TERAPI OKSIGEN PADA ANAK DAN DEWASA KRITERIA PASIEN PERLU OKSIGEN, TIPE KEKURANGAN OKSIGEN, METODE, JENIS, SERTA TEKNIK DALAM PEMASANGAN OKSIGEN MATERI KEPERAWATAN ANAK
May 27, 2015
TERAPI OKSIGEN PADA ANAK DAN DEWASA
KRITERIA PASIEN PERLU OKSIGEN, TIPE KEKURANGAN OKSIGEN, METODE, JENIS, SERTA TEKNIK DALAM PEMASANGAN OKSIGEN
DISUSUN OLEH: HEALCORP
MATERI KEPERAWATAN ANAK
UNTUK MAHASISWA KEPERAWATAN DAN UMUM
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................1
BAB I...........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................2
B. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH....................................................5
a. Hipoksemia..................................................................................................................5
b. Hipoksia...........................................................................................................................6
C. TUJUAN TERAPI OKSIGEN.........................................................................................8
BAB II........................................................................................................................................13
PEMBAHASAN........................................................................................................................13
A. METODE.......................................................................................................................13
B. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN................................................................................15
C. Proses Oksigenasi...........................................................................................................16
D. Gangguan / masalah kebutuhan oksigenasi....................................................................17
E. Macam-macam alat pemberian O2..................................................................................18
F. PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN.........................................................................18
G. KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN................................................................................22
H. RESIKO TERAPI OKSIGEN........................................................................................23
BAB III......................................................................................................................................25
PENUTUP..................................................................................................................................25
A. KESIMPULAN..............................................................................................................25
B. SARAN..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi
kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin
masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan
fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal
akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga
sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen manakah bisa menjadi sarana
untuk mengatasi berbagai macam penyakit.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun
1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun
1800. Alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan
terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun
1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien
hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2.
Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan 0,92%
unsur inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan
laut ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan
dengan lambang P). O2 udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160
mmHg. Tekanan parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan PCO2
ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada berbagai
iklim umumnya akan menurunkan persen volume masing masing gas, sehingga juga
sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-tersebut. Udara yang seimbang dengan air
jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut
mencapai paru-paru.
3
A. Transpor oksigen
1. Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim
kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2
yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran
darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah
bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah
jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah
hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke
alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2
bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa
muda pria, jumlah darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria
mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4
Molekul O2 membentuk HbO2, oksi hemoglobin.
2. Konsumsi oksigen keotak
Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2)
rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada
seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2 total dalam
keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap hipoksia, dan sumbatan terhadap pembuluh
darah walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur
vegetatif di batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan
pasien dapat pulih dari kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang
menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal
tetapi mengalami defisiensi intelektual berat yang menetap : Ganglion basal
menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat
4
menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan
kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap hipoksia.
B. Tekanan parsial
Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang
tersedia baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada
suhu dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi
campuran gas tersebut.
(diturunkan dari persamaan state of ideal gas)
Dengan: P = tekanan
n = jumlah molekul
R = konstanta gas
T = suhu absolut
V= volume
Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal tersebut
merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir dari udara liar
melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” dari
jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan
dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah
tidak terikat pada protein pembawa O2 hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang
larut dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah
CO2 menjadi senyawa lain.
C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
5
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai
pembawaO2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4
subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai
polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi
fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara
reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2
merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan
hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.
B. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai
normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan
menjadi ringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia
ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%,
hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat
bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga
mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia
diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1
mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,
hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.
Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan
gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila
tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan
meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan
sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler
yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi
takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung
sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan
kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi
6
perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi
eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan
sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi
peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner,
eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan
hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
b. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat
dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2
tertinggal dalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis.
Berbagai klassifikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat
bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori
hipoksia adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri
berkurang
2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi
mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi)
dan diperfusi
3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah
bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok
4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan
proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan
sianida
Hipoksia Hipoksik
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah
ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim
pernafasan lainnya.
7
Gejala dan tanda hipoksia hipoksik
1. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis
respiratorik
2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau
lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh.
Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu
meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh
menimbulkan kematian
3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada
ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya
seseorang hilang kesadaran.
4. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta
mual dan muntah.
5. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis
cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat
dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon
terhadap hipoksia.
Hipoksia Anemik
8
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat
peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi
hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami
kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan
kemampuan meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.
Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke
paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk
menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps
sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.
Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta
mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati
keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan
sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan
menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat
dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.
C. TUJUAN TERAPI OKSIGEN
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90
mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit
paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
9
Alat Aliran (L/menit) Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)
Kanula nasal 1
2
3
4
5
6
0,24
0,28
0,32
0,36
0,40
0,44
Masker oksigen 5-6
6-7
7-8
0,40
0,50
0,60
Masker dengan
kantong reservoir
6
7
8
9
10
0,60
0,70
0,80
≥0,80
≥0,80
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat
terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai
melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah arteri.
Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena
yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya,
pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal
paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan
dan bukan merangsang pernafasan.
10
Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan
menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan
sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat
dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi
oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun
enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang
mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang
terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah
nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi.
IV. INDIKASI TERAPI OKSIGEN
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat
terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai
melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut didalam darah arteri.
Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah venayang
tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik lainnya,
pemberian O2 sangat bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal
paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan
dan bukan merangsang pernafasan. Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya
rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila pemicuan oleh
hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2, pernafasan dapat berhenti. Selama apnea,
PO2 darah arteri menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali,
karena peningkatan PCO2 akan lebih mendepresi pusat pernafasan. Oleh sebab itu,
pemberian O2 pada keadaan ini dapat berakibat fatal.
Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi
penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang
membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya
kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam
mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai
terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini
untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah
11
terjadinya kebotakan, dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi
pada pengguna terapi ini.
Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan fasilitas ini
karena biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara
berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu
meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan adanya
tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup oksigen murni
dengan berbagai pilihan yang beragam.
Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari
kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya
atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang
adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi pada telinga,
gigi lubang, paru-paru dan lainnya.
Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti keracunan
oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik, dapat
terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.
Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti
penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer
akut, infeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit,
infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis,
radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang
diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh,
luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.
Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah da
kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan
terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan disekitar
yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran oksigen. Padahal
oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal
12
oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi. Kemampuan menghambat
terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan
tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu
diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat
memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi
oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)
Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:
PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%
PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%)
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti
hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu
dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi
oksigen jangka panjang.
13
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE
Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat
meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain
menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang
efisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di
alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan
salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen
dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume
ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung
melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah
bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara
pemberian seperti ini adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal,
dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan
mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan menjadi fatal.
Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang
terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam
tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar
termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen
murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel
karena tekanan tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai
kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan
sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme
tubuh pun akan berlangsung lebih baik.
Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan
berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga
14
dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam
tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat
sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di
Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan
terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti
cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada
sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus.
Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi
bagi penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam
dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi
(RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung
dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada
prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen
dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang
diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai
manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian
saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk
menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada
oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu,
terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan
proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati
penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen
tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan,
dikota-kota besar di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan
terapi oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal
sebagai terapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah
satu jurus ampuh untuk tampil awet muda dengan cara paling aman.
Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan
bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang
diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang
15
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu
terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding
bernafas dalam keadaan biasa.
Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di
dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber).
Kamar udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang,
maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter
yang ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara
bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen 100% melalui masker.
Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita
yang karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan
tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya.
Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling
hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat
menjadi tua, dan yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh
menjadi sempurna kembali dalam waktu yang relatif singkat.
B. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3
macam:
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi
Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara
dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H
(244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah
harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah
berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak.
2. Oksigen cair
16
Oksige n cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat
tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas
sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang
dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound
oksigen yang dapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan
aliran 2 liter permenit.
3. Oksigen konsentrat
Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar
menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat
diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.
C. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses pertukaran gas antara paru-paru dan
udara luar yang terjadi melalui inspirasi (menghirup udara luar) dan ekspirasi
(menghembuskan udara keluar)
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran O2 dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO2 dari kapiler ke alveoli.
c. Trasportasi
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 dibawa dari
paru keseluruh tubuh dan CO2 dari seluruh tubuh dibawa ke paru.
Frekuensi pernafasan normal
Dewasa : 12 – 20 x/menit
Anak : 20 – 40 x/menit
Bayi : > 40 x/menit
17
D. Gangguan / masalah kebutuhan oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat peningkatan penggunaan oksigen
ditingkat sel, sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan
(sianosis).
2. Perubahan pola nafas
a. Takipnea merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24 x/menit.
b. Bradipnea merupakan pola pernafasan yang lambat abnormal, kurang
dari 10 x/menit.
c. Hiperventilasi merupakan proses kompensasi tubuh akibat peningkatan
jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam,
ditandai dengan peningkatan denyut nadi, nafas pendek, nyeri dada, dll
d. Kussmaul merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 agar
pernafasan lebih lambat dan dalam, ditandai dengan nyeri kepala,
penurunan kesadaran, otot-otot pernafasan lumpuh, dll.
f. Dispnea merupakan sesak nafas atau rasa barat saat bernafasditunjukan
dengan retraksi dada.
g. Ortopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru-paru.
h. Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-
mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu pernafasan dimulai lagi
dari siklus baru.
i. Pernafasan paradoksal merupakan pernafasan dimana dinding paru-paru
bergerak berlawan arah dari keadaan normal.
j. Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
18
k. Sridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernafasan.
E. Macam-macam alat pemberian O2
1. Nasal kanul
2. Simple face mask
3. Partial rebreather mask
4. Nonrebreather mask
F. PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN
Persiapan alat :
1. Tabung oksigan
2. Flowmeter oksigen
3. Humidifier
4. Nasal kanul
5. Plester 2 buah
6. 2 buah waskom / kom berisikan Nacl 0,9 %
7. Catton bad / lidi waten dan sarung tangan dalam bak instrumen
8. Tanda peringatan (dilarang meroko, menyalakan api karena oksigen sedang
digunakan)
9. Aqua bidest
10. Senter pen light
11. Jam dengan hitungan detik
12. Alat tulis untuk mencatat
Pelaksanaan tindakan :
1. Persiapan : sambungkan flowmeter dengan oksigen, isi himudifier dengan
aqua bidest sampai batas yang telah ditentukan kemudian sambungkan ke
flowmeter
2. Berikan salam
19
3. Jelaskan tujuan dari tindakan
4. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan
5. Dekatkan alat-alat yang disiapkan
6. Petugas mencuci tangan
7. Kaji pernafasan pasien (hitung RR 1 menit penuh)
8. Gunakan sarung tangan
9. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter (bila kotor
mintakan pasien untuk membersihkan, bila pasien tidak sadar bersihkan
lubang hidung dengan lidi waten yang telah dilembabkan dengan cairan Nacl
0,9%)
10. Sambungkan kanul dengan alat pelembap/humidier
11. Kemudian putar flowmeter sesuai dengan program terapi (missal : untuk
kanul/kateter 24-44 % / 1-6 liter/menit, sedangkan unutk masker 40% = 5
liter/menit)
12. Masukkan ujung kanul ke dalam waskom yang berisi air untuk memastikan
apakah oksigen telah mengalir dengan baik (tanda oksigen mengalir dengan
baik adalah terdapatnya gelembung-gelembung udara dalam air)
13. Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati-hati dan tidak
menimbulkan rasa sakit serta posisi kanul dengan tepat
14. Beri fiksasi/plester pada kanul dan untuk direkatkan pada samping
hidung/pipi klien
15. Rapihkan klien
16. Gantung tanda peringatan pada botol tabung
17. Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai
18. Mencuci tangan
19. Catat semua kegiatan yang telah dilakukan, serta respon klien
20
Gambar alat pemberian oksigen : Nasal kanul
Indikasi : Flow rate: 1-6 L/menit Konsentrasi O2 : 20-45%
Keuntungan : Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canula Nyaman untuk semua usia
Kerugian : Mudah terlepas / salah posisi Harus punya lubang hidung yang paten Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
Simple face mask
21
Indikasi : Flow rate: 5-8 L/menit Konsentrasi O2 : 40-60%Keuntungan :
Efektif untuk pernafasan via mulut atau yang mengalami sumbatan hidungKerugian :
Penggunaan flow rate sedikitnya 5L/menit mencegah rebreatheing CO2
Partial rebreather mask
Indikasi : Flow rate: 8-12 L/menit Konsentrasi O2 : 50-80%Keuntungan :
Mengirimkan O2 dalam konsentrasi tinggiKerugian :
Kantong harus tidak melintir / melipat, dan hindari obstruksi oksigen
Nonrebreather mask
22
Indikasi : Flow rate: 10-15 L/menit Konsentrasi O2 : 60-80%Keuntungan :
Mengirimkan konsentrasi oksigen yang paling tinggiKerugian :
Mati lemas jika aliran oksigen terobstruksi dan masker rapat menempel, kecuali jika masker dilengkapi dengan suatu mekanisme katup spring (spring valve) yang dapat membuka manakala pasien inspirasi.
Tabung oksigen flow meter humidifier
G. KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN
Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah
orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam
ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran nafas
atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit menular lain
dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup). Karena itu,
biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil foto
rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini.
Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan cara menghirup oksigen murni
dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk
memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling penting yaitu harus
terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan.
23
Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus
penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data kira-
kira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit
untuk penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan
secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu jam
tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.
Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang
belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan
bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil.
Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent
ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung. Namun
demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak
terjadi.
Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian
penggunaannya relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang
sedemikian besar.
H. RESIKO TERAPI OKSIGEN
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi
bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang
dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida
dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga
pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan
kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi,
24
menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru
(displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak pada
matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada
tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga
kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan
jumlah O2 terlarut dalam darah.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki
hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2
lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%.
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3
macam: oksigen dimampatkan bertekanan tinggi, oksigen cair, dan oksigen
berkonsentrat. Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk
mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke.
Macam-macam alat pemberian O2; Nasal kanul, Simple face mask, Partial
rebreather mask, Nonrebreather mask. Salah satu resiko terapi oksigen adalah
keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih
dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
B. SARANTerapi oksigen sangat penting dan perlu tindakan secepat mungkin bagi
penderita yang sudah mengalami resiko tinggi kekurangan oksigen. Dalam
makalah ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu penyusun membutuhkan
masukan-masukan yang bersifat konstruktif guna menyempurnakan isi makalah
ini.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi
dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
2. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003
3. Niken, Nona. (2011). Pemberian Oksigen Dengan Berbagai Cara (internet).
Tersedia dalam http://nikenadipuspita.blogspot.com/2011/12/pemberian-
oksigen-dengan-berbagai-cara.html. diakses pada 29-11-2013
4. Rochana, Siti. (2010). Terapi Oksigen. Tersedia dalam
http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/terapi-oksigen.html. diakses pada
29-11-2013
5. Sadikin, Ali. (2010). Teknik Pemberian Oksigen dengan Face Mask dan Nasal Kanul . tersedia dalam http://asuhan-keperawatan-file.blogspot.com/2012/10/teknik-pemberian-oksigen-dengan-face.html. diakses pada 29-11-2013
6. Yuechan. (2011). OKSIGENASI. Tersedia dalam http://ayyuchan.blogspot.com/2011/02/oksigenasi.html. Diakses pada 30-11-2013