BAB I PENDAHULUAN Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun hingga 1,5 kali air, normalnya sekitar tiga kali air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sel darah merah mempengaruhi viskositas darah. Hal ini mengurangi tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh perifer, sehingga jumlah darah yang mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali lagi menuju ke jantung menjadi jauh lebih normal. Bila penderita anemia mulai berkuat, jantung tidak mampu memompa jumlah darah lebih banyak daripada jumlah yang dipompa sebelumnya. Akibatnya selama keadaan anemia ini berkuat, dimana terjadi peningkatan kebutuhan jaringan akan oksigen, dapat timbul hipoksia jaringan yang serius dan sering terjadi gagal jantung yang akut. Seseorang dikatakan anemia jika hematokritnya (persen eritrosit dalam darah) kurang dari 40. Adapun hematokrit normal adalah sekitar 40-60. Penderita 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan oleh
hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah. Pada anemia berat, viskositas darah dapat turun hingga 1,5 kali air,
normalnya sekitar tiga kali air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sel
darah merah mempengaruhi viskositas darah. Hal ini mengurangi tahanan
terhadap aliran darah dalam pembuluh perifer, sehingga jumlah darah yang
mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali lagi menuju ke jantung menjadi
jauh lebih normal.
Bila penderita anemia mulai berkuat, jantung tidak mampu memompa
jumlah darah lebih banyak daripada jumlah yang dipompa sebelumnya. Akibatnya
selama keadaan anemia ini berkuat, dimana terjadi peningkatan kebutuhan
jaringan akan oksigen, dapat timbul hipoksia jaringan yang serius dan sering
terjadi gagal jantung yang akut.
Seseorang dikatakan anemia jika hematokritnya (persen eritrosit dalam
darah) kurang dari 40. Adapun hematokrit normal adalah sekitar 40-60. Penderita
anemia berat bisa tanpa gejala, tetapi penderita anemia ringan bisa sangat lemah.
Hal ini dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu cepat timbulnya anemia,
derajat anemia, umur penderita dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin.
Gejalanya antara lain sesak napas, lemah, mengantuk, palpitasi dan sakit kepala.
Pada orang tua dapat ditemukan gejala penyakit jantung dan kebingungan.
Melihat seriusnya akibat yang ditimbulkan oleh anemia, maka perlu
diketahui berbagai hal tentang anemia. Salah satunya adalah klasifikasi anemia.
Anemia dapat dibedakan berdasarkan morfologi dan sebab atau etiologinya.
Klasifikasi morfologi berdasarkan bentuk dari eritrosit yang mengalami kelainan,
sedangkan berdasarkan etiologi ditinjau penyebab terjadinya anemia, seperti
1
pematagan abnormal dan destruksi atau kehilangan secara berlebihan pada
eritrosit.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin
berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ
dan proses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang
dipasok berkurang maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun,
sedangkan kelancaran proses tertentu akan terganggu.
Otak adalah jaringan yang memerlukan energi dalam jumlah besar setiap
saat. Keperluan akan energi dalam jumlah yang besar ini hanya dapat dipenuhi
oleh metabolisme yang berlangsung dalam keadaan aerob. Ini berarti, jaringan
otak mutlak memerlukan oksigen supaya tetap dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Memang keadaan anoksida (ketiadaan oksigen) yang berlangsung
beberapa menit saja akan mengakibatkan kerusakan menetap yang tidak dapat
diperbaiki lagi pada jaringan dan sel-sel otak. Salah satu yang ditakuti dari
peredaran darah besar yang terjadi dalam waktu singkat dan tidak segera diatasi
dengan homeostasis (pengentian pendarahan) dan transfuse ialah kerusakan fungsi
susunan saraf pusat, dengan bentuk terberat koma (kehilangan kesadaran) yang
menetap. Dalam keadaan anemia, yang biasanya terjadi dan berkembang dalam
jangka waktu yang panjang, berbagai organ tubuh menyesuaikan diri dengan
menyesuaikan fungsi dengan keadaan yang tidak optimum tersebut, termasuk
otak. Akibatnya, kinerja otak akan berkurang dengan jumlah oksigen yang
diperolehnya.
Akibat anemia bisa berbeda-beda pada setiap tahap kehidupan. Pada anak,
anemia bisa menghambat pertumbuhan fisik dan mentalnya. Pada masa remaja
atau dewasa, anemia bisa menurunkan kemampuan dan konsentrasi serta gairah
3
untuk beraktivitas. Sementara pada wanita hamil, anemia menyebabkan risiko
pendarahan sebelum atau saat melahirkan, risiko bayi lahir dengan berat badan
rendah atau prematur, cacat bawaan, dan cadangan zat besi bayi yang rendah.
Anemia yang terjadi pada anak-anak dapat menggangu proses tumbuh
kembangnya. Bahkan perkembangan berpikir juga bisa terganggu dan mudah
terserang penyakit. Anemia yang terjadi pada seseorang bisa muncul karena
bawaan (kongenital), akut atau kronik, tidak berbahaya atau berbahaya
menyangkut kehidupan, dan berat atau ganas. Menurunnya jumlah sel darah
merah dalam tubuh juga bisa terjadi karena zat gizi besi digunakan untuk
kepentingan lain (di luar untuk pembuatan sel darah merah). Hal ini terjadi,
misalnya, akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang,
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-
sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya.
Anemia bisa berakibat pada gangguan tumbuh kembang, gangguan kognitif
(belajar) serta penurunan fungsi otot, aktivitas fisik dan daya tahan tubuh. Jika
daya tahan tubuh menurun, maka risiko infeksi pun akan meningkat. Anemia bisa
terjadi saat masih bayi. Bila ini terjadi, tentunya bisa berdampak pada prestasi
mereka saat usia prasekolah dan sekolah. Akibatnya, bisa terjadi gangguan
konsentrasi, daya ingat rendah, kapasitas pemecahan masalah dan kecerdasan
intelektual (IQ) yang rendah, serta gangguan perilaku. Anemia membuat transfer
oksigen yang memperlancar metabolisme sel-sel otak terhambat, metabolisme
lemak mielin yang mempercepat hantar impuls saraf, perilaku, serta konsentrasi
terganggu. Jika terkena anemia defisiensi gizi saat bayi, maka ketika memasuki
prasekolah dan usia sekolah akan terganggu konsentrasi, daya ingat rendah,
kapasitas pemecahan masalah rendah, tingkat kecerdasan lebih rendah dan
gangguan perilaku.
Anemia dapat menyebabkan pertumbuhan tinggi dan berat badan dibawah
normal, penurunan tingkat kecerdasan, dan gangguan pada system saraf serta otak.
Anemia sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Anak perempuan lebih
tinggi risikonya karena mengalami menstruasi. Ketika anak perempuan duduk di
4
bangku SMA, mereka masih terancam anemia karena pada usia itu mulai sadar
penampilan sehingga mulai menjalankan diet ketat.
Ada beberapa penyebab timbulnya anemia, yaitu:
1. Karena cacat sel darah merah
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak
sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau
kelainan, akan menimbulkan masalah bagi sel darah merah
sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya
dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan.
Pada umumnya cacat yang dialami sel darah merah menyangkut
senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena
kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein
dikendalikan oleh gen di DNA.
2. Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan
oleh faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi.
Anemia karena kelainan dalam sel darah merah disebabkan oleh
faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini
tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya
memperpanjang usia sel darah merah sehingga mendekati umur
yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya
mengurangi penyulit yang terjadi.
3. Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan
menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah dalam darah,
sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan
dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini
biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang
diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan
dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin
5
mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya
dengan tranfusi.
4. Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan
menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak
dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi
dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap sel darah
merah, umur sel darah merah akan memendek karena dengan
cepat dihancurkan oleh sistem imun.
Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada klasifikasi anemia
menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah merah
sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian
anemia terdiri atas:
a. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau
destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum
tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga
banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran
darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah
normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal
tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena