Top Banner
Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan Rumpun Ilmu Kesehatan Komunikasi Kesehatan Disusun oleh: KK11-HG3 Hafshah Samrotul Mahabbah (NPM 1206256610) Irvi Firqotul Aini (NPM 1206237630) Nurul Isti Amirtah (NPM 1206210906) Rozanna (NPM 1206207842) Semester Genap2012/2013
49

Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

Oct 22, 2015

Download

Documents

Komunikasi Kesehatan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

Rumpun Ilmu Kesehatan

Komunikasi Kesehatan

Disusun oleh:

KK11-HG3

Hafshah Samrotul Mahabbah (NPM 1206256610)

Irvi Firqotul Aini (NPM 1206237630)

Nurul Isti Amirtah (NPM 1206210906)

Rozanna (NPM 1206207842)

Semester Genap2012/2013

Page 2: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

1

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Isi.................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar........................................................................................................................ 2

Bab I Pendahuluan.................................................................................................................. 3

Bab II Pembahasan................................................................................................................. 5

Prinsip dasar Komunikasi.......................................................................................................... 5

Jenis dan Hambatan Komunikasi............................................................................................ 17

Komunikasi Interpersonal Antarprofesi................................................................................. 29

Komunikasi dalam Situasi Khusus.......................................................................................... 37

Bab III Kesimpulan............................................................................................................... 45

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 46

Page 3: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam pengerjaan tugas kelompok ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada Dra. Azizahwati, MS selaku fasilitator.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca yang lain. Penulis juga

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan dan dosen yang membaca

makalah ini. Dengan demikian, makalah ini dapat disempurnakan lagi.

Jakarta, 12 Maret 2013

Penulis

Page 4: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan mampu hidup sendiri. Dengan demikian

dibutuhkan suatu metode untuk menyampaikan gagasan atau ide dari seseorang ke orang

yang lain, proses inilah yang disebut sebagai komunikasi. Komunikasi yang baik akan

memberikan persepsi yang sama bagi pengirim maupun penerima pesan, sehingga informasi

dapat diteima dan dipahami dengan baik.

Di dalam komunikasi tersebut, tentunya tidak akan lepas dari berbagai hal yang dapat

menjadi hambatan dalam penyampaian pesan. Hambatan tersebut harud ditanggulangi guna

menciptakan suasana yang dapat mendukung terjadinya komunikasi efektif.

Pengetahuan mengenai prinsip komunikasi interpersonal antarprofesi juga merupakan

suatu hal penting bagi anggota tim medis. Tanpa adanya komunikasi yang baik maka risiko

terjadinya kesalahan medis akan menjadi lebih besar. Selain itu, ahli medis juga harus

mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam berkomunikasi dengan pasien yang

memiliki kebutuhan khusus.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar komunikasi

2. Mengetahui jenis dan jenis hambatan komunikasi

3. Mengetahui komunikasi interpersonal antarprofesi

4. Mengetahui cara berkomunikasi dalam situasi khusus

1.3 Metode Penelitian

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dan literatur dari sumber rujukan

yang disediakan pengelola modul serta sumber-sumber tambahan.

Page 5: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

4

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Prinsip-prinsip dasar komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Berdasarkan etimologi, komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin

“communicatio” yang terbentuk dari dua akar kata ―com‖ berarti ―dengan‖ atau

―bersama dengan‖ ; dan ―unio‖ berarti ―bersatu dengan‖. Komunikasi dapat didefinisikan

sebagai Komunikasi ialah proses penyampaian dan penciptaan pesan antara dua orang

atau lebih untuk menghasilkan makna.

2. Tujuan Komunikasi

Komunikasi mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

a. Perubahan Sikap ( attitude change )

Dalam berbagai situasi komunikator berusaha memengaruhi sikap orang lain dan

berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan komunikator.

1. Perubahan Pendapat ( opinion change )

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan

memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah

memahami apa yang dimaksud komunikator , maka akan tercipta pendapat yang

berbeda-beda dari komunikan.

2. Perubahan Perilaku ( behaviour change )

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan sesorang dari

perilaku yang destruktif ( tidak mencerminkan perilaku hidup sehat ) menuju perilaku

hidup sehat.

3. Perubahan Sosial ( social change )

Page 6: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

5

Dalam proses komunikasi yang efektif, akan meningkatkan kadar hubungan interpersonal

yang dapat membangun serta memelihara ikatan hubungan dengan orang lain yang lebih

baik.

3. Karakteristik Komunikasi

Secara umum, komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Komunikasi Merupakan Proses Simbolis

Komunikasi menggunakan simbol-simbol verbal maupun non verbal dalam

menyampaikan pesan.

2. Komunikasi Merupakan Proses Sosial

Komunikasi merupakan proses sosial karena dalam komunikasi terdapat proses

sosialisasi dalam relasi sosial.

3. Komunikasi Merupakan Proses Satu Arah atau dua Arah

Komunikasi dapat berlangsung secara satu atau dua arah. Komunikasi satu arah

terjadi apabila tidak ada kesempatan bagi komunikan untuk memberikan respon

terhadap komunikator, sedangkan komunikasi dua arah terjadi apabila ada proses

dialog antara pengirim dan penerima pesan.

4. Komunikasi Bersifat Koorientasi

Komunikasi manusia bersifat koorientasi karena dua atau lebih pihak terlibat dalam

komunikasi yang mempunyai tujuan yang sama.

5. Komunikasi Bersifat Purposif dan Persuasif

Komunikasi bersifat purposif karena komunikasi merupakan aktivitas pertukaran

pesan-pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan. Komunikasi juga bersifat persuasif

karena komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi perubahan sikap seseorang.

6. Komunikasi Mendorong Interpretasi Individu

Page 7: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

6

Komunikasi mendorong interpretasi individu karena sebagai pengirim pesan maupun

penerima pesan harus menginterpretasikan pesan sesuai dengan maksud pengirim.

7. Komunikasi Merupakan Aktivitas Pertukaran Makna

Komunikasi yang berlangsung antarmanusia tidak dapat dipahami hanya melalui kata-

kata yang diucapkan atau yang ditulis. Komunikasi hanya dapat dipahami jika pesan-

pesan komunikasi dipahami dalam dua makna, yakni makna denotatif ( arti kata

berdasarkan kamus ) atau makna konotatif ( arti kata berdasarkan konteks tertentu ) dari

situasi yang berada di balik kata-kata tersebut.

8. Komunikasi Terjadi dalam Konteks

Komunikasi terjadi dalam konteks karena aktivitas komunikasi yang dilakukan manusia

selalu berada dalam sebuah ruang dan waktu, atau disesuaikan dalam konteks ruang dan

waktu. Komunikasi dapat dilakukan dalam konteks :

a. Lingkungan fisik, , misalnya di PUSKESMAS, di depan kantor pos, dan lain-lain.

b. Antarbudaya, komunikasi yang melibatkan komunikator dan komunikan yang

memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

c. Psikologis, artinya aktivitas psikologis memperhatikan beragam faktor psikologis

seperti persepsi, sikap, motivasi, kebutuhan, keinginan dari pihak-pihak yang

terlibat dalam komunikasi.

d. Personal, artinya aktivitas komunikasi memperhitungkan situasi hubungan antar

pribadi.

e. Kelompok, artinya aktivitas komunikasi memperhatikan sifat dan karakteristik

kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok dan lain-lain.

f. Organisasi, artinya aktivitas komunikasi memperhatikan tujuan organisasi, sifat

dan karakteristik organisasi, dinamika organisasi dan lain-lain.

g. Massa, artinya aktivitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat massa,

kategori massa dan lain-lain

Page 8: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

7

4. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi menurut William I. Golden ada empat, yaitu

a. komunikasi sosial, bermanfaat untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari ketegangan dan

rasa tertekan,

b. komunikasi ekspresif, bertujuan untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)

melalui pesan nonverbal,

c. komunikasi ritual, diwujudkan dalam bentuk kegiatan ritual dengan perasaan senasib

sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat, diakui, dan

diterima oleh kelompok, serta bersifat abadi.

d. komunikasi instrumental, bertujuan untuk menginformasikan, mengajar, mendorong,

mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku, dan menghibur.

5. Konteks Komunikasi

Ada delapan konteks komunikasi yang didapat dari berbagai sumber, yaitu komunikasi

intrapersonal,komunikasi antarpribadi/interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi

organisasi, komunikasi publik, komunikasi massa, komunikasi melalui komputer, dan

komunikasi transpersonal.

a. Komunikasi intrapersonal merupakan bentuk komunikasi di dalam diri individu.

Menurut Balzer Riley (2004) bahwa komunikasi ini disebut juga sebagai berbicara

dengan diri sendiri (self-talk), verbalisasi diri, dan pikiran dalam hati (dalam Potter &

Perry, 2009). Contoh dari komunikasi intrapersonal yaitu bermimpi, melakukan

instrospeksi diri, menafsirkan peta, teks, tanda, dan simbol, berbicara keras untuk

menghapal sesuatu, dan sebagainya.

b. Komunikasi antarpribadi/interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi dengan

melibatkan minimal dua orang atau 4—20 orang dalam kelompok kecil dan 20—50

orang dalam kelompok besar. Orang yang terlibat di dalam komunikasi tersebut

saling tergantung satu sama lain dan menuntut keterampilan berbicara dan

mendengar, sehingga umpan balik pesan berlangsung cepat. Komunikasi

Page 9: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

8

interpersonal yang berarti akan menghasilkan pertukaran ide, pemecahan masalah,

ekspresi perasaan, pengambilan keputusan, pencapaian tujuan, pementukan tim, dan

pengembangan pribadi (Potter & Perry, 2009).

c. Komunikasi kelompok mengacu pada sifat dari komunikasi yang terjadi dan biasanya

diarahkan oleh tujuan dan membutuhkan pemahaman tentang dinamika kelompok.

Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi ini tidak jauh berbeda dengan

komunikasi antarpribadi karena komunikasi kelompok merupakan bagian dari

komunikasi antarpribadi, yang membedakan hanyalah sifat dan tujuan dari

komunikasinya.

d. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di

antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.

Sebagai contoh, organisasi kesehatan dilakukan untuk mendapatkan beragam

informasi tentang kesehatan yang nantinya dapat disebarluaskan kepada individu,

komunitas atau kelompok-kelompok sasaran.

e. Komunikasi publik adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna

dalam situasi di mana satu sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima, yang

disertai komunikasi nonverbal, yang kadang-kadang dengan mengajukan pertanyaan

dan jawaban atau umpan balik (Singgih dkk, 2012).Contoh dari komunikasi publik

ialah seminar, ceramah, dan kampanye.

f. Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan untuk menghasilkan

makna yang dilakukan melalui perantara media, seperti televisi, radio, dan koran.

Namun, media komputer dibedakan secara khusus oleh Pearson, Nelson, Titsworth,

dan Harter (2011) menjadi komunikasi melalui komputer. Hal ini terjadi karena

komunikasi melalui komputer membutuhkan keaksaraan digital, yaitu kemampuan

untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia. Pesan

e-mail, tulisan diskusi kelompok, catatan newsgroup, pesaninstan, pesanteks, dan

twitters berfungsi sebagai pesan manusia yang secara terus menerus melayani sebagai

sumber atau penerimadari pesan-pesan (Singgih dkk, 2012).

g. Komunikasi transpersonal yang terjadi pada wilayah spiritual seseorang. Kebanyakan

orang menggunakan doa, meditasi, refleksi diri, ritual keagamaan, atau cara lainnya

untuk berkomunikasi dengan ―kekuatan yang lebih tinggi‖.

Page 10: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

9

6. Model-Model Komunikasi

Dalam berkomunikasi yang baik seseorang membutuh sebuah model agar dapat lebih mudah

memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi. Dengan memahami model-model

komunikasi, seseorang juga akan dapat dengan mudah mengetahui unsur-unsur apa saja yang

dibutuhkan untuk melakukan komunikasi. Sehingga, pesan yang dimaksud dalam aktivitas

komunikasi dapat dipahami dengan mudah.

Model-model komunikasi akan menggambarkan bagaimana bentuk, alur, atau cara

berkomunikasi mulai dari awal hingga akhir. Selain itu, model-model komunikasi juga akan

mempermudah seseorang untuk memahami seperti apa proses komunikasi berlangsung

karena ada gambaran atau peraga teoritisnya. Secara umum model-model komunikasi dapat

menunjukkan aktivitas komunikasi yang satu arah (linier), dua arah (timbal balik), model

interaksi baik yang bersifat human relationships atau yang menggunakan simbol linguistik,

serta model transaksional.

a. Model Linier

Salah satu model linier yang terkenal adalah Model Laswell yang tertuang dalam definisi

komunikasi; komunikasi adalah sebuah jawaban terhadap pertanyaan who says what to

whom through which channel and with what effect. Model ini dikembangkan

berdasarkan pemikiran psikologis di mana proses komunikasi berarah linier dari source,

message, receiver.

Model Laswell ini dapat diterapkan sebagai model komunikasi persuasif sehingga

dibutuhkan saluran khusus agar dapat membangkitkan respons sasaran, dan pengaruh

persuasif itu akan makin besar manakala menggunakan media cetak atau elektronik.

Model ini juga menerangkan proses komunikasi massa yang menjelaskan bagaimana

sumber informasi mengirimkan pesan melalui suatu media massa, sehingga orang

berpengaruh bisa mengaksesnya dan kemudian diharapkan akan disebarluaskan kembali

pesan tersebut.

who what channel whom

(speaker) (message) (medium) (audience/listener) = effect

Page 11: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

10

b. Model Interaksi

Model interaksi menurut Wilbur Schramm, merupakan gambaran dari usaha membangun

suatu commonness, jadi persoalannya terletak pada apa yang coba dibangun oleh sumber

sehingga penerima mendapatkan makna yang sama dengan apa yang dimaksud sumber.

Proses ini dimulai dari sumber yang melakukan encode terhadap pesan, jadi sumber

mengolah pesan ke dalam suatu bentuk yang dapat dipindahkan kepada penerima, dan

penerima akan melakukan decode atas pesan tersebut. Menurut Schramm, efektivitas

komunikasi terjadi karena penerima memahami makna yang sama dengan pesan yang

dimaksud oleh sumber. Hal pemahaman makna yang sama tergantung dari kesamaan latar

belakang (kebudayaan). Jadi, semakin besar perbedaan dalam latar belakang, makan semakin

sedikit pesan yang dapat diinterpretasikan secara baik dan benar. Hal semacam ini dijelaskan

dengan konsep field of experience misalnya makna yang diberikan seseorang terhadap pesan.

c. Model Transaksional

Model ini menjelaskan suatu aktivitas komunikasi dikatakan efektif jika terjadi transaksi

antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Public

Source

Message

Mass media

Opinion leader

Page 12: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

11

Model di atas menggambarkan.

1) Partisipan A merupakan sumber komunikasi yang melakukan encode atau menyusun

gagasan yang ingin disampaikan kepada partisipan B.

2) Hasil encode akan dikirimkan melalui media tertentu.

3) Partisipan B akan melakukan decode terhadap pesan yang diterima.

4) Pesan adalah sesuatu yang menjadi maksud atau isi gagasan yang diahlikan dari kedua

partisipan. Dalam komunikasi disebut common language.

5) Reaksi dari partisipan B akan dikirim lagi ke partisipan A, disini kedudukan B berubah

menjadi sumber komunikasi A menjadi penerima. Partisipan B akan melakukan proses

yang sama seperti pada nomor (1), (2), dan (3).

6) Partisipan A dan B masing-masing memiliki field of experience yang berbeda sehingga

mempengaruhi interpretasi atas pesan.

7) Dalam keseluruhan proses pengiriman dan penerimaan pesan terdapat gangguan

(noise) yang menghambat laju peralihan pesan.

7. Unsur-Unsur Komunikasi

Berdasarkan beberapa definisi dan model-model komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi merupakan aktivitas yang meliputi beberapa unsur:

Page 13: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

12

No. Unsur Penjelasan

1. Pengirim (sender) atau

sumber (resource)

Individu, kelompok, atau organisasi berperan

untuk mengalihkan (transferring) pesan.

2. Encoding Pengalihan gagasan ke pesan.

3. Pesan (messages) Gagasan yang dinyatakan oleh pengirim

kepada orang lain.

4. Saluran (media) Tempat dimana sumber menyalurkan pesan

kepada penerima, misalnya melalui gelombang

suara, cahaya, atau halaman cetak, dan lain-

lain.

5. Decoding Pengalihan pesan ke dalam gagasan.

6. Penerima (receiver) Individu atau kelompok yang menerima pesan.

7. Umpan balik (feed back) Reaksi terhadap pesan.

8. Gangguan (noise) Efek internal atau eksternal akibat dari

peralihan pesan.

9. Bidang pengalaman (field

of experience)

Bidang atau ruang yang menjadi latar belakang

informasi dari pengirim maupun penerima.

10. Pertukaran makana

(shared meaning)

Bidang atau ruang pertemuan (tumpang tindih)

yang tercipta karena kebersamaan.

11. Konteks (context) Situasi, suasana, atau lingkungan fisik, non-

fisik (sosiologis-antropilogis, psikologis,

politik, ekonomi, dan lain-lain).

Page 14: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

13

8. Definisi komunikasi kesehatan

Ada beberapa definisi komunikasi kesehatan, yaitu:

1. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan startegi komunikasi untuk

menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas

agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan

kesehatan.

2. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk

memengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan

kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan

lingkungan. Kegunaan ini termasuk beragam aktivitas seoerti interaksi antara profesional

kesehatan dengan para pasien di klinik, self-help groups, mailings, hotlines, kampanye

media massa, dan penciptaan peristiwa.

9. Tujuan dan Manfaat Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan dirancang agar mempunyai tujuan, yaitu tujuan strategis dan tujuan

praktis. Tujuan strategis dikemas dalam bentuk program-program atau modul yang memiliki

fungsi untuk; (1) Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber

kepada pihak lain secara berangkai. (2) Enable informed decision making – memberikan

informasi akurat untuk memungkinkan pengambilan keputusan. (3) Promote healthy

behaviors – informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup sehat. (4) Promote peer

information exchange and emotional support – mendukung pertukaran informasi pertama dan

mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan. (5) Promote self-care –

memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri. (6) Manage demand for health

services – memenuhi permintaan layanan kesehatan. Tujuan praktis ialah suatu usaha

peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan agar dapat; (1)

Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, menjadi

komunikator yang memiliki etos dan kredibilitas, dan mengetahui serta mengelola konteks

komunikasi kesehatan. (2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi

efektif dalam berbicara, berpidato, bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan menjawab

pertanyaan. (3) Membentuk sikap dan prilaku berkomunikasi dengan menyenangkan,

kepercayaan diri, dan menciptakan keprcayaan dan pemberdayaan publik.

Page 15: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

14

Setelah mengetahui pengertiannya, tujuannya, kemudian mengimplementasikannya maka

diperolehlah suatu manfaat. Manfaat dari komunikasi kesehatan itu semua kelompok dapat

membuat keputusan yang tepat terhadap usaha pemeliharaan kesehatan. Komunikasi yang

efektif dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang resiko dan solusi

terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga memberikan motivasi agar dapat

mengembangkan keterampilan untuk mengurangi resiko tersebut.

10. Perhatian Dunia Terhadap Masalah Kesehatan

1. Kesepakatan Mengenai Layanan Kesehatan Primer

Perhatian dunia terhadap kesehatan masyarakat telah digariskan dalam berbagai perjanjian

dan kesepakatan bertanggung jawab atas kesehatan dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1978

di Alma Alta, seluruh negara anggota WHO membuat kesepakatan mengenai pelayanan

kesehatan primer yang mencangkup beberapa kesehatan : Penyuluhan kesehatan , Gizi,

Sanitasi dasar dan air bersih, Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemic, Pengobatan

penyakit yang umum dijumpai , tersedianya obat esensial

2. Konferensi Ottawa

Konferensi yang sama dengan yang pernah dilakukan di Alma Alta itu kemudian berlangsung

pula di Ottawa, Canada . Dari konferensi ini menghasilkan sebuah keputusan yang bernama

Ottawa Charter for Health Promotion-Health Promotion ( 1986 ) yang menganjurkan

peluang bagi usaha peningkatan pengawasan dan pembaharuan kesehatan masyarakat melalui

membangun kemampuan personal, Menciptakan dukngan dari lingkungan , Reorientasi

layanan kesehata, Membangun mediasi dan advokasi , Memperkuat aksi dan peran

komunikasi

Peran masyarakat dunia terhadap kesehatan masyarakat itu masih diikuti oleh satu konferensi

besar yang diadakan oleh satu konferensi besar yang diadakan di Jakarta pada taun 1997 yang

menghasilkan Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21.

3. Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21

Latar Belakang

Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi Kesehatan yang berlangsung di Jakarta

bertemakan : New Players for a New Era : Leading Health Promotion into the 21st Century

Page 16: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

15

berbicara kritis mengenai strategi internasional dalam pelayanan, khususnya promosi

kesehatan. Oleh karena itu, konferensi intenasional yang berlangsung di Jakarta yang diikuti

oleh anggota WHO terutama dari berbagai negara berkembang itu, membicarakan satu tema

baru, yakni ― promosi kesehatan‖

4. Promosi Kesehatan Harus Buat Sesuatu yang berbeda

Peserta konferensi Jakarta sepakat bahwa dari berbagai laporan peserta yang datang dari

seluruh dunia terbukti kalu perhatian kita masih rendah dalam promosi kesehatan. Strategi

promosi kesehatan yang relevan, melalui :

a. Pendekatan komprehensif terhadap pembangunan kesehatan yang efektif.

b. Diarahkan ke semua tempat

c. Membutuhkan Partisipasi banyak pihak

d. Berpatisipasi untuk memberikan informasi kesehatan yang bermanfaat

11. Masa Depan Komunikasi Kesehatan

Kemajuan teknologi saat ini sangat berpengaruh terhadap masa depan dunia kesehatan,

termasuk teknologi Health e Comunication dimana dunia tentang kesehatan dapat diakses

melalui WWW ( world web wide). Teknologi infrakstruktur pembagi informasi kesehatan,

seperti :

a. Melalui internet : health web sites

b. kelompok diskusi kesehatan : online chat groups

c. warnet : stand-alone kiosks

Media-media baru yang sama-sama digunakan diatas semuanya berpusat pada komputer dan

media informasi lainnya yang melibatkan peranan televise, radio, warung internet, video,

online services, video conferencing, CD-ROM?/DVD, video games, berbagai format layanan

lainnya.

Perkembangan komunikasi kesehatan ke depan meliputi layanan, seperti :

a. Telehealth, aplikasi telekomunikasi dan teknologi computer untuk meperluas

informasi mengenai kesehatan masyarakat dan obat-obatan.

b. .Interactive health communication, interaksi antara individu dengan konsumen,

pasien,pemberi layanan kesehatan.

Page 17: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

16

c. Consumer health informatics,interaktif komunikasi kesehatan yang difokuskan pada

konsumen.

d. Telemedicine, aplikasi telekomunikasi dan teknologi computer yang secara khusus

melayani klinik.

12. Cakupan dalam komunikasi kesehatan

Secara histori, studi keilmuan komunikasi kesehatan terinspirasi oleh gerakan karantina,

gerakan kesehatan individu, gerakan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebersihan,

dan gerakan memperkenalkan konsep baru kesehatan masyarakat yang mendorng perubahan

kesadaran atas masalah kesehatan masyarakat.

1.2 Jenis dan hambatan komunikasi

TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI

KOMUNIKASI VOKAL KOMUNIKASI

NONVOKAL

KOMUNIKASI

VERBAL

Bahasa Lisan (spoken words) Bahasa Tertulis (written

words)

KOMUNIKASI

NONVERNAL

Nada Suara (tone of voice),

Desah (sighs), Jeritan

(screams), Kualitas vokal

(vocal qualities)

Isyarat (gestures), gerakan

(movement), penampilan

(appereance), ekspresi wajah

(facial expression)

Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Menurut Don Stacks ada tiga macam perbedaan utama antara komunikasi verbal dan

nonverbal, yaitu:

1. Kesengajaan

Perbedaan utama dari komunikasi verbal dan nonverbal adalah niat atau kesengajaan.

Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal

adalah komunikasi jika pesan tersebut

- Dikirim oleh sumber dengan sengaja dan

- Diterima oleh penerima secara sengaja pula.

Sedangkan komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat atau kesengajaan.

Page 18: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

17

2. Perbedaan Simbolik

Terkadang pesan disampaikan tidak hanya disertai oleh niat saja tetapi dilengkapi

dengan simbolik., contohnya berpakaian berwarna hitam akan diberi makna sebagai

ungkapan ikut berduka cita pada saat pemakaman. Komunikasi verbal lebih spesifik

artinya ia dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara

yang berubah-ubah, sedangkan nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami

seperti perasaan atau emosi

3. Mekanisme Pemprosesan

Perbedaan ketiga berkaitan dengan bagaimana proses komunikasi berlangsung.

Komunikasi nonverbal kurang terstruktur, tidak bisa mengekspresikan peristiwa

komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Sedangkan komunikasi verbal

memperhatikan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis, serta lebih menciptakan

konteks.

1. Jenis-jenis komunikasi

1) Komunikasi verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi. Dalam komunikasi

verbal ini pesan yang disampaikan berupa kata-kata, dan bahasa. Bahasa dapat

diartikan sebagai alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan

alat ucap manusia.bahasa tersusun atas rangkaian kata-kata yang memiliki arti

tersendiri. Bahasa memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan, antara lain sebagai alat

komunikasi, penamaan atau labeling, dan juga sebagai alat untuk mengungkapkan

perasaan atau ekspresi.

Komunikasi verbal dapat disampaikan secara lisan atau vokal dan secara tulisan.

Penyampaian secara lisan dapat dengan berbicara, dan mendengarkan. Sedangkan

penyampaian pesan secara tulisan dapat dengan menulis, dan membaca.

a. Berbicara dan menulis: Orang cenderung lebih memilih berkomunikasi dengan

cara berbicara daripada menulis, karena lebih praktis. Akan tetapi jika pesan

yang akan disampaikan terlalu rumit/kompleks maka akan lebih baik jika

disampaikan melalui tulisan.

Page 19: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

18

b. Mendengarkan dan membaca: Mendengarkan dan membaca merupakan dua

hal yang berbeda. Akan tetapi memiliki pendekatan yang sama, yaitu mencatat

informasi yang disampaikan dan menafsirkan dan menilai informasi yang

disampaikan.

Agar dapat berkomunikasi secara verbal dengan efektif harus memperhatikan

beberapa aspek dari informasi yang akan disampaikan, yaitu:

1. Informasi yang disampaikan harus jelas dan ringkas

2. Perbendaharaan kata yang digunakan dapat dimengerti oleh penerima pesan serta

tidak memiliki makna ganda (ambigu).

3. Kecepatan dan tempo bicara yang tidak terlalu cepat juga dapat membantu

berkomunikasi dengan efektif.

4. Penyampaian informasi juga harus pada waktu yang tepat. Jika penyampaian

informasi/pesan pada waktu yang tidak tepat, dapat menghalangi penerimaan

pesan secara tepat.

Teori-teori Komunikasi Verbal

1. Nature Approach (Pendekatan Natural)

Pada nature approach, Noam Chomsky mengemukakan teori yang disebut deep

structure yang mengasumsikan suatu bahasa atau struktur bawaan yang pada diri

manusia sejak lahir, merupakan landasan bagi semua bahasa. Dengan demikian,

Chomsky beranggapan bahwa manusia dialhiran dengan membawa kemampuan

alamiah untuk berbahasa. Chomsky mengidentifikasi tiga strukytur dalam

bahasa. Pertama adalah adanya hubungan antara subjek-predikat dan sebaliknya.

Kedua adalah hubungan antara kata kerja dengan objek yang megekspresikan

hubungan logis sebab-akibat. Dan yang terakhir adalah modifikasi yang

menandakan pertautan kelas.

Berbeda dengan Chomsky, I. Slobin mengemukan bahwa daripada terlahir

dengan pemahaman tata bahasa yang telah terprogram, anak sebenarnya

memiliki suatu linguistik yang diperoleh dari lingkungan anak tersebut.Slobin

mengidentifikasikan empat prinsip yang bekerja pada semua bahasa, yaitu:

memperhatikan susunan kata, menghindari pengecualian, menghindari interupsi

Page 20: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

19

atau penataan kembali unit-unit bahasa, dan memperhatikan kata yang ada pada

bagian terakhir kalimat.

Meskipun ada perbedaan antara teori yang diungkapkan Chomsky dan Slobin,

namun namun keduanya mendasarkan diri pada prinsip natural, yang

beranggapan bahwa bahwa bahasa diperoleh secara natural.

2. Nurture Approach (Pendekatan Nurtural)

Edward Sapir dan Benyamin Whorf beranggapan bahwa bahasa dari suatu kultur

akan berkaitan langsung dengan bagaimana cara-cara kita berpikir dalam kultur

tersebut. Anggapan ini sesuai dengan relativitas kultural yang menyatakan

bahwa karena kultur yang berbeda memiliki bahasa yang berbeda, dan

pandangan hidup yang berbeda, maka mereka juga akan memiliki keyakinan dan

nilai-nilai yang berbeda.

3. Teori Fungsional tentang Bahasa (General Semantics)

Teori ini berfokus pada makna dari kata. Teori ini beranggapan bahwa bahasa

harus bisa merefleksikan dunia di mana kita hidup. General semantics

memandang bahwa kita harus sedekat mungkin dengan realitas yang

direfleksikannya.

4. Konstruktivisme: Perspektif Pesan dalam Bahasa

Teori konstruktivisme diungkaokan oleh Jesse G. Delia dan Ruth Anne Clark.

Teori ini berfokus pada proses berpikir yang terjadi sebelum pesan dikemukakan

dalam suatu tindak komunikasi. Dengan demikian, Delia dan Clark telah

mengemukakan bahwa bahasa digunakan untuk menilai apa yang akan dirasakan

oleh orang lain terhadap suatu pesan yang disampaikan kepadanya, sebelum

pesan tersebut disusun sepenuhnya.

Kelebihan Komunikasi Verbal

1. Dapat disampaikan dengan tulisan maupun lisan.

2. Dapat digunakan untuk membahas kejadian masa lalu, ide atau abstaksi.

Page 21: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

20

3. Komunikasi menggunakan kata-kata akan lebih mudah dikendalikan daripada

dengan menggunakan bahasa isyarat ( gerakan badan/tubuh) atau ekspresi

wajah.

Kekurangan Komunikasi Verbal

1. Terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi

2. Adanya keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

3. Kata-kata mengandung bias budaya.

4. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran secara verbal.

Sehingga dianggap tidak efisien.

5. Kata-kata yang disampaikan hanya membawa sebagian dari pesan.

2) Komunikasi nonverbal

Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan Non berarti tidak, Verbal

berarti kata-kata, sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa

kata-kata. Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human

Communication membedakan menjadi dua tipe komunikasi yaitu vocal

communication adalah tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal

communication adalah tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata. Dengan

demikian definisi komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan yang

dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan.

Batasan lain mengenai komunikasi nonverbal dikemukakan oleh beberapa ahli

lainnya, yaitu:

a) Frank E.X. Dance dan Carl E. Larson

Komunikasi nonverbal adalah sebuah stimuli yang tidak bergantung pada isi

simbolik untuk memaknainnya

b) Edward Sapir

Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak dimana

pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua

c) Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar

Budaya

- Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata

Page 22: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

21

- Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan

suara

- Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang

diberi makna oleh orang lain

- Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah, sentuhan, waktu,

gerak isyarat, bau, perilaku matadan lain-lain

Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi

makna yang komunikatif. Secara historis, kode nonverbal sebagai suatu multisaluran

akan mengubah pesan verbal melalui 6 fungsi: pengulangan, berlawanan, pengganti,

pengaturan, penekanan dan pelengkap.

Pesan nonverbal akan mengulang atau meneguhkan pesan verbal. Pesan nonverbal

juga berfungsi untuk mengkontradiksikan atau menegaskan pesan verbal seperti

dalam sarkasme atau sindiran tajam. Fungsi lain dari komunikasi verbal adalah

untuk mengatur pesan verbal. Pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan

sebuah interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan

kepala selama percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga

memberi penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan.

Kesimpulannya, fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal

dengan mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa bahagia

atau senang terhadap sesuatu.

Menurut Samovar (Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar Budaya), bahwa dalam

suatu peristiwa komunikasi, perilaku nonverbal digunakan secara bersama-sama

dengan bahasa verbal, yaitu: perilaku nonverbal memberi aksen atau penekanan pada

pesan verbal. Misalnya menyatakan terimakasih dengan tersenyum ; perilaku

nonverbal sebagai pengulangan bahasa verbal. Misalnya menyatakan arah tempat

dengan menjelaskan letak dan sambil menunjuk arahnya ; tindak komunikasi

nonverbal melengkapi pernyataan verbal. Misalnya mengatakan maaf kepada teman

karena tidak dapat meminjamkan uang sambil menunjukkan isi dompet yang kosong

; dan perilaku nonverbal sebagai pengganti dari komunikasi verbal. Misalnya

menyatakan rasa haru dengan mengeluarkan air mata. Kesimpulannya, komunikasi

nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya dari pesan-

pesan verbal dapat dimengerti dan dipahami. Komunikasi verbal dan nonverbal dapat

Page 23: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

22

dikatakan tidak terpisahkan karena saling membutuhkan satu sama lain guna

mencapai komunikasi yang efektif.

Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Menurut Ronald Adler dan George Rodman ada empat karakteristik komunikasi

nonverbal, yaitu:

1. Keberadaannya

Kebeadaan komunikasi nonverbal akan dapat diamati ketika kita melakukan

tindak komunikasi secara verbal maupun tidak,baik disadarai atau pun tidak.

2. Kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal

Kita dapat berkomunikasi secara nonverbal, karena setiap orang mampu

mengirimkan pesan secara nonverbal tanpa menggunakan tanda-tanda verbal.

3. Ambiguitas

Ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku.

4. Keterikatannya dalam suatu kultur

Perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam suatu budaya, akan

mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur lain.

Pendekatan dalam Komunikasi Nonverbal

Menurut Darwin, ada tiga pendekatan dalam teori komunikasi nonverbal yang dapat

diterapkan dalam konteks komunikasi.

1. Pendekatan etiologi

Pendekatan etologi menurut Darwin adalah mengasumsikan bahwa komunikasi

nonverbal dari makhluk hidup yang berbeda sebenarnya sama karena komunikasi

nonverbal merupakan bagian alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologi

lainnya adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat ditemukan pada setiap

kultur. Dalam pendekatan etologi, ada dua teori yang mendukung.

a. Teori pertama adalah teori struktur kumulatif. Teori ini lebih terfokus pada

kinesik, yaitu gerakan tubuh sebagai bentuk komunikasi atau disebut juga

expressive behavior. Ada lima kategori expressive behavior yaitu emblem,

ilustrator, regulator, adaptor, dan emosi (penggambaran perasaan).

b. Teori kedua adalah teori tindakan. Teori ini mengenai kinesik yang lebih

didasarkan kepada tindakan yakni perilaku terbagi ke dalam suatu rangkaian

panjang peristiwa atau proses (tidak dengan sendirinya). Menurut Morris, ada

Page 24: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

23

lima kategori yaitu: pembawaan, ditemukan, diserap, dilatih, dan campuran

dari keempat kategori yang lain.

2. Pendekatan antropologi

Pendekatan kedua adalah pendekatan anthropologi, yang menganggap

komunikasi nonverbal terpengaruh oleh kultur masyarakat (menurut Birdwhistell

dan Edward T. Hall) dan terbagi menjadi dua, yaitu: analogi linguistik dan

analogi kultural.

a. Teori analogi lingustik menurut Birdwhistell mengasumsikan bahwa

komunikasi nonverbal memiliki struktur yang sama dengan komunikasi

verbal. Bahasa distrukturkan atas bunyi dan kombinasi bunyi yang

membentuk apa yang disebut kata. Dalam konteks nonverbal, terdapat bunyi

nonverbal yang disebut alokines (semua gerakan tubuh terkecil yang sering

tidak terdeteksi). Kombinasi alokines akan membentuk kines dalam suatu

bentuk yang serupa dengan bahasa verbal. Teori ini mendasarkan

penjelasannya kepada enam asumsi, yaitu: terdapat tingkat saling

ketergantungan yang tinggi antara kelima panca indera manusia membentuk

sistem infrakomunikasi; komunikasi kinesik berbeda antarkultur dan bahkan

antara mikrokultur; tidak ada simbol bahasa tubuh yang universal; perilaku

kinesik lebih primitif dan kurang terkendali dibanding komunikasi verbal;

kita harus membandingkan tanda-tanda nonverbal secara berulang sebelum

menginterpretasi secara akurat. Teori ini merupakan teori parakinesik yaitu

bagaimana suara berperan dalam menginterpretasikan pesan. Jadi, kombinasi

gerakan dihubungkan dengan komunikasi verbal (suara).

b. Teori kedua adalah teori analogi kultural yaitu membahas komunikasi verbal

dari aspek proxemics dan chronemics. Teori proxemics mengacu kepada

bagaimana seseorang menggunakan dan menginterpretasikan ruang dalam

proses komunikasi. Ada tiga jenis ruang, yaitu: informal space, fixed feature

space, dan semifixed feature space. Ada 8 aspek mengenai space(jarak),

yaitu: jenis kelamin dan posisi duduk; sudut pandangan; posisi badan saat

komunikasi; sentuhan; kontak mata; persepsi tentang panas tubuh; bau yang

tercium; dan volume suara. Sedangkan chronemics mengacu pada waktu,

norma-norma waktu yang ditemukan dalam kultur yang berbeda-beda.

3. Pendekatan fungsional

Page 25: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

24

Pendekatan ini memandang komunikasi nonverbal bertujuan dan dibatasi oleh

suatu kerangka waktu tertentu. Dalam teori fungsional, norma-norma kultural

dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dan diperhitungkan dalam kerangka

waktu sebagai variasi kultural. Ada empat teori yang menjelaskan mengenai

pendekatan fungsional:

a. Pertama adalah teori metaforis dari Mehrabian yang menempatkan perilaku

nonverbal ke dalam pengelompokkan fungsi. Mehrabian memandang

komunikasi nonverbal berada di antara tiga kontinum, yaitu: dominan

submisif, menyenangkan-tidak menyenangkan, dan menggairahkan-tidak

menggairahkan. Paling sesuai diterapkan pada penandaan kinesic

paralanguage, sentuhan dan jarak atau ruang.

b. Kedua adalah teori Equilibrium yaitu seluruh interaksi dibatasi dalam konflik

antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan

mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung

menyeimbangkan suatu hubungan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan dan

penginderaan.

c. Teori ketiga adalah teori fungsional dari Patterson yang mengemukakan

bahwa komunikasi nonverbal memiliki lima fungsi, yaitu: memberikan

informasi, mengekspresikan keintiman, mengatur interaksi, melaksanakan

kontrol sosial, dan membantu pencapaian tujuan.

d. Teori keempat adalah teori fungsional komunikatif yang memfokuskan pada

‗kegunaan, motif, atau hasil dari komunikasi‘. Teori ini menjelaskan peran

yang dimiliki komunikasi nonverbal terhadap hasil komunikasi, seperti

persuasi dan desepsi (pengelabuan).

Kategori Komunikasi Nonverbal

Kategori yang dimaksud adalah beragam cara yang digunakan orang-orang untuk

berkomunikasi secara nonverbal, yaitu:

1. Vocalics

Dalam tindak komunikasi kita lebih banyak mempunyai output dan input vokal

dibanding dengan kata-kata yang kita ungkapkan, contohnya desah, menjerit,

menelan, merintih, menguap.

2. Kinesics

Page 26: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

25

Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain ekspresi kita akan berubah tanpa

melihat apakah kita sedang berbicara atau mendengarkan. Paul Ekman dan

Wallace Friesen mengidentifikasikan enam emosi dasar bahwa ekspresi

wajahmencermikan keheranan, ketakutan, kemarahan, kebahagiaan, kesedihan,

dan kebencian atau kejijikan. Bentuk lain dari kinesics adalah gerakan tangan,

kaki, kepala, dan perilaku mata.

3. Proxemics

Suatu cara bagaimana orang-orang yang terlibat dalam suatu tindak komunikasi

berusaha untuk merasakan dan menggunakan ruang. Edwars T. Hall

mendefinisikan emapat jarak, yaitu:

- Intimate Distance. Percakapan dalam jarak yang akrab dengan bisikan atau suara

yang sangat pelan, biasanya bersifat pribadi.

- Personal Distance. Berlangsung tertutup, namun percakapannya tidak lagi

bersifat pribadi dengan interaksi dalam jarak akrab

- Social Distance. Interaksi yang berlangsung dalam jarak sosial, biasanya terjadi

dalam situasi bisnis dan membutukan suara lebih keras.

- Public Distance. Komunikasi yang bersifat dua arah, ada jarak yang cukup jauh

antara pembicara dengan pendengar.

-

2. Hambatan komunikasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain untuk

memenuhi kebutuhannya. Dalam berhubungan dengan satu sama lain, manusia

membutuhkan komunikasi agar penyampaian pesan yang dmaksud dapat tersampaikan

dengan benar. Dengan berkomunikasi dapat mempermudah manusia untuk berhubungan

dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Namun dalam

berkomunikasi, terkadang pesan yang disampaikan kepada si penerima pesan tidak

dimengerti sehingga si penerima pesan tersebut tidak memberikan feedback kepada si

pemberi pesan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang biasa disebut dengan

hambatan komunikasi. Berikut akan dijelaskan beberapa faktor yang dapat menghambat

komunikasi.

1) Hambatan lingkungan, terjadi akibat kondisi lingkungan yang menyebabkan

komunikasi yang terjadi antara ahli medis-pasien kurang efisien.

Page 27: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

26

- Faktor pertama yang menjadi hambatan komunikasi kesehatan adalah jarak. Jarak

memberi kesan ahli medis tidak ingin berkomunikasi dengan pasien, selain itu

pasien juga merasa terintimidasi akibat adanya kesenjangan status dimana pasien

melihat kedudukan ahli medis tersebut superior jika dibandingkan dengan dirinya.

- Kedua, lingkungan yang bising akan mengganggu jalannya komunikasi.

- Ketiga, lingkungan tempat diadakannya komunikasi dianggap tidak memiliki

privasi, publik bisa saja mendengar percakapan antara ahli medis dan pasien

sehingga pasien akan merasa kurang nyaman apabila ia ingin menanyakan sesuatu

yang bersifat pribadi.

- Keempat, adanya petugas yang berfungsi sebagai relay pesan antara ahli medis

dan pasien, hal ini memberikan kesan seolah-olah ahli medis enggan

berkomunikasi. Disamping itu, kemungkinan terjadinya misinterpretasi antar

kedua belah pihak juga menjadi lebih tinggi akibat perbedaan persepsi.

2) Hambatan personal menitik beratkan pada pribadi pasien dan ahli medis itu sendiri.

- Seseorang yang pemalu akan sulit untuk diajak berkomunikasi, ia akan cenderung

menghindari komunikasi interpersonal.

- Selanjutnya inner conversation yang terlalu sering dilakukan juga dapat menjadi

hambatan, ahli medis yang terlalu sering melakukan tersebut akan menjadi kurang

fokus ketika diajak berkonsultasi oleh pasien hingga terkesan tidak peduli.

- Hambatan lainnya adalah ketika pasien yang dihadapi cenderung menceritakan

masalah yang ia alami hingga kita ikut merasakan perasaan emosi pasien tersebut

dan akihirnya merasa lelah, hal yang perlu dilakukan adalah tetap menunjukkan

empati tetapi jangan sampai masalah tersebut turut larut dalam pikiran kita secara

berlebih.

- Perbedaaan kebudayaan juga dapat menjadi hambatan tersendiri dalam terjadinya

komunikasi, seseorang dapat dikatakan tidak memiliki sopan-santun dalam suatu

adat akan tetapi ia masih berada dalam batasan yang pantas menurut adatnya

sendiri. Hal lain yang dapat menjadi hambatan adalah rasa takut untuk menhadapi

sesuatu yang sensitif yang sulit diucapkan. Pengetahuan pasien yang terbatas juga

menjadi hambatan dalam berkomunikasi.

3) Patient barrier menitik beratkan pada persepsi pasien terhadap apa-apa yang

disampaikan ahli medis. Persepsi yang berbeda akan merujuk pada hasil yang berbeda

pula dari apa yang diinginkan. Tingkat pengetahuan pasien dalam hal ini juga

memiliki peranan. Selain itu beberapa pasien menganggap ahli medis hanya melihat

Page 28: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

27

mereka sebagai suatu kasus saja bukan sebagai individu, karena itulah mereka

menghindari komunikasi dengan ahli medis. Perbedaan pendapat antara ahli medis

dan pasien juga bisa dikategorikan sebagai hambatan komunikasi, misalnya seseorang

mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja atau bahkan merasa panik terhadap penyakit

yang ia derita. Sementara pasien lainnya cenderung tidak memiliki keinginan untuk

mengetahui lebih lanjut tentang penyakit atau obat yang ia terima.

4) Hambatan administrasi dan finansial umunya terjadi di dalam suatu sistem dimana

interaksi pasien-ahli medis terjadi. Sebagai contoh adalah pemberian beban kerja

berlebih dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk berkomunikasi dengan pasien.

5) Hambatan waktu berkaitan dengan waktu dimana komunikasi itu berlangsung.

Pemilihan waktu untuk berkomunikasi dengan pasien ditentukan oleh kondisi pasien

tersebut, jika pasien tampak lelah misalnya ahli medis bisa memilih waktu kemudian

untuk membicarakan tentang pengobatan atau hasil pemeriksaan yang ia jalani.

Dalam website http://library.binus.ac.id terdapat enam faktor yang dapat menghambat

komunikasi, yaitu hambatan sosiologis (perbedaan status sosial, agama, pendidikan, dan

sebagainya), hambatan antropologis (perbedaan ras, gaya hidup, bahasa, dan norma),

hambatan psikologis (perbedaan keadaan emosi komunikan), hambatan semantis (bahasa

yang digunakan komunikator dapat menimbulkan persepsi yang salah), hambatan

mekanis (keterbatasan pada media yang digunakan untuk berkomunikasi), dan hambatan

ekologis (gangguan dari linkungan). Hambatan sosiologis, antropologis, dan psikologis

merupakan hambatan yang saling memengaruhi satu sama lain.

1) Hambatan sosiologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan status

sosial, agama, pendidikan, dan sebagainya dari komunikan.

2) Hambatan antropologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan ras,

gaya hidup, bahasa, dan norma dari komunikan.

3) Hambatan psikologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh perbedaan keadaan

emosi dari komunikan, seperti sedih, bingung, marah, kecewa, dan sebagainya.

Sehingga saat berkomunikasi, hendaknya komunikator memerhatikan keadaan

komunikan baik dari segi sosiologis, antropologis, dan psikologis. Dengan memerhatikan

keadaan komunikan baik dari segi sosiologisnya, antropologisnya, maupun psikologisnya,

diharapkan pesan dapat tersampaikan dengan baik sehingga komunikan dapat

memberikan feedback seperti yang diharapkan oleh komunikator.

Page 29: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

28

Selain tiga hambatan diatas, terdapat juga tiga hambatan lain dalam berkomunikasi, yaitu

hambatan semantis, hambatan mekanis, dan hambatan ekologis.

1) Hambatan semantis merupakan hambatan yang disebabkan oleh bahasa yang

digunakan oleh komunikator kurang jelas dan tegas sehingga dapat menimbulkan

persepsi yang salah. Sebaiknya komunikator dalam menyampaikan pesannya

menggunakan bahasa yang tegas, jelas, dan logis sehingga tidak akan menimbulkan

salah komunikasi (miscommunication).

2) Hambatan mekanis merupakan hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan media

yang digunakan dalam berkomunikasi.

3) Hambatan ekologis merupakan hambatan yang disebabkan oleh adanya gangguan dari

lingkungan.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam berkomunikasi terdapat hambatan-hambatan

yang akan membuat komunikan tidak memahami pesan yang disampaikan oleh

komunikator sehingga komunikan tidak dapat memberikan feedback kepada

komunikator. Enam hambatan dalam berkomunikasi tersebut adalah hambatan sosiologis,

hambatan antropologis, hambatan psikologis, hambatan semantis, hambatan mekanis, dan

hambatan ekologis. Sebaiknya hambatan-hambatan dalam komunikasi ini lebih

diperhatikan kembali agar dapat diminimalisir sehingga tujuan berkomunikasi dapat

tercapai dengan baik.

1.3 Komunikasi Interpersonal Antarprofesi

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjatara dua individu atau lebih dan

pesan berisi verbal maupun non verbal. Komunikasi ini sering digunakan dalam kegiatan

sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, dengan tujuan:

- Dapat untuk bertukar pikiran

- Dapat membantu menyelesaikan masalah

- Dapat membantu membuat keputusan

- Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupannya

Hambatan psikologis dalam proses komunikasi:

- Adanya pandangan stereotipe

- Kurangnya pengetahuan

- Kurangnya minat

Page 30: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

29

- Sulit mengekspresikan diri

- Adanya emosi

- Adanya tipe kepribadian tertentu

- Adanya perbedaan persepsi

- Terlalu cepat menyimpulkan

KONSELING

Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat

suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah.

Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan:

a. Pembinaan hubungan baik

b. Penggalian informasi klien dan pemberian informasi sesuai kebutuhan

c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan

d. Menindak lanjut pertemuan

Dalam melaksanakan tugasnya, komunikator maupun konselor dipengaruhi oleh 3 hal

yaitu:

1. Aspek Kognitif (Pengetahuan)

2. Aspek Psikomotorik (Keterampilan)

3. Aspek Afektif (Sikap)

Keterampilan Komunikasi Yang Harus Dimiliki Oleh Konselor:

1. Keterampilan Observasi

2. Keterampilan mendengar

3. keterampilan bertanya

Penyampaian Berita Buruk

menurut Rob Buckman dalam bukunya yang berjudul How to Break Bad News : A Guide

for Health Care Professionals, terdapat 6 langkah dasar dalam menyampaikan berita

buruk kepada pasien yang secara garis besar dapat disimpulkan menjadi berikut :

1. Persiapan

a. Persiapkan diri sendiri

Page 31: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

30

- Dokter sebagai penyampai ‗bad news‘ mempersiapkan mental terlebih dahulu

agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati

sebagaimana mestinya.

- Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum

menyampaikan kabar buruk.

b. Privasi pasien

- Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak

orang

c. Libatkan pendamping

- Yang dapat menjadi pendamping adalah keluarga terdekat pasien

d. Posisi duduk

- Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara.

- Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari.

e. Listening mode: ON

- Jangan memotong kata-kata pasien

- berikan tanggapan, untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin

disampaikan pasien

f. Ketersediaan

- Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar buruk

- Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti bunyi hp dll.

2. Pendapat pasien mengenai kondisi

a. Kondisi medis dirinya sendiri

- Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang penyakitnya

b. Harapannya terhadap hasil pengobatan yang ia jalani

- Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut adalah untuk menilai perbedaan antara

harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk

agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.

3. Keingintahuan dan kesiapan pasien

Tanyakan kesediaan pasien untuk mengetahui perkembangan mengenai keadaannya

atau tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk

menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan

diri terlebih dahulu

4. Memberikan informasi

Page 32: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

31

Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan warning shot sebagai pembukaan

katakan pada pasien bahwa ada ‗kabar buruk‘ yang akan disampaikan.

Cara penyampaian:

- Gunakan bahasa yang sama dan hindari istilah medis.

- Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan pasien

- Dapat menjelaskan bahasa medis kedalam bagasa yang mudah dimengerti oleh

pasien

- Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)

- Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun beri kesempatan pada pasien dalam

mencerna kalimat.

5. Empati kepada pasien

- Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien.

- berusaha agar dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien

6. Simpulan dan Strategi

Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan agar tidak ada

kesalahpahaman setelah perbincangan :

- Simpulkan yang disampaikan tadi secara bertahap (sedikit demi sedikit)

- Berikan pasien kesempatan bertanya

- Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada

pasien

Komunikasi di dalam Kelompok

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia setiap

harinya. Kelompok yang baik merupakan wadah bagi setiap orang untuk dapat

mewujudkan harapan dan cita-citanya. Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan

sebuah interaksi antar anggota dalam kelompok yang kita sebut sebagai komunikasi

kelompok.

Komunikasi kelompok didefinisikan oleh Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam

bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching Speech sebagai interaksi

tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang

dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah

sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik anggota lainnya.

Dalam definisi diatas tercakup empat elemen, yaitu interaksi tatap muka, jumlah

partisipan, maksud atau tujuan, dan menumbuhkan karakteristik anggota lainnya. Tatap

Page 33: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

32

muka memiliki makna bahwa setiap anggota kelompok dapat melihat dan mendengar

serta merespon anggota lain dalam kelompoknya. Jumlah partisipan berkisar antara 3-20

orang. Jika melebih 20 orang, kecil kemungkinan setiap anggota kelompok dapat saling

berinteraksi. Maksud dan tujuan bermakna bahwa karena adanya maksud dan tujuan,

maka identitas kelompok dapat terbentuk. Jika tujuannya adalah berbagi informasi, maka

komunikasi yang dilakukan untuk menambah pengetahuan. Elemen terakhir, membentuk

karakteristik berarti setiap anggota kelompok secara tidak langsung saling berinteraksi

dan tujuan kelompok terdefinisikan dengan jelas.

Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Norma

adalah perjanjian tentang bagaimana orang dalam suatu kelompok berperilaku satu

dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu sosial procedural dan tugas.

Norma sosial mengatur hubungan antara para anggota, norma procedural menguraikan

lebih rinci operasional kelompok, sedangkan tugas memusatkan perhatian pada

bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan. Jika norma adalah ukuran kelompok yang

dapat diterima, maka peran merupakan pola perilaku yang diharapkan dari anggota

kelompok. Ada dua fungsi peran dari suatu kelompok yaitu fungsi tugas dan fungsi

pemeliharaan. Fungsi tugas adalah bagaimana anggota kelompok menjalankan tugasnya

sedangkan fungsi pemeliharaan mengatur bagaimana anggota kelompok memelihara

keberadaan kelompok.

Keberadaan kelompok ditunjukkan dengan adanya fungsi-fungsi yang dilaksanakannya.

Fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan

masalah, pemnuatan keputusan dan terapi. Fungsi hubungan sosial berarti bagaimana

anggota kelompok saling memelihara hubungan sosial antar anggotanya. Fungsi

pendidikan berarti bagaimana sebuah kelompok bekerja untuk mencapai dan

mempertukarkan pengetahuam. Fungsi persuasi berarti upaya anggota kelompok

mempersuasi anggota kelompok. Fungsi pemecahan masalah dicerminkan dengan

kegiatan kelompok yang memecahkan masalah dan membuat keputusan. Fungsi terakhir,

fungsi terapi. Kelompok terapi mempunyai perbedaan dengan kelompok laiinya, karena

kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek kelompok terapi adalah membantu setiap

individu untuk mencapai perubahan personal. Contohnya adalah kelompok penderita

narkotika, kelompok konsultasi perkawinan

Komunikasi di dalam Masyarakat

Komunikasi Massa

Page 34: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

33

Komunikasi massa suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan

pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan

tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.

Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Individu

- Teori yang Mempengaruhi Individu:

Teori Stimulus-Respons: Stimuli tertentu akan menimbulkan efek. Elemen-elemen utama

dari teori ini adalah pesan (stimulus), penerima (receiver), dan efek (respons). De Flaur

berasumsi bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara

berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience.

- Teori Dua Tahap dan Pengaruh Antarpribadi (Oleh Paul Lazarsfeld):

Mengatakan bahwa komunikasi terjadi dalam dua tahap. Pertama dari media massa ke

para pemuka pendapat dan kedua dari para pemuka pendapat ke orang-orang lain yang

kurang aktif dalam masyarakat. Teori ini memiliki asumsi bahwa individu merupakan

anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain, repons

terhadap pesan dari media tidak terjadi secara langsung melainkan melalui beberapa

perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan sosial, dan individu tidak bersikap sama

terhadap pesan media yang diberikan.

- Difusi Inovasi:

Pesan yang disampaikan mengenai gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah

perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap.

Teori ini memiliki empat tahap, pertama kesadaran individu akan adanya inovasi dan

adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi, kedua individu

membentuk/memiliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut,

ketiga individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk

mengadopsi atau menolak inovasi, keempat individu akan mencari pendapat yang

menguatkan keputusan yang telah dia ambil, namun dia dapat berupah dari keputusan

yang telah diambil sebelumnya.

Pengaruh Komunikasi Massa terhadap Masyarakat dan Budaya

- Teori Agenda Setting:

Asumsi mengenai efek komunikasi massa: Media massa dengan memberikan perhatian

pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap

Page 35: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

34

pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui hal-hal yang diberitakan oleh media

massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang

berebeda. Teori agenda setting memiliki dasar pemikiran bahwa di antara berbagai topik

yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan

menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode

tertentu, dan akan terjadi sebaliknya pada topik yang kurang mendapat perhatian media.

- Teori Depensi mengenai Efek Komunikasi Massa

Jenis-jenis efek pada teori depensi:

- Kognitif: Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-

setting, penegasan/penjelasan nilai-nilai.

- Afektif: Menciptakan ketakutan atau kecemasan, meningkatkan atau menurunkan

dukungan moral.

- Behavioral: Mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan, pembentukan issue

tertentu atau penyelesaiannya

- Menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktvitas

- Spiral of Silence

Teori ini mengatakan bahwa pendapat umum terletak pada proses saling

mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi

individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain

dalam masyarakat.

- Teori Information Gaps

Teori ini memandang bahwa peningkatan informasi akan memperlebar jurang/celah

pengetahuan daripada mempersempitnya. Maksudnya adalah peningkatan

pengetahuan pada kelompok tertentu akan meningkat jauh melebihi kelompok yang

lainnya.

Komunikasi Publik

Dalam komunikasi publik, satu orang ditunjuk sebagai pembicara dan yang lainnya

sebagai pendengar yang merupakan peranan pelengkap, atau khalayak pendengar. Ada

tiga aspek pengalaman komunikasi publik:

- Cenderung terjadi di tempat-tempat yang biasanya dianggap sebagai tempat publik.

Page 36: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

35

- Lebih merupakan ―kesempatan mengemukakan masalah sosial‖ ketimbang masalah-

masalah informal. Biasanya direncanakan dahulu, mungkin ada agendanya dan acara

lainnya dapat mendahului dan mengikuti penampilan pembicara.

- Melibatkan norma perilaku yang relatif jelas. Sehingga pembicara harus berhati-hati

dalam menyampaikan informasi.

Pembicara setidaknya memiliki satu dari tiga tujuan berikut:

- Memberi informasi: Pembicara memberikan perhatian utama pada perolehan

informasi.

- Menghibur: Pembicara memiliki maksud memberikan kesenangan.

- Meyakinkan : Fokus dari pembicara adalah pengaruhnya pada sikap pendengar.

Kepercayaan yang dapat mempengaruhi komunikasi:

Kredibilitas Sumber

Kredibilitas memiliki arti kesediaan kita mempercayai sesuatu yang dikatakan dan

dilakukan seseorang (Modul Komunikasi Kesehatan 2013). Ada tiga dimensi utama etos:

- Keotoritatifan dan watak: Bagaimana pembicara dipersepsi berkenaan dengan subjek

yang disampaikannya (bagaimana pendapat pendengar mengenai kecerdasannya

bicara, informasi yang dimilikinya, kompetensinya, dan kewibawaannya) dan apakah

pembicara tersebut memiliki watak yang disukai.

- Kedinamisan: Bagaimana tampaknya kemampuan pembicara membujuk,

keaktifannya, dan semangatnya sebagai pembicara.

Kredibilitas Ekstrinsik

Kredibilitas ekstrinsik adalah kredibilitas yang dianggap memiliki sumber sebelum ia

menyampaikan pesannya. Kesan awal si pendengar terhadap pembicara mempengaruhi

ketertarikan pendengar terhadap informasi yang akan disampaikan. Jika ―reputasi‖ si

pembicara baik di mata pendengar, maka informasi yang disampaikan cenderung dapat

diterima dengan baik oleh pendengar.

Kredibilitas Intrinsik

Kredibilitas Intrinsik adalah istilah yang sering diberikan kepada citra yang diciptakan

oleh pembicara sebagai hasil langsung pidatonya.

Page 37: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

36

Cara Penyampaian

- Penyampaian mendadak: Pidato yang disampaikan hanya dengan sedikit persiapan.

Satu kelebihan dari pidato ini, yaitu spontanitas yang maksimal. Kelemahan dari cara

ini adalah cara penyampaiannya cenderung informal, bertolak belakang dengan

komunikasi publik yang lebih bersifat formal.

- Membaca manuskrip: Pidato dengan membaca manuskrip bersifat formal dan

memerlukan persiapan yang lengkap. Kelebihannya adalah cara ini meminimalkan

kemungkinan penyalahtafsiran pesan yang disampaikan. Kelemahannya adalah cara

ini menyebabkan pembicara terlalu mengandalkan manuskripnya sehingga dia terus-

menerus membacanya.

- Pidato Hafalan: Cara berpidato dimana pembicara menulis manuskrip dan

menghafalkannya sehingga pembicara pun bebas memandang hadirin karena tidak

membaca manuskrip. Kelemahannya adalah cara penyampaian pembicara mirip robot.

Nada suara, ekspresi wajah, gerak tubuh dan yang lainnya hilang dan risiko pembicara

adalah pembicara melupakan sebagian pesannya.

- Pidato yang diucapkan tanpa persiapan lengkap: Jenis penyampaian ini

menggabungkan keuntungan dari pidato yang berpedoman dan direncanakan dengan

baik, dengan spontanitas pidato mendadak. Pembicara biasanya memakai kertas kecil

sebagai bantuan untuk menyampaikan pesan.

1.4 Komunikasi dalam situasi khusus

Komunikasi dalam situasi khusus dapat terjadi pada:

1. Pasien tuna rungu.

2. Pasien yang mudah marah.

3. Pasien lanjut usia.

4. Pasien yang sulit diajak berkomunikasi.

1. Pasien Tuna Rungu

Page 38: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

37

Latar belakang pasien menderita tuna rungu ada beberapa hal, yaitu:

a. Tuna rungu sejak kecil

Hal ini mengakibatkan kosa kata yang dimiliki sangat sedikit dan butuh bahasa

isyarat agar ia mengerti apa yang orang lain bicarakan.

b. Tuna rungu tiba-tiba

Tuna rungu dalam hal ini, pada awalnya pasien adalah orang yang memiliki

pendengaran normal, tetapi karena satu dan lain hal mengakibatkan ia kehilangan

kemampuannya untuk beribicara dan mendengar.

c. Sudah tua

Pada pasien yang berusia lanjut atau sudah tua, biasanya mengalami penurunan

kemampuan mendengar dan berbicara, sehingga butuh penjelasan dan cara

berkomunikasi yang baik dan jelas agar mudah dipahami oleh si pasien.

Beberapa cara untuk berkomunikasi dengan pasien tuna rungu yang dirangkum dari

Navarro dan Lacour (1980, p. 26):

a. Bersikap wajar:

- Posisi jarak dari pasien adalah 1- 2 meter.

- Jangan tegang dan kaku.

- Gunakan kalimat yang sederhana.

- Pastikan pasien memperhatikan anda.

- Kalau pesan tidak dimengerti pasien, ulangi kalimat dengan lebih pendek dan

sederhana.

- Minimalisir suara background.

b. Bersikap penuh perhatian dan jangan:

- Berbicara sambil berjalan.

- Terlalu sering menggerak- gerakkan kepala.

Page 39: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

38

- Berbicara sambil mengunyah.

- Memalingkan wajah.

- Berdiri langsung di depan cahaya terang.

- Meletakkan IV di tangan pasien yang memerlukan bahasa isyarat.

2. Pasien yang mudah marah

Latar belakang pasien mudah marah atau emosi adalah karena keadaan dirinya yang sedang

panic.

Beberapa pedoman untuk menangani pasien marah atau pasien agresif:

- Mengamati keadaaan pasien secara seksama.

- Menunjukkan rasa empati.

- Menjaga jarak aman.

- Jangan menginterupsi ledakan mereka.

- Memberikan pertanyaan terbuka.

- Jangan menjanjikan hal- hal yang tidak pasti.

- Membantu pasien merasa mereka memiliki orang dekat.

- Jangan mudah tersinggung.

- Jika staff keamanan dipanggil, awasi tindakan mereka sehingga anda mampu

mempertahankan control atas situasi.

3. Pasien lanjut usia.

Pada umumnya pasien yang lanjut usia itu memiliki kondisi dimana terjadi penurunan

kemampuan untuk berkomunikasi dan mendengar dikarenakan factor usia. Sehingga

diperlukan cara berkomunikasi khusus pada pasien lanjut usia tersebut.

Page 40: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

39

Di Indonesia, pemerintah dan lembaga-lembaga pengelola lansia, memberi patokan bahwa

mereka yang disebut lansia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan

dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun di negara maju diberi patokan yang lebih

spesifik: 65 - 75 tahun disebut old, 76 - 90 tahun disebut old -- old dan 90 tahun ke atas

disebut very old (W.M.Roan, 1990). Pada usia tertentu, biasanya para lansia akan mulai

penurunan kemampuan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya:

- Lansia mulai menurun kemampuan pendengarannya sehingga sulit menerima informasi

- Lansia mulai menurun daya ingatnya (pikun) sehingga mereka sulit mengingat informasi

yang mereka peroleh

- Lansia lebih berorientasi pada kematian sehingga gairah hidup berkurang dan mengurangi

minat interaksi dengan orang lain sehingga menurun pula kemampuan komunikasi lansia

tersebut

Sebagai pelayan kesehatan yang harus tetap mengayomi pasien bagaimanapun kondisinya,

tentunya pelayan kesehatan dituntut untuk dapat berkomunikasi yang baik karena informasi

yang harus mereka sampaikan kepada pasien juga dilakukan melalui komunikasi tersebut.

Apabila pelayan kesehatan tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka informasi

yang mereka sampaikan kepada pasien menjadi kurang dipahami pasien dan menyebabkan

adanya kesalahan dari maksud dan tujuan informasi itu sendiri.

Berikut beberapa point yang dapat diterapkan pelayan kesehatan dalam berkomunikasi

dengan pasien lanjut usia sehingga informasi yang pelayan kesehatan sampaikan kepada

pasien lanjut usia dapat diterima dengan baik oleh pasien lanjut usia tersebut, antara lain:

- Memanggil nama, komunikasi yang efektif harus diawali dengan bahasa verbal yang

tepat. Selain itu memanggil nama dapat membuat pasien lanjut usia ini mengerti bahwa

ialah yang menjadi subyek komunikasi

- Berbicara dengan jelas, hal ini akan membuat pasien lanjut usia mengerti apa yang

pelayan kesehatan katakan

- Berbicara dengan perlahan, hal ini akan membuat pasien lanjut usia lebih memahami apa

yang pelayan kesehatan sampaikan

Page 41: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

40

- Mengulangi perkataan, hal ini akan membuat pasien lanjut usia memahami dan lebih

mengingat perkataan

- Jangan berbicara kepada pasien sambil makan makanan, mengunyah tembakau, merokok,

atau menutup mulut dengan tangan atau benda lainnya, hal ini akan membuat pasien tidak

mengerti apa yang pelayan kesehatan katakan

- Fokus dan tidak berbelit-belit, pembicaraan yang tidak fokus dan berbelit-belit akan

membuat pasien tidak mengerti maksud informasi yang disampaikan.

- Gunakan bahasa sederhana, kalimat-kalimat pendek dengan kosa kata yang mudah, hal

ini akan membantu pasien untuk lebih memahami informasi yang disampaikan

- Jangan terburu-buru atau terlihat frustasi dalam menyampaikan informasi kepada pasien

karena hal ini akan membuat pasien stres dan merasa terhambat dalam berkomunikasi

dengan pelayan kesehatan

- Berbicara dengan nada normal dan tidak berteriak karena sebenarnya pasien dapat

menangkap informasi yang disampaikan karena cara penyampaiannya bukan volume

suara

- Mengurangi kebisingan latar belakang, hal ini membantu pasien untuk fokus dan

mendengarkan informasi bukan kebisingan di sekitar

- Menyampaikan informasi dengan cara ajakan atau bujukan, hal ini lebih dapat diterima

pasien daripada cara yang terkesan memaksa atau mengintimidasi

- Bertanya, dengan bertanya secara langsung akan didapat informasi yang spesifik dari

pasien

- Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan nonverbal pada lansia tidak

sama, teknik ini dapat dilakukan

- Menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan, apabila pasien kesulitan dalam

pendengaran hal ini sangat membantu karena pasien dapat membaca informasi yang

disampaikan

- Menggunakan ilustrasi untuk menyampaikan pesan, setiap pesan harus ditulis atau

digambar dan seringkas mungkin

Page 42: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

41

Selain cara-cara yang baik dalam penyampaian informasi atau pesan, ada beberapa

hal yang juga perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi atau pesan agar

informasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh pasien, antara lain:

- Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atautujuan

komunikasi. Body language pasien harus diperhatikankarena body language

yang tidak sesuai dapat menjadi barierkomunikasi. Oleh karena itu pelayan

kesehatan harus menempatkan diriuntuk berkomunikasi dengan lansia

- Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud darikomunikasi.

Gesture sangat membantu pada pasien lanjut usia yang tidak dapat mendengar

- Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan bangsa. Karena

ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisaditunjukkan lewat ekspresi wajah.

Selain itu ekspresi wajah juga membantu dalam pencitraan kondisi dalam

informasi yang disampaikan

- Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawanbicara

- Kecepatan komunikasi, jangan tergesa-gesa ketika berkomunikasidengan

lansia, karena menyebabkan kebingungan dan frustrasi

- Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa.

Danmenyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi

- Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring.Sentuhan dapat

menurunkan perasaan depresi, dapat meningkatkankeberadaan dan rasa

penghargaan bagi lansia

- Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansiaberduka, cemas,

sakit

- Mendengarkan informasi yang diperoleh dari pasien dengan cermat

Jadi, dalam berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dan agar informasi yang diterima

dapat diterima dengan baik oleh pasien tersebut, pelayan kesehatan harus

memperhatikan kebutuhan pasien dalam menerima pesan serta dapat menyampaikan

informasi seefektif mungkin dengan berbagai cara yang sekiranya dapat dimengerti

dan dipahami oleh pasien.

Page 43: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

42

4. Pasien yang sulit berkomunikasi

Ada beberapa alasan pasien itu sulit berkomunikasi, yaitu:

a. Pasien depresi.

b. Pasien yang terlalu cemas.

c. Pasien gagap.

a. Pasien depresi

Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien depresi:

- Menjadi pendengar pasien yang baik.

- Jangan marah atau frustasi.

- Menunjukkan rasa empati.

- Mengajukan pertanyaan terbuka.

- Menggunakan bahasa yang sederhana.

Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien yang cemas berlebihan:

- Bersikap tenang.

- Jelaskan bahwa cemas merupakan hal yang wajar.

- Arahkan pasien untuk berbicara ke inti.

- Berikan saran- saran positif.

Pedoman untuk berkomunikasi dengan pasien gagap:

- Jangan memotong pembicaraan pasien.

- Jangan mengucapkan kata- kata seperti: ―ambil napas‖, ―santai‖, ―pelan- pelan‖.

- Sabar menunggu sampai pasien menyelesaikan kalimatnya.

- Lebih sensitive.

Page 44: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

43

- Jangna menunjukkan tanda- tanda kasihan.

- Selalu menjaga kontak mata.

Secara umum pasien yang sulit berkomunikasi

Memahami perspektif pasien adalah sikap yang dianjurkan dalam komunikasi antar dokter

dengan pasien. Sikap tersebut akan mengembangan perilaku dokter yang menunjukkan

adanya penghargaan terhadap kepercayaan pasien yang berkaitan dengan penyakitnya (tidak

menyemooh atau melecehkan), melakukan penggalian (eksplorasi) terhadap keadaan pasien,

memahami kekhawatiran dan harapannya, berusaha memahami ungkapan emosi pasien,

mampu merespon secara verbal dan non-verbal dalam cara yang mudah dipahami pasien.

Yaitu menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dipahami pasien sesuai dengan latar

belakang pendidikan pasien. Pasien dengan latar pendidikan yang hanya sampai pada tingkat

SMP atau SMA tentu akan berbeda cara kita menyampaikan informasinya kepada pasien

dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi atau jenjang pendidikan lain yang lebih

tinggi.

Perhatian terhadap biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan

mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter-pasien yang profesional, sangat

diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien. Perhatian dalam pengembangan komunikasi

efektif dengan pasien tidaklah terbatas hanya pada diri seorang dokter semata melainkan juga

melibatkan semua jenjang yang dilalui pasien. Dokter perlu memasukkan semua pihak yang

ikut berperan dalam upaya penyembuhan atau perawatannya agar komunikasinya bisa efektif.

Tidak semua informasi yang diperlukan pasien bisa dituntaskan oleh dokter di ruang

praktiknya. Penyediaan media pendukung komunikasi akan sangat membantu efektivitas

komunikasi dokter-pasien.

Teknik komunikasi yang dapat digunakan seorang dokter atau petugas kesehatan terhadap

pasien yang sulit dalam berkomunikasi atau sulit untuk mengungkapkan keluhan penyakitnya

adalah dengan teknik komunikasi terapeutik. Teknik komunikasi terapeutik terbeut meliputi:

a. Mendengar, karena merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar

petugas kesehatan atau dokter mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih

banyak pada klien untuk bicara. Petugas harus menjadi pendengar yang aktif. Ketika

mendengarkan pasien usahakan untuk menjadi pendengar yang baik dengan

memberikan tanggapan atas keluhan pasien.

Page 45: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

44

b. Pertanyaan Terbuka, yaitu denga memberi kesempatan untuk memilih contoh ‘‖

apakah yang sedang saudara pikirkan?‖ Beri dorongan dengan cara mendengar atau

mengatakan, saya mengerti. Intinya dokter tersebut berusaha menggali kondisi atau

keluhan yang dirasakan pasien dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong dia

untuk menjelaskannya kepada sang dokter.

c. Mengulang, karena dengan mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien,

dapat menguatkan ungkapan pasien dan memberi indikasi bagi dokter atau petugas

kesehatan mengikuti pembicaraan pasien.

d. Klarifikasi. Dilakukan jika dokter ragu, tidak jelas, tidak mendengar, atau pasien

malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau

mengemukakannya berpindah-pindah. Sehingga dengan klarifikasi kita kepada pasien

akan mengurangi kesalahan dalam penangkapan informasi sekaligus membuat pasien

mau mengungkapkan keluhannya kepada dokter dengan lebih jelas karena ia merasa

diperhatikan.

e. Refleksi, yaitu berupa refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar. Refleksi perasaan,

memberi respon pada perasaan pasien terhadap isi pembicaraan, agar pasien

mengetahui dan menerima perasaannya.

f. Memfokuskan. Membantu pasien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang

penting. Dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih

jelas dan berfokus pada realitas. Jadi dokter harus fokus pada pembicaraan mengenai

keluhan atau informasi dari pasien.

g. Membagi Persepsi. Meminta pendapat pasien tentang hal yang dokter rasakan dan

pikirkan. Dengan cara ini dokter dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.

Hal ini dimaksudkan agar pasien bisa mengkoreksi apabila interpretasi atau informasi

yang kita tangkap darinya salah. Sehingga nantinya pasien akan kembali berbicara

dan member respon terhadap presepsi kita dan komunikasi akan terbuka.

h. Identifikasi “Tema”. Latar belakang masalah yang dialami pasien yang muncul

selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi

masalah yang penting.

i. Diam. Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.

Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan memotivasi pasien untuk bicara.

Sehingga tidak hanya ada komunikasi satu arah dari dokter saja yang menjelaskan

tentang hasil analisanya terhadap kondisi pasien, melainkan pasien pun bisa memberi

pendapatnya tentang apa yang ia rasakan.

Page 46: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

45

j. Informing. Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.

k. Saran. Memberi alternatif ide untuk memecahkan masalah. Tepat dipakai pada fase

kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. Saran diberikan ketika komunikasi

antar dokter dan pasien sudah terjalin dan untuk memberi respon terhadap masalah

atau keluhan pasien bisa melalui saran atau anjuran dokter agar pasien mendapatkan

tindakan medis atau saran lain.

l. Humor. Pengeluaran energi melalui menikmati ketidaksempurnaan (kata-kata nada

canda). Hal tersebut dilakukan agar komunikasi antar pasien dan dokter tidak kaku

dan tegang yang semakin membuat pasien sulit untuk bicara dan mengungkapkan

keluhan atas penyakit yang dirasakannya dan pada akhirnya pasien bisa dengan santai

ketika berkomunikasi dengan dokter.

Page 47: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

46

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar.

2. Potter, Patricia A. Dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawaatan, edisi 7. Trans.

dr. Adrina Ferderika. Jakarta: Salemba Medika.

3. Singgih, Evita E. Dkk. 2012. Buku Ajar II Manusia, Individu, Kelompok, Masyarakat,

dan Kebudayaan. Tidak diterbitkan.

4. Herlina. Komunikasi: Fungsi dan Jenis.

5. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-

TM3_KOMUNIKASI.pdf [Diakses pada 25 Feb. 2013]

6. Peranan dan Fungsi Organisasi.

7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30845/4/Chapter%20II.pdf. (diakses pada

25 Feb. 2013)

8. Dahlman, S.J., Communication Definitions, Models and Terms, Anonymous, 2004.

9. David Foulger, Models of the Communication Process, Brooklyn College/ CUNY, 2004.

10. Taibi Kahler, Process Communication Model, Washington, D.C., 2003.

11. Armstrong,D.Political Anatomy of the Body:Medical Knowleadgein Britainin the

Twentieth Century.Cambridge, Cambridge University Press, 1993

12. The Jakarta Declaration-on Health Promotion into the 21st Century ( Copyright by WHO

),1997

13. http://mercubuana.ac.id/files/99026-2-822368437995.doc [Diakses pada 24 Februari 2013, pukul

19.37 WIB]

14. http://apdesibone.blogspot.com/2011/05/pengertian-dan-jenis-jenis-komunikasi.html [Diakses

pada 24 Februari 2013, pukul 22.00 WIB]

15. http://penakulangkahku.blogspot.com/2012/01/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html [Diakses

pada 25 Februari, pukul 20.00 WIB]

16. Teori komunikasi. SKOM4204/MODUL 6

Page 48: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

47

17. Barriers in Communication. Modul komunikasi kesehatan.

18. US Department of Health and Human Services, Food and Drug Administration 10903 New

Hampshire Ave, Silver Spring, MD . 2011. Communicating Risks and Benefits: An Evidence-

Based User Guide. Halaman: 174. Sumber:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=35&cad=rja&ved=0CEgQ

FjAEOB4&url=http%3A%2F%2Fwww.fda.gov%2Fdownloads%2FAboutFDA%2FReportsManu

alsForms%2FReports%2FUCM268069.pdf&ei=PpcoUYqBLMfLrQeM1YHoBw&usg=AFQjCN

HEfi1nKfwQm9wF36ZyD0OlDOPkIg. [Diakses pada 23 Februari 2013, pukul 18.00 WIB].

19. Center for Communication Programs (CCP) Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health

INDONESIA dan Universitas Muihammadiyah Banda Aceh. 2005. Formative Study: Health

Communication Program Development For Aceh – North Sumatera Relief/Rehabilitation.

Halaman: 10. Sumber:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=58&cad=rja&ved=0CFcQ

FjAHODI&url=http%3A%2F%2Freliefweb.int%2Fsites%2Freliefweb.int%2Ffiles%2Fresources

%2FAB4A90473914D1FD4925706D000448C7-johnhop-idn-28mar.pdf&ei=YJgoUdqNL8j-

rAfzp4HIDw&usg=AFQjCNG89oPZJKrOI6Q3d5heJEqwbsgFXw. [Diakses pada 23 Februari

2013, pukul 18.00 WIB].

20. http://library.binus.ac.id [Diakses pada tanggal 24 Feberuari 2013 pukul 10:52 WIB].

21. Fortinas, K.M. and Worret, P.A.H. (2004). Psychiatic mental health nursing. Third edition. St.

Louis: Mosby.

22. Komunikasi.mediator.fikom.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/.../120/107. [Diakses pada

hari Minggu, 24 Februari 2013]

23. Muchlisin R. Komunikasi. http://www.kajianpustaka.com/2012/10/komunikasi-

terapeutik.html#ixzz2Lv8WLbzR. [Diakses pada hari Senin, 25 Februari 2013]

24. Berkomunikasi Dengan Lansia. http://id.prmob.net/tunarungu/cacat/houston-1704542.html.

[Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.50 WIB.]

25. Kuntjoro, Zainnudin. Jakarta: 2002. Memahami Mitos & Realita Tentang Lansia. <http://www.e-

psikologi.com/epsi/lanjutusia.asp>. Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.44 WIB.]

26. Santoso, Agus dan Novia Budi Lestari. 2008. Peran Serta Keluarga pada Lansia yang Mengalami

Post Power Syndrome.

<https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CIc

BEBYwCA&url=http%3A%2F%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fmedianers%2Farticle

%2Fdownload%2F736%2Fpdf&ei=QTYkUZbEBIbIrQfZ3oDYAg&usg=AFQjCNH4kXqLFu8S

pnyAu68EDG2LdQVM5A&sig2=dtRTEE3dwqxnrytyxQqslg&bvm=bv.42661473,d.bmk>.

[Diakses pada Rabu, 20 Februari 2013, pukul 9.35 WIB.]

27. ―Challenging Consultations Special Problems in Doctor - Patient Communication‖ by Geraldine

Blache and Robert Bor

28. Komunikasi Efektif Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K).

2006. Jakarta : MNH.

29. Uripni C, et al. Komunikasi Kebidanan. 2003. Jakarta : EGC.

30. Nia Fitriasari. ―Konseling‖. [www.akbidypsdmi.net diakses pada 25 Februari 2013 22:00 WIB]

Page 49: Makalah Kelompok Modul Komunikasi Kesehatan

48

31. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka

32. Modul Komunikasi Kesehatan 2013

33. http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vol-1No1-2004_4.pdf ]Diakses pada hari Senin, 25

Februari 2013 pukul 15.30 WIB]