18
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan
yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap
getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Karet merupakan
salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang
cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi
salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan
devisa negara diluar minyak dan gas. Sekitar 90% produksi karet
alam Indonesia diekspor ke mancanegara dan hanya sebagian kecil
yang dikonsumsi di dalam negeri. Indonesia merupakan negara dengan
kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen utama lainnya
yaitu Thailand dan Malaysia. Meskipun demikian produksi karet
Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi
karet Indonesia. Keadaan ini disebabkan karena rendahnya
produktivitas, terutama diperkebunan karet rakyat yang menyumbang
71% dari total produksi karet nasional serta karet yang dihasilkan
dari perkebunan karet rakyat saat ini masih dijual dalam bentuk
gelondongan dengan mutu rendah karena industri pengolahan karet
alam belum berkembang. Saat ini pasar produksi karet dunia
didominasi oleh enam negara yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia,
India, China dan Vietnam.Peningkatan produksi karet dapat dilakukan
dengan penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan, mulai dari
pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen. Makalah mengenai Persemaian
dan Pembibitan pada Tanaman Karet ini diharapkan dapat memberikan
informasi-informasi kepada perkebunan karet baik perkebunan karet
rakyat maupun perkebunan pemerintah sehingga dapat meningkatkan
mutu dan kualitas tanaman karet.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan beberapa
rumusan masalah mengenai Persemaian dan Pembibitan pada Tanaman
Karet, yaitu:
1. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil
perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet?
2. Bagaimana cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil
perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karet?C. Tujuan
1. Mengetahui cara melakukan persemaian dan pembibitan hasil
perbanyakan generatif (benih) pada tanaman karet.2. Mengetahui cara
melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan vegetatif
(klonal) pada tanaman karet.II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15
LS dan 15 LU. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran rendah antara
0-200 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak tempat,
pertumbuhannya semakin lambat dan hasil lateksnya rendah.
Ketinggian lebih dari 600 mdpl kurang cocok untuk pertumbuhan
tanaman karet (Anwar 2001).Perbanyakan tanaman karet dapat
dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara
perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu
dengan okulasi tanaman. Okulasi adalah salah satu perbanyakan
tanaman secara vegetatif yaitu dengan menempelkan mata tunas dari
tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya memiliki
sifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat
baik dari kedua tanaman tersebut dalam waktu yang relatif pendek
dan dapat memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Dalam budidaya
karet ada dikenal 3 macam teknik okulasi yaitu okulasi dini,
okulasi hijau dan okulasi cokelat. Pada dasarnya prinsip okulasi
relatif sama, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas
yang digunakan (Siregar 2007).Bibit stum mata tidur karet diperoleh
dari bibit okulasi yang tumbuh di pembibitan selama kurang dari 2
bulan setelah pemotongan. Bibit yang terbentuk berakar tunggang
satu. Agar penyerapan unsur hara lebih optimal, sebelum penanaman
dilakukan pemotongan akar tunggang hingga 35 cm dan akar lateralnya
hanya 5 cm. Bibit stum mata tidur merupakan bibit yang mata
tunasnya belum tumbuh (Setyamidjadja 2008).Menurut Anwar (2001)
untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua
sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres
dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya
dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan
menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan
keberhasilan okulasinya rendah.Tanaman karet yang ditumbuhkan
seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil
okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon
yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah
menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan
penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode tahun
2006 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118.
Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik
pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan
sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu
GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM
712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih
memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara
hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya.
Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami
gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora sedangkan
klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks
sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis
produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan
alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu
pengelolaannya harus dilakukan secara tepat (Anwar 2001).
Teknik okulasi yang umum digunakan adalah okulasi hijau (green
budding) dan okulasi konvensional atau okulasi cokelat (brown
budding), meskipun ada jenis lain yaitu okulasi dini.
Tabel 1. Teknik Okulasi dan Perbedaannya
Teknik OkulasiUmur Batang BawahUmur, Ukuran, dan Warna
Entres
Dini2-3 bulan3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, hijau muda
Hijau4-6 bulan3-4 bulan, garis tengah 0.5 1 cm, hijau
Cokelat8-18 bulan1-2 tahun, garis tengah 2.5 4 cm, cokelat
Sumber: www.worldagroforestrycentre.orgIII. PEMBAHASANPembibitan
merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik
yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun
vegetatif (klonal). Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan
karet, yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian
bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman.
Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit
tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam
skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur
ekonomis tanaman (20 25 tahun). Perbanyakan tanaman karet (Hevea
brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan
secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih
saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani
tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat
genetif selanjutnya.Bahan tanam yang digunakan untuk pertanaman
karet di Indonesia pada awalnya berasal dari populasi introduksi
berupa biji yang tidak terseleksi. Penanaman tersebut ternyata
memberikan keragaman yang sangat tinggi, sehingga pada tahun 1910
mulai dilakukan seleksi awal untuk mendapatkan pohon induk seleksi.
Dengan didapatkannya pohon induk terseleksi tersebut maka
pengembangan karet selanjutnya berasal dari pohon induksi
terseleksi tersebut. Menurut Siregar (2007) kegiatan pemuliaan
sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1910. Bahan tanaman berupa
seedling terseleksi merupakan hasil kegiatan seleksi periode tahun
1910 - 1935 yang selanjutnya dikelompokkan kedalam generasi I.
Selanjutnya kegiatan pemuliaan berjalan terus sampai Generasi ke IV
dan didapatkan klon-klon unggul yang berpotensi tinggi. A. Cara
melakukan persemaian dan pembibitan hasil perbanyakan generatif
(benih) pada tanaman karet (Seedling)Perbanyakan tanaman karet
dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian,
cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif
yaitu dengan okulasi tanaman. Budidaya tanaman karet yang dilakukan
secara generatif umumnya dilakukan oleh perkebunan rakyat.
Keuntungan perkembangbiakan generatif diantaranya adalah biaya
yang relatif murah, penyimpanan dalam waktu lama memuaskan, daya
hidupnya tetap tinggi bila disimpan dalam lingkungan yang
menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan kegiatan
enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang bebas
penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne). Meskipun
demikian terdapat pula kelemahan pembiakan generatif, seperti
adanya segregasi sifat untuk tanaman-tanaman heterozigot, sehingga
dihasilkan beberapa tanaman keturunan yang sifatnya tidak sama
dengan induknya.Pengujian kemurnian benih perlu dilakukan dengan
cara mengambil secara acak 100 butir dari satu karung goni,
kemudian dipecah untuk dinilai keseragamannya. Apabila belahan biji
tersebut masih putih murni sampai kekuningan-kuningan dinilai baik,
apabila berwarna kekuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai
hitam atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik adalah
70% - 90%. Metode pemilihan benih karet adalah lentingan yaitu
benih dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70 100 cm pada kotak
kayu berukuran 40 x 40 x 40 cm. Apabila benih melenting keluar
melewati dinding kotak, dinilai biji tersebut baik. Cara lain
adalah dengan merendam di dalam air, apabila 2/3 bagian biji
terendam, maka benih tersebut dianggap baik.Benih karet memiliki
kecambah yang tinggi dan viabilitas yang tinggi tetapi biji karet
memiliki cangkang yang kuat membuat perkecambahan agak sulit karena
biji yang tumbuh terhalang cangkang keras. Benih karet sebelum
ditanam harus diberi perlakuan misalnya pematahan dormansi.
Dormansi benih dibedakan menjadi dua, yaitu dormansi primer dan
dormansi sekunder. Dormansi primer adalah sifat dormansi yang
disebabkan karena sifat fisik dan fisiologis benih. Kulit benih
menjadi penghalang masuknya air dan atau gas ke dalam benih dalam
proses perkecambahan sehingga proses perkecambahan tidak terjadi.
Tipe dormansi ini dapat dipatahkan dengan memberi perlakuan
terhadap kulit benih agar menjadi permeable (mudah dilalui) air dan
gas, seperti perlakuan kulit dan perendaman dalam air panas
(Wirawan dan Wahyuni 2002). Menurut Setiawan dan Andoko (2005),
pematahan dormansi yang baik untuk benih karet adalah dengan
skarifikasi, mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok
biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau,
perlakuan guncangan untuk benih-benih yang memiliki kulit keras.
Dimasa masaknya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras
sehingga benih permeable terhadap air atau gas. Benih karet dalam
bentuk biji memiliki masa dormansi yang sangat pendek, sehingga
dalam waktu singkat benih akan tumbuh dan atau turun daya tumbuhnya
apabila tidak mendapat perlakuan tertentu. Sebelum ditanam di
lapangan, benih dikecambahkan dalam bedengan perkecambahan. Dalam
bedengan perkecambahan tersebut, benih akan melalui beberapa
tahapan stadia sampai akhirnya menjadi tanaman seedling. Tahapan
stadia kecambah tersebut adalah stadium segitiga, stadium bintang,
stadium pancing, stadium jarum, dan stadium berdaun. Gambar 1.
Berbagai Jenis Stadia Perkecambahan Pada Biji Karet1. Persiapan
Bedengan untuk PerkecambahanUkuran bedengan yang digunakan untuk
perkecambahan adalah panjang 5 meter, lebar 1,2 meter tergantung
kondisi tempat. Arah bedengan memanjang Utara Selatan, diberi
naungan dari daun alang-alang atau rumbia. Tinggi tiang sebelah
Timur 1,2 meter dan Barat 0,90 meter. Usahakan bedengan dekat
dengan sumber air, sehingga dapat memudahkan penyiraman. Tanah
untuk dasar perkecambahan harus bebas dari gulma, batu-batuan,
gumpalan tanah dan sisa-sisa akar. Pinggir bedengan diperkuat
dengan papan atau bambu, kemudian taburkan pasir sungai merata
setebal 5 cm.
Gambar 2. Persiapan Persemaian dan Persemaian benih Karet
2. Perkecambahan
Benih yang digunakan sebagai bahan tanam merupakan biji yang
telah lolos uji kemurnian dan uji pemilihan benih dan berasal dari
pohon induk yang berumur minimal 10 tahun. Benih ditanam pada
bedengan yang telah disiapkan dengan bagian perut menghadap ke
bawah dan punggungnya terlihat dipermukaannya. Jarak antara benih
+1 cm, sehingga dalam 1 m2 bedengan memuat 1.000 butir. Menurut
Sianturi (2001) perkecambahan benih karet adalah dengan meletakkan
biji dengan mikrofolia (mata lembaga) ke satu arah, biasanya ke
arah yang lebih longgar (jarak tanam 1 cm). Perut biji (tuniculus)
menghadap ke bawah dan ditekan dengan jari tangan sedemikian rupa
sehingga bagian punggung biji masih berada di atas permukaan pasir
dan mata lembaga telah berada di bawah permukaan pasir, atau 2/3
bagian biji terbenam dalam pasir. Dengan cara meletakkan biji
demikian. Bakar akar (radikula) dan bakal batang (plumula) dapat
muncul tanpa terganggu oleh biji yang lain.
Setelah benih ditanam dilakukan penyiraman dengan interval dua
kali sehari untuk menjaga kelembaban benih akan mulai berkecambah
pada hari ke-7. Bibit setelah stadia pancing dipindahkan ke
pembibitan lapangan dengan menggunakan polybag. Benih yang
berkecambah lebih dari 21 hari dibuang. Biji kecambah pada saat
akar dalam stadia kaki cicak (bintang) atau stadia pancing segera
dipindahkan ke pembibitan lapangan, jangan sampai keluar daun
kepelnya. Menurut Balai Penelitian Getas, Salatiga terdapat
beberapa cara penyediaan bibit karet melalui benih yaitu:a.
Seedling Murni ditanam Langsung di LapanganSeedling murni adalah
bibit yang disiapkan dari kecambah dan langsung dipindahkan ke
lapangan. Pengadaan bibit karet dari seedling murni merupakan cara
yang paling ideal untuk keperluan kehutanan. Biji karet yang telah
diseleksi dideder di tempat pendederan selama 15-20 hari sampai
terbentuk kecambah stadium pancing. Kecambah stadium pancing ini
langsung ditanam di lapangan agar pertumbuhan akar tunggang dan
tunas sempurna. Untuk mengantisipasi kecambah rusak atau hilang,
kecambah diberi tanda yang jelas. Bibit seedling yang berasal dari
stadium pancing ini pertumbuhannya cepat dan ideal. Bibit juga
tidak perlu harus segera dipindahkan ke lapangan dan tingkat
kerusakannya paling kecil. Pertumbuhan tunas maupun akar setelah
dipindah ke lapangan sangat cepat. Daun akan terbentuk setelah 7
hari.
Hama yang paling rawan adalah belalang, semut, dan capung.
Belalang dan capung biasanya merusak ujung tunas daun, sedangkan
semut merusak tunas perakaran. Waktu yang dibutuhkan sejak biji
karet disemai dalam bedengan perkecambahan sampai kecambah tertanam
di lapangan adalah 25 hari. Penanaman dengan cara ini hanya bisa
dilakukan pada musim panen biji. Bedengan perkecambahan juga harus
berdekatan dengan lokasi penanaman di lapangan.b. Seedling Langsung
ditanam dalam Polibag
Pertama yang harus dilakukan adalah mengisi polibag dengan
tanah, kemudian diatur rapi 10 x 200 polibag. Benih karet
diletakkan di atas tanah dengan posisi mendatar kemudian permukaan
punggung biji ditimbun tanah, dan ditunggu sampai 3 bulan.
Pekerjaan ini relatif cepat, namun apabila ada benih yang tidak
tumbuh, untuk menggantinya cukup sulit terutama pada penanaman
skala luas.c. Seedling Disiapkan sebagai Bibit Polibag
Pengadaan bibit seedling dalam polibag untuk hutan merupakan
cara yang paling baik dalam arti tidak tergesa-gesa dan kondisi
bibit prima. Polibag yang digunakan berukuran 10 cm x 30 cm, dengan
volume tanah 2 kg. Bibit dalam polibag ini bisa diangkut untuk
jarak yang cukup jauh sehingga tempat pembibitan tidak harus
berdekatan dengan lokasi penanaman. Cara penyiapannya relatif
sederhana dan mudah, demikian pula pemeliharaan dan perawatannya.
Pertama-tama biji dikecambahkan dalam bedengan. Polibag diisi
dengan tanah dan diatur secara tegak berkelompok. Kecambah yang
sudah jadi dipindahkan ke dalam polibag. Apabila memungkinkan,
kecambah jangan sampai pada stadium jarum agar akar tumbuh
sempurna. Kecambah dibiarkan tumbuh sampai 3 bulan dalam polibag
kemudian dipindahkan ke lapangan. Agar pertumbuhan tunas dan akar
sempurna, penanaman tidak boleh terlambat.
Cara penanaman di lapangan relatif mudah. Setelah lubang
disiapkan, polibag disobek atau digunting. Tanah dalam polibag
dijaga jangan sampai hancur, kemudian bibit beserta tanahnya
dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan, ditimbun tanah,
dan dipadatkan.
d. Bibit dari Kecambah Berdaun Umur 2 Bulan dalam
PolibagKecambah yang ada di bedengan kadang tidak dapat ditanam
seluruhnya. Kecambah ini masih dapat digunakan sebagai bibit dengan
cara memindahkannya ke dalam polibag. Sebelum dipindahkan ke dalam
polibag, daun kecambah dipotong dengan menyisakan sepertiga bagian.
Akar juga dipotong apabila sudah terlalu panjang. Untuk tanaman
seedling harus dipelihara satu tunas saja sehingga bentuk tanaman
lurus. Kemungkinan tumbuhnya tunas lebih dari satu harus
dihilangkan.e. Bibit dari Kecambah Kadaluwarsa Umur Lebih dari 7
BulanKecambah kadaluwarsa dapat ditemukan di bedengan atau di bawah
tanaman karet karena biji jatuh di sembarang tempat dan tumbuh
menjadi tanaman kecil. Tanaman karet kecil ini bisa dimanfaatkan
untuk tanaman penghijauan. Bibit dapat langsung ditanam di lapangan
atau dimasukkan dulu dalam polibag. Kecambah atau tanaman karet
kecil yang sudah tumbuh dicabut, kemudian bagian atas tanaman
dipotong miring dari atas leher akar lebih kurang 10 cm dan bekas
potongan dioles dengan lilin atau coolteer. Demikian pula bagian
akar dipotong miring 15 cm dari leher akar dan akar lateral juga
disisakan lebih kurang 7 cm. Akar lateral tidak boleh dihabiskan
agar tunas lebih cepat tumbuh. Tunas akan tumbuh cepat dari bagian
atas stum dan kemungkinan bisa tumbuh lebih dari satu. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perempesan dengan menyisakan satu tunas yang
pertumbuhannya normal.B. Cara melakukan persemaian dan pembibitan
hasil perbanyakan vegetatif (klonal) pada tanaman karetPerbanyakan
tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Pada kegiatan
okulasi, dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang
kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet yang
biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Batang atas
dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang
bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang
dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat
berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata entres disebut juga
mata prima, yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada
pada ketiak daun. Mata inilah yang terbaik untuk okulasi. Letaknya
dibagian tengah internodia. Penempelan batang atas pada batang
bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket.
Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi
sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan
keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan
sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih
dahulu sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium
menjadi kering.Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam
satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur
ekonomis panjang. Oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat
unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas
kedua calon batang tersebut. Perbanyakan tanaman secara okulasi
memiliki beberapa kelebihan antara lain penggunaan okulasi dapat
menghasilkan tanaman dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan
tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan
memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea. Sedangkan kelemahan
dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi
antara lain tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi
karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang
atas (entres), memerlukan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan
jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi
kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Menurut Yardha et al (2007) klon-klon karet anjuran yang telah
direkomendasikan Pusat Penelitian Karet saat ini adalah: (1) Klon
anjuran komersial (BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, dan
PB 260); (2) Klon penghasil lateks-kayu (BPM 1, PB 330, PB 340,
RIIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, dan
IRR 118); (3) Klon penghasil kayu (IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78);
(4) Klon Harapan (IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR54, IRR 64, IRR 105,
IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211, dan
IRR 220).Sebagai batang bawah dianjurkan menggunakan benih yang
berasal dari klon Avros 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100.
Klon-klon lama yang sudah dilepas seperti GT 1, PR 225, PR 261, PR
303, RRIM 600, RRIM 712, masih dapat digunakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain memperhatikan kepentingan pengguna untuk
penanaman klon karet tersebut pada wilayah tertentu.
Gambar 3. Beberapa Jenis Klon UnggulUsaha pengembangan
perkebunan karet yang efisien, mampu menghasilkan bahan tanaman
yang berkualitas serta kemurnian terjamin, maka perlu dilakukan
penyediaan bibit secara swadaya yaitu dengan membangun kebun bibit
batang bawah dan kebun entres. Menurut Yardha et al (2007) langkah
awal pengadaan bibit adalah sebagai berikut:1. Pengadaan Benih
untuk Batang BawahBenih berasal dari benih terpilih atau biji yang
diketahui pohon induknya yang berasal dari klon-klon anjuran (AVROS
2037, BPM 24, GT 1, PB 260, dan RRIC 100) yang diambil dari pohon
induk minimal berumur 10 tahun. Klon-klon lama yang sudah dilepas
seperti GT 1, PR 225, PR 261, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, masih
dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain
memperhatikan kepentingan pengguna untuk penanaman klon karet
tersebut pada wilayah tertentu. Jumlah bibit per hektar berkisar
antara 65.000 73.000 populasi tanaman. Kebutuhan biji untuk jumlah
tersebut sekitar 100.000 120.000.000 butir. 2. Pembibitan Batang
Bawah di LapangAreal pembibitan usahakan pada tanah datar, gembur
mengandung bahan organik tinggi dan dekat dengan sumber air untuk
memudahkan penyiraman. Ukuran bedengan 4 x 15 meter (tergantung
kondisi lapangan), dalam setiap 4 meter dibuat jalan sebesar 1
meter untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan tanaman. Jarak
pengajiran pembibitan dilapangan 30 x 30 x 50 cm.
Gambar 4. Pembibitan Batang Bawah di Lapang3. Pemeliharaan Bibit
di LapangPemeliharaan bibit karet pada umumnya sama dengan
perawatan bibit tanaman lain. Perawatan dilakukan dengan penyiraman
dua kali sehari. Penyiangan rumput atau gulma pengganggu dengan
interval dua kali sebulan. Pupuk dasar mengunakan Rock Phosphate
dengan dosis 1.200 kg/ha. Pengendalian hama rayap dapat diberantas
dengan Insektisida Basudin dan Diazinon 10-G ditaburkan disekitar
leher akar, sedangkan untuk pengendalian penyakit daun dengan
fungisida Dithane 45 atau dihembus dengan asap belerang. Pupuk
susulan dengan dosis seperti tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Dosis
Pupuk Tanaman Karet di PembibitanWaktu PemupukanJenis Pupuk
(kg/ha)
UreaSP-36KCLKieseritDolomit
Bulan Pertama90110454567,5
Bulan Kedua2252809090135
Bulan Ketiga2252809090135
Bulan Keempat2252809090135
Bulan Kelima s/d okulasi450550180180270
Sumber : Rosyid dkk, 20054. Kebun EntresMata ukulasi untuk bahan
okulasi pada persemaian lapangan berasal dari kebun entres, untuk
itu kebun entres harus dibangun terlebih dahulu sebelum membangun
persemaian batang bawah di lapangan. Beberapa persyaratan pemilihan
lokasi kebun entres adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan bedengan/petakan dengan ukuran 5 x 20 meter,
diantara bedengan dibuat jalan selebar 150 cm termasuk parit, tiap
bedengan/petak untuk penanaman satu jenis klon.
b. Jarak tanam 100 x 100 cm, tiap bedengan berisi 5 x 20 batang
= 100 batang.c. Lubang tanaman berukuran 60 x 60 x 60 cm, 2-3 bulan
sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam dipupuk dengan Rock
posphat.
d. Penanaman bibit di sesuaikan dengan klon yang diharapkan
sebagai sumber entres.5. Pemeliharaan dan Pemanenan Entres
Pemeliharaan entres dilakukan agar entres yang dihasilkan
memiliki kualitas bibit yang baik. Pemeliharaan entres dapat
dilakukan dengan; (1) penunasan (wiwilan), tunas liar perlu diwiwil
sampai ketinggian 3 meter dari permukaan tanah; (2) Pemurnian klon,
setelah tanam mempunyai 5-6 payung diadakan pemurnian oleh Balai
Penelitian; (3) Penyiangan dilakukan dengan interval satu bulan
sekali; (4) Pemberantasan dan pengendalian hama/penyakit di kebun
entres dilakukan sesuai dengan prosedur untuk penyakit daun
diberantas dengan belerang, Dithane dan lain-lain. Jamur diberantas
dengan Calixin RP; (5) Pemupukan diberikan Urea, SP-36 dan KCl
masing-masing 10 gr/pohon
Pemanenan entres dilakukan dengan memotong cabang pertama
dilakukan 10 15 cm diatas pertautan okulasi. Pada tahun pertama
diperoleh satu buah turus/batang entres. Pada tahun kedua diperoleh
dua buah turus/batang entres dipotong 10 15 cm diatas potongan yang
dilakukan pada tahun pertama, begitu juga untuk pemotongan
selanjutnya sampai dengan ke lima. Dari satu meter batang/turus
entres dapat diperoleh 16 20 mata okulasi.6. Kriteria Bibit yang
Baik
Bibit yang baik digunakan sebagai bahan okulasi haruslah
memiliki akar tunggang yang lurus atau tidak bercabang dengan
panjang minimal 30 cm dan lateral 10 cm. Tinggi batang di atas
okulasi sekitar 10 cm pada bagian besar pemotongan diolesi TB 192
atau parafin dan memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Pada
bagian okulasi ditoreh berwarna hijau. Apabila terdapat bibit yang
memiliki akar tunggang lebih dari satu sebaiknya pilih salah satu
akar tunggang yang paling baik, sedangkan yang lainnya dibuang.
7. Bibit polybag
Pemindahan bibit hasil okulasi ke polybag bertujuan untuk
memudahkan saat bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan
pembongkaran dengan cangkul pada bibit okulasi. Akar tunggang
dipotong dan disisakan 20 25 cm kemudian dioles rootone yang
merupakan zat perangsang tumbuh akar. Bibit ditanam pada polybag
berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk kandang
perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang lubang yang
berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata
dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah sehingga nantinya
saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh dan tidak mengganggu
satu sama lain. Bibit dalam polybag berumur + 5 bulan dan berpayung
dua siap untuk ditanam.
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag:
a. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan
sore.b. Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma
dengan cara manual.c. Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah
pupuk majemuk dengan dosis 5 gram / polybag.
d. Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang
benih dalam polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya
dilakukan dengan pemberian belerang.e. Pewiwilan, kegiatan ini
bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas utama dengan cara membuang
tunas liar/tunas palsu.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan antara lain:1.
Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai
peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan
menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam
menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas.2. Perbanyakan
tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif
melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi.3.
Perbanyakan tanaman secara generatif, memiliki keuntungan antara
lain biaya yang relatif murah, penyimpanan dalam waktu lama
memuaskan, daya hidupnya tetap tinggi bila disimpan dalam
lingkungan yang menghindari kondisi favorable untuk respirasi dan
kegiatan enzimatik, serta memungkinkan untuk memulai tanaman yang
bebas penyakit, khususnya penyakit tertular biji (seedborne).
Kelemahan pembiakan generatif, seperti adanya segregasi sifat untuk
tanaman-tanaman heterozigot, sehingga dihasilkan beberapa tanaman
keturunan yang sifatnya tidak sama dengan induknya.4. Sebelum
ditanam di lapangan, benih dikecambahkan dalam bedengan
perkecambahan. Benih akan melalui beberapa tahapan stadia sampai
akhirnya menjadi tanaman seedling. Tahapan stadia kecambah tersebut
adalah stadium segitiga, stadium bintang, stadium pancing, stadium
jarum, dan stadium berdaun.5. Perbanyakan tanaman dengan cara
okulasi dibutuhkan mata entres yang berasal dari batang atas yang
kemudian akan ditempelkan ke batang bawah dari tanaman karet yang
biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya.
DAFTAR PUSTAKAAnonim 2010. Okulasi Karet.
www.worldagroforestrycentre.org. Diakses pada 9 Maret 2014.
Anwar C 2001. Manajemen dan Teknik Budidaya Tanaman Karet.
http://www.pdf-look.com/teknik okulasi.html. Diakses pada 9 Maret
2014.Balai Penelitian Karet Getas 2007. Mengenal Teknologi Baru
untuk Pengembangan Hutan Karet. Salatiga.
Setiawan D H dan A Andoko 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta.Setyamidjadja D 2008. Karet Revisi Ke-9.
Kanisius. Yogyakarta.
Sianturi H S 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera
Utara Press. Medan.Siregar THS 2007. Teknik Penyadaan Karet Revisi
ke-7. Kanisius. Yogyakarta.
Wirawan B dan S Wahyuni 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat.
Penebar Swadaya. Jakarta.Yardha, Syafri E, Mugiyanto 2007. Teknik
Pembibitan dan Budidaya Karet Unggul Provinsi Jambi. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.
5
12
17
3
1