INVERS DARI FUNGSI, FUNGSI INVERS, KELAS BERINDEKS DARI HIMPUNAN, DAN KARDINALITAS OLEH: KELOMPOK 6 1. D. Trisnayani S. Lumbanraja (NIM. 4143311007) 2. Dian Septiarsa Sebayang (NIM. 4143311009) 3. Esterida Sinaga (NIM. 4143311010)
INVERS DARI FUNGSI, FUNGSI INVERS, KELAS
BERINDEKS DARI HIMPUNAN, DAN
KARDINALITAS
OLEH:
KELOMPOK 6
1. D. Trisnayani S. Lumbanraja (NIM. 4143311007)
2. Dian Septiarsa Sebayang (NIM. 4143311009)
3. Esterida Sinaga (NIM. 4143311010)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Bahan-bahan makalah ini
diambil dari media cetak dengan berbagai judul. Makalah ini kami buat dengan tampilan
yang semenarik mungkin agar para pembaca menjadi terkesan.
Dalam makalah ini kami akan membahas “Invers dari Fungsi, Fungsi Invers, Kelas
Berindeks dari Himpunan, dan Kardinalitas”. Makalah ini berisi data tentang fungsi yang
banyak dicari pada kalangan mahasiswa. Semoga saja dengan makalah ini kita dapat lebih
mengetahui informasi-informasi tentang fungsi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Halomoan Siregar, S.Pd., M.Sc
atas bimbingan dan arahan sebagai dosen pembimbing Himpunan dan Logika dan juga kami
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Akan tetapi, kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Untuk itu, dengan senang hati kami senantiasa menerima kritik maupun saran
yang akan membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca semua.
Medan, 12 Oktober 2015
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
BAB II BAHASAN MATERI...................................................................................5
2.1 Invers dari Fungsi.................................................................................5
2.2 Fungsi Invers.........................................................................................6
2.3 Kelas Berindeks dari Himpunan.........................................................8
2.4 Kardinalitas...........................................................................................9
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x
dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (Domain) dengan suatu nilai tunggal f(x) dari
suatu himpunan kedua yang disebut daerah kawan (Kodomain). Himpunan nilai yang
diperoleh dari relasi tersebut disebut daerah hasil ( Range). Begitu penting untuk kita
memahami pelajaran mengenai fungsi.
Namun demikian apabila kita lihat pembelajaran di kampus, tidak sedikit mahasiswa
yang menemui kesulitan dalam pembelajaran konsep-konsep tentang fungsi, sehingga kami
ditugaskan membuat makalah yang diberikan oleh Bapak Budi Halomoan Siregar, S.Pd.,
M.Sc kepada kelompok kami yaitu pembelajaran tentang fungsi dengan materi: Invers dari
fungsi, Fungsi Invers, Kelas Berindeks dari Himpunan, dan Kardinalitas.
4
BAB II
BAHASAN MATERI
A. INVERS DARI FUNGSI
Ditentukan f adalah fungsi dari A ke B, dan bB. Invers dari f yang dinyatakan dengan
f-1(b) terdiri dari anggota-anggota A yang dipasangkan ke b oleh f (yaitu anggota a yang
mempunyai image b).
Jelasnya: Jika f: A→B maka f-1(b) = {x|xA, f(x)=b}
Contoh:
1. Misalkan fungsi f: A→B didefenisikan oleh diagram:
Carilah invers dari f-1(x), f-1(y) dan f-1(z)
Penyelesaian:
Maka f-1 (x) = {b,c}, karena baik b maupun c keduanya memiliki x sebagai titik
bayangan mereka.
f-1(y)={a}, karena hanya a yang dipetakan kepada y
Dan invers dari z, f-1(z), adalah himpunan nol (), karena tidak ada elemen A yang
dipetakan kepada z.
Sekarang kita akan memperluas fungsi invers. Misal f: A→B dan ditentukan
himpunan D sebagai subset B (D B). Maka bayangan invers dari D oleh f dinyatakan
sebagai f-1(D) merupakan himpunan dari anggota A yang dipasangkan ke anggota D.
Jelasnya: f-1(D)={x|x A, f(x) D}.
5
Contoh:
1. Misalkan fungsi f: A→B didefenisikan oleh diagram:
Maka f-1{{r,s}) dan f-1({r,t}) adalah
Penyelesaian:
Maka f-1{{r,s}) = {y}, karena hanya y yang dipetakan kepada r atau s.
Dan f-1({r,t}) = {x,y,z}= A, karena tiap-tiap elemen dalam A memiliki r atau t sebagai
inversnya.
B. FUNGSI INVERS
Misalkan f suatu fungsi dari A ke dalam B. Pada umumnya, f-1(b) dapat terdiri dari lebih
dari satu elemen atau mungkin adalah himpunan kosong. Jika ditentukanf: A→B merupakan
fungsi satu-satu dan juga merupakan fungsi onto, maka untuk setiap b B, invers dari b,
yaitu f-1(b) merupakan himpunan yang terdiri dari hanya satu anggota A, sebab setiap anggota
B mempunyai kawan f-1(b) yang tunggal di A. Karena itu f-1 merupakan fungsi dari B ke A,
yang ditulis f-1:B A, dan f-1 merupakan fungsi invers dari f.
Jadi f-1: B → A merupakan fungsi invers f jika dan hanya jika f: A→B merupakan fungsi
satu-satu dan onto.
Contoh :
1. Misalkan fungsi f: A→B didefensikan oleh diagram:
Carilah fungsi inversnya!
6
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa f adalah fungsi satu-satu dan pada. Dengan demikian f-1, yaitu
invers, ada. Kita menggambarkan f-1:B→A dengan diagram
Perhatikan selanjutnya bahwa jika kita arahkan anak-panah-anak panah dalam yang
terbalik dari diagram f maka kita pada dasarnya memperoleh diagram dari f-1.
2. Misalkan fungsi f: A→B didefenisikan oleh diagram :
Carilah fungsi inversnya!
Penyelesaian:
Karena f(a)=y dan f(c)=y, maka fungsi f tidak fungsi satu-satu. Dengan demikian
invers f-1 tidak ada. Jika f-1(y) = {a,c} maka kita tidak dapat menetapkan kedua-
duanya elemen yB
3. Jika f: P→Q didefenisikan oleh diagram panah. Apakah f mempunyai fungsi invers
f
P Q
Jaw
P Q
Karena f(a) = q dan f(c) = q maka f bukan fungsi satu-satu, walaupun merupakan
fungsi onto maka f tidak mempunyai fungsi invers
7
a•
b•
c•
•p
•q
4. Ditentukan f: A → B didefenisikan oleh diagram panah
f
A B
Apakah f mempunyai fungsi invers? Buat diagram panahnya.
Jawab:
Karena f merupakan fungsi satu-satu dan onto maka f mempunyai fungsi invers, yang
diagramnya:
f
B A
Kita dapat juga menggambarkan f’ dengan cara mengubah arah panah diagram
semula.
C. KELAS BERINDEKS DAN HIMPUNAN
Akan kita didefenisikan suatu jenis fungsi yang khusus, disebut dengan fungsi indeks.
Misal I sembarang himpunan yang tidak kosong dan misal S adalah kelas dari himpunan.
Fungsi indeks dari I ke S adalah fungsi f:”I→S. Untuk sembarang i I, kita notasikan image
f(i) dengan Ai. Jadi fungsi indeks f biasanya dinotasikan dengan [Ai : i I] atau [Ai]i K
atau disederhanakan dengan Himpunan I dikatakan himpunan berindeks dan elemen dari I
dikatakan INDICES. Jika f adalah fungsi satu-satu, maka S dikatakan diberi indeks oleh I.
Kita dapat mendefenisikan konsep gabungan dan irisan pada kelas berindeks dari himpunan
dengan:
8
a•
b•
c•
•p
•q
•r
p•
q•
r•
•a
•b
•c
i I Ai = [x : x Ai untuk beberapa i I
dan
i I Ai = [x : x Ai untuk semua i I
Dalam hal I himpunan berhingga defenisi di atas masih berlaku. Jika I adalah N, kita dapat
menyatakan gabungan dan irisan dengan
A1 A2 . . . dan A1 A2 . . .
Contoh:
Misal I adalah himpunan bilangan bulat Z. Untuk setiap bilangan bulat n dihubungkan
dengan sub himpunan dari R
An = [x : x n]
Dengan perkalian lain, An adalah interval tak hingga (-, nj]. Untuk sembarang bilangan riil
a, terdapat bilangan bulat n1 dan n2 sedemikian sehingga n1 a < n2 ;
Jadi,
a n An tetapi a n An
oleh karena itu
n An = R tetapi n An =
D. KARDINALITAS
1.Himpunan berhingga (Finit) dan Himpunan Tak Berhingga (Infinit)
Defenisi: Himpunan A dikatakan ekuivalen dengan himpunan B (ditulis AB) jika
dan hanya jika ada fungsi f: A→B yang satu-satu dan onto.
Fungsi f kemudian dikatakan mendefenisikan suatu korespondensi satu-satu antara
himpunan A dan B.
9
Defenisi di atas dikemukakan oleh Georg Cantor seorang matematikawan Jerman (1845-
1918) dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan teori himpunan.
Contoh:
1. Misalkan M = [0,1] dan N = [3,5] serta f: M→N adalah fungsi yang didefenisikan
sebagai f(x) = 2x + 3
Apakah M ekuivalen N?
Jawab:
y
5
4
3
2
1 x
0
1
Setiap x (yang berbeda) M dikawankan dengan y (yang berbeda) N, dan
setiap y N habis menjadi kawan x M, sehingga f merupakan fungsi satu-
satu dan onto. Jadi M N.
2. Jika A = {1, 2, 3, ... } dan B = {2,4,6, ...}, apakah himpunan A ekuivalen b?
Jawab:
Dari himpunan A dapat dibuat fungsi f ke B yang didefenisikan sebagai f(x) = 2x.
Karena setiap anggota yang berbeda dari A dipasangkan dengan anggota yang
berbeda dari B, dan semua anggota B akan menjadi pasangan anggota A, maka A
B.
10
Relasi “” pada keluarga himpunan merupakan relasi ekuivalen, yaitu:
1. A A untuk setiap himpunan A,
2. Jika A B maka B A,
3. Jika A B dan B C maka A C.
Defenisi: Suatu himpunan dikatakan infinit jika himpunan itu ekuivalen dengan
himpunan bagian sejatinya. Jika tidak demikian, berarti himpunan itu
finit.
Secara intuitif, suatu himpunan dikatakan finit jika himpunan itu mempunyai anggota-
anggota yang berbeda yang banyaknya tertentu, yaitu jika kita membilang anggota-anggota
itu, maka proses membilang itu akan berakhir. Jika tidak demikian berarti himpunan itu
infinit.
2.Himpunan Denumerabel dan Nondenumerabel
Defenisi: Jika suatu himpunan ekuivalen dengan himpunan bilangan asli A maka
himpunan itu dikatakan denumerabel. Himpunan yang tidak memenuhi
syarat di atas disebut himpunan nondenumerabel.
Contoh:
1. Ditentukan K = {1, ½, 1/3, ... , 1/n, ...}
M = {1, -2, 3, -4, ... , (-1)n-1n, ...}
N = {(1,1), (4,8), (9, 27), ... , (n2, n3), ... }
Periksalah mana yang merupakan himpunan denumerabel?
Jawab:
Pada K atau M atau N dapat dibuat fungsi f(n) = an yang domainnya adalah
himpunan bilangan asli, sehingga menjadi barisan infinit a1, a2, a3, ... Jika an
merupakan fungsi satu-satu dan onto.
Jadi K, M, dan N merupakan himpunan denumerabel.
11
2. Apakah perkalian himpunan AxA merupakan himpunan denumerabel?
Jawab:
Kita dapat menuliskan perkalian himpunan AxA sebagai berikut ini:
(1,1) (1,2) (1,3) (1,4) . . .
(2,1) (2,2) (2,3) (2,4) . . .
(3,1) (3,2) (3,3) (3,4) . . .
(4,1) (4,2) (4,3) (4,4) . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .
Karena perkalian himpunan AxA dapat ditulis sebagai barisan infinit dari elemen-elemen
yang berbeda seperti {(1,1),(2,1),(1,2),(1,3),(2,2), ...}, maka AxA merupakan himpunan
denumerabel. Bilangan kardinal dari A = {bilangan asli}, dan interval satuan [0,1] dapat
dinyatakan dengan #(A) = C, dan #([0,1]) = 0. Simbol 0 (baca: alephnol) juga digunakan
untuk menyatakan kardinalitas dari himpunan denumerabel, yaitu #() karena simbol ini
yang asalnya digunakan oleh Cantor.
3. Himpunan Countabel (Terbilang) dan Himpunan Uncountabel (Tidak Terbilang)
Defenisi: Suatu himpunan disebut countabel (terbilang) jika himpunan itu
merupakan himpunan finit atau denumerabel. Suatu himpunan disebut
uncountabel jika infinit dan nondenumerabel.
12
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini tentang Invers dari Fungsi,
Fungsi Invers, Kelas Berindeks dari Himpunan, dan Kardinalitas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Jika f: A→ B maka invers dari b yang dinyatakan sebagai f(b) terdiri dari anggota-
anggota A yang dipasangkan ke b oleh f (yaitu anggota a yang mempunyai pasangan
b) atau
f(b) = {x|xA, f(x) = b}.
2. f: B→A merupakan fungsi invers jika dan hanya jika f: A→B merupakan fungsi satu-
satu dan onto.
3. Himpunan A ekuivalen dengan himpunan B (ditulis AB) jika dan hanya jika ada
fungsi f: A→B yang satu-satu dan onto.
4. Suatu himpunan dikatakan infinit jika himpunan itu ekuivalen dengan himpunan
bagian sejati dari dirinya sendiri. Jika tidak demikian, berarti himpunan itu finit.
5. Jika suatu himpunan ekuivalen dengan himpunan bilangan asli A maka himpunan itu
dikatakan denumerabel. Himpunan yang tidak memenuhi syarat di atas disebut
himpunan nondenumerabel.
6. Suatu himpunan disebut countabel (terbilang) jika himpunan itu merupakan himpunan
finit atau denumerabel. Suatu himpunan disebut uncountabel jika infinit dan
nondenumerabel.
13
DAFTAR PUSTAKA
Lipschutz, Seymour. 1995. Teori Himpunan (Set Theory). Jakarta: Penerbit Erlangga
M. H. Tirta Seputro, Theresia. 1992. Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori
Himpunan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Munir, Rinalti.2003. Matimatika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung
Soedjadi, R. 1998. Logika Matematika. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
14