35
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katup jantung bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke
arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup pda saat
yang tepat ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi selama
siklus jantung.
Katup atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri
atas katup trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan ventrikel
kanan, serta katup miral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri
dan ventrikel kiri. Katup semilunaris terletak antara ventrikel dan
arteri yang bersangkutan. Katup pulmonal terletak antara ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis, sedang katup aorta terletak antara
ventrikel kiri dan aorta
Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertetup dengan
baik maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat
membuka secara sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya
aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup
tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran
sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi. Kelainan
katup dibagi menjadi beberapa kategori berikut: prolaps katup
mitral, stenosis mitral, insufiensi atau regurgitasi mitral,
stenonis aorta, insufisiensi atau regurgitasi aorta, stenosis
trikuspidalis, insufisiensi atau regurgitasi trikuspidalis, dan
penyakit katup pulmonal. Kelainan katup tersebut menimbulkan
berbagai gejala, tergantung beratnya, dan mungkin memerlukan
perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah.
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan kelainan katup jantung
tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang kelainan katup
jantung.
Tujuan KhususPada materi dalam makalah ini akan menjelaskan
tentang
1. Definisi kelainan katup jantung2. Tipe kelainan katup
jantung
3. Etiologi kelainan katup jantung
4. Tanda dan Gejala kelainan katup jantung
5. Patofisiologi kelainan katup jantung
6. Penatalaksanaan kelainan katup jantung
7. Asuhan Keperawatan Teoritis Kelainan Katup jantung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur
dengan maksimal oleh jantung. Katup jantung yang mengalami kelainan
membuat darah yang seharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian
serambi jantung ketika berada di bilik jantung membuat jantung
memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas
dalam tingkat tertentu.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak
dapat beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena
jantung tidak lagu memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan
darah.
Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika
atau keturunan dan terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan
pada katup jantung juga bisa terjadi karena kecelakaan ataupun
cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat
menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal
atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan
oeprasi pada jantung.
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran
darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit
dapat mengalami dua jenis gangguan fungsional: (1) regurgitasi-daun
katup tidak dapat menutup rapat sehngga darah dapat mengalir balik
(sinonim dengan isufisiensi katup dan inkompetensi katup) ; dan (2)
stenosis katup-lubang katup mengalami penyempitan shingga aliran
darah mengalami hambatan. Isufisiensi dapat dan stenosis dapat
terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai lesi campuran
atau terjadi sendiri yang disebut sebagai lesi murni. B. Tipe
Gangguan Katup Jantung
1. Prolaps Katup Mitral
Katup Mitral (juga disebut sebagai katupbicuspid/ katup
atrioventrikuler kiri) merupakan katup yang ada di dalam jantung
yang terdiri dari dua daun katup. Katup mitral merupakan katup
jantung yang memisahkan antara serambi kiri dan bilik kiri). Katup
mitral dan katup trikuspid merupakan katupatrioventricularkarena
terletak diantara serambi dan bilik jantung, dan keduanya
mengendalikan laju aliran darah.
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah bilah katup
mitral yang tidak dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan
regurgutasi katup, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke
antrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau
dapat juga atau dapat juga berkembang cepat dan menyebabkan
kematian mendadak.
2. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah
bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan
progresif aliran darah. Secara normal pembukaan katup mitral adalah
selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan
lumen sampai selebar pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh,
namun antrium kiri mengalami kesulitan dalam menggosongkan darah
melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya antrium akan
melebar dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang
melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka
sirkulasi pulmonal mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kanan
harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan
mengalami peregangan berlebihan yang berakhir gagal jantung.3.
Regurgitasi Mitral
Insufisiensi mitral terjadi bila katup mitral tidak dapat saling
menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga bilah
katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah
regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri.
Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral
mengakibtakan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel
kiri dengan kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut,
ventrikel kiri akan mendorong sebagaian darah kembali ke antrium
kiri. Aliran balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari
paru, menyebabkan antrium kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi.
Aliran darah balik dari ventrikel akan menyebabkan darah yang
mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi berkurang. Akibatnya
paru mengalami kongesti, yang pada giliranya menambah beban ke
ventrikel kanan. Maka meskipun kebocoran mitral hanya kecil namun
selalu berakibat terhadap kedua paru dan ventrikel kanan.4.
Stenosis Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel
kiri dan aorta. Pada orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan
bawaan atau dapat sebagai akibat dari endokarditisrematik atau
kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak diketahui.
Penyempitan terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau
beberapa puluh tahun. Bilah bilah katup aorta saling menempel dan
menutup sebagaian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri
mengatasi hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat
tapi dengan energi yang lebih besar dari normal, mendorong darah
melalui lumen yang sangat sempit. Mekanisme kompesansi jantung
mulai gagal dan munculah tanda tanda klinis.Obstruksi kalur aliran
aorta tersebut menambahkan beban tekanan ke ventrikel kiri, yang
mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot jantung menebal
(hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnya obstruksi ;
terjadilah gagal jantung bila obsruksinya terlalu berat.
5. Regurgitasi Aorta
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak
bentuk bilah katup aorta, sehingga masing masing bilah tidak bisa
menutup lumen aorta dengan rapat selama diastole dan akibatnya
menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek
katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau
penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan
dilatasi atau sobekan aorta asendens.
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagaian darah
dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke
ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya
yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri
ke ventrikel melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali
dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk
mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga
mendorong yang lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan
tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha
mengkompesansi melalui refleks dilatasi pembuluh darah arteri
perifer melemas sehingga tahanan perifer turun dan tekanan
diastolic turun drastis.
6. Stenosis Trikuspidalis
Merupakan kelainan katup yang relative jarang ditemukan, dan
paling sering merupakan penyakit jantung reumatik yang menyertai
kelainan katup mitral atau katup aorta.
Kejadian stenosis tricuspid lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan pria, dengan umur 20-60 tahun.
7. Regurgitasi Trikuspidalis
Suatu keadaan kembalinya sebagian darah keatrium kanan pada
sistolik.8. Penyakit Katup Pulmonal
Berbagai faktor sangat berpengaruh terhadap kelainan katup
jantung, diantara faktor genetic, infeksi, trauma dan faktor yang
lain. Kelainan katup pulmonal relative jarang terdapat dan bisa
merupakan kelainan yang baik congenital ataupun didapat. Oleh
karena itu diagnosis awal dan pengawasan pada mereka yang
berdiagnosis sangat penting dalam pengelolaan kelainan katup
pulmonal ini.
Banyak kelainan dapat mengakibatkan stenosis katup pulmonal
secara didapat, namun kelainan ini lebih sering disebabkan kelainan
sejak lahir atau kongenital. Sementara itu stenosis pulmonal
reumatik relatif sangat jarang dan kalaupun terdapat, biasanya
dengan karditis reumatik yang berat dan mengenai keempat katup
jantung.
C. Etiologi Kelainan Katup Jantung
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang
hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih
banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung
yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang
berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang
yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di
negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit
demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan penyebab
lazim deformitas katup yang membutuhkan koreksi bedah.1. Stenosis
mitral
Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi
yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokus.
Penyebab lain walaupun jarang dapat juga stenosis mitral
congenital, eformitas parasut mitral, vegetasi dari systemic lupus
erythemathosus ( SLE ), karsinosis sistemik, deposid amiloid,
akibat obat fenfluramin/ phentermin, rhemathoid arthritis ( RA ),
serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat
proses degeneratif.
Dari pasien dengan penyakit jantung katup ini 60% dengan riwayat
demam rematik, sisanya menyangkal. Selain dari pada itu 50% pasien
dengan karditis rematik akut tidak berlanjut sebagai penyakit
jantung katup secara klinik ( Rahimtoola ).2. Regurgitasi
mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral
dapat dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif,
endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan,
trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia,
penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik3.
Stenosis aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis
katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi
biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik
pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan
kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun
keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah
kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin
tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa
pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung
melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui
katup yang kecil.
Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau
memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama,
lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit
karena terkumpulnya endapan kalsium.
4. Regurgitasi aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan
katup dan kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta.
Pada isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi
daun-daun katup, dengan atau tanpa kalsifikasi.
5. Stenosis trikuspidalis
Stenosis tricuspid selalu disebabkan oleh penyakit Jantung
reumatik. Atrium kanan akan melebar dengan dinding yang tebal.6.
Regurgitasi trikuspidalis
a. Anatomis katup abnormal
b. Penyakit jantung reumatik
c. Bukan reumatik:
1) Endokarditis infektif
2) Anomaly Ebsteins
3) Prolaps katup tricuspid
4) Congenital, defek atrio-ventrikular kanan
5) Karsinoid (dengan hipertensi pulmonal)
6) Infark miokard, iskemia/ rupture muskulus papilaris
7) Trauma
8) Kelainan jaringan ikat (syndrome Marfan)
9) Arthritis rheumatoid
10) Radiasi, dengan akibat gagal Jantung
11) Fibrosis endomiokard
d. Anatomis katup normal
Kenaikan tekanan sistolik ventrikel kanan oleh berbagai sebab
(dilatasi annulus).e. Lain-lain
1) Kawat pacu jantung (jarang)
2) Hipertiroidisme
3) Endokarditis Loeffler
4) Aneurisma sinus valsava
7. Penyakit katup pulmonalStenosis pulmonalis dapat disebabkan
oleh kelainan congenital maupun didapat. Kelainan sejak lahir
merupakan kelainan yang paling banyak pada stenosis pulmonalis.
Kelainan sejak lahir diantaranya:
a. Tak terbentuknya katup pulmonal.
b. Atresia pulmonal dengan septum ventrikel yang intak.
c. Stenosis pulmonal dengan septum ventrikel yang intak.
d. Defek septum ventrikel dengan obstruksi jalan keluar
ventrikel kanan.
e. Tetralogi fallot.
f. Transposisi arteri besar yang sempurna.
D. Tanda dan Gejala Kelainan Katup Jantung
1. Prolapse katup mitral
Banyak orang yang mempunyai sindrom ini tapi tidak menunjukkan
gejala. Terkadang gejala pertama kali ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik jantung, dengan ditemukannya bunyi jantung
tambahan yang dikenal sebagai mitral click. Adanya klik merupakan
tanda awal bahwa jaringan katup menggelembung ke atrium kiri dan
telah terjadi gangguan aliran darah. Mitral klik dapat berubah
menjadi murmur seiring dengan semakin tidak berfungsinya
bilah-bilah katup. Dengan berkembangnya proses penyakit, bunyi
murmur menjadi tanda terjadinya regurgitasi mitral (aliran balik
darah). Prolaps katup mitral terjadi lebih sering pada wanita
dibanding pria.
2. Stenosis mitral
Letih, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik, nocturnal
dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru,
hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung.
Auskultasi : teraba getaran apeks S1 memberondong, peningkatan
bunyi. Murmur : lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic
pada apex.3. Regurgitasi mitral
Sangat capi, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas
sesak bial terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural
dipsneu rales.
Tingkat lanjut : edema paru-paru, kegagalan jantung sebelah
kanan.
Auskultasi : terasa getaran pada raba apeks, S1 tidak ada,
lemah, murmur.
Murmur : bernada tinggi, menghembus, berdesis, selam
systoll(pada apex) S3 nada rendah.
4. Stenosis aorta
Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan
ortopneu, paroxysmal nokturial, edema paru-paru, rales.
Tingkat lanjut : kegagalan sebelah kanan jantung
Murmur : nada rendah, kasar seperti kerutan, systoll (pada basis
atau carctis) gemetar systoll pada basis jantung.
5. Regurgitasi aorta
a. Regurgitasi aorta akut
1) Gejala paling umum dari regurgitasi aorta yang parah ialah
gejala kongesti paru.
2) Walaupun mulainya bertahap, namun penyakit ini bisa juga
mendadak dan bisa menyebabkan tidak hanya edema paru, tetapi juga
perfusi cerecral yang tidak adekuat dan organ perifer.
3) Pasien bisa stupor, bingung atau bahkan melawan,
4) Dalam keadaan ini, regurgitasi aorta bisa sulit di kenal.
a) Bising regurgitasi aorta bisa lembut dan singkat,
b) Bunyi penutupan mitral bisa tidak ada, Karena penutupan
premature katup mitral di sebabkan karena keseimbangan tekanan
diastolic ventrikel kiri dan aorta.
c) Tanda perifer regurgitasi aorta bisa tidak ada. Kehilangan
tanda perifer karena pengurangan kecepatan ejeksi ventrikel kiri,
penggantian vasodilatasi perifer yang biasa oleh vasokonstriksi dan
tekanan diastolic kiri yang tinggi.
d) Pasien demikian bisa mmpunyai tekanan darah 100/40 atau bahan
90/50, denyut perifer yang kecil dan bising diastolic aorta yang
singkat yang sangat sulit didengar.
e) Pengenalan gejala klinik ini penting, karena pembedahan katup
diperlukan mendesak.
6. Stenosis trikuspidalis
Redahnya curah jantung akan menimbulkan keluhan mudah lelah, dan
adanya kongesti sistemik dan hepatomegali menimbulkan keluhan tidak
enak pada perut, perut membesar dan bengkak umum.
7. Regurgitasi trikuspidalis
a. Riwayat. Regurgitasi tricuspid tanpa hipertensi pulmonal
biasanya tidak memberikan keluhan dan dapat ditoleransi dengan
baik.
b. Pemeriksaan fisis. Pada inspeksi selalu terlihat adanya
gambaran penurunan berat badan, kakeksia, sianosis dan ikterus.
8. Penyakit katup pulmonal
Penyakit Jantung congenital dengan akibat obstruksi atau
stenosis dan regurgitasi katup Jantung umumnya gejalanya sama
dengan penyakit Jantung valvular yang didapat. Pada tetralogi
Fallot (defek septim ventrikel dan stenosis pulmonal) baik tidaknya
toleransi pasien ini tergantung pasa besarnya defek septum
ventrikel dan rasio antara tahanan aliran darah yang masuk aorta
atau tahanan dan darah yang stenosis pulmonal.
Pasien dewasa dengan stenosi pulmonal ringan sampai sedang
biasanya tidak mempunyai keluhan, pasien ditemukan karena ada
bising sistolik pada pemeriksaan fisik biasa. Gagal Jantung kanan
bisa terjadi pada stenosis yang berat. Denyut ventrikel kanan
terasa sepanjang dada sebelah kiri. Ada bunyi sistolik click dengan
suara dua yang pecah secara fisiologis.E. Patofisiologi Kelainan
Katup Jantung
1. Stenosis mitral
Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusikomisura
katup mitral pada waktu fase penyembuhan demam reumatik.
Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan
lubang katup mitral pada waktu diastolic lebih kecil dari
normal.
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya
daya alir katup mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan diruang
atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri
dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini
tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan
selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler paru.
Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstitial
kemudian mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis
akan menyebabkan hemoptysis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningakat,
kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada
katup tricuspid atau pulmonal. Akhirnya vena-vena sistemik akan
mengalami bendungan pula. Bendungan hati yang berlangsung lama akan
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah
takikardi. Tetapi konpensasi ini tidak selamanya menambah curah
jantung karna pada tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian
diastolic. Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan
gangguan elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan
mengganggu pengisian ventrikel dari atrium dan memudahkan
pembentukan thrombus di atrium kiri. 2. Regurgitasi mitral
Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karna katup tidak
biasa menutup sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katup
meliputi klasifikasi, penebalan dan distorsi daun katup. Hal ini
mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu sistolik. Selain
pemendekan kordatendinea mengakibatkan katup tertarik ke ventrikel
terutama bagian posterior, dapat juga terjadi dilatasi annulus atau
rupture korda tendinea. Selama fase sistolik, terjadi aliran
regurgitasi ke atrium kiri, mengakibatkan gelombang v yang tinggi
di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta berkurang pada saat
diastolik, darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel.darah
tersebut selain yang berasal dari paru-paru melalui vena
pulmonalis, jika terdapat darah regurgi dan dari ventrikel kiri
waktu sistolik sebelumnya. Ventrikel kiri cepat distensi, apeks
bergerak ke bawah secara mendadak,menarik katup korda dan otot
kapilaris, hal ini menimbulkan vibrasi membentuk bunyi jantung ke
tiga.pada insufisiensi mitral kronik, regurgitasi sistolik ke
atrium kiri dan vena-vena pulmonalis dapat ditoleransi tanpa
meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
3. Stenosis aorta
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta
menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara
ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri
menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang
dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri
(hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi
sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah
diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran
atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas
miokard. Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah
koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4 cm2, Gradien ventrikel kiri
dengan aorta mulai terlihat bila area katup aorta