itu, ia adalah mencintainya Filosofi
adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan, dan
proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan
mengenai suatu kehidupan. B. Filosofi Tenaga Kesehatan1.
KedokteranProfesi Kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang
dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode etik yang
bersifat melayani masyarakat sesuai UU No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
a. Makna Lambang KedokteranDalam perkembangannya, ada dua versi
dari simbol uar dan tongkat. Versi pertama adalah gambar di mana
seekor ular melilit di sebatang tongkat, yang disebut Rod of
Asclepius. Sedangkan versi kedua ada dua ekor ular yang saling
melilit pada sebuah tongkat dengan sepasang sayap di atas tongkat
yang disebut Staff of Hermes.
b. Sejarah singkat KedokteranPada awalnya, sebagian besar budaya
dalam masyarakat masih memegang kepercayaan dengan menggunakan
tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan sebagai pengobatan. Sekitar
tahun1400-an, terjadi perubahan yakni pendekatan ilmu kedokteran
terhadap sains. Kemudian ilmu kedokteran mulai dipraktikkan pada
akhir abad ke-18 dan awal abad 19 di Inggris.
c. Prinsip dan Paradigma KedokteranProfesi kedokteran memiliki 5
prinsip yang harus dipeegang oleh masing-masing dokter.
Care ProviderSebagai Care provider, seorang dokter harus
melakukan pelayanan dan penanganan yang meliputi pengobatan,
pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi yang dilakukan secara
menyeluruh, berkelanjutan dan terintegrasi. Decision MakerDokter
harus berani mengambil keputusan terkait tindakan kesehatan yang
akan dilakukan dalam menangani pasien. Seorang dokter dituntutuntuk
bisa berpikir dan bertindak cepat serta tepat karena dokter harus
bertanggung jawab terhadap nyawa pasien. CommunicatorSeorang dokter
harus mampu menjadi komunikan yang baik karena sering berinteraksi
dengan pasien dengan beragam masalah mengenai penyakit. Community
LeaderSeorang dokter membantu mengambil keputusan dalan ikhwal
kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga.
ManagerSeorang dokter berkemampuan untuk berkolaborasi dalam
kemitraan pada penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga.
2. Kedokteran GigiDokter gigi ialah seseorang yang mempraktikan
pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan gigi dan mulut
melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Tenaga kesehatan
baik itu dokter, keperawatan, apoteker, dokter gigi maupun
kesehatan masyarakat memiliki filosofi atau landasan hidup pada
profesinya sendiri agar pekerjaan yang mereka lakukan tidak
menyimpang dari yang seharusnya.1. Sejarah singkat Ilmu Kedokteran
GigiPada tahun 5000 SM, terdapat naskah Sumeria yang menceritakan
bahwa adanya kerusakan gigi disebabkan oleh ulat. Kemudian
Hipocrates dan Aristoteles menulis tentang cara mengobati gigi yang
rusak, cara mencabut gigi dengan gunting tang, dan cara menggunakan
kawat untuk menstabilkan gigi yang longgar.Pada tahun 1130, ada
seorang biarawan yang sering melakukan pencabutan gigi. Dalam hal
ini, tukang cukur sering membantu biarawan tersebut. Selanjutnya
dengan berkembangnya zaman, John Baker, dokter gigi pertama yang
terlatih secara medis, pertama kali melakukan praktik di Amerika,
1760.Pada tahun 1839 melalui The American Journal of Dental
Science, ilmu kedokteran gigi dipublikasikan. Kemudian pada tahun
1857, H N Wadsworth mematenkan sikat gigi. Ilmu kedokteran gigi
juga mengembangkan bidang ilmunya melalui penggunaan pemutih gigi
dan implan untuk menambah estetika pada tahun 1990.
2. Kode Etik Dokter GigiBerdasarkan Surat Keputusan Nomor
SKEP/034/PB PDGI/2008 tentang Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia, terdapat 23 pasal
yang beberapa pasalnya dijelaskan dalam beberapa ayat. Pasal-pasal
tersebut terbagi ke dalam 4 bagian yaitu tentang kewajiban umum,
kewajiban dokter gigi terhadap pasien, kewajiban dokter gigi
terhadap teman sejawat, dan kewajiban dokter gigi terhadap diri
sendiri.Kewajiban umum dokter gigi antara lain ringkasnya, dokter
gigi wajib menghargai pasien dalam menentukan nasib dan menjaga
rahasianya, mengutamakan kepentingan pasien, menjunjung tinggi
norma-norma kehidupan yang luhur dalam menjalankan profesinya,
menjalankan profesinya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan untuk
mencari keuntungan pribadi. Dokter gigi wajib menjaga kehormatan,
kesusilaan, integritas, dan martabat profesi dokter gigi, wajib
mencegah terjadinya infeksi silang yang berbahaya, wajib menjalin
kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya, wajib
bertindak sebagai motivator, pendidik, dan pemberi pelayanan
kesehatan.Kewajiban dokter gigi terhadap pasien meliputi
menghormati hak pasien, selalu mengedepankan ibadah dantidak semata
mencari keuntungan, wajib mendahulukan pasien yang darurat, serta
tidak menolak pasien yang datang.Kewajiban dokter gigi terhadap
teman sejawat antara lain memperlakukan sejawat sebagaimana ia
diperlakukan, tidak boleh mengambil alih pasien tanpa persetujuan.
Kewajiban dokter gigi terhadap diri sendiri adalah mempertahankan
dan meningkatkan martabat diri, menghindari perilaku tidak
profesional, serta wajib menjaga kesehatan supaya dapat bekerja
secara optimal.
3. Paradigma Dokter GigiDokter gigi juga memiliki paradigma
sendiri tetapi tidak diungkapkan secara eksplisit. Dalam salah satu
pasalnya, dokter gigi wajib bertindak sebagai motivator, pendidik,
dan pemberi pelayanan kesehatan. Selain itu, dokter gigi merupakan
active learner, di mana ia wajib mengikuti perkembangan etika, ilmu
pengetahuan da teknologi khususnya di bidang kedokteran gigi, baik
secara mandiri maupun diselenggarakan oleh organisasi profesi.
4. Lambang Kedokteran GigiPada dasarnya ilmu kedokteran gigi
merupakan turunan dari ilmu kedokteran, sehingga lambang yang
digunakan juga sama dengan ilmu kedokteran yaitu ular dan tongkat
Asclepius atau beberapa ada yang menggunakan tongkat Hermes. Jika
organisasi profesi dokter di Indonesia, IDI lambangnya seperti di
bawah ini:Sementara PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) memiliki
logo sebagai berikut:
Secara umum, lambang tersebut memiliki arti bahwa ular dapat
mengganti kulit dengan kulit yang baru apabila kulit dianalogikan
dengan kesembuhan maka pada kedokteran, diharapkan mendapatkan
kesembuhan yang baru. Kemudian dengan adanya lambang tongkat
menunjukkan bahwa dalam pengerjaannya dokter atau dokter gigi
melakukannya secara mandiri.
Filosofi Apoteker1. Sejarah Farmasi DuniaSejak masa Hipocrates
(460-370 SM) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, belum
dikenal adanya profesi farmasi. Semakin lama masalah penyediaan
obat semakin rumit, baik dari segi formula maupun pembuatan,
sehingga dibutuhkan adanya keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M,
Raja Jerman Frederick II memerintahkan untuk memisahkan secara
resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal
yaitu Two Silices. Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi
dengan timbulnya industri-industri obat, sehingga terpisahlah
kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang
penyedia/peracik obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian
jauh lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek.
Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan
obat.Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep Pharmaceutical
Care yang membawa para profesor ke arah wilayah pasien.
2. SEJARAH LAMBANG FARMASI
Bowl of hygieia digunakan sebagai lambang farmasi sejak tahun
1796 dan digunakan oleh bangsa persia untuk menunjukan lambang
farmasi atau bagian pengobatan dan selanjutnya di gunakan oleh
organisasi farmasi di seluruh dunia.Dewi Higieia digambarkan
memegang sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya ada seekor
ular yang hendak meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut.
Beberapa berpendapat bahwa mangkuk dan ular Higieia melambangkan
keselarasan kehidupan dengan bumi. Ular mungkin melambangkan pasien
yang bisa memilih apakah akan mengambil obat pada mangkuk tersebut
atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang mengendalikan
kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil. Ular Higieia
juga dikaitkan dengan kepercayaan kuno bahwa ular memiliki
kemampuan kebijaksanaan dan penyembuhan. Menurut kepercayaan kuno,
ular bisa menyembuhkan dirinya sendiri dan melakukan kontak dengan
para arwah di dunia bawah dan membawa mereka untuk membantu manusia
yang masih hidup, karena itu ular dianggap membawa kebijaksanaan
karena mampu membawa arwah para leluhur yang bijak.3. Paradigama
dan Prinsip Dasar Apotekera. Care-GiverSeorang Farmasi/apoteker
merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata
memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas,
berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik,
tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlakub. Decision
MakerSeorang farmasis merupakan orang yang mampu menentukan
keputusan terkait pekerjaan farmasi, misal penyesuaian dosis,
penggantian obat, dan sebagainya.c. CommunicatorSeorang
farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik,
sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien,
masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan baik.d.
ManagerSeorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam
aspek kefarmasian non klinis, kemampuan ini harus ditunjang
kemampuan manajemen yang baik.e. LeaderSeorang farmasi/apoteker
harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan misi yang
jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan
institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin.f. Life-Long
LearnerSeorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar
sepanjang waktu, karna informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi
(obat, penyakit dan terapi) terus berkembang pesat dari waktu ke
waktu, sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan
agar tidak ketinggalan.g. TeacherSeorang farmasi/apoteker dituntut
dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien, masyarakat,
maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan
kesehatan.h. ResearchSeorang farmasi/apoteker merupakan seorang
peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan obat-obatan yang
lebih baik.i. EntrepeneurSeorang farmasi/apoteker diharapkan terjun
menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu
mensejahterakan masyarakat.
4. Kode Etik Apoteker Indonesiaa. Kewajiban UmumMeliputi,
menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan janji apoteker,
menjalankan profesi sesuai kompetensi, berpegang teguh pada
prinsip, selalu aktif mengikuti perkembangan ilmu, dilarang mencari
keuntungan, serta harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik
bagi orang lain.b. Kewajiban terhadap PasienSeorang Apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insan.c. Kewajiban terhadap teman sejawatSeorang apoteker
harus memperlakukan teman sejawat sebagaimana ia sendiri
diperlakukan, harus saling mengingatkan dan saling menasehati,
meningkatkan kerjasama baik sesama apoteker serta mempertebal rasa
saling percaya dalam menunaikan tugas.d. Kewajiban terhadap sejawat
petugas lainSeorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan
lain, hendaknya menjauhkan diri dari tindakan yang dapat
mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat.
PERAWATA. Pengertian Perawat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat maka
pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Florence NightingalePerawat adalah orang yang menjaga pasien
mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang
menimpa dirinya.
B. Filosofi Perawat Latar Belakang1. Zaman PurbakalaPerkembangan
dipengaruhi oleh perawatan dan pengobatan orang-orang pada zaman
purba yang hidup dalam keadaan primitif. Pekerjaan merawat
dilakukan berdasarkan naluri keibuan yang bersendi pada
pemeliharaan seperti seorang ibu melindungi anak.2. Zaman
MasehiKeperawatanyang dikenal sekarangdimulai padazaman masehisaat
perkembangan agama Nasrani, yang saat itu banyak terbentuk
Diakones.Diakonesyaitu suatu organisasi wanita bertujuan
untukmembantu pendeta dalam memberikan perawatan setiap mengunjungi
orang sakitdari rumah ke rumah. 3. Permulaan abad ke-XVIPada masa
ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial.
Pada masa inilah ditemukan konsep P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan).4. Perkembangan Keperawatan di InggrisKeperawatan
semakin berkembang dengan adanya pelopor perawat modern, Florence
Nightingale.Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa
inggrisThe Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut
mengumpulkan korban perang padaPerangKrimea, di semenanjungKrimea,
Rusia.
C. Lambang KeperawatanSimbol dari keperawatan adalah Lampu
Minyak, simbol lampu ini diambil dari tokoh Florence Nigtingale.
Florence selalu membawa lampu minyak sebagai penerangan saat
menemui para pasien dalam kegelapan. Lampu minyak ini diyakini
memiliki arti membawa terang (membawa kesehatan). Berikut merupakan
gambar-gambar ilustrasi Florence Nightingale yang sedang merawat
dengan membawa lampu minyak.
Makna Lambang Secara Terperinci1. Lingkaran dengan warna merah,
menunjukkan semangat persatuan.2. Dasar kuning emas dalam
lingkaran, keluhuran dan cinta kasih.3. Segi lima, berkiprah
Pancasila4. Warna hijau tua dalam segi lima, kesejahteraan.5. Lampu
warna putih, identitas perawatan.6. Lidah api lima cabang berwarna
merah mengartikan semangat pengabdian yang dilandasi/dijiwai
Pancasila.7. Warna putih, melambangkan kesucian.
D. Paradigma Perawat1. ManusiaKeperawatan meyakini dan
menekankan dalam setiap kegiatan pelayanan keperawatannya bahwa
manusia merupakan individu yang layak diperlakukan secara
terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan individualitas, dalam
berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat mengancam
kehormatan dan sifat kemanusiaannya.
2. SehatDefinisi sehat & kesehatan telah berubah dari
kondisi seseorang yang bebas penyakit menjadi kondisi yang mampu
mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten, stabil
danseimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari 3. Masyarakat dan
LingkunganMasyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam
paradigma keperawatan dimana setiap individu berinteraksi.
Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber terjadinya
keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan atau kondisi sakit seseorang.
E. Kode Etik PerawatBab 1Tanggung jawab Perawat, terhadap
Masyarakat, keluarga dan penderita1. Perawat dalam rangka
pengabdianynya senantiasa berpedoman kepada tanggung jawab yang
pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk
individu, keluarga dan masyarakat.2. Perawat dalam melaksanakan
pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga dan
masyarakat.3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang
seorang, keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa
tulus ihlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur perawatan.4.
Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan
orang seorang, keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas,
kewajiban bagi kepentingan masyrarakat.
Bab IITanggung jawab perawat terhadap tugas1. Perawat senantiasa
merawat mutu pelayanan yang tinggi disertai kejujuran profesional
dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawat sesuai
dengan kebutuhan orang seoaranng atau penderita, keluarga dan
masyarakat.2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya sehubungan yang dipercayakan kepaanya.3. Perawat tidak
akan mempergunakan pengetahuan dan keterampilan perawatan untuk
tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.4. Perawat
dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur jenis kelamin, aliran
politik yang dianut serta kedudukan sosial.5. Perawat senantiasa
mengupayakan perlindungan dan keselamatan penderita dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta dengan matang mempertimbangkan
kemampuan menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada
hubungannnya dengan perawatan.
Bab IIITanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan
profesi kesehatan lainnya1. Perawat senantiasa memelihara hubungan
yang baik antar sesama perawat dan dengan tenaga kesehatan lainnya,
baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalm mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.2.
Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain bidang perawatan.
Bab IVTanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan1.
Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan perawatan.2. Perawat selalu menunjang tinggi nama baik
profesi perawat dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi
yang luhur.3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan
pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan
dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan pendidikan perawatan.4.
Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi perawatan sebagai sarana pengabdian.Bab VTanggung jawab
perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air1. Perawat
senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan
perawatan.2. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam menigkatkan pelayanan
kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.
Filosofi Kesehatan MasyarakatA. Latar BelakangPada zaman Romawi
kuno telah diketahui bahwa buang sampah pada tempatnya serta
mencuci tangan bisa menghindarkan diri dari berbagai penyakit.
Kemudian Anthony Van Leuwenhook menemukan mikroskop, dari sinilah
diketahui penyebab penyakit yang menyerang manusia pada zaman
tersebut yaitu mikroorganisme. Pada masa Renaissance terdapat wabah
lepra di dunia barat, sehingga pemerintah mengisolasi penduduk yang
terkena lepra agar tidak menularkan penyakitnya kepada penduduk
yang sehat.Pentingnya usaha pencegahan penyakit dengan pola hidup
dan sanitasi yang baik mendorong dibentuknya Fakultas Kesehatan
Masyarakat yang mempelajari cara mencegah dan mengelola penyakit
untuk memperbaiki kesehatan di lingkungan masyarakat.
B. Kode Etik Kesehatan MasyarakatKode Etik Profesi Kesehatan
Masyarakat di uraikan dalam Bab-Bab dan pasal-pasal.Diantaranya
meliputi kewajiban umum yang mencakup setiap profesi Kesehatan
Masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
etika profesi, melakukan tugas dan fungsi profesi menggunakan
prinsip efektif dan efisien serta tepat guna, tidak membeda-bedakan
masyarakat.Kemudian kewajiban terhadap masyarakat meliputi dalam
melaksanakan tugas dan fungsi harus selalu berorientasi kepada
masyarakat, berlaku adil, bertanggung jawab dalam melindungi,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan penduduk.Kewajiban terhadap
profesi kesehatan lain dan profesi di luar bidang kesehatan
diantaranya harus bekerjasama dan saling menghormati sesama profesi
dan berpegang pada prinsip Kemitraan, Kepemimpinan, Pengambilan
Prakarsa dan Kepeloporan.Selain itu, ahli kesehatan juga harus
proaktif dan tidak menunggu dalam mengatasi masalah dan senantiasa
membagi pengalaman serta saling membantu antar anggota profesi
lain.Kewajiban terhadap diri sendiri yaitu harus memelihara
kesehatan agar dapat bekerja secara maksimal dan selalu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. 4 Peran Profesi Kesehatan untuk Individu, Keluarga, dan
Masyarakat2.4.1 Peran Profesi Kesehatan untuk Individua. Dokter dan
Dokter Gigi Diagnosa penyakit pasien. Mengatur regimen terapi
pasien. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan. Merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien. Membuat catatan rekam medis yang baik
secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien. b.
Apoteker Mengevaluasi rasionalitas pemilihan obat yang ditentukan
oleh dokter Memberikan saran obat dan dosis Mengatur regimen obat
Mengatur penggunaan obat terkait adanya interaksi obat. Menjelaskan
obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis,
dan waktu penggunaannya. Melakukan konseling kepada pasien untuk
melihat perkembangan terapinya.c. Perawat Sebagai pemberi asuhan
keperawatan (rehabilitasi pasien). Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan pasien secara holistic. Pada kondisi mendesak,
boleh berperan menggantikan dokter dengan batasan kemampuan ilmu
perawat dan memberikan obat bebas dan terbatas. Sebagai pelindung,
perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi pasien
dan melindungi pasien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan
dari suatu tindakan pengobatan. Perawat sebagai advokat, perawat
melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara hukum. Membantu
menginterpretasikan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh profesi
kesehatan kepada pasien. Sebagai penyuluh pasien, perawat
menjelaskan kepada pasien konsep dan data-data tentang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri,
menilai apakah pasien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. d. Kesehatan Masyarakat
Selalu memelihara dan meningkatkan status gizi pasien . Menjaga
kerahasiaan pasien . Menghormati dan menghargai kebutuhan unik
setiap pasien . Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat
Memberikan informasi kepada pasien dengan tepat dan jelas. Apabila
mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan ahli gizi
berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi
lain yang mempunyai keahlian
2.4.2 Peran Profesi Kesehatan untuk Keluargaa. Dokter dan Dokter
Gigi Memberikan pendidikan penyakit pasien kepada keluarga b.
Apoteker Memberikan pengetahuan penggunaan obat pasien pada
keluarga untuk meningkatkan efektivitas terapi pasien dan
meningkatkan ketaatan pasien saat terapi c. Perawat Membantu
menginterpretasikan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh profesi
kesehatan kepada keluarga pasien. Pemantauan pelaksanaan kesehatan
oleh keluarga d. Kesehatan Masyarakat Pendidikan mengenai gizi
keluarga, sanitasi lingkungan pada keluarga Penyuluh gizi
2.4.3 Peran Profesi Kesehatan untuk Komunitasa. Dokter dan
Dokter Gigi Memberikan pendidikan terkait penyakit dan layanan umum
(praktek) di masyarakat.b. Apoteker Mengatur penyediaan dan
pengelolaan obat untuk masyarakat. Berpartisipasi dalam upaya
pengendalian infeksi di rumah sakit melalui Komite Pengendali
Infeksi Berperan aktif melakukan pananganan penyakit-penyakit yang
memiliki pengobatan jangka panjang dan prevalensi tinggi di
masyarakat c. Perawat Memberikan imunisasi melawan penyakit di
komunitas.d. Kesehatan Masyarakat Mengadakan penyuluhan mengenai
kesehatan di masyarakat. Melindungi masyarakat umum khususnya
tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek
yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan
terapi gizi/diet. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi
faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
BAB IIIPEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini, kelompok kami akan menjelaskan dan
membandingkan antara teori yang telah dipaparkan pada bab II dengan
kondisi sekarang yang ada dimasyarakat. Menurut kami kolaborasi
merupakan produk team work dari suatu kelompok tertentu dimana
kelompok tersebut terdiri dari beberapa ahli dan bekerja untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Salah satu bentuk
kolaborasi yang paling umum adalah kolaborasi kesehatan. Pada zaman
sekarang, kolaborasi kesehatan sangat penting guna tercapainya
patient oriented dan meningkatkan patient care di rumah sakit
maupun institusi lainnya. Kolaborasi kesehatan menghasilkan banyak
efek positif terhadap pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Akan
tetapi sekarang ini kolaborasi antar tenaga kesehatan belum
dilakukan di seluruh rumah sakit di Indonesia. Penyebab kolaborasi
kesehatan belum berjalan di Indonesia, yaitu:1. Jumlah antar tenaga
kesehatan tidak seimbang di dalam suatu rumah sakitMisalnya jumlah
profesi apoteker di rumah sakit terlampau sedikit dan tidak sesuai
dengan aturan yang ada sehingga kolaborasi tidak bisa berjalan
dengan baik. 2. Kesiapan profesi tenaga kesehatan kurang3. Belum
ada Undang-Undang yang mengatur kolaborasi kesehatanGuna melakukan
kolaborasi yang baik, sebaiknya dididik sejak dini sehingga saat
memasuki dunia kerja sudah tidak terbiasa. Oleh karena itu,
sebaiknya universitas-universitas di Indonesia mulai membuat
kurikulum baru dengan mata kuliah kolaborasi sebagai mata kuliah
wajib. Seperti Universitas Indonesia yang telah ada mata kuliah
kolaborasi kesehatan, komunikasi kesehatan, etika hukum dimana
ketiga mata kuliah tersebut dilaksanakan oleh kelima fakutas yang
tergabung dalam rumpun ilmu kesehatan yaitu Fakultas Kedokteran,
Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, dan Fakultas Ilmu Keperawatan, Dengan adanya mata
kuliah kolaborasi ini diharapkan mahasiswa kesehatan sudah terlatih
bekerja sama antar profesi sehingga kedepannya siap dan mampu
berkolaborasi di rumah sakit demi meningkatkan patient care.
Kolaborasi kesehatan yang baik memiliki gaya sentripetal, dimana
akan terjalin kerjasama antar profesi kesehatan yang baik tanpa
mementingkan kepentingannya masing-masing. Mutu kesehatan dapat
ditingkatkan dengan kolaborasi tenaga kesehatan dan didukung dengan
sistem pelayanan kesehatan baik. Seperti yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, salah satu sistem pelayanan kesehatan yang ada di
Indonesia adalah SJSN (sistem jaminan soaial nasional). Sebelum
adanya SJSN, di Indonesia terdapat sistem pelayanan kesehatan
seperti Jamsostek, Akses, Taspen dan lain lain. Mulai tanggal 1
Januari 2014, SJSN di Indonesia telah dilaksanakan, dimana SJSN ini
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang ditunjuk, yaitu PT.
Jamsostek, PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam
penyelenggaraannya, BPJS terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.. Pemerintah menanggung iuran bagi masyarakat
miskin dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima Bantuan
Iuran atau PBI) untuk menjamin keikutsertaan mereka dalam program
ini. Dengan berbagai kebijakan tersebut, alokasi belanja negara
akan meningkat secara signifikan. BPJS Kesehatan akan mengelola
jaminan kesehatan yang akan memberikan kepastian jaminan kesehatan
bagi setiap rakyat Indonesia. Jaminan ini diberikan dalam bentuk
pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
pemulihan, termasuk obat dan bahan medis dengan teknik layanan
terkendali mutu dan biaya (managed care).Program jaminan kesehatan
dilaksanakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas, yaitu
kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai kebutuhan medis yang tak
terkait dengan besaran iuran yang dibayarkan. Besar iuran
ditetapkan sebagai prosentase tertentu dari upah, bagi mereka yang
memiliki penghasilan. Pemerintah akan membayarkan iuran bagi mereka
yang tidak mampu (fakir miskin).Pemerintah tidak mengambil untung
untuk melaksanakan program SJSN ini, sebab iuran yang dibayarkan
akan dikembalikan ke rakyat sepenuhnya dalam bentuk pelayan
kesehatan, serta obat. Apabila SJSN ini terlaksana, tentunya
kesejahteraan masyarakat akan meningkat.Namun, dalam pelaksanaan
SJSN saat ini masih belum sempurna.. Banyak faktor yang menyebabkan
SJSN masih belum maksimal, yaitu1. Banyak masyarakat Indonesia yang
belum tahu mengenai sistem ini2. Bagi masyarakat yang sudah tahu,
belum ada kesadaran dari masyarakat tersebut untuk mendaftarkan
diri sebagai peserta BPJS3. Undang-undang yang mengatur SJSN ini
belum sepenuhnya selesai diaturOleh karena itu diperkirakan sistem
jaminan sosial nasional ini akan benar-benar terlaksana pada tahun
2019 mendatang. Guna melakukan kolaborasi kesehatan yang baik
maupun sitem pelayanan kesehatan yang baik tentunya harus ada kerja
sama yang baik pula antar peofesi kesehatan. Profesi yang tergabung
dalam kolaborasi tenaga kesehatan terdiri dari profesi dokter,
dokter gigi, apoteker, perawat dan kesehatan masyarakat. Setiap
Profesi memiliki kode etik yang menjadi dasar praktek keprofesian
dan seharusnya dipraktekkan dengan baik. Akan tetapi, pada
pelaksanannya tidak semua profesi melaksanakan kode etik dengan
baik bahkan banyak yang melanggar kode etik tersebut. Seperti pada
kasus-kasus yang sering terjadi yaitu absennya apoteker di apotek.
Padahal seharusnya apoteker lah yang melayani pasien dan memberikan
informasi obat bukan asisten apoteker. Guna tercapainya mutu
kesehatan yang baik segala aspek baik kolaborasi, sistem pelayanan,
dan pelaksannaan kode etik juga harus baik.
BAB IVPENUTUP
4.1 KesimpulanKolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang
sangat diperlukan dalam menangani masalah kesehatan. Tanpa adanya
kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan tidak dapat berjalan
secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing
tenaga kesehatan mempunyai peran dan tanggung jawabnya
masing-masing. Peran dan tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk
satu individu saja, tapi juga keluarga dan masyarakat. Kesadaran
akan tujuan yang sama dalam penanganan kesehatan dan komunikasi
yang baik mendukung proses kolaborasi tim kesehatan yang tentunya
akan berdampak baik dalam pelayanan kesehatan bagi pasien.
Pelaksanaan terapi yang baik bagi pasien tidak tergantung dari
peran tim kesehatan saja, dukungan dari orang-orang terdekat pasien
seperti keluarga juga berperan besar dalam penyembuhan penyakit
pasien. Selain itu, tim kesehatan juga mempunyai peran yang besar
di masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Untuk itulah,
kolaborasi tim kesehatan yang baik dan efektif diperlukan.
4.2 Saran
Untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, tenaga
kesehatan harus berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik dalam
penatalaksanaan masalah kesehatan baik di individu, keluarga dan
anggota masyarakat. Untuk menghindari tumpang tindih tugas
masing-masing tenaga kesehatan, diperlukan adanya hubungan dan
komunikasi yang baik antar sesama tenaga kesehatan. Masing-masing
tenaga kesehatan perlu menyadari kesamaan tujuan dari peran medis
yang mereka lakukan walaupun sangat jelas perbedaan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sikap saling menghargai dan
menghormati antar masing-masing profesi kesehatan juga perlu
diterapkan agar tercipta hubungan kolaborasi dan kerja sama yang
baik.DAFTAR PUSTAKA
Black Well, Wiley. ABC Of Clinical Leadership.
www.abcbookseries.coomRiyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok
Kerja yang Efektif. Yogyakarta: KanisiusSalas, Eduardo et.all.2007.
Markers for Enhancing Team Cognition in Complex Environments: The
Power of Team Performance Diagnosis. Aviation, Space, and
Environmental MedicineSargeant,Joan et.all. 2008. Effective
interprofessional team. Interscience, Journal of continuing
education in the health professionsStoner, James A.F. 1986.
Manajemen. Jakarta:
Erlanggahttp://dictionary.reference.com/browse/collaboratehttp://www.businessdictionary.com/definition/collaboration.html#ixzz2tigecE3dCanadian
Medical Association. Putting patient first : Patient-centered
collaborative care. A discussion paper. 2009Ontario. Guide to
Collaborative Team Practice. 2005University of Manitoba.
Interprofessional practice education in clinical setting. Immersion
Learning Activities. 2011 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang dalam Rangka Menyongsong
Jaminan Kesehatan Nasional (Regionalisasi Sistem Rujukan)Canadian
Health Services Research Foundation web site
www.chsrf.ca.areafarmasi.blogspot.com/2013/04/filosofi-perawathttp://melaniezone.wordpress.com/2012/10/12/paradigma-keperawatan/http://radencoddooth.blogspot.com/2011/05/kode-etik-keperawatan.htmlhttp://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
8