Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri konstruksi adalah keseluruhan
atau sebagian rangkaian kegiatan yang
mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari
penyediaan barang/material keperluan pekerjaan
konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan
(delivery) hingga ke pelaksanaan pekerjaan
konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil,
arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata
lingkungan masing- masing beserta kelengkapannya,
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
fisik lainnya sesuai dengan yang direncanakannya.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau
sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan masing masing
beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain.
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting
dalam pembangunan namun dalam kegiatan konstruksi
kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan
dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi
1
Page 2
menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan
antara lain yang menyangkut aspek keselamatan
kerja dan lingkungan. Kegiatan proyek
konstruksi memiliki Karakteristik antara lain :
bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu,
melibatkan banyak unsur tenaga kerja kasar dan
berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas,
intensitas kerja yang tinggi, tempat Kerja
(terbuka, tertutup, lembab, kering, panas, berdebu,
kotor), menggunakan peralatan kerja beragam,
jenis, teknologi, kapasitas dan beragam
berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi,
peralatan, tenaga kerja, material dan lain lain.
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di
tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,
kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada tahun
2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan
yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326
orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data
kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan
yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah
peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10%
dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan
demikian angka kecelakaan mencapai 930 kejadian
untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh
2
Page 3
karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya
diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut
penelitian world economic forum pada tahun 2006,
angka kematian akibat kecelakaan di
Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000
pekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola
sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan
seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya
manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak
akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya
intervensi dari manajemen berupa upaya terencana
untuk mengelolanya. Karena itu ahli K3 sejak awal
tahun 1980an berupaya meyakinkan semua
pihak khususnya manajemen organisasi untuk
menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam
organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya
berbagai konsep mengenai manajemen K3. Menurut
Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3
adalah bagian dari sistem secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan/desain,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan, bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
3
Page 4
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,
maka permasalahan dapat dirumuskan adalah
bagaimana penerapan sistem dan mekanisme pengelolaan
keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan
proyek konstruksi.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun
dengan tujuan:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan
psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja
digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja,
dan partisipasi kerja.
6. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
4
Page 5
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungin
dalam bekerja.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah:
1. Melatif kreatifitas penulis dalam menuangkan
gagasan pemikirannya tentang suatu kajian atau
topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara
tidak langsung penulis juga dilatih untuk
menerapkan kemampuan berpikir secara logis-
sistematis tenntang keselamatan dan kesehatan
kerja, serta kemampuan analisis.
2. Makalah ini bukan hanya berguna bagi penulis saja
tetapi juga sebagai bahan refrensi ilmiah dan
sumbangan pengetahuan bagi para pembaca tentang
apa yang penulis sumbangkan lewat ide melalui
makalah ini.
3. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis
ilmiah harus mengikuti tata cara penulisan yang
sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan
teknik, aturan, disajikan teratur, runtun dan
tertib.
4. Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan mahasiswa
sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu
pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil
(produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang
5
Page 6
ilmu pengetahuan K3 terutama setelah penyelesaian
studynya.
BAB II
6
Page 7
KAJIAN TEORI
1. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum
2. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Disusun Oleh: Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan
3. http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-
bangunan/
Ditulis Oleh: Abdul Haris
4. http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/
wp-content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-
wirahadikusumah.pdf
Ditulis Oleh: Reini D. Wirahadikusumah
7
Page 8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan makalah ini, untuk mendapatkan
data dan informasi yang diperlukan, kami mempergunakan
metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau
literatur ini dilakukan dengan cara mendapatkan data
atau informasi tertulis yang bersumber dari buku-buku,
dan berbagai artikel diinternet yang menurut kami dapat
mendukung penelitian ini.
8
Page 9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:
Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani, tenaga kerja pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.
Secara Keilmuan
9
Page 10
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
4.1.1 Tujuan K3
Tujuan dari k3:
o Melindungi kesehatan, keamanan dan
keselamatan dari tenaga kerja.
o Meningkatkan efisiensi kerja.
o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
4.1.2 Adanya Ilmu Tentang K3
o Mempelajari tentang k3
o Melaksanakan tentang k3
o Memperoleh hasil yang sempurna dalam
mencegah terjadinya kecelakaan kerja
4.1.3 Sasaran K3
o Menjamin keselamatan pekerja
o Menjamin keamanan alat yang digunakan
o Menjamin proses produksi yang aman dan
lancer
4.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3
o Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja
10
Page 11
o Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
o Resiko kecelakaan dan penyakit kerja
Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan
dari pihak perusahaan dapat menjamin
keselamatan pekerja.
Dasar hukum k3 :
UU No.1 tahun 1970
UU No.21 tahun 2003
UU No.13 tahun 2003
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-
5/MEN/1996
4.1.5 Hambatan dari Penerapan K3
a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
- Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan
dasar
- Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3
karena SDM yang masih rendah.
b) Hambatan dari sisi perusahaan:
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan
biaya produksi atau operasional dan
meningkatkan efisiensi pekerja untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar-
besarnya.
11
Page 12
4.1.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3
Dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Jenis kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara
manusia dengan bahan kimia berbahaya.
Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap
bahan kimia dan gas bahan kimia.
2) Jenis fisika
- Suatu temperatur udara yang terlalu panas
maupun terlalu dingin.
- keadaan yang sangat bising.
- keadaan udara yang tidak normal.
Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu
tubuh yang tidak normal
3) Jenis proyek/ pekerjaan
- Pencahayaan atau penerangan yang kurang.
- Bahaya dari pengangkutan barang.
- Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.
Contoh:
- Kerusakan penglihatan
- Pemindahan barang yang tidak hati-hat
sehingga melukai pekerja
12
Page 13
- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan
sehngga melukai pekerja
4.1.7 Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia
Kerja
a. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat
menimbulkan kecelakaan, penyakit dan
kerusakan yang menghambat kemampuan pekerja.
b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu
kondisi yang dapat mengakibatkan peluang
bahaya yang mulai tampak sehingga
mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila
terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d. Incident adalah memunculnya kejadian yang
bahaya yang dapat mengadakan kontak dengan
sumber energi yang melebihi ambang batas
normal.
e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai
dengan adanya korban atau kerugian baik
manusia maupun peralatan.
4.2 Proyek Konstruksi
4.2.1 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi
o Memiliki masa kerja terbatas
o Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
13
Page 14
o Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour)
yang berpendidikan relatif rendah
o Memiliki intensitas kerja yang tinggi
o Bersifat multidisiplin dan multi crafts
o Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis,
teknologi, kapasitas dan kondisinya
o Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan,
material dan tenaga kerja)
4.2.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi
1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building
Construction)
Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup
bangunan gedung perkantoran, sekolah,
pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan
sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi
terdiri dari yg berskala rendah, menengah,
dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek
bangunan lebih lengkap dan detail. Untuk
proyek-proyek pemerintah (di Indonesia)
proyek bangunan gedung ini dibawah
14
Page 15
pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta
Karya.
2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential
Construction/Real Estate)
Di sini proyek pembangunan
perumahan/pemukiman (Real Estate) dibedakan
dengan proyek bangunan gedung secara rinci
yang didasarkan pada klase pembangunannya
serempak dengan penyerahan prasarana-
prasarana penunjangnya, jadi memerlukan
perencanaan infrastruktur dari perumahan
tersebut (jaringan tranfusi, jaringan air,
dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan
ini dari rumah yang sangat sederhana sampai
rumah mewah, dan rumah susun. Di Indonesia
pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta Karya.
3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek
Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering
Construction) umumnya proyek yang masuk jenis
ini adalah proyek-proyek yang bersifat
infrastruktur seperti proyek bendungan,
proyek jalan raya, jembatan, terowongan,
jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain.
Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan
membutuhkan teknologi tinggi.
15
Page 16
4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial
Construction)
Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis
ini biasanya proyek industri yang membutuhkan
spesifikasi dari persyaratan khusus seperti
untuk kilang minyak, industri berat, industri
dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya.
Perencanaan dan pelaksanaannya membutuhkan
ketelitian dan keahlian atau teknologi yang
spesifik.
4.2.3 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi
Pemerintah telah sejak lama
mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga
kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah
mengeluarkan UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup
berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu
upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga
kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan
dan kesehatan kerja.
16
Page 17
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada
bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-
01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini
mencakup ketentuan-ketentuan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan.
Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi
bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi
lainnya masih banyak aspek yang belum
tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi
untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat
minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya
Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya
disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini
merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai
standar K3 untuk konstruksi di Indonesia.
Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif,
namun terkadang sulit dimengerti karena
menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
17
Page 18
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan
deskripsi/gambar yang memadai.
Kekurangankekurangan tersebut tentunya sangat
menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta
dapat menimbulkan perbedaan pendapat dan
perselisihan di antara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi.
Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua
puluh tahun masih menjadi pedoman yang berlaku.
Baru pada tahun 2004, Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai
Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui
pedoman ini, dengan dikeluarkannya KepMen
Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004 Tentang Pedoman
Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman
Teknis K3 Bendungan” yang baru ini khusus
ditujukan untuk proyek konstruksi bendungan,
sedangkan untuk jenis-jenis proyek konstruksi
lainnya seperti jalan, jembatan, dan bagunan
gedung, belum dibuat pedoman yang lebih baru.
Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya,
Pedoman Teknis K3 untuk bendungan tersebut
sebenarnya dapat digunakan pula untuk jenis-
jenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman
Teknis K3 Bendungan” juga mencakup daftar
18
Page 19
berbagai penyakit akibat kerja yang harus
dilaporkan.
Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk
jasa konstruksi di Amerika Serikat misalnya,
(OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational Safety
and Health Administration (OSHA), sebuah badan
khusus di bawah Departemen Tenaga Kerja yang
mengeluarkan pedoman K3 termasuk untuk bidang
konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya
secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau
pedoman teknis tersebut juga sangat
komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat
dicontoh adalah penerbitan brosur-brosur
penjelasan untuk menjawab secara spesifik
berbagai isu utama yang muncul dalam
pelaksanaan pedoman teknis di lapangan. Pedoman
yang dibuat dengan tujuan untuk tercapainya
keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya
sekedar sebagai aturan, selayaknya secara terus
menerus disempurnakan dan mengakomodasi
masukan-masukan dari pengalaman pelaku
konstruksi di lapangan. Dengan demikian, pelaku
konstruksi akan secara sadar mengikuti
peraturan untuk tujuan keselamatan dan
kesehatan kerjanya sendiri.
19
Page 20
4.2.4 Jenis Bahaya Konstruksi
- Terbentur
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang
yang tidak diduga ditabrak atau ditampar
sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena
pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing
material.
- Membentur
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja
yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan
beberapa objek. Contohnya: terkena sudut atau
bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa.
- Terperangkap (caught in, caught on, caught
between)
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang
akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut
diantara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang
timbul bila baju dari pekerja terkena pagar
kawat. Sedangkan contoh dari caught between
adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan
atau kaki dari pekerja tersangkut bagian
mesin yang bergerak.
- Jatuh dari ketinggian
20
Page 21
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh
dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat
yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari
tangga atau atap.
- Jatuh dari ketinggian yang sama
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini
seringkali berupa tergelincir, tersandung,
jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
- Pekerjaan yang terlalu berat
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang
terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti
mengangkat, menaikkan, menarik benda atau
material yang dilakukan diluar batas
kemampuan.
- Terkena aliran listrik
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini
terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan
alat atau perlengkapan yang mengandung
listrik.
- Terbakar
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari
tubuh mengalami kontak dengan percikan bunga
api, atau dengan zat kimia yang panas.
21
Page 22
4.2.5 Sebab Kecelakaan Konstruksi
1. Faktor Manusia
- Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
- Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan
edukasi berbeda.
- Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
- Perlu penanganan khusus
Pencegahan :
- Pemilihan Tenaga Kerja
- Pelatihan sebelum mulai kerja
- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan
berlangsung
2. Faktor Lingkungan
- Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya
suara bising yang berlebihan dapat
mengakibatkan terganggunya konsentrasi
pekerja.
- Debu dan material beracun, mengganggu
kesehatan kerja, sehingga menurunkan
efektivitas kerja.
- Cuaca (panas, hujan)
Pencegahan:
22
Page 23
- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga
dan masker pada pekerja.
3. Faktor Teknis
- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek
seperti penggunaan peralatan dan alat
berat, penggalian, pembangunan,
pengangkutan dan sebagainya.
- Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja
yang tidak memenuhi standar keselamatan
(substandards condition).
Pencegahan:
- Perencanaan Kerja yang baik
- Pemeliharaan dan perawatan peralatan
- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi
yang aman
- Penerapan Sistim Manajemen Mutu
4.2.6 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi
1. Kebijakan K3
Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam
proyek.
23
Page 24
Memuat komitment dan dukungan manajemen
puncak terhadap pelaksanaan K3 dalam
proyek.
Harus disosialisasikan kepada seluruh
pekerja dan digunakan sebagai landasan
kebijakan proyek lainnya.
2. Administratif dan Prosedur
Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3
dalam proyek.
Menetapkan personal dan petugas yang
menangani K3 dalam proyek.
Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3
selama proyek berlangsung termasuk tugas
dan wewenang semua unsur terkait
Organisasi dan SDM.
Kontraktor harus memiliki organisasi yang
menangani K3 yang besarnya sesuai dengan
kebutuhan dan lingkup kegiatan.
Organisasi K3 harus memiliki asses kepada
penanggung jawab projek.
Kontraktor harus memiliki personnel yang
cukup yang bertanggung jawab mengelola
kegiatan K3 dalam perusahaan yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau
pekerja yang cakap dan kompeten dalam
24
Page 25
menangani setiap jenis pekerjaan serta
mengetahui sistim cara kerja aman untuk
masing-masing kegiatan.
Kontraktor harus memiliki kelengkapan
dokumen kerja dan perijinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual
Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan
K3 dalam perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja
aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam
kontrak yang akan dikerjakannya.
3. Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus
dilakukan Identifikasi Bahaya guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap
pekerjaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan bersama
pengawas pekerjaan dan Safety Departement.
Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang
sudah baku seperti Check List, What If,
Hazops, dan sebagainya.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan
sebagai pedoman dalam melakukan setiap
kegiatan.
4. Project Safety Review
25
Page 26
Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian
K3 yang mencakup kehandalan K3 dalam
rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan
bahwa proyek dibangun dengan sstandar
keselamatan yang baik sesuai dengan
persyaratan.
Kontraktor jika diperlukan harus melakukan
project safety review untuk setiap tahapan
kegiatan kerja yang dilakukan, terutama
bagi kontraktor EPC (Engineering-
Procurement-Construction).
Project Safety Review bertujuan untuk
mengevaluasi potensi bahaya dalam setiap
tahapan project secara sistimatis.
5. Pembinaan dan Pelatihan
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua
pekerja dari level terendah sampai level
tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan
dilakukan secara berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan :
Kebijakan K3 proyek:
- Cara melakukan pekerjaan dengan aman
- Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
26
Page 27
6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)
Panitia Pembina K3 merupakan salah satu
penyangga keberhasilan K3 dalam perusahaan.
Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk
membina keterlibatan dan kepedulian semua
unsur terhadap K3
Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina
K3 atau Komite K3 (Safety Committee).
Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-
masing fungsi yang ada dalam kegiatan
kerja.
Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam
perusahaan serta memberikan masukan dan
pertimbangan kepada manajemen untuk
peningkatan K3 dalam perusahaan.
7. Promosi K3
Selama kegiatan proyek berlangsung
diselenggarakan program-program Promosi K3.
Bertujuan untuk mengingatkan dan
meningkatkan awareness para pekerja proyek.
Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk,
buletin, lomba K3 dan sebagainya.
Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
8. Safe Working Practices
27
Page 28
Harus disusun pedoman keselamatan untuk
setiap pekerjaan berbahaya dilingkungan
proyek misalnya :
- Pekerjaan Pengelasan
- Scaffolding
- Bekerja diketinggian
- Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
- Bekerja diruangan tertutup
- Bekerja diperalatan mekanis dan
sebagainya
9. Sistem Ijin Kerja
Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai
kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan
sistim ijin kerja.
Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh
dimulai jika telah memiliki ijin kerja yang
dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas
proyek atau K3).
Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan,
safety precaution dan peralatan keselamatan
yang diperlukan.
10. Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase
konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak ada
28
Page 29
“unsafe act dan unsafe Condition”
dilingkungan proyek.
Inspeksi dilakukan secara berkala.
Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau
dibentuk Joint Inspection semua unsur dan
Sub Kontraktor.
11. Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat
berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya
sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus
diberi sertifikat penggunaan dilengkapi
dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
12. Keselamatan Kontraktor (Contractor
Safety)
Harus disusun pedoman Keselamatan
Konstraktor/Sub Kontraktor.
Sub kontraktor harus memenuhi standar
keselamatan yang telah ditetapkan.
Setiap sub kontraktor harus memiliki
petugas K3.
Pekerja Sub kontraktor harus dilatih
mengenai K3 secara berkala.
Contractor Safety:
29
Page 30
- Kontraktor merupakan unsur penting
dalam perusahaan sebagai mitra yang
membantu kegiatan operasi perusahaan.
- Kontraktor rawan terhadap kecelakaan
dalam menjalankan kegiatannya.
- Tenaga Kontraktor bersifat sementara.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor
tinggi.
- Kelalaian yang dilakukan kontraktor
dapat menimbulkan bahaya bagi operasi
perusahaan dan berakibat kecelakaan
perusahaan.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor
juga berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
Perusahaan harus menerapkan Contractor
Safety Management System (CSMS)
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk
mengelola kontraktor yang bekerja di
lingkungan perusahaan. CSMS merupakan
sistim komprehensif dalam pengelolaan
kontraktor sejak tahap perencanaan sampai
pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan CSMS:
30
Page 31
- Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang
bekerja dilingkungan perusahaan telah
memenuhi standar dan kriteria K3 yang
ditetapkan perusahaan.
- Sebagai alat untuk menjaga dan
meningkatkan kinerja Keselamatan di
lingkungan kontraktor.
- Untuk mencegah dan menghindarkan
kerugian yang timbul akibat aktivitas
kerja kontraktor.
Dasar Penerapan CSMS:
- Undang-undang Keselamatan Kerja No 1
Tahun 1970
Perusahaan bertanggung jawab menjamin
keselamatan setiap orang yang berada
ditempat kerjanya (termasuk kontraktor
dan pihak lainnya yang berada di tempat
kerja).
- Undang undang Perlindungan Konsumen
Perusahaan wajib melindungi keselamatan
konsumen sebagai akibat kegiatan
perusahaan API RP 2221.
13. Keselamatan Transportasi
Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas
transportasi yang tinggi.
31
Page 32
Pembinaan dan Pengawasan transportasi
diluar dan didalamn lokasi Proyek.
Semua kendaraan angkutan Proyek harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
14. Pengelolaan Lingkungan
Selama proyek berlangsung harus dilakukan
pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu
dokumen Amdal/UKL dan UPL.
Selama proyek berlangsung dampak negatif
harus ditekan seminimal mungkin untuk
menghindarkan kerusakan terhadap
lingkungan.
15. Pengelolaan Limbah dan B3
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam
jumlah besar, dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai
dengan jenisnya.
Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi
proyek.
16. Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat
sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya
32
Page 33
proyek misalnya bahaya kebakaran,
kecelakaan, peledakan dan sebagainya.
SOP Darurat harus disosialisasikan dan
dilatih kepada semua pekerja.
17. Accident Investigation and Reporting
System
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek
harus diselidiki oleh petugas yang terlatih
dengan tujuan untuk mencari penyebab utama
agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.
Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan
dibuat analisa serta statistik kecelakaan.
Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite
K3 Proyek.
18. Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai
dengan jangka waktu proyek.
Audit K3 berfungsi untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3
dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan
proyek berikutnya.
Sebagai masukan dalam memberikan
penghargaan K3.
33
Page 34
4.3 Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Penanganan masalah kecelakaan kerja juga
didukung oleh adanya UU No. 3/1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini, jaminan
sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan
bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan uang sebagai
pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek
kemudian diatur lebih lanjut melalui PP No. 14/1993
mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia.
Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-05/MEN/1993, yang
menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT. Jamsostek),
sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara
jamsostek secara nasional.
Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT.
Jamsostek juga merupakan suatu badan yang mencatat
kasus-kasus kecelakaan kerja termasuk pada proyek-
proyek konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi
setiap kecelakaan kerja terjadi. Melalui Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. KEP-196/MEN/1999, berbagai
aspek penyelenggaraan program jamsostek diatur
secara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas,
borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu, pada
34
Page 35
sektor jasa konstruksi. Karena pekerja sektor jasa
konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas dan
borongan, maka KepMen ini sangat membantu nasib
mereka. Para pengguna jasa wajib mengikutsertakan
pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis program
jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan
kematian. Apabila mereka bekerja lebih dari 3 bulan,
pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua
program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari
tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur
melalui Keppres No.22/1993. Dalam Keppres ini,
terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk mungkin
timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja
yang menderita salah satu penyakit ini berhak
mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat
masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan
kerja berakhir (sampai maksimal 3 tahun). Pada
umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai
akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal
dari material konstruksi yang apabila terkena dalam
waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan penyakit
yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga
termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan
kegiatan konstruksi, serta kelainan otot, tulang dan
persendian yang sering terjadi pada pekerja
konstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan
35
Page 36
material berbobot dan berulang, dan penggunaan
peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja
dalam bentuk jamsostek secara legal dapat dikatakan
memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan tersebut
sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-
biaya transportasi dan perawatan di rumah sakit
akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai lagi
dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada
saat ini.
4.4 Alat Pelindung Diri
Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiridan orang di
sekelilingnya.
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
a) Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-
benda yang dapat melukai kepala.
b) Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat trasportasi.
c) Penutup telinga
Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja
di tempat yang bising.
36
Page 37
d) Kaca mata pengamanan
Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika
bekerja dari percikan.
e) Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika
bekerja.
f) Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap
di tempat yang kualitas udaranya kurang bagus.
g) Safety Shoes
Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan
terlukanya jari-jari kaki dari hantaman,tusukan
atau timpaan benda yang berat dan keras pada
saat terjadi kecelakaan kerja.
37
Page 38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data
yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
:
1. Masih kurangnya pengetahuan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dari para
pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja para pekerja dapat
sedikit terhindar dari kecelakaan dan
penyakit kerja.
3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang ada dapat dikatakan belum
terealisasikan dengan baik.
4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dengan melakukan tindakan
pencegahan dan perbaikan, pengawasan dan
inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan
kesehatan kerja
38
Page 39
5.2 Saran
1. Program K3 harus lebih ditingkatkan
lagi supaya para pekerja lebih merasa aman
dan nyaman.
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi-
kan program K3 untuk meningkatkan dukungan
pekerja terhadap program K3 yang nantinya
juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan) dan Hukum. Balikpapan: Program Studi
Teknik Sipil.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan, 2008. Himpunan Peraturan Perundang –
Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I
http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-
konstruksi-bangunan/
39
Page 40
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/
manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-content/uploads/
2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
LAMPIRAN
1. Alat Pelindung Diri
40
Page 41
Gambar 1.1 Safety Helmet Gambar 1.2 Safety
Belt
41
Page 42
Gambar 1.3 Penutup Telinga
Gambar 1.4 Kacamata Pengamanan
Gambar 1.5 Pelindung Wajah Gambar
1.6 Masker
42
Page 43
Gambar 1.7 Safety Shoes
2. Slogan K3
43
Page 44
Gambar 2.1 Slogan K3
3. Rambu – Rambu K3
44
Page 45
Tabel 1 Makna Rambu
45
Page 46
Gambar 3 Rambu – Rambu K3
46