I. PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangTanaman jeruk dikenal dengan nama latinCitrus
sinensisLinn. Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik
di daerah tropis dan subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi
dengan baik didaerah tropis pada ketinggian 900-1200 meter di atas
permukaan laut dan udara senantiasa lembab, serta mempunyai
persyaratan air tertentu (Antarlina, S., 2006). Buah ini juga
mengandung serat makanan yang esensial bagi pertumbuhan dan
perkembangan tubuh normal. Dengan rasanya yang asam-asam manis,
buah jeruk manis dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, baik segar
maupun dibuat sari buah / jus.Nilai serat dalam sebuah jeruk manis
setara dengan 12 persen yang dibutuhkan per hari. Fungsi serat
jelas sangat penting antara lain membantu proses pencernaan. Serat
dalam jeruk manis bisa membantu menurunkan kadar kolesterol dalam
darah dan juga menurunkan resiko penyakit jantung. Kandungan lain
dalam buah ini dapat mempengaruhi aktivitas enzim Glutatione
S-Transferase (GTS), untuk menghambat terjadinya kanker,
bekerjasama dengan senyawa limonoida seperti limonin dan nomilin.
GTS sendiri merupakan enzim utama sistem detoksifikasi yang dapat
menetralkan karsinogen.Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk
segar pada umumnya memiliki sifat mudahrusak karena mengandung
banyak air dan setelah dipanen komoditas ini masih mengalami proses
hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan pematangan. Buah
jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar
kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama.Penanganan
pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan
kehilangan hasil (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi)
yang tinggi. Kehilangan hasil pascapanen buah jeruk dapat
disebabkan oleh cara panen yang tidak tepat, penampakan yang kurang
menarik karena adanya bintik coklat/hitam pada permukaan kulit buah
atau warna kulit buah yang tidak seragam, ukuran dan tingkat
ketuaan yang tidak seragam, teknik pengemasan dan pengangkutan yang
tidak tepat, higiene pegawai dan sanitasi peralatan/perlengkapan
yang kurang.Penanganan pasca panen di tingkat petani maupun di
tingkat pedagang pada umumnya hampir sama, perbedaaanya hanya
terletak pada panenannya saja. Kegiatan pasca panen sangat penting
terutama untuk buah jeruk, karena akan menentukan mutu dan kualitas
jeruk yang dihasilkan. Umumnya kualitas sangat berperan dalam
pemasaran sebab akan memberikan harga yang cukup berarti. Teknologi
pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan jumlah
kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan
dan kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu
produksi. Bentuk kehilangan pasca panen antara lain susut bobot,
kebusukan, penurunan secara fisik dan penurunan daya tarik. Kondisi
ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dalam makalah ini
dibahas karakteristik buah jeruk, teknologi penanganan pascapanen
buah jeruk dari pemanenan sampai pengemasan secara rinci
1.2Tujuan PenulisanAdapun tujuan untuk mengetahui karakteristik
buah jeruk, teknologi penanganan pasca panen buah jeruk dari
pemanenan sampai pengemasan secara rinci
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Teknologi Pasca Panen Jeruk2.1.1 Karakteristik Fisiologi Buah
JerukBuah jeruk segar setelah dipetik masih melangsungkan proses
hidup. Beberapa proses hidup yang penting pada buah jeruk adalah
respirasi, transpirasi, dan proses pematangan buah. Proses (atau
sifat) biokimia tersebut menurunkan mutu kesegaran buah jeruk yang
dapat dilihat dari penampakan, susut bobot dan penurunan nilai
gizinya.Respirasi adalah proses pengambilan oksigen dari udara dan
pelepasan karbondioksidake udara. Oksigen digunakan untuk memecah
karbohidrat dalam buah dan sayur menjadi karbondioksida dan air.
Proses ini juga menghasilkan energi panas, sehingga buah dan
sayurharus segera diberi perlakuan pendinginan agar tidak cepat
layu dan busuk. Jeruk tergolong buah yang laju respirasinya rendah,
yaitu 5 10 mg CO2/kg-jam pada kisaran suhu 5oC (Santoso dan
Purwoko, 1995).Transpirasi atau penguapan air dapat terjadi karena
perbedaan tekanan uap air di dalambagian tanaman dengan tekanan uap
air di udara. Proses transpirasi akan menyebabkan susutbobot pada
buah dan sayur yang disimpan. Untuk melindungi dari transpirasi
buah dan sayurharus disimpan dalam ruangan dengan kelembaban udara
(Relatif Humidity/RH) yang tepat.Jeruk termasuk buah
non-klimakterik. Buah non-klimakterik tidak menunjukkan perubahan
(peningkatan) laju produksi etilen dan CO2 setelah dipanen, artinya
buah jeruk harus dipanen setelah masak dipohon karena tidak
mengalami pemeraman. Produksi etilen buah jeruk sangat rendah,
yaitu kurang dari 0.1 L/kg-jam pada suhu 20 oC (Cantwell,
2001)..Buah jeruk matang memiliki kadar air 77- 92%, pada masa
kekeringan air dari buahditarik ke daun. Kadar gula bagian yang
dapat dimakan bervariasi dari 2-15%, biasanya sekitar12% pada jeruk
manis matang. Kadar proteinnya kurang dari 2% dari bagian yang
dapat dimakan.Buah jeruk manis mengandung 1-2% asam sitrat dan
mungkin mengandung asam tartarat, malat dan oksalat dalam jumlah
kecil. Kadar vitamin C-nya sekitar 50 mg per 100 ml jus jeruk.
Vitamin A juga ada dalam jeruk. Ikatan glukosida utama pada
sebagian besar buah jeruk adalah hesperidin, tetapi di dalam grape
fruit dan pummelo adalah naringin. Kulit jeruk banyak berisi pektin
(Verheij dan Coronel. 1992).Tanaman jeruk manis dapat mencapai
ketinggian 3-10 m. Tangkai daun 0.5-3.5 cm. Daun berbentuk elips
atau bulat telur memanjang. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat
rata dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0.3 0.5 cm),
daging buah kuning, jingga atau kemerah-merahan. Daging buah
terbagi-bagi atas 8-13 segmen yang mengelilingi sumbu buah. Biji
jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau putih keabuan
Jeruk dikenal sebagai buah dengan rasa segar dan bergizi. Selain
kaya vitamin dan mineral.Kandungan senyawa dalam jeruk manis yang
kaya vitamin C, potassium, dan folid acid, dapat berfungsi untuk
menghambat sel-sel kanker. Selain kaya serat, buah berwarna kuning
ini juga mengandung hesperidin yang mampu menurunkan resiko
penyakit jantung, mencegah kolesterol, serta menurunkan tekanan
darah. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gram
karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting
sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak.Karakteristik
batang buah dapat mempengaruhi penampilan batang atas. Batang bawah
menyebabkan perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon,
kandungan hara daun dan kualitas buah (lingkar buah, bobot buah,
ketebalan kulit buah, kadar juice, kandungan padatan terlarut, dan
kadar asam total) pada batang atas.a.Mutu fisikPenentuan mutu suatu
bahan tidak hanya meliputi nilai gizinya saja, akan tetapi sifat
fisik yang dapat terlihat oleh inderapun sangat menentukan
penerimaan dari konsumen. Beberapa karakteristik fisik buah jeruk
seperti berat, ukuran buah (tinggi dan diameter), nisbah buah
(T/D), berat daging buah dan densitas buah dapat dilihat pada Tabel
1.Tabel 1. Karakteristik Fisik Buah JerukKelasBerat buah(gr)Tinggi
buah(cm)Diameter buah (cm)Nisbah (T/D)Berat daging (gr)Densitas
buah (ml/gr)
B135.5854.8061.200.90105.320.97
C98.8646.6053.020.8892.351.02
D54.6442.0047.050.9049.000.98
Ukuran buah yang besar tercermin dari berat, tinggi, diameter,
lingkar dan volume buah yang mempunyai nilai tertinggi. Nisbah T/D
dapat menunjukkan bentuk buah, apabila nisbah T/D mempunyai nilai
satu artinya bentuk buah tersebut bulat. Nilai T/D lebih besar satu
bentuk buah oval sedangkan bila nilai T/D kecil dari satu berarti
bentuk buah pipih. Berat daging buah akan digambarkan dari ukuran
buah diatas, semakin besar ukuran buah berbanding lurus dengan
berat daging buah. Densitas menunjukkan tingkat kemasakan buah.
Makin masak buah (Haryanto dan Royaningsih, 2003 dalam Antarlina et
al., 2006b).
b.Mutu kimiaKelasKadar air(%)Kadar Sari Buah (%)TPT(%)Kadar
Vitamin C (mg/100 g)
A87.6844.029.1225.16
B88.1442.649.4024.28
C87.6442.829.2925.32
Rata-rata kadar air buah jeruk >87% sedangkan kadar sari
bervariasi dari 42-62% dan rata-ratanya 42.82%. Hal ini tergantung
dari tingkat kematangan dan juga faktor lain seperti ketersediaan
unsur hara serta air. Besar kecilnya kadar gula (TPT) tergantung
dari perlakuan kondisi tanah dan jumlah unsur hara mikro seperti Ca
dan Mg (Yuniarti etal., 1991 dalam Antarlina dan Noor, 2006a).
2.1.2Teknologi Pasca Panen Buah JerukPenanganan pasca panen di
tingkat petani maupun di tingkat pedagang pada umumnya hampir sama,
perbedaaanya hanya terletak pada panenannya saja. Kegiatan pasca
panen sangat penting terutama untuk buah jeruk, karena akan
menentukan mutu dan kualitas jeruk yang dihasilkan. Umumnya
kualitas sangat berperan dalam pemasaran sebab akan memberikan
harga yang cukup berarti.Teknologi pasca panen selain menentukan
mutu juga akan menentukan jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca
panen selalau terjadi kehilangan dan kerusakan hasil, sehingga
dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk kehilangan pasca
panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara fisik
dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian
yang sangat besar (Wahyunindiyawati, S.R., 1991).Cara penanganan
pasca panen antara lain:a.PemanenanPetani mulai memanen buah jeruk
apabila warna buah mulai menguning dengan frekuensi panen hingga 5
kali panen per musim pada luasan satu hektar atau lebih. Selain itu
ciri panen jeruk bila kulit buah sudah tidak keras serta tidak
berbau asam dan terlihat berminyak (mengkilap). Tingkat ketuaan
tersebut sesuai dengan keinginan sebagian konsumen karena rasanya
sudah lebih enak (manis yang mengandung asam) dan ketahanan
simpannya akan lebih lama.Petunjuk atau tanda kemasakan berbagai
varietas jeruk berbeda - beda. Jeruk siam dapatdipanen pada umur 6
- 8 bulan setelah bunganya mekar. Waktu panen juga dapat dilihat
dari ciricirifisik buahnya, diantaranya adalah : kulit buahnya
kekuning-kuningan, buahnya tidak terlalukeras jika dipegang, dan
bagian bawah buahnya agak empuk dan bila dijentik dengan jari,
bunyinya tidak nyaring lagi (Tim Penulis PS, 2003).Proses
kematangan buah jeruk ditandai oleh perubahan warna kulit, rasa
menjadi lebihmanis, rasa asam/hambar berkurang, dan kadar jusnya
meningkat maksimum kemudian menurun lagi. Jeruk yang matang dapat
ditandai oleh kadar jus dan rasio total padatan terlarut/TPT (dalam
oBrix) dengan persentase asam sitrat bebas air dalam jus (Verheij
dan Coronel, 1992). Buah jeruk siap dipanen bila kandungan jusnya
33 40%, dan nilai TPT nya 10 - 12 oBrix (Anonim, 2004).Mutu jeruk
yang baik diperoleh apabila buah tersebut dipanen pada tingkat
ketuaan yang tepat. Bila dipanen terlalu awal mutunya akan rendah
meskipun warna hijau akan bertahan lebih lama, sedangkan bila jeruk
dipanen pada tingkat umur lewat matang, maka buah akan mengapas
(kapau) dan kandungan sari jeruk semakin rendah, akibatnya nilai
jual akan rendah, disamping kenampakan fisik menjadi kurang baik
dan rasanya menjadi hambar (Yuniarti, et al., 1991).Buah jeruk
mudah menjadi rusak dalam penanganan bila dipetik dalam keadaan
basah.Kulitnya dapat membengkak sewaktu basah dan mudah menjadi
memar atau tergores, lonyohkarena sinar matahari, dan menunjukkan
sel-sel berminyak (ocellosis) (Thompson et al., 1986).Waktu
pemetikan buah hendaknya dilakukan pada saat matahari sudah
bersinar dan tidak ada lagi sisa embun, sekitar jam 9 pagi sampai
sore (Tim Penulis PS, 2003). Pemanenan dapat dilakukan dengan
memetik atau menggunting buah dari pohon. Pemetikan buah dengan
tangan dilakukan dengan cara memegang buah kemudian diputar sedikit
dan ditarik ke bawah hingga lepas dari tangkainya. Jika kurang
hati-hati, cara ini dapatmenimbulkan cacat pada kulit buah di dekat
tangkai (Tim Penulis PS, 2003). Untuk mendapatkan mutu buah yang
baik, sebaiknya pemanenan dilakukan dengangunting pangkas/panen.
Gagang buah dipotong sependek mungkin tanpa melukai buahnyasendiri.
Gagang yang melekat pada buah dapat merupakan sumber kerusakan
mekanik selamapengemasan dan pengangkutan. Untuk cabang yang
tinggi, sebaiknya menggunakan tangga sebab pemetikan buah dengan
memanjat pohon dapat menimbulkan kerugian yaitu pohon rusak,
dikotori tanah dan mungkin organisme penyakit Diplodia/Phytoptora
terbawa dari tanah (Tim Penulis PS, 2003).Tangkai buah yang terlalu
panjang akan melukai buah jerukyang lain sehingga harus di potong
di sisakan sekitar 2 mm daribuahPanen buah di pohon yang tinggi
harus menggunakan tangga,agar cabang dan ranting tidak rusakJangan
memanen buah dengan cara memanjat pohon, karenakaki kotor dapat
menyebarkan penyakit pada pohon. Pemanenan buah dilengkapi dengan
keranjang yang dilapisi karung plastik atau kantong yang dapat
digantungkan padaleher wadah penampung buah terbuat dari bahan yang
lunak, bersih, danbuah diletakkansecara perlahan.Krat walaubiaya
awalnyamahal, bisa ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai
berulang-ulang dan mudah dibersihkan.
b.Pencucian Pencucian diperlukan untuk menghilangkan kontaminasi
residu fungisida yg disemprotkan, spora jamur dan tanah/kotoran.
Klorin membunuh organisme penyebab penyakit dalam suspensi air,
tetapi tidak sampai menembus jaringan buah atau mengontrol penyakit
yang disebabkan infeksi. Pencucian tidak dapat menggantikan fungsi
fungisida pascapanen, akan tetapi sama-sama digunakan untuk
memperbaiki sanitasi peralatan dan wadah pencucian. Klorin
merupakan salah satu sanitiser yang efektif dan relatih murah,
tetapi memiliki beberapa keterbatasan (SARDI, 2004).c.Sortasi dan
Pemutuan Sortasi atau seleksi merupakan salah satu rangkaian dari
kegiatan setelah panen yangumumnya dikerjakan di bangsal pengemasan
ataudi kebun dengan tujuan memisahkan
buahyanglayakdantidaklayakuntukdipasarkan(busuk,terserang penyakit,
cacat, terlalu muda/tua dan lain-lain).Sortasi diperlukan untuk
memisahkan buah yang cacat dan rusak, dan untuk mengkelaskan buah
berdasarkan permintaan/spesifikasi pasar. Sortasi dapat dilakukan
secara manual dengan tangan atau dengan peralatan sortasi
elektronik. Peralatan sortasi elektronik perlu digunakan di awal
jalur pengemasan untuk memisahkan buah yang tidak layak kemas dari
perlakuan fungisida dan pelapisan lilin. Hal ini dapat mengurangi
ukuran dan biaya dari penggunaan mesin pengemas.Para petani
biasanya mengkelaskan buah jeruk dengan tangan (manual), antara
jari tengah dan ibu jari. Pengkelasan dilakuan bersamaan dengan
sortasi jenis kemasakan, gejala nekrosa pada buah, warna-warna
tidak normal, dan kriteria lain yang berhubungan dengan selera
konsumen. Pengkelasan untuk jeruk siam didasarkan atas kelas A, B,
C dan D. Kelas A berdiameter buah rata-rata 7.6 cm, sekitar 6 buah
per kg. Kelas B berdiameter buah rata-rata 6.7 cm, sekitar 8 buah
per kg. Kelas C berdiameter buah rata-rata 5.9 cm, sekitar 10 buah
per kg. Kelas D berdiameter buah rata-rata 5.8 cm, sekitar 12-14
buah per kg (Tim Penulis PS, 2003).
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian
untuk mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat,
warna, bentuk, tekstur, dan kebebasan buah dari kotoran atau bahan
asing. Sehubumgan dengan standarisasi buah tersebut, Standar
Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam 4 kelas
berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 3).Tabel 3. Kriteria
Jeruk Keprok, termasuk Jeruk Siam (SNI 01-3165-1992)KelasBobot
(gr)Diameter (cm)
A 151 71
B101 15061 -70
C51 10051 -60
D 5040 50
d.Pelilinan atau WaxingTujuan pelapisan lilin pada buah jeruk
adalah membuat kulit buah tampak bersinar dan mampu bertahan selama
proses pemasaran, serta mengurangi susut bobot buah yang terjadi
selama penyimpanan. Buah jeruk dibersihkan atau dicuci untuk
menghilangkan kontaminan pada permukaan buah. Namun hal itu dapat
mengganggu lapisan alami lilin, mengakibatkanPeningkatan kehilangan
uap air. Pada kondisi komersial pelapisan lilin mampu mengurangi
susut berat minimal 30%, namun pada kondisi percobaan yang memadai
pengurangan susut bobot 50% dapat dicapai (SARDI, 2004).Pelapisan
lilin terhadap buah-buahan dapat mengurangi respirasi dan
transpirasi, sehingga proses biologis penurunan kandungan gula dan
unsur organik buah jeruk dapat diperlambat dan umur simpan buah
jeruk dapat lebih lama. Pelapisan lilin dapat dilakukan dengan
pembusaan, penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan.Pelapisan
lilin pada buah-buahan sebenarnyaadalah menggantikan dan menambah
lapisan lilin alami yang terdapat pada buah yang sebagianbesar
hilang selama penanganan karena lapisanlilin yang menutupi
pori-pori buah dapatmenekanrespirasi dan transpirasi sehingga daya
simpanbuah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik. Terdapat
beberapa jenis lilin yang biasa digunakan dalam pelapisan lilin.
Carnauba memiliki sinar yang rendah, harga lilin murah. Lilin
berbahan dasar shellac memiliki sinar terbaik, namun harganya
paling mahal. Lilin berbahan dasar shellac disarankan untuk
digunakan pada buah yang diekspor ke Jepang. Lilin berbahan dasar
polyethylen harganya murah namun menyediakan kontrol yang efektif
terhadap susut berat dan sinar. Lilin berbahan dasar resin dapat
melukai kulit buah jeruk, namun dapat merefleksikan sinar yang
bagus (SARDI, 2004).Berikut adalah spesifikasi dalam memilih lilin
: sinar mampu bertahan lama (durability), tidak mudah memutih atau
menjadi seperti kapur, mengurangi susut berat dari 30% sampai 50%,
tidak menyebabkan perubahan flavor, cepat kering, mudah
dibersihkan, dibentuk dari bahan yang aman dikonsumsi (food grade
materials) dan harga yang kompetitif (SARDI, 2004). Dengan
pelapisan lilin (emulsi lilin 6%), umur simpan jeruk dalam suhu
kamar dapat diperpanjang sekitar 100%, yaitu dengan susut berat
maksimum 10% selama 18 hari. Kontrol (tanpa pelapisan lilin) hanya
bertahan 9 hari dengan susut berat 10%. Emulsi lilin yang dipakai
terdiri dari lilin lebah, parafin, lechitin, air biasa dan larutan
fungisida Benomyl 200 ppm (Tirtosoekotjo, 1990). Emulsi lilin juga
bisa dibuat dari lilin, asam oleat dan trietanol amin.Syarat
komoditi yang dilapisi adalah segar (baru dipanen) dan bersih,
sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup. Lilin
yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan
konsentrasi 4 12%.Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air
sadah karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat
merusak emulsi lilin. Aplkasinya dapat dilakukan dengan,
penyemprotan, pencelupan, atau pengolesan.
e.Penguningan (Degreening)Penguningan dilakukan untuk membuat
warna kuning kulit buah jeruk lebih merata danseragam. Penguningan
merupakan proses perombakan pigmen hijau (klorofil) pada kulit
jeruksecara kimiawi dan sekaligus membentuk warna kuning jingga
(karotenoid) pada kulit jeruk. Penguningan biasanya menggunakan zat
perangsang metabolik berupa gas alifatis tidak jenuh yang disebut
etilen. Etilen sulit diperoleh (harus diimpor) di Indonesia,
sebagai penggantidapat digunakan asetilen (karbid) dan ethrel (asam
2 kloroetilfosfonat).Ritenour et al. (2004) merekomendasi beberapa
kondisi dalam penguningan (denganetlilen) , yaitu : suhu,
konsentrasi etilen, kelembaban relatif, ventilasi dan sirkulasi
udara. Suhu82-83oF (28-29oC) adalah suhu optimum dalam penguningan.
Suhu diatas atau dibawah suhutersebut cenderung memperlambat proses
penguningan. Konsentrasi 5 ppm etilen cukup untukmencapai laju
penguningan yang maksimal. Kelembaban relatif 90-95%
direkomendasikan untuk penguningan dan dapat dijaga dengan steam
atau pneumatic atomizing nozzles yang mencampur air dengan
udara.Prinsip proses penguningan jeruk dengan asetilen sama dengan
etilen karena bentuknyasama, yaitu gas. Hasil penguningan terbaik
diperoleh dari penggunaan 2000 ppm asetilen ke jeruk valensia
selama 11 jam pemeraman pada kondisi ruangan yang bersuhu 29-32oC
dengankelembaban relatif 80-90% selama 7,4 hari. Penampakan jeruk
berubah secara drastis dari warna kulit hijau menjadi kuning (Broto
et al., 1990).Proses penguningan dengan ethrel sangat sederhana.
Buah jeruk dibersihkan dengan kain lap basah, dianginkan, kemudian
dicelupkan dalam larutan ethrel dengan konsentrasi dan selama waktu
tertentu. Penggunaan 1000 ppm ethrel 40 PGR (dengan waktu
pencelupan 30 detik) merupakan dosis optimal yang efektif mengubah
warna kulit buah jeruk siem Madu Berastagi menjadi berwarna kuning
merata setelah 7 hari penyimpanan pada suhu kamar (Napitupulu et
al., 1990).
f.PenyimpananSecara umum suhu penyimpanan yang baik untuk
buah-buahan adalah 15-25oC dengankelembaban relatif 85-95%. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan aroma dan rasa selama penyimpanan.
Pada penyimpanan buah segar kelembaban relatif tidak boleh lebih
rendah dari80%, karena akan menyebabkan kulit buah
mengkerut.Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjangkegunaan,
menampung hasil panen yang melimpah,menyediakan buah jeruk
sepanjang tahun, membantupengaturan pemasaran,
meningkatkankeuntunganfinancial,mempertahankan kualitas jeruk yang
disimpan. Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangiaktivitas
respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan,
kerusakan karenaaktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).Di
negara maju, jeruk biasanya disimpan dalam ruangan yang kondisi
udaranya dimodifikasi (sistem atmosfer termodifikasi), yaitu kadar
O2 dalam ruangan harus kurang dari21% dan CO2 lebih dari 0.03%.
Sistem ini didesain agar laju respirasi aerobik buah dapat
diperlambat akan tetapi tidak sampai terjadi respirasi anaerobik
(fermentasi). Buah jeruk keprok garut yang disimpan pada suhu 15oC
dalam atmosfer termodifikasi dengan kadar O2 15% dan CO2 4% tahan
disimpan selama 31 hari (Soedibyo, 1991d).Pendinginan pendahuluan
(precooling) dibawah suhu 10oC direkomendasikan untuk memastikan
jeruk cukup dingin sebelum dimasukkan dalam kontainer pendingin.
Unit pendingin dalam kontainer tidak didesain untuk pendinginan
pendahuluan dan pendinginan yang lambat pada buah yang panas
mengakibatkan dehidrasi dan perkembangan cacat kulit. Pembungkusan
dengan plastik dapat memperlama umur simpan jeruk dengan mengurangi
susut bobot akibat proses metabolik. Buah yang dibungkus plastik
harus diberi perlakuan fungisida sehingga jamur tidak akan
berkembang. Plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan Low
Density Polyethylen (LDPE) telah digunakan secara komersial di
Australia untuk membungkus buah jeruk (SARDI, 2004).Plastic carton
liners telah digunakan untuk menjaga kesegaran jeruk. Namun
beresikotinggi terhadap kontaminasi dari jamur, terutama busuk
asam, jika fungisida yang diberikan tidak efektif benar.
g.Pengemasan, Labeling, dan PengangkutanPengemasan buah
bertujuan melindungi buah dari luka, memudahkan pengelolaan
(penyimpanann,pengangkutan, distribusi), mempertahankan
mutu,mempermudah perlakuan khusus, dan memberikan estetika yang
menarik konsumen. Pemberi tanda atau label diantaranya, yaitu nama
barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk, kualitas,
tanda merek dagang, daerah/negara asal.Buah jeruk segar mudah rusak
setelah dipanen, ditambah lagi dengan adanya luka danmemar setelah
mengalami pengangkutan dari kebun ke tempat pengumpul dan ke pasar
denganalat angkut mobil atau kereta api. Bahan pelindung kulit
alami seperti lapisan lilin akan hilangkarena kulit buah
terkelupas, akhirnya timbul stres, terjadi susut bobot, kematangan
buah dipercepat diikuti dengan pembusukan. Pengangkutan buah jeruk
di Indonesia biasanya dengan mobil, kereta api atau kapal laut.
Pengangkutan dengan pesawat terbang relatif jarang, kecuali untuk
diekspor ke luar negeri. Dalam pengangkutan, buah jeruk biasanya
dikemas dalam kemasan kayu (wood pallet boxes) dengan alas bisa
berupa kertas atau daun-daunan.Dalam pengangkutan jeruk mengalami
goncangan yang dapat disimulasikan di laboratorium menggunakan alat
vibrator. Ternyata goncangan menyebabkan susut bobot padajeruk
valensia. Makin lama goncangan yang diterima, makin besar susut
bobot jeruk yang terjadi. Goncangan horizontal menimbulkan susut
bobot maupun kerusakan mekanis yang lebih besar daripada goncangan
vertikal. Dari hasil ini dapat diperkirakan bahwa kemasan jeruk
valensia dalam peti kayu kapasitas 30-35 kg, 24-27 kg dan 15-18 kg
yang diangkut dengan kereta api akan mengalami susut bobot dan
kerusakan mekanis lebih besar daripada kemasan jeruk yang sama yang
diangkut dengan mobil pada jarak dan waktu yang sama
(Tirtosoekotjo, 1990).
2.1.3Kerusakan Fisiologi Buah Jeruka.Perubahan Vitamin C dalam
BuahBuah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak
dan semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C nya.
Vitamin C juga disebut asam askorbat dapat disintesis dari
D-glukosa atau D-galaktosa merupakan gula heksosa (Winarno dan
Aman, 1981).Pada umumnya semakin banyak mendapat sinar matahari
pada waktu tanaman tumbuh, semakin banyak pula kandungan asam
askorbat (Apandi, 1984). Hal ini disebabkan semakin banyak mendapat
cahaya, setiap proses fotosintesis akan semakin giat dan gula
heksosa akan semakin banyak terbentuk. Kandungan asam askorbat akan
mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada
suhupenyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah
penyimpanan kira-kira 1/2 sampai 2/3 pada waktu panen (Pantastico,
1986).Kerusakan mekanis juga dapat menyebabkan berkurangnya asam
askorbat, karena asam askorbat sangat peka terhadap adanya oksidasi
terutama oleh karena adanya enzim asam askorbat oksidase yang
terdapat dalam jaringan tanaman (Apandi, 1984). Enzim lain yang
dapat merusak asam askorbat secara tidak langsung adalah fenolase,
sitokhrom oksidase dan peroksidase. Asam askorbat sangat mudah
teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai
keaktifan sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia
sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi
asam L-diketogulat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi
(Winarno dan Aman, 1981).
2.2Teknologi Pasca Panen Mangga2.2.1Pemanenan Buah
ManggaPemanenan yang benar serta tingkat kematangan yang sesuai
akan mempengaruhi kualitas mangga. Buah mangga dipanen dengan
tingkat ketuaan 85% yaitu berumur 110 120 hari semenjak bunga mekar
dengan warna hijau dengan pangkal kemerahan. Buah mangga dipanen
dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm. Hal ini dikarenakan
dengan menyisakan tangkai tidak akan terjadi penyebaran getah.
Getah ini diperkirakan akan mempercepat kerusakan buah dan
mendorong terjadinya stem end rot dan akan mengotori permukaan buah
sehingga buah tetap terlihat bersih. Dalam tahap pemanenan buah
tidak bolehdilempar untuk mengurangi kerusakan akibat memar. Waktu
panen dan cara petik yang tepat dapat menekan kerusakan dan
meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran eskspor. Waktu petik
yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada pukul 07.00 -
08.00 wib, tetapi pada beberapa daerah tertentu, waktu petik lebih
disesuaikan pada budaya serta kebiasaan daerah setempat. Setelah
pemetikan buah jangan langsung terkena sinar matahari karena akan
mempercepat kerusakan buah (Firdaus dan Wagiono, 2008). Dari gambar
1 terlihat bahwa buah yang dipanen dengan menyisakan tangkai
menunjukkan getah yang bersih dan tidak mengotori permukaan buah
berbeda dengan buah yang dipanen tanpa menyisakan tangkai. Tanda
buah sudah siap dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang
sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah
menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah
menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih
keras.2.2.2Penanganan Pasca Panen Manggaa.Membersihkan buahApabila
saat panen digunakan gunting untuk memanen buah, setidaknya 10 cm
dari tangkai harus dipertahankan. Dengan demikian getah yang sangat
lekat dan mudah mengalir pada buah mangga yang baru dipetik, tidak
akan mengotori buah. Buah mangga, khususnya varietas berwarna hijau
di Indonesia, banyak sekali mengalirkan lateks atau getah dari
tangkai yang baru saja dipotong. Getah ini harus dibersihkan dari
buah dengan mencuci buah dengan larutan 100 ppm natrium hipokhlorit
secepatnya setelah buah dipetik, untuk mencegah getah membakar
kulit buah yang selanjutnya dapat menyebabkan buah membusuk. Untuk
mengendalikan Antraknosis buah direndam dalam air hangat bersuhu
520 C selama 1 - 3 menit. Kendala yang dihadapi pada metode ini
ialah bahwa sulit sekali untuk mempertahankan suhu yang diperlukan
dengan peralatan yang tersedia di daerah pedesaan. Lagi pula metode
ini mahal dan buah akan banyak bertambah ringan, kehilangan lapisan
lilinnya dan lebih cepat membusuk sebagai akibat dari penerapan
metode tersebut.
b.Sortasi dan GradingSetelah pemanenan, dilakukan sortasi dan
grading. Perlakuan ini dilakukan untuk memperoleh buah dengan
ukuran, tingkat kematangan dan kualitas yang seragam. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak
dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan
kematangannya sedangkan grading dilakukan untuk memperoleh buah
yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau sangat kecil)
(Setyabudi et al., 2007).Sortasi dan grading mangga gedong
dilakukan dengan kriteria ukuran yang seragam dilakukan dengan
pemilahan buah berdasarkan ukuran, tidak cacat, utuh, tidak duduk,
tidak bernoda hitam, tidak berlubang dan tidak tergores. Sortasi
dan pengkelasan dilakukan secara manual dengan cara memisahkan buah
berukuran kecil 200g, sedang 200-400 g dan besar 400g. Kegiatan ini
penting dilakukan agar buah yang dipasarkan terjaga mutunya, karena
buah yang rusak akan mempercepat dan mempengaruhi kerusakan buah
yang lain yang ada dalam satu kemasan. Pada buah mangga gedong,
kriteria yang juga sangat penting dalam sortasi adalah buah tidak
duduk (bentuk buah datar di ujung).
c.PelilinanDalam penanganan pascapanen mangga, pelapisan lilin
atau waxing dapat menekan laju respirasi sehingga perlakuan ini
merupakan salah satu alternative untuk memperpanjang masa simpan
buah-buahan. Pelilinan akan menghambat proses respirasi sehingga
perubahan kimiawi yang terjadi pada mangga relative terhambat.
Dengan terjadinya penghambatan respirasi akan menunda kematangan
buah. Pelilinan 6% yang diikuti dengan penggunaan benomyl 1000 ppm
dan glossy agent dengan konsentrasi 0,125% dapat mempertahankan
kesegaran buah hingga mencapai minggu ke 4 dibandingkan dengan buah
tanpa pelilinan. Hal ini menunjukkan bahwa pelilinan mampu
membentuk lapisan pada seluruh permukaan mangga dan menutupi
pori-pori secara merata namun tidak mengganggu aktivitas fisiologis
yang masih berlangsung. Proses ini yang diduga sebagai proses
penghambatan sehingga buah lebih tahan lama dibandingkan dengan
tanpa adanya pelilinan.Perlakuan pelilinan buah dilakukan dengan
cara pencelupan atau penyemprotan menggunakan emulsi lilin selama
10 - 30 detik. Kemudian dilakukan penirisan dengan membiarkan
kering angin atau menggunakan kipas angin guna mempercepat proses
pengeringan. Mangga yang diberi perlakuan pelilinan memiliki
penampakan yang lebih bagus dibandingkan dengan tanpa pelilinan. Di
tingkat kelompok tani, perlakuan pelilinan jarang
dilakukan.Pelilinan merupakan salah satu perlakuan yang
direkomendasikan. Selain dapat menjaga dari kerusakan juga dapat
memperbaiki penampilan buah. Seperti juga penelitian yang dilakukan
oleh Prusky et al (1999) yang melakukan pelilinan pada buah mangga
dapat menurunkan serangan antracnose dan buah memiliki penampakan
yang lebih baik secara fisik dan kimia dengan kerusakan
minimal.
d.PengemasanPengemasan harus mampu melindungi mangga dari
kerusakan yang terjadi selama distribusi dan pemasaran. Fungsi lain
pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam
waktu yang lama, termasuk dalam kondisi kelembaban nisbi yang
mendekati jenuh atau setelah terguyur air. Pengemasan merupakan
bagian dari kegiatan pascapanen sebelum dilakukan transportasi atau
penyimpanan. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah
atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya
dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran) (Broto, W., 2003). Untuk pemasaran
ekspor, sebelum dimasukkan ke dalam karton, mangga diberi pelapis
net foam. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan fisik akibat
benturan selama dalam transportasi. Setelah dilakukan pengemasan
dengan net foam, baru kemudian dimasukkan ke dalam karton yang
dibagian dalam diberi pelapis lilin. Ukurankarton yang digunakan
adalah 40x30x10 cm dengan isi tiap karton 2 kg (Gambar 3)
Gambar 2 (A) Buah yang Dipanen Tanpa Tangkai, (B) dengan
Tangkai
Gambar 3 (A) Tanpa Pelilinan (B) dengan Pelilinan
Gambar 4 Pengemasan Buah Mangga untuk Tujuan Ekspor
e.Adaptasi suhuBuah sebelum disimpan perlu dilakukan adaptasi
suhu. Adaptasi suhu diperlukan untuk mencegah terjadinya chilling
injury. Adaptasi suhu dilakukan pada suhu 15C selama 24 jam. Hal
ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menggunakan suhu
adaptasi pada 15C yang dapat mempertahankan kesegaran buah selama 4
minggu (Lam and Ng, 1984). Setelah buah dikemas kemudian dilakukan
adaptasi pada cold room. Setelah tercapai suhu yang diinginkan,
buah dipindahkan ke ruang berpendingin dengan suhu 10C untuk
penyimpanan.
f. PenyimpananPenyimpanan buah mangga dilakukan dalam suhu
dingin. Penyimpanan dingin buah klimakterik selain mengakibatkan
tertundanya kematangan buahjuga berpengaruh pada respon jaringan
terhadap etilen. Hal ini berarti, buah memerlukan waktu kontak
lebih lama dengan dosis etilen tertentu untuk mengawali
kematangannya pada suhu rendah (Broto, W, 2003). Penyimpanan dingin
bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya
kematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak
diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam
jangka waktu yang lama. Perlu diperhatikan bahwa buah mangga dapat
rusak karena suhu rendah/dingin (kerusakaan faali bila disimpan
pada suhu rendah tetapi di atas titik beku air). Kerusakan oleh
suhu rendah ini antara lain terlihat sebagai berubahnya warna kulit
menjadi abu-abu, terbentuknya lobang-lobang pada kulit dan buah
tidak merata menjadi masak (warna buah jelek dan juga rasanya pun
tidak enak). Guna mencegah kerusakan oleh suhu rendah, sebaiknya
buahmangga disimpan pada duhu 10 - 150C. Kisaran ini disebabkan
oleh varietas, tingkat masak buah, lokasi, pengaruh musim pada
buah, dan sebagainya.Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan
hingga 2 3 minggu bila disimpan pada kondisi suhu 13OC dan
kelembaban 85 90 persen, namun demikian beberapa varietas masih
dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah yaitu 10OC di bawah suhu
tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi penyimpanan mangga.
Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendali nampaknya
tidak memberikan banyak keuntungan dalam perpanjangan masasimpan.
Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah mangga yang aman
adalah bersuhu 13oC dengan kadar CO2 5% dan kadar O2 5%.
Tabel 1 Sifat Fisik Kimia Buah Setelah Disimpan selama 3
Minggu
g. PengangkutanDilihat dari sudut teknis mapun ekonomis,
pengangkutan merupakan faktor penting pada penanganan dan pemasaran
buah mangga karena buah mangga cepat membusuk bila tidak disimpan
pada suhu dingin, sangat penting untuk secepat mungkin
mengangkutnya ke lokasi pemasaran. Pada pengangkutan buah mangga
untuk tujuan ekspor maupun domestik harus menggunakan mobil yang
dilengkapi ruang pendingin. Hal ini untuk menjaga rantai dingin
selama transportasi. Rantai dingin diperlukan untuk membatasi
pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abormal atau
perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan
mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen. Suhu yang tepat
untuk pengangkutan mangga adalah 10C.
2.3Teknologi Pasca Panen Kentang2.3.1PanenPanen adalah proses
pengambilan umbi kentang yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus)
untuk digali (masak panen optimal). Tujuannya adalah menggali dan
mengambil umbi dari dalam tanah. Saat panen umbi kentang yang
tepat, tergantung dari varietas kentang yang ditanam karena setiap
varietas kentang mempunyai umur panen berbeda-beda. Untuk varietas
Cipanas misalnya, umbi bisa dipanen setelah berumur 95 -105 hari,
Varietas Cosima 100 - 110 hari, varietas Segunung 100 hari,
varietas Granola sekitar 100 - 115 hari dan varietas Merbabu-17
baru bisa dipanen setelah tanaman berumur 90 -100 hari.Sebagai
tanda bahwa kentang sudah dapat dipanen sebenarnya cukup mudah.
Lihat saja daunnya. Jika daun kentang yang tadinya berwarna hijau
segar kemudian berubah menjadi kekuningan, tetapi warna kekuningan
ini bukan karena penyakit dan kulit umbinya tidak mudah lecet atau
terkelupas, umbi kentang tersebut sudah siap dipanen. Sebelum umbi
dipanen, pangkas bagian tanaman yang ada di permukaan tanah.
Setelah itu, bongkar umbi kentang secara hati-hati, terutama
sewaktu membongkar guludan. Waktu panennya jangan dilakukan pada
saat turun hujan atau menjelang hujan, tetapi dilakukan pada saat
cuaca cerah.Cara panennya, bongkar guludan dengan mencangkul tanah
di sekitar umbi yang dilakukan secara hati-hati, jangan sampai
melukai umbi yang dipanen, lalu mengangkatnya sehingga umbi kentang
keluar dari dalam tanah. Umbi yang baru dipanen itu ditaruh di
permukaan tanah agar terjemur sinar matahari. Umbi yang sudah
dipanen itu selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan sortasi
(pemilihan) awal sesuai kualitasnya. Masukan umbi yang sudah
dipilih ke dalam keranjang/waring, kemudian dibawa ke tempat
pengumpulan hasil panen kentang untuk penanganan lebih lanjut
(pasca panen).
2.3.2Pasca Panena.PembersihanPembersihan adalah proses
menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi. Tujuannya untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel pada umbi supaya umbi
terlihat menarik. Selama pembersihan, usahakan umbi kentang bebas
dari segala kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa
tanaman atau akar tanaman dengan cara dipangkas, setelah itu dicuci
dengan air bersih secara hati-hati. Untuk mencucinya dapat
dilakukan dengan cara memasukkan umbi ke dalam bak air atau
disemprot dengan air bersih.Umbi-umbi yang sudah dibersihkan
tersebut ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk
dikeringanginkan. Dalam pengeringan umbi yang baru dicuci itu
jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari.
b.Sortasi dan GradingAdalah proses pemilihan dan pemisahan umbi
berdasarkan kualitas dan ukuran. Tujuannya untuk memisahkan umbi
yang baik dengan yang jelek untuk memperoleh umbi yang seragam
dalam ukuran dan kualitasnya. Caranya, pilih umbi yang sudah
dibersihkan itu antara umbi yang baik dan umbi yang jelek
berdasarkan: (1) Ada tidak cacatnya pada umbi; (2) Normal tidaknya
bentuk dan ukuran umbi; dan (3) Ada tidaknya serangan hama atau
penyakit pada umbi. Umbi yang sudah dipilih itu dipilah-pilah lagi
berdasarkan kualitas dan ukuran
(grading/pengkelasan).Grading/pengkelasan umbi kentang itu
digolongkan menjadi\: (1) Kelas AL (> 200 gram/umbi); (2) Kelas
A (120 - 200 gram/umbi); (3) Kelas B (80 - 120 gram/umbi); dan (4)
Kelas C (50 - 80 gram/umbi).
c.PenyimpananAdalah proses menyimpan umbi hasil panen sebelum
dipasarkan. Tujuannya untuk menunggu saat pemasaran yang tepat.
Cara menyimpannya, umbi kentang dimasukkan ke dalam wadah berupa
kotak kayu/krat/keranjang/ waringkemudian wadah itu dimasukkan ke
dalam ruang penyimpanan yang disusun secara rapih. Jika wadah
berisi kentang itu disimpan dalam gudang, usahakan gudang
penyimpanan mempunyai ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi
udara lancar dan kelembabannya sekitar 65 - 75%. Selain itu,
gudxang mencapat sinar matahari yang cukup dan keadaannya selalu
bersih.
d.PengemasanPengemasan adalah proses mengemas umbi kentang yang
dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas sesuai dengan tujuan
pasar. Tujuannya, untuk memudahkan distribusi dan melindungi umbi
dari kerusakan mekanis dan fisiologis serta memperbaiki penampilan
sehingga disukai konsumen.Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai
kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu, misalnya dengan karung,
jaring plastik/waring/poli net yang bersih dan tidak ada sisa bahan
lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya ditutup rapat-rapat,
misalnya dijahit dengan jarum karung atau tali plastik. Jika
kentang itu akan langsung dijual ke pasar, kentang dapat dikemas
langsung dalam waring dengan kapasitgas 40 kg, tetapi apabila akan
dijual ke pasar khusus, misalnya supermarket, kemasannya
disesuaikan dengan permintaan supermarket tersebut.Skema Pasca
Panen KentangSortasi
- memisahkan umbi yang luka dan yang cacat
Grading
memilah umbi yang baik ke dalam kelas kualitas(ukuran,
kesempurnaan bentuk)Pengemasan
cc
Penyimpanan
Pengangkutan
PEMASARAN
III. PENUTUP
3.1 KesimpulanPenanganan pascapanen yang tepat diperlukan agar
kesegaran buah jeruk sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama.
Teknologi penanganan pascapanen buah jeruk pada umumnya meliputi:
pemanenan, pencucian dan pembersihan, sortasi dan pengkelasan,
penguningan, pelapisan lilin, penyimpanan, dan pengemasan.Buah
jeruk harus dipanen tepat saat tua karena tidak memerlukan
pemeraman, dan sebaiknya dipetik dengan gunting. Pencucian
diperlukan untuk menghilangkan residu fungisida, spora jamur, dan
tanah pada permukaan kulit buah jeruk. Sortasi dilakukan untuk
memisahkan buah yang cacat, dan mengkelaskan buah. Pelapisan lilin
dilakukan agar buah tampak bersinar, dan mengurangi susut bobot
selama penyimpanan. Penguningan diperlukan agar kulit buah jeruk
berwarna kuning merata dan seragam karena buah seringkali masih
berwarna hijau atau hijau kekuningan ketika tua. Buah harus
disimpan pada suhu sekitar 15oC dengan kelembaban udara diatas 80%.
Buah biasanya dikemas dengan kemasan kayu yang dialasi kertas
kraf/bahan lain untuk mengurangi goncangan. Goncangan secara
vertikal dan horizontal dalam pengangkutan dapat menyebabkan
kerusakan buah jeruk.Tahapan proses dalam penanganan mangga gedong
untuk tujuan ekspor meliputi:pemanenan, sortasi dan grading,
pelilinan, pengemasan, adaptasi suhu, penyimpanan dan pengangkutan.
Pemanenan dilakukan dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 - 15 mm
dengan waktu petik yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pada
pukul 07.00 - 08.00 WIB. Pelilinan dilakukan dengan pencelupan
selama 10 - 30 detik dengan konsentrasi 6%, dengan penambahan
benomyl 1000 ppm dan glossy agent 0,125%. Untuk tujuan ekspor,
pengemasan menggunakan net foam kemudian dimasukkan ke dalam karton
yang dibagian dalam diberi pelapis lilin. Ukuran karton yang
digunakan adalah 40 x 30 x 10 cm dengan isi tiap karton 2 kg. Suhu
adaptasi dilakukan pada suhu 15C selama 24 jam dengan penyimpanan
dan pengangkutan pada suhu 10C.
3.2SaranPengenalan dan penerapan penangananan teknologi pasca
panen yang lebih baik untuk petani lebih ditingkatkan lagi.
Kerjasama antara pemerintah, badan penelitian dan pengembangan
pertanian dengan petani agar lebih berkesinambungan dan continue
sehingga petani pun dapat mengetahui dengan baik cara penangannan
pasca panen pada jeruk, mangga dan kentang sehingga yang dihasilkan
tidak hanya bisa dijual di Indonesia akan tetapi dapat diekspor ke
negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Standar Prosedur Operasional Jeruk Siem Madu
Kabupaten Karo dan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara.
Direktorat Tanaman Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura, Departemen Pertanian. 100 hlm.Antarlina, S.S., Y.
Rina, Achmadi, Noorginayuwati, I. Noor, E. Maftuah dan H.D. Noor.
2006b. Identifikasi kualitas buah jeruk dalam hubungannya dengan
karakteristik lahan lebak. Laporan Akhir 2006. Balittra Banjarbaru,
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. Deptan. 37 hal.Artarlina, S.S., I. Noor. 2006a.Kualitas
buah jeruk siam di lahan pasang surut. Dalam Monograf Jeruk Siam di
Lahan Pasang Surut, Pengelolaan dan Pengembangannya.Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Balittra BanjarbaruBroto, W.,
2003. Mangga: Budi Daya, Pascapanen dan Tata Niaganya. Jakarta:
Agromedia Pustaka Broto, W., S. Prabawati, dan Soedibyo. 1990.
Kajian Pengaruh Konsentrasi Asetilen Terhadap Efektifitas
Degreening Jeruk Valensia (Citrus sinensis, L.) Asal Lembang, Jawa
Barat. Penelitian Hortikultura. 4(1): 76 85. Damayanti, Rika. 2012.
Teknologi Pasaca Panen Pada Jeruk.
http://rikadamayantiftpuj2011.blogspot.com/2012/05/laporan-small-projeck-jeruk.html
diakses pada tanggal 17 Februari 2014 pukul 20.00 WIBDespitasari,
Kristiani. 2011. Pasca Panen Jeruk. http://bloggerlibra
library.blogspot.com/2011/10/pasca-panen-jeruk.html diakses pada
tanggal 17 februari 2014 pukul 20.15 WIBFirdaus, M dan Wagiono,
Y.K. 2008. Apa kabar Daya Saing Buah Kita (On-line)
http://firdausipb.files.wordpress.com/2008/04/apa-kabar-dayasaing-buah
kita. pdf. diakses tanggal 18 Februari 2014.Napitupulu, B., S.
Simatupang, B. Karo-karo, A. Simanjuntak and S. Sembiring.1990.
Pengaruh Penggunaan Ethrel Terhadap Mutu Jeruk Siem Madu Berastagi
Selama Penyimpanan. Buletin Pascapanen Hortikultura. 1(3): 7-
12.Noor, I., S.S Antarlina, Wahida A.Y, dan E. Maftuah. 2007.
Komponen teknologi pengelolaan hara Ca dan Mg untuk peningkatan
kualitas buah jeruk di lahan sulfat masam.Laporan Akhir Balittra
2007. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian. 19 hal.Prusky, Dov et al., 1999. Effect of hot water
brushing, prochloraz treatment and waxing on the incindence of
black spot decay caused by alternaria alternata in mango fruits.
Postharvest Technology and Biology. 15: 165 174.Rayanti dan
Aprialdi. 2012. Pasca Panen Mangga.
http://menerawangmimpi.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
diakses pada tanggal 18 Februari 2014 pukul 15.00 WIBRitenour,
M.A., W.M. Miller, dan Wardowski. 2004. Recommendations for
Degreening Florida Fresh Citrus Fruit.
http://edis.ifas.ufl.edu/TOPIC_Citrus_Post_Harvest. [13 April
2004]Ritenour, M.A., S.A. Sargent dan J.A. Bartz. 2004. Chlorine
Use In Produce Packing Line. http://edis.ifas.ufl.edu/
TOPIC_Citrus_Post_Harvest. [13 April 2004]Santoso, B.B. dan B.S.
Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen Tanaman
Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project,
Bogor. 187 hlm.SARDI (South Australia Research And Development
Institute). 2004. Postharvest handling of citrus.
http://www.sardi.sa.gov.au/pages/horticulture/citrus/postharvest
handling of citrus [13 April 2004].Soedibyo, M.1991d. Penyimpanan
Jeruk Keprok Garut (Citrus nobilis var. Lour) Dengan Sistem
Atmosfer Termodifikasi. Jurnal Hortikultura 1(4): 57 66.Thompson,
A.K., M.B. Bhatti dan P.P. Rubio. 1986. Pemanenan. Dalam Er. B
Prantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika.
Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
371-387.Tim Penulis PS. 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk
Siam. Jakarta: Penebar Swadaya. 94 hlm.Tirtosoekotjo, R.A.B.S.
1990. Pengaruh Pelapisan Lilin Terhadap Karakteristik Fisiko-Kimia
Buah Jeruk Siem (Citrus nobilis var. mycocarpa) Selama Penyimpanan
Suhu Ruang. Hortikultura. 29: 11 -15.Verheij, E.W.M. dan R.E.
Coroner (Ed.). 1992. Plant Resources of South-East Asia No. 2:
Edible Fruits and Nut. Prosea, Bogor. p. 119-141.Wahyunindiyawati,
S.R., Soemarsono dan F. Kasijadi. 1991.Skala usahatani jeruk siem
di Jawa Timur.Jurnal Hortikultura 1(1)61-69. Puslitbang
Hortikultura, JakartaWidodo, Muchdat. -.
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/panen-dan-pasca-panen-kentang.
Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian diakses tanggal 18 Februari 2014 pukul 15.30 WIBYuniarti,
Tranggono dan Hardiman, 1991.Penentuan saat petik buah apel
manalagi berdasarkan nisbah gula asam dan tekstur. Jurnal
Hortikultura 1(3)1-5. Puslitbang Hortikultura, Jakarta
MAKALAH PENGANTAR TEKNOLOGI PASCA PANENPasca Panen Jeruk (Citrus
sinensis)
DISUSUN OLEH :Kelompok 8
Dwi Putri Sathya Succi Devid(1110211005)Dian
Fajria(1110211013)Fanny Amelia(1110211014)PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS ANDALAS
PADANG2014
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan shalawat kepadanya kita akan
mendapat syafaat di hari kiamat kelak. Amien.
Makalah ini ditulis untuk salah satu tugas kuliah Pengantar
Teknologi Pasca Panen. Makalah ini disusun berdasarkan studi
literatur bukan penelitian di lapangan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengantar
teknologi pasca panen yang telah memberikan pengarahan dan
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Kemudian kepada orang tua yang telah memberikan bantuan materil dan
doanya sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Selanjutnya semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacaPadang, 17 Februarir
2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................iDAFTAR
ISI........................................................................................................................iiBAB
I
PENDAHULUAN..............................................................................................11.1
Latar
belakang...............................................................................................11.2
Tujuan2BAB II TINJAUAN
PUSTAKA........................................................................................32.1Tanaman
Pisang............................................................................................32.2Defenisi
Kultur
jaringan....................................................................42.3Teknik
Kultur Jaringan
Pisang......................................................................5BAB
IIIPENUTUP...........................................................................................................143.1
Kesimpulan...................................................................................................143.2Saran..............................................................................................................14DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................15