MAKALAH KIMIA INDUSTRI
INDUSTRI GAS LPG
PT.Media Karya Sentosa, GRESIK
Oleh
Nama: Muhammad Fadli
Nim/Bp : 1301782/2013
Prodi : Kimia
Dosen Pembimbing : Ananda Putra,S.si, M.si, Ph.D
: Umar Kalmar S.Si, M.Si, Ph.D
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
i
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelimpahan
rahmat beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah kimia industri yang berjudul Proses produksi LPG di PT.
Media Karya Sentosa . Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Industri yang merupakan mata kuliah wajib untuk
mahasiswa program studi Kimia.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada bapak Ananda Putra S.Si, M.si, Ph.D dan bapak Umar Kalmar
S.Si, M.Si, Ph.D sebagai dosen pembimbing. Selanjutnya penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada orang tua atas doa restu dalam
menulis makalah ini. Begitupun rekan rekan yang telah memberikan
dukungan terhadap lancarnya penulisan makalah ini.
Penulis sudah mengupayakan sedemikian rupa agar makalah ini
sempurna dengan berpedoman kepada beberapa buku sumber., Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman
untuk penulisan makalah lanjutan.
Padang, Maret 2015
Penulis
BAB IPENDAHULUANA. PROFIL PERUSAHAAN
PT. Media Karya Sentosa (MKS) merupakan salah satu perusahaan
gas nasional yang pabriknya bertempat di Gresik Jawa Timur. Pabrik
ini didesain untuk memproses natural gas dari pipeline yang berasal
dari PT. PHE-WMO (Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore) yang
berlokasi di Gresik Jawa Timur pula. Setiap harinya PT. Media Karya
Sentosa memproses 100 MMSCFD (118400 STDm3/jam) gas alam. Fasilitas
pengolahan gas alam yang ada pada PT. MKS ini terbagi atas inlet
separation, inlet compression, molecular sieve dehydration,
cryogenic liquids recovery, depropanizer unit, debutanizer unit, a
hot oil system, associated utilities, PLC-based process control and
safety, dan shutdown system.
B. LATAR BELAKANG
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang kaya akan gas
bumi. Gas bumi sebagai sumber energi dan suber bahan baku memiliki
peran penting di Indonesia saat ini dan masa mendatang. Menurut
DitJen Migas cadangan total cadangan gas alam Indonesia per tahun
2012 adalah sebesar 152,89 TCF
Gambar 1.1 Cadangan Gas Alam Indonesia
Komposisi umum dari natural gas adalah 75% methane (CH4), 15%
ethane (C2H6), 10% Hidrokarbon yang lain seperti Propane (C3H8),
Buthane (C4H10), dan (C5H12). Umunya komponen metana dan etana
diproduksi sebagai LNG (Liquefied Natural Gas) ataupun sebagai sale
gas, sedangkan komponen propan dan butan diproduksi sebagai LPG
(Liquefied Petroleum Gas). Di Indonesia ELPIJI adalah brand
PERTAMINA untuk LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG merupakan gas
hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan
komponen utama gas propana (C3H8) dan butana (C4H10). Pada tekanan
atmosfir, LPG berbentuk gas, tetapi untuk kemudahan distribusinya,
LPG diubah fasanya menjadi cair dengan memberi tekanan. Dalam
bentuk cair, LPG mudah didistribusikan dalam t abung ataupun tanki.
Di Indonesia, LPG digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk
memasak. Konsumen LPG bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan
komersial (restoran, hotel) hingga industri. Di kalangan industri,
LPG digunakan sebagai bahan bakar pada industri makanan, keramik,
gelas serta bahan bakar forklift. Dibandingkan dengan bahan bakar
lain, penggunaan LPG lebih menguntungkan dikarenakan kebersihannya,
stabil, ramah lingkungan serta fleksibel
Menurut data kementrian ESDM dibawah ini dapat dilihat bahwa
konsumsi LPG di Indonesia mengalami kenaikan sejak tahun 2000 2011.
Hal ini mengindikasikan bahwa LPG merupakan salah satu BBM yang
diminati konsumen.
Tabel 1.1 Kenaikan Konsumsi LPG Indonesia
Menurut data resmi Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi bahwa
pengguna LPG yang paling dominan adalah dari sektor rumah tangga
yakni mencapai 70%.
BAB IIBAHAN BAKU
A. Gas AlamGas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau
gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama
terdiri dari metana CH4. Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya
dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik
dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas.
Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas
alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat
seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain
juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan
global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai
polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu,
metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang
terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana
yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap,
ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar
15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).
Komponen
%
Metana (CH4)
80-95
Etana (C2H6)
5-15
Propana (C3H8) and Butana (C4H10)
< 5
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S),
dan air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga
terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai
dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan
(pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah
pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering
disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah
diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna
akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol,
agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang
telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi
gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan
karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level
yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah
terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara,
sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia
berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas
dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika
tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan
bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5%
hingga 15%.
Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak
mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi
yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
BAB IIIPROSES PENOLAHAN
A. TAHAP-TAHAP PENGOLAHANPencairan gas alam menjadi LNG/LPG
bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi. Gas
alam yang diolah di kilang LNG/LPG.PROCESS TRAIN Process Train
adalah unit pengolahan gas alam hingga menjadi LNG serta
produk-produk lainnya (pencairan fraksi berat dari gas alam).Dalam
pengolahan gas alam di process train dilakukan proses pemurnian,
pemisahan H2O dan Hg, serta pendinginan dan penurunan tekanan
secara bertahap hingga hasil akhir proses berupa LPG. Terdiri
beberapa tahapan yaitu: PLANT 1 - GAS PURIFICATION Proses di Plant
1 adalah pemurnian gas dengan pemisahan kandungan CO2 (Carbon
Dioksida) dari gas alam. Kandungan CO2tersebut harus dipisahkan
agar tidak mengganggu proses selanjutnya. Pemisahan CO2dilakukan
dengan proses absorbsi larutan Mono Ethanol Amine (MEA), yang
sekarang diganti dengan Methyl De Ethanol Amine (MDEA) produksi
Ucarsol. Proses ini dapat mengurangi CO2sampai di bawah 50 ppm dari
aliran gas alam. Batas maksimum kandungan CO2pada proses
selanjutnya adalah 50 ppm. PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY
REMOVALSelain CO2, gas alam juga mengandung uap air (H2O) dan
Mercury (Hg) yang akan menghambat proses pencairan pada suhu
rendah. Pada Plant 2, kandungan H2O dan Hg dipisahkan dari gas
alam. Kandungan H2O pada gas alam tersebut akan menjadi padat dan
akan menghambat pada proses pendinginan gas alam selanjutnya.
Pemisahan kandungan H2O (Gas Dehydration) dilakukan dengan cara
absorbsi menggunakan molecullar sieve hingga kandungan H2O maksimum
0,5 ppm. Kandungan mercury (Hg) pada gas alam tersebut jika terkena
peralatan yang terbuat dari aluminium akan terbentuk amalgam.
Sedangkan tube pada Main Heat Exchanger 5E-1 yang merupakan alat
pendingin dan pencairan utama untuk memproduksi LPG adalah terbuat
dari aluminium. Pemisahan kandungan Hg (Mercury Removal) dilakukan
dengan cara absorbsi menggunakan adsorben .Bed Mercury Removalyang
berisiSulfur Impregnated Activated Charcoaldimana merkuri akan
bereaksi membentuk senyawa HgS, hingga kandungan Hg maksimum 0,1
ppm. PLANT 3 - FRACTINATION Sebelum gas alam didinginkan dan
dicairkan pada Main Heat Exchanger 5E-1 pada suhu yang sangat
rendah hingga menjadi LPG, proses pemisahan (fractination) gas alam
dari fraksi-fraksi berat (C2, C3, ..., dst) perlu dilakukan. Proses
fraksinasi tersebut dilakukan di Plant 3. Pemisahan gas alam dari
fraksi beratnya dilakukan pada Scrub Column 3C-1. Setelah
dipisahkan dari fraksi beratnya, gas alam didinginkan terlebih
dahulu hingga temperatur sekitar -50C dan selanjutnya diproses di
Plant berikutnya untuk didinginkan lebih lanjut dan dicairkan.
Sedangkan fraksi beratnya dipisahkan lagi sesuai dengan titik
didihnya dengan beberapa alat (Deethanizer, Deprophanizer dan
Debuthanizer) untuk mendapatkan prophane, buthane dan condensate.
Pemisahan LPG dengan Pendinginan Kriojenik
Pada proses ini, fraksi LPG dipisahkan dengan cara pendinginan,
yang dihasilkan oleh efek penurunan temperatur gas karena penurunan
tekanan secara mendadak. Penurunan tekanan gas umpan ini dapat
diperoleh dengan cara mengalirkan gas umpan bertekanan tinggi
melalui katup ekspansi Joule-Thompson (J-T valve), atau melalui
unit turboexpander. Ekspansi gas secara mendadak ini dapat
menghasilkan temperatur sangat rendah, yakni sekitar -100 hingga
-150 oF. Temperatur ini jauh lebih rendah daripada yang dapat
dicapai pada proses refrijerasi.
Dalam proses ini, gas umpan bertekanan tinggi (sekitar 1000 psi)
mula-mula dikurangi kadar airnya melalui kontak dengan glikol di
unit dehidrator. Gas umpan yang telah kering kemudian didinginkan
oleh gas keluaran dari unit turboexpander utama atau unit J-T
valve. Pendinginan ini terjadi di bawah temperatur pengembunan
C3-C4, sehingga terjadi pemisahan komponen komponen LPG tersebut ke
dalam fasa cair. Fasa cair LPG ini dipisahkan dari aliran sisa gas
yang tidak mengembun dalam unit Cold Separator.
Sisa gas dari Cold Separator diumpankan ke J-T valve atau
Turboexpander sehingga mengalami penurunan temperatur secara
drastis. Fraksi cair dari Cold Separator diumpankan ke kolom
De-Methanizer, yang berfungsi menghilangkan gas-gas ringan
(komponen C1-C2) dari fraksi C3-C4 cair melalui proses pemanasan
dan distilasi. Produk LPG dikeluarkan dari bagian dasar kolom
De-Methanizer, sedangkan gas ringan dari bagian puncak kolom
digunakan untuk mendinginkan gas umpan.
Proses kriojenik ini memungkinkan temperatur pemisahan yang
lebih rendah daripada
proses-proses pemisahan LPG lainnya, sehingga memberikan
efisiensi pemisahan yang tertinggi. Persentase pemisahan yang dapat
dicapai oleh proses kriojenik adalah sekitar 60% untuk komponen C2
(yang tidak dapat dipisahkan oleh proses-proses lainnya), 90% untuk
C3, dan hampir 100% untuk komponen C4+. Proses kriojenik merupakan
proses pemisahan LPG yang paling banyak digunakan di dunia, yang
disebabkan oleh efisiensi pemisahan yang tertinggi dibandingkan
dengan proses-proses lainnya.
Pemilihan proses produksi LPG seringkali mempertimbangkan
kondisi umpan gas yang
akan diproses, selain itu posisi produk LPG sebagai produk
samping menjadikan pemilihan proses LPG juga tergantung oleh proses
induknya. Hampir semua proses produksi LPG mempunyai parameter
proses yang sama untuk meninjau peformansi proses tersebut (kecuali
proses produksi LPG yang melalui reaksi bukan pemisahan).
BAB IVPRODUK DAN APLIKASI PRODUKA.PRODUK LPG 3Kg LPG 12 Kg LPG
50 Kg B. APLIKASI PRODUK
Aplikasi produk hasil pengolahan gas elpiji oleh PT Media Karya
Sentosa adalah sebagai berikut :
Gas elpiji dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan bakar
untuk kendaraan bermotor seperti sepeda motor
Gas elpiji digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak.
BAB V
PENGENDALIAN MUTUA. PENGENDALIAN MUTU KUALITAS
STANDARDSpesifikasi Elpiji mengikuti Keputusan Dirjen Migas No. 25
K/36/DDJM/1990 tanggal 14 Mei 1990 tentang Spesifikasi Bahan Bakar
Gas Elpiji untuk Keperluan Dalam Negeri.
TEST
MIN
MAX
METHOD
Spesilic Gravity at 60/60 F
to be reported
to be reported
ASTM D-1657
Vapour Pressure 100 F, psig
-
120
ASTM D-1267
Weathering Test 36 F,%vol
95
-
ASTM D-1837
Copper Corrosion 1 hr, 100 F
-
No. 1
ASTM D-1838
Total Sulfur. grains/100 cuft
15
ASTM D-2784
Water Content
No
Free Water
No Free Water
Visual
Composition:
ASTM D-2163
-
0.2
97.5
-
-
2.0
Ethyl or Buthyl mercaptan added, ml/100 AG
50
50
B. PENGENDALIAN MUTU KUALITAS
Parameter-parameter proses yang harus diperhatikan agar
mendapatkan hasil yang maksimal diantaranya adalah:
Efisiensi pemisahan LPG dari gas umpan.
Semakin besar recovery level sebuah proses, semakin bagus
performansinya. Recovery level biasanya berbanding lurus dengan
energi yang diperlukan proses, semakin besar recovery level sebuah
proses, maka energi yang diperlukan akan bertambah juga.
Tekanan masuk umpan,
Tekanan yang tinggi (sekitar 500 700 psig) akan mempermudah
proses pemisahan C3+ sebagai komponen utama LPG. Oleh karena itu,
tekanan masuk umpan gas yang rendah akan menambah biaya operasi
untuk mencapai kondisi operasi yang akan dicapai agar dapat
dilakukan pemisahan C3+.
Refrijerasi,
Dalam proses pemisahan C3+ diperlukan temperatur yang sangat
rendah, sehingga diperlukan media untuk penurunan temperatur, semua
proses produksi LPG menggunakan refrijerasi untuk menurunkan
temperatur proses. Refrijerasi dapat digunakan sebagai fine tune
sebuah proses produksi LPG, karena proses pendinginan adalah inti
dari semua proses produksi LPG yang membutuhkan energi yang paling
besar.
BAB VI
PENGOLAHAN DAN PENGENDALIAN LIMBAH
PT. MKS dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair,
limbah gas. Pencegahan dan penanggulangan air buangan industri gas
alam cair dapat dilakukan baik di dalam proses maupun setelah
proses produksi. Penanggulangan di dalam proses misalnya dengan
melakukan penigkatan kebersihan pabrik, mengganti bahan kimia
dengan bahan yang lebih rendah tingkat pencemarannya. Pencemaran
yang dilakukan setelah proses produksi adalah dengan membangun
instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ).
Pengolahan dan Pengendalian Limbahcair
1. Bak ekualisasi ( diversion box ), sebagai penampung limbah
cair yang berasal dari proses produksi, yang disalurkan melalui
suatu saluran tertutup, dengan limbah air yang dihasilkan berupa
limbah air berminyak, air sanitari serta air pencuci dan
pembilasan.
2. . Bak aerasi ( aeration basin ), menampung air buangan dari
bak ekualisasi dan oil catcher ( plant 34 lama ) yang telah
dipisahkan minyalnya. Bak ini dilengkapi dengan blower untuk
mensuplai oksigen agar kebutuhan mikroorganisme terhadap oksigen
dapat dipenuhi dan sebagaI penyeragaman campuran air buangan.
3. Bak pemisah ( clarifer ) Dari proses aerasi, substrak
diendapkan di clarifer. Clarifer digunakan untuk memisahkan
activated sludge secara gravitasi dan mengumpulkan clarified water
untuk kemudian dibuang ke outfall canal.
4. Bak pemisah minyak ( oily CPI separator ), berfungsi
memisahkan air buangan yang mengandung minyak.
5. Bak penampung minyak ( oil desposat pit ) Minyak yang
ditampung di bak ini adalah minyak yang dihasilkan setelah
pemisahan dii oil water diversion box yang dilakukan di CPI
separator. Pada bak ini dilakukan penyedotan berkala untukmembuang
minyak yang dihasilkan dari pengolahan dengan cara menyedotnya
menggunakan vacuum truck yang kemudian dibawa ke incenerator untuk
dibakar.
6. Bak penampung sludge ( dried sludge pit ), digunakan untuk
menampung buangan lumpur yang berlebihan dari clarifer.
Pengolahan dan pengendalian limbah gas
1. Mengontrol Emisi Gas Buang
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui
beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara
hasil pembakaran bahan bakar dengan caradesulfurisasimenggunakan
filter basah (wet scrubber)
2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan
a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong
atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya
udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang
dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah
jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan
yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas
buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak,
apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu /
abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif
berat akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon
adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat
partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet
Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara
yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara
yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air
turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja
pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu
alat penangkap debu yang dinamakan.
d. Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara
kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 atau
lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan
mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian
rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara
tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat
gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.
e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara
yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor
udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan
udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah
relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC)
yang mempunyai tegangan antara 25 100 kv. Alat pengendap ini berupa
tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan
di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar
dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah
sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah olah
mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan
udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan
ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di
tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Gas LPG dibuat dari bahan berupa gas alam yaitu dari Propana
( C3H8)
2. Gas LPG banyak digunakan atau dimanfaat sebagai bahan bakar
rumah tangga, dan juga sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
3. Gas LPG memiliki berat yang berbeda dari yang 3 Kg, 12 Kg ,
dan 50 Kg.
4. Proses pembuatan gas LPG dimulai dari beberapa tahap
a. Process Train
b. Gas dehydration and mercure removal
c. Fractionation
d. Pemisahan LPG dengan pendinginan krojenik
B. SARANPabrik pengelolaan gas LPG dalam hal ini harus mempunyai
tugas untuk membuat penampungan limbah sendiri agar tidak langsung
masuk lingkungan dan berdampak merusak pada lingkungan sekitar.
Tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak mencemari air di
lingkungan.
KEPUSTAKAAN
ASTM D 2163-07 Standard Test Method for Determination of
Hydrocarbons in Liquefi ed Petroleum (LP) Gases and Propane/Propene
Mixtures by Gas Chromatography
ASTM D 1267-02 (reapproved 2007) Standard Test Method for gage
Vapor Pressure of Liquefied petroleum (LP) Gases
ASTM D 1838-03 Standard Test Method for Copper Strip Corrosion
by Liquefi ed Petroleum (LP) Gases
ASTM D 1142-95 (reapproved 2006) Standard Test Method for Water
Vapor Content of Gaseous Fuels by Measurement of Dew-Point
Temperature ISO 19739 Natural Gas-Determination of sulphur
compounds using gas chromatography
E.Wibowo and Y.K Caryana, 2007, Gas Quality Challenges to
Support Developping of Natural Gas as Fuel for Vehicles in
Indonesia, the 5th ASIAN Petroleum Technology Symposium,
Jakarta.
F.J.M Schrauwen, 2003, Shell Middle Distillate Synthesis (SDMS)
Process, PP 15-40, Hanbook of Petroleum Re!ning Process 3rd
edition, Mc Graw Hill, New York
International Gas Union, International Institute of
Referigeration, Institute of Gas Technology, 1995, Conference
Proceeding, Eleventh International Conference on Liquefied Natural
Gas, Birmingham United Kingdom
Lewis F. Hatch and Smi Matter, 1981, From Hydrocarbons to
Petrochemicals, Gulf Publishing Co, Paris.
Nawawi, Harun. 1955. Minyak Bum; dan Hasil Minyak Bumi,
Penggalian, Pengerjaan
dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik: Jakarta.
Soedomo M. 1998. Pengelolaan Limbah Gas dan Partikulat
Lingkungan Perkotaan (Sumber Bergerak). Pelatihan Pengelolaan dan
Teknologi Limbah, ITB, Bandung.