KAJIAN KURIKULUM “Teori Kurikulum” Disusun oleh: Puspawana Lestari (8135123382) Resty Caesa E. (8135123391) Risma Martha (8135123366) Sindy Puspita S. (8135123378) Siti Marsitoh (8135123386) PENDIDIKAN TATA NIAGA
KAJIAN KURIKULUM
“Teori Kurikulum”
Disusun oleh:
Puspawana Lestari (8135123382)
Resty Caesa E. (8135123391)
Risma Martha (8135123366)
Sindy Puspita S. (8135123378)
Siti Marsitoh (8135123386)
PENDIDIKAN TATA NIAGA
EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah “Teori Kurikulum” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Tjutju selaku Dosen mata kuliah
Kajikur yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja, perbedaan-
perbedaan belajar dan mengajar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 18 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori
2.2 Fungsi Teori
2.3 Pengertian kurikulum
2.4 Sumber Pengembangan Kurikulum
2.5 Desain dan Rekayasa Kurikulum
2.6 Perkembangan teori kurikulum
2.7 Konsep kurikulum
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ada beberapa masalah atau isu substansial dalam pembahasan tentang
teori kurikulum, yaitu definisi kurikulum, sumber-sumber kebijaksanaan
kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, peranan nilai dalam
pengembangan kurikulum, dan implikasi teori kurikulum.
Semua rumusan teori kurikulum diawali dengan definisi. Definisi di sini
bukan sekadar definisi istilah, melainkan definisi konsep, isi dan ruang lingkup,
serta struktur. Beberapa pertanyaan umum tentang karakteristik kurikulum
sebagai bidang studi yang perlu didefinisikan umpamanya, apakah kurikulum
merupakan suatu konsep dalam sistem persekolahan? Apakah kurikulum
mencakup mengajar dan pengajaran? Sampai sejauh mana kegiatan belajar siswa
menjadi bagian kurikulum? Apakah ruang lingkup kurikulum sebagai bidang
studi? Beberapa pertanyaan yang lebih khusus, yang lebih berkenaan dengan
karakteristik desain kurikulum, umpamanya apakah kurikulum harus memiliki
serangkaian tujuan khusus? Apakah kurikulum perlu memiliki sejumlah materi
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut? Apakah kurikulum perlu mengadakan
rumusan yang lebih spesifik tentang rencana dan bahan pengajaran? Apakah perlu
ada spesifikasi tentang makna perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum?
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dari teori dan fungsinya ?
2. Jelaskan mengena definisi kurikulum?
3. Jelaskan mengenai sumber pengembangan kurikulum?
4. Jelaskan mengenai Desain dan Rekayasa kurikulum?
5. Bagaimana proses perkembangan teori kurikulum?
6. Jelaskan mengenai konsep dari kurikulum?
1.3 Tujuan
1. Memahami mengenai definisi teori dan fungsinya.
2. Memahami mengenai definisi kurikulum
3. Mempelajari sumber pengembangan kurikulum
4. Menjelaskan mengenai Desain dan Rekayasa kurikulum
5. Mempelajari mengenai perkembangan kurikulum
6. Memehami mengenai konsep-konsep kurikulum.
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Teori
Teori merupakan suatu set atau system pernyataan (a set of statement)
yang menjelaskan serangkaian hal ketidaksepakatannya terletak pada
karakterristik pernyataan tersebut. Ada tiga kelompok karakteristik utama system
pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan suatu teori bersifat memadukan
(unifying statement) Kedua, pernyataan tersebut berisi kaidah-kaidah umum
(universal preposition). Ketiga, pernyataan bersifat meramalkan (predictive
statement). Kaplan (1964,hlm.295). Teori menjelaskan suatu kejadian. Kejadian
ini bisa sangat luas atau sangat sempit. Suatu kejadian yang dijelaskan oleh suatu
teori menunjukkan suatu set yang universal. Set universal ini terbentuk oleh tiga
bagian. Bagian pertama, kejadian yang diketahui,yang dinyatakan sebagai fakta,
hukum, atau prinsip. Bagian kedua yang dinyatakan sebagai asumsi, proposisi,
dan postulat. Bagian ketiga adalah bagian dari set universal atau bagian dari
keseluruhan yang belum diketahui.
2.2 Fungsi Teori
Ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati para ilmuwan yaitu:
1. Mendeskripsikan
2. Menjelaskan
3. Memprediksi
Fungsi yang lebih besar dari suatu teori adalah melahirkan teori baru.
Mouly (1970,hlm.70-71) mengemukakan ciri-ciri suatu teori yang baik, yaitu:
1. A theoretical system must permit deduction which be tested empirically
2. A theory must be compatible both with observation and with previously
validated theories,
3. Theories must be stated in simple term, thet theory is best which explains
the most in the simplest form,
4. Scientific theories must be based on empirical facts and relationships.
2.3 Pengertian kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
2.4 Sumber Pengembangan Kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hal yang menjadi
sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum.Pengembangan kurikulum
pertama bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. Karena sekolah
mempersiapkan anak bag! kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama isi
kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum
mendasarkan kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang
dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber in! menjadi lugs meliputi
semua unsur kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam
lingkungan budaya, dan turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam
lingkungan budaya, ia harus mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber
utama isi kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah
ditemukan dan dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-
benda, dan lain-lain.
Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau
pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan
memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensipotensi yang
telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi
sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum,
yaitu kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada
pengembangan kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-
tingkat perkembangan siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.
Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum
kepada pengalaman-pengalaman penyusunan kurikulum yang lalu. Pengalaman
pengembangan kurikulum yang lalu menjadi sumber penyusunan kurikulum
kemudian. Hal lain yang menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-
nilai. Beauchamp menegaskan bahwa nilai dapat merupakan sumber penentuan
keputusan yang dinamis. Pertanyaan pertama yang muncul dalam kurikulum yang
berdasarkan nilai adalah: Apakah yang harus diajarkan di sekolah? Ini merupakan
pertanyaan tentang nilai. Nilai-nilai apakah yang harus diberikan dalam
pelaksanaan kurikulum? Nilai-nilai apa yang digunakan sebagai kriteria
penentuan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum.
Terakhir yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan
sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan sosial-politik yang
menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of education lokal
yang mewakill negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan sosialpolitik
dalam penentuan kurikulum adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikbud.
pada pendidikan dasar dan menengah, kekuasaan penyusunan kurikulum
sepenuhnya ada pada pusat, sedangkan pada perguruan tinggi rektor diberi
kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam penyusunan
kurikulum.
2.5 Desain dan Rekayasa Kurikulum
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua subteori dari teori kurikulum,
yaitu desain kurikulum (curriculum design) dan rekayasa kurikulum (curriculum
engineering).
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta
proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum,
hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsipprinsip
pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya.
Dalam desain kurikulum, ada dua dimensi penting, yaitu:
1. Substansi, unsur-unsur serta organisasi dari dokumen tertulis
kurikulum.
2. Model pengorganisasian dan bagian-bagian kurikulum terutama
organisasi dan proses pengajaran.
Menurut Beauchamp, kurikulum mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
1. Kurikulum merupakan dokumen tertulis,
2. Berisi garis-garis besar rumusan tujuan, berdasarkan garis-garis besar
tujuan tersebut desain kurikulum disusun,
3. Isi atau materi ajar, dengan materi tersebut tujuantujuan kurikulum dapat
dicapai.
Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum:
Pertama, ketentuan-ketentuan tentang bagaimana penggunaan
kurikulum, serta bagaimana mengadakan penyemprunaan-penyempurnaan
berdasarkan masukan dari pengalaman.
Kedua kurikulum itu dievaluasi, baik bentuk desainnya maupun sistem
pelaksanaannya.
Rekayasa kurikulum berkenaan dengan bagaimana proses memfungsikan
kurikulum di sekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola
kurikulum agar kurikulum dapat berfungsi sebaik-baiknya. pengelola kurikulum
di sekolah terdiri atas para pengawas/penilik dan kepala sekolah, sedangkan pada
tingkat pusat adalah Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Balitbang Dikbud
dan para Kasubdit/Kepala Bagian Kurikulum di Direktorat. Dengan menerima
pelimpahan wewenang dari Menteri atau Dirjen, para pejabat pusat tersebut
merancang, mengembangkan, dan mengadakan penyempurnaan kurikulum. Juga
mereka memberi tugas dan tanggung jawab menyusun dan mengembangkan
berbagai bentuk pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum. Para pengelola di
daerah dan sekolah berperan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
kurikulum.
Seluruh sistem rekayasa kurikulum menurut Beauchamp mencakup lima hal,
yaitu:
1. Arena atau lingkup tempat dilaksanakannya berbagai proses rekayasa
kurikulum,
2. Keterlibatan orang-orang dalam proses kurikulum,
3. Tugas-tugas dan prosedur perencanaan kurikulum,
4. Tugas-tugas dan prosedur implementasi kurikulum, dan
5. Tugas-tugas dan prosedur evaluasi kurikulum.
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum,
Beauchamp (hlm. 82) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori
kurikulum, yaitu:
1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang
rangkaian kejadian yang dicakupnya.
2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan
sumber-sumber pangkal tolaknya.
3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain
kurikulumnya.
4. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan
kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut.
5. Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses
penyempurnaannya.
Sumber / landasan inti penyusunan kurikulum :
6. Bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang tua
7. Menjadi luas, meliputi semua unsur kebudayaan
8. Bersumber pada anak : kebutuhan, perkembangan, dan minat
9. Berdasarkan pengalaman kurikulum yang sebelumnya
10. Nilai (value)
11. Kekuasaan sosial & politik
Sub Teori Kurikulum :
12. Disain Kurikulum
Merupakan pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar.
2 dimensi penting yakni :
a. Substansi, dan
b.Model pengorganisasian (bagaimana penggunaan kurikulum dan
bagaimana kurikulum di evaluasi)
c. Rekayasa Kurikulum
Proses memfungsikan kurikulum di sekolah / upaya agar kurikulum
berfungsi :
a. Bidang pelaksanaan proses rekayasa
b. Keterlibatan personal dalam proses pelaksanaan kurikulum
c. Tugas dan prosedur perencanaan kurikulum
d. Tugas dan prosedur pelaksanaan
e. Tugas dan prosedur evaluasi
5 Prinsip Dalam Pengembangan Teori Kurikulum :
1. Dimulai Dengan Perumusan / Pendefinisian
2. Mempunyai Kejelasan Nilai & Sumber Pangkal Tolaknya
3. Menjelaskan Karakteristik Disain Kurikulum
4. Menggambarkan Proses Penentuan Kurikulum & Interaksi Antara Proses
5. Menyiapkan Diri Bagi Proses Penyempurnaan
2.6 Perkembangan teori kurikulum
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890
dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil
karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli
kurikulum yang pertama, is perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit
adalah orang pertama yang mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan
sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang
menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan
dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan
manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama,
terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya
mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna.
Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan
sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis
lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan
pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu
merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan
pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-
pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Werrett W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis
kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charters lebih
menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters.
Pertama, keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan
masalah-masalah kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan
ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan
lain-lain. Kedua, keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi
mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal
tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan dalam kurikulum disusun
keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan untuk dapat
berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut
mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.
Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang
gerakan pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum
berubah dari yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada
kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan
psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi
kurikulum harus didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa. pendidikan
menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui pengalaman.
Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis
Caswell. Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di
beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida,
Virginia), is mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat
atau pekerjaan (society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang
bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan
pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum,
menentukan struktur organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan
pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan
belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya.
Pada tahun 1947 di Univeristas Chicago berlangsung diskusi besar
pertama tentang teori kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga
tugas utama teori kurikulum:
1. Mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam
pengembangan kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,
2. Menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur
yang mendukungnya,
3. Mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan
datang untuk memecahkan masalah tersebut.
Semenjak saat itulah perkembangan mengenai teori-teori berkembang
pesat.Berikut ini beberapa teori mengenai kurikulum yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh:
1. Harold B. Alberty (1965)
Memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan
kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that
are provided for students by the school). Sehingga kurikulum tidak
dibatasi pada kegiatan di dalam kelas, tetapi mencakup juga kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.
2. Saylor, Alexabder, dan Lewis (1974)
Menganggap kurikulum sebagai upaya sekolah untuk
memengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah, maupun di luar sekolah.
3. Pinar (1978)
Menggolongkan teori kurikulum menjadi 3, yaitu Aliran
Tradisional. Tyler memandang kurikulum sebagai kelas, guru, kursus,
unit, pelajaran, dan sebagainya. Hirsch memasukkan konsep pengetahuan
dasar dan budaya literasi dalam kurikulum sekolah. Aliran Empirisme
Konseptual terfokus pada metodologi riset dari ilmu-ilmu eksakta dan
mencoba untuk menghasilkan penyamarataan yang akan memungkinkan
pendidik untuk mengendalikan dan meramalkan apa yang terjadi di
sekolah. Aliran Rekonseptualis, menekankan kesubyektipan, pengalaman
eksistensial, dan seni penafsiran dalam rangka mengungkapkan konflik
kelas dan hubungan kekuasaan yang berbeda yang ada dalam masyarakat
yang lebih besar.
4. Eisner dan Vallance (1974)
Menggolongkan teori kurikulum kedalam 5 konsepsi.
a. Kurikulum yang berorientasi pada aspek kognitif,terkait dengan
pengembangan intelektual.
b. Kurikulum yang berbasis teknologi, dalam hal ini fungsi kurikulum
terutama adalah untuk menemukan alat-alat efisien.
c. Kurikulum yang berorientasi pada aktualisasi diri, memandang
kurikulum sebagai pengalaman yang didesain untuk menghasilkan
pertumbuhan pribadi.
d. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi social, menekankan
pada kebutuhan bermasyarakat.
e. Kurikulum berorientasi pada rasionalisme akademis, menekankan
pentingnya standard disiplin dalam membantu yang muda
berpartisipasi dalam tradisi kultural barat.
f. Huenecke’S (1982)
Menggolongkan 4 jenis teori kurikulum, yaitu:
a. Teori yang berorientasi pada structural, menganalisis komponen
kurikulum dan hubungan timbal balik antarkomponen.
b. Teori yang berorientasi pada nilai, mengutamakan analisis nilai dan
asumsi dari pembuatan kurikulum serta produk yang dihasilkan oleh
para pembuat kurikulum.
c. Teori yang berorientasi pada isi, berkonsentrasi pada isi dari
kurikulum.
d. Teori yang berorientasi pada proses, berkonsentrasi pada bagaimana
kurikulum dikembangkan.
e. Ralph W Tyler
Mengemukakan 4 pertanyaan pokok inti kajian kurikulum :
a. Tujuan
b. Pengalaman pendidikan
c. Organisasi pengalaman
d. Evaluasi
f. Beauchamp (1960 – 1965)
Enam Komponen kurikulum sebagai bidang studi
a. Landasan kurikulum,
b. Isi kurikulum,
c. Disain kurikulum,
d. Rekayasa kurikulum,
e. Evaluasi kurikulum,
f. Penelitian dan pengembangan
g. Mauritz Johnson (1967)
Membedakan kurikulum (tujuan) dengan proses pengembangan
kurikulum. Pengalaman belajar merupakan bagian dari pengajaran.
h. J.Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum
planning for better teaching and learning (1956).
Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman
sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga
apa yang disebut kegiatan extra kurikuler
i. Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum
(1965).
Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan
definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan
diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
j. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores.
Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential
experience set up in the school for the purpose of diseliping ehildren and
youth in group ways of thinking and acting”. Mereka melihat kurikulum
sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan
kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai
dengan masyarakatnya.
k. William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966)
Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: Ragan menggunakan
kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan
dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab
sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi
seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan
murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
l. J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school
improfement (1973).
Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka
dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara
mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal
structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih
mata pelajaran.
m.Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum.
Dalam bukunya changing the curriculum : a social process (1946)
ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-
orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para
pendidik, dan personalia. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas
yang mencakup yang meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta norma-norma
melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai
sekolah.
n. Edward A, Krug dalam secondary school curriculum (1960)
Menunjukan pendirian yang terbatas tapi realities tentang
kurikulum, kurikulum dilihatnya sebagai cita-cita dan usaha untuk
mencapai tujuan persekolahan.
o. Franklin Bobbit
Kehidupan manusia terbentuk oleh sejumlah kecakapan, diperoleh
melalui pendidikan yakni penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan, apresiasi adalah Tujuan Kurikulum. Keseluruhan tujuan &
pengalaman menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Maka dari pernyataan para tokoh tersebut kami menyimpulkan Teori
Kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan
antara unsur - unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.
2.7 Konsep kurikulum
Konsep-konsep teori kurikulum yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan
yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi
karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya
petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan penyajian
dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penetuan keputusan,
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori
kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum,
kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar
bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai.Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi.Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para
penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat.Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu
sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum.Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana
cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah
bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai
bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal
barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga
dituntut untuk:
1. Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-
istilah teknis
2. Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam
pengetahuan-pengetahuan baru
3. Melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
4. Mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan
melaksanakan model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum.
Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem,
maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
BAB III
KESIMPULAN
Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang
diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that
are provided for students by the school). Sehingga kurikulum tidak dibatasi pada
kegiatan di dalam kelas, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh siswa di luar kelas.
Saylor, Alexabder, dan Lewis (1974), yang menganggap kurikulum sebagai upaya
sekolah untuk memengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di
halaman sekolah, maupun di luar sekolah.
McNeil (1985) yaitu kurikulum sederhana/ mudah dan kurikulum kompleks/ sulit.
Pinar (1978) menggolongkan teori kurikulum menjadi 3, yaitu Aliran Tradisional.
Tyler memandang kurikulum sebagai kelas, guru, kursus, unit, pelajaran, dan
sebagainya. Hirsch memasukkan konsep pengetahuan dasar dan budaya literasi
dalam kurikulum sekolah. Aliran Empirisme Konseptual terfokus pada
metodologi riset dari ilmu-ilmu eksakta dan mencoba untuk menghasilkan
penyamarataan yang akan memungkinkan pendidik untuk mengendalikan dan
meramalkan apa yang terjadi di sekolah. Aliran Rekonseptualis, menekankan
kesubyektipan, pengalaman eksistensial, dan seni penafsiran dalam rangka
mengungkapkan konflik kelas dan hubungan kekuasaan yang berbeda yang ada
dalam masyarakat
yang lebih besar.
Eisner dan Vallance (1974) menggolongkan teori kurikulum kedalam 5 konsepsi.
1. Kurikulum yang berorientasi pada aspek kognitif, terkait dengan
pengembangan intelektual.
2. Kurikulum yang berbasis teknologi, dalam hal ini fungsi kurikulum
terutama adalah untuk menemukan alat-alat efisien.
3. Kurikulum yang berorientasi pada aktualisasi diri, memandang kurikulum
sebagai pengalaman yang didesain untuk menghasilkan pertumbuhan
pribadi.
4. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi social, menekankan pada
kebutuhan bermasyarakat.
5. Kurikulum berorientasi pada rasionalisme akademis, menekankan
pentingnya standard disiplin dalam membantu yang muda berpartisipasi
dalam tradisi kultural barat.
Huenecke’S (1982) menggolongkan 4 jenis teori kurikulum, yaitu
1. Teori yang berorientasi pada structural, menganalisis komponen kurikulum
dan hubungan timbal balik antarkomponen.
2. Teori yang berorientasi pada nilai, mengutamakan analisis nilai dan asumsi
dari pembuatan kurikulum serta produk yang dihasilkan oleh para pembuat
kurikulum.
3. Teori yang berorientasi pada isi, berkonsentrasi pada isi dari kurikulum.
4. Teori yang berorientasi pada proses, berkonsentrasi pada bagaimana
kurikulum dikembangkan.
Ralph W Tyler : 4 pertanyaan pokok inti kajian kurikulum :
• Tujuan
• Pengalaman pendidikan
• Organisasi pengalaman
• Evaluasi
Beauchamp (1963) : teori kurikulum berhubungan erat dengan teori-teori lain
Othanel Smith : sumbangan filsafat terhadap teori kurikulum (perumusan
tujuan penyusunan bahan)
Mc Donald (1964) : 4 sistem dalam persekolahan yakni kurikulum, pengajaran,
mengajar, belajar
Beauchamp (1960 – 1965) Enam Komponen kurikulum sebagai bidang studi
a. Landasan kurikulum,
b. Isi kurikulum,
c. Disain kurikulum,
d. Rekayasa kurikulum,
e. Evaluasi kurikulum,
f. Penelitian dan pengembangan
Mauritz Johnson (1967)
Membedakan kurikulum (tujuan) dengan proses pengembangan
kurikulum. Pengalaman belajar merupakan bagian dari pengajaran.
J.Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum
planning for better teaching and learning (1956).
Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman
sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga
apa yang disebut kegiatan extra kurikuler
Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum
(1965).
Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan
definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan
diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores.
Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential
experience set up in the school for the purpose of diseliping ehildren and
youth in group ways of thinking and acting”. Mereka melihat kurikulum
sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan
kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai
dengan masyarakatnya.
William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966)
Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: Ragan menggunakan
kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan
dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab
sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi
seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan
murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school
improfement (1973).
Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka
dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara
mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal
structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih
mata pelajaran.
Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum.
Dalam bukunya changing the curriculum : a social process (1946)
ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-
orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para
pendidik, dan personalia. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas
yang mencakup yang meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan,
kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta norma-norma
melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai
sekolah.
Edward A, Krug dalam secondary school curriculum (1960)
Menunjukan pendirian yang terbatas tapi realities tentang
kurikulum, kurikulum dilihatnya sebagai cita-cita dan usaha untuk
mencapai tujuan persekolahan.
Franklin Bobbit
Kehidupan manusia terbentuk oleh sejumlah kecakapan, diperoleh
melalui pendidikan yakni penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan, apresiasi adalah Tujuan Kurikulum. Keseluruhan tujuan &
pengalaman menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Caswell
Konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat à kurikulum
interaktif yang menekankan pada partisipasi guru.
Daftar Pustaka
http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/05/teori-kurikulum.html?
m=1
http://modelmodelpembelajaran.blogspot.com/2012/12/teori-kurikulum.html?m=1
http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/30/teori-kurikulum/
http://mybatik.wordpress.com/2009/01/29/teori-dan-konsep-kurikulum/
http://www.google.com/gilangdawous.files.wordpress.com%makalah-
mankur.docx
http://rosmaladewi68.wordpress.com/2013/05/11/teori-teori-kurikulum/