Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian IPS atau yang lebih khususnya membahas penerapan pembelajaran IPS.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
47

Makalah Ips

Dec 01, 2015

Download

Documents

pitt danis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Ips

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian IPS atau yang lebih khususnya membahas penerapan pembelajaran IPS.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Page 2: Makalah Ips

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran

di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan

memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin

ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Dalam

praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang.

Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang di ramu dari teori pendidikan modern

menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik

bagi peserta didik serta senantiasa relevan dengan konteks yang berkembang.

Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka

terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat

secara umum.

Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan strategi yang memadukan setiap

komponen pembelajaran secara integrated dan koheren. Penentuan materi yang tepat, metode

yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang relevan serta proses evaluasi yang dapat

mengukur tingkat pencapaian proses dan hasil terhadap tujuan pembelajaran menjadi

pekerjaan utama para aktor pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai

tujuan yang diharapkan.

Peran pendidik yang kini mengalami pergeseran dari teacher centered menuju student

centered merupakan suatu fenomena yang memiliki makna filosofis terhadap praktek

pembelajaran di persekolahan. Oleh karenanya, guru abad sekarang harus mampu

meningkatkan profesionalismenya serta senantiasa beradaptasi dengan dinamika

perkembangan dunia pendidikan pada khususnya dan dinamika global pada umumnya.

Page 3: Makalah Ips

Berangkat dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis akan mendeskprisikan

tentang konsep pembelajaran IPS beserta beberapa pendekatan yang dinilai cukup efektif

untuk diterapkan. Selain itu, dihubungkan pula dengan konteks pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai trend terbaru dalam kebijakan pengembangan

kurikulum pada tingkat persekolahan.

B.Rumusan Masalah

Mengetahui dan memahami pengertian IPS dan bagaimana cara pembelajaran yang

baik dan benar.

C.Tujuan Penulisan

Bertujuan agar mengetahui arti IPS yang sebenarnya dan tujuan-tujuan IPS.

Page 4: Makalah Ips

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian IPSRumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPSatau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan IPS menurut para ahli.• Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.• John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part ofelementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology,philosophy, antropology, and economic. The social studies have beendefined as “ those portion of the social science… selected for instructional purposes”Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model pengembangan social studies yang berbeda.Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia.• Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudandari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakanintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologibudaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologimanusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materidan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.• Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, danSLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkatkesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadipelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolahdasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan anekacabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadipelajaran yang mudah dicerna.• S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi

Page 5: Makalah Ips

atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPSmerupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranmanusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.• Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studiyang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yangberhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolahsekolah.Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yangdilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPSmembahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

B. Ruang Lingkup Kajian IPSSecara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.Dengan pertimbangn bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas,pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengankemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasisampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana

Page 6: Makalah Ips

melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumberpada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakanmasyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

C.Tujuan IPSSama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaranpada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS.Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.Sub bahasan ini dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi IPS.Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:• membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat;• membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat;• membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengansesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan sertaberbagai keahlian;• membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagiankehidupannya yang tidak terpisahkan; dan secara umum adalah:1) Menguasai pengetahuan tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal.2) Menuasai pengetahuan tentang fakta – fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.3) Menguasai pengetahuan tentang unsur – unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.4) Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa – peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu keperiode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.5) Menumbuhkan pengertian tentang hubungan natara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secaraintrinsik).

Page 7: Makalah Ips

6) Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada fakta – fakta yang berdiri sendiri.7) Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh – pengaruh sosial kultural terhadap peristiwa sejarah.

8) Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan

sosial dan kultural masyarakat.

9) Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi

masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang

akan datang.

b. Aspek Pengembangan Sikap.

1) Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam artian agar mereka mampu

berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa

tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).

2) Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi

hidup masa kini suatu bangsa.

3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari

masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang

lampau.

4) Penumbuhan kesadaran akan perubahan – perubahan yang telah dan sedang berlangsung

di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan

datang.

c. Aspek Ketrampilan.

1) Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan

juga menekankan pengembangan kemampuan

dasar di kalangan murid berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan

menginterpretasikan serta merangkaikan fakta –

fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis.

2) Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah– masalah dan

mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa

lainnya atau dari zaman masa kini dan lain – lain.

3) Ketrampilan menelaah secara elementer buku – buku terutama yang menyangkut

keanekaragaman IPS dan sejarah.

Page 8: Makalah Ips

4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan – pertanyaan produktif di sekitar masalah

keanekaragaman IPS dan sejarah.

5) Ketrampilan mengembangkan cara – cara berpikir analitis tentang masalah – masalah

sosial historis di lingkungan masyarakatnya.

6) Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu

Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas

dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek

dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

budaya).

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan

yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan

wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-

peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan

dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,

ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih.

Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-

aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial

merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi

dan kontrol sosial.

2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut:

Page 9: Makalah Ips

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,

ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang

humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan

geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga

menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah

sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan

perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi

dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya

perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan

dan jaminan keamanan.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam

mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara

keseluruhan.

3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri

maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-

program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Menurut Awan Mutakin

(1998), berdasarkan rumusan tujuan umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui

pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang

diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan

masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan

untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

Page 10: Makalah Ips

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu

membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri

agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

4. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Nilai Ketuhanan

Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib berlandaskan kepada nilai

ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan nilai transendental yang menjadi core value

dari sistem nilai yang ada.

b. Nilai Edukatif

Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya

perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik. Proses

pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan sekolah pada umumnya

melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan dalam kekhidupan sehari-hari

c. Nilai Praktis

Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai praktis.

Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan digali dari

kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.

d. Nilai Teoritis

Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas dari kerangka

teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan kemampuan nalar kearah sense of rality,

sense of discovery, sense of inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap

suatu masalah.

e. Nilai Filsafat

Page 11: Makalah Ips

Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan pernannya di tengah

masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat dan

sebagai makhluk sosial

f. Nilai Kemanusiaan.

Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, kedamaian,

tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu disaampaikan secara terpadu dalam

pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human

excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.

5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan

pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan

suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual

maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-

prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya

adalah memadukan Kompetensi Dasar.

Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman

langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian,

peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang

dipelajari.

Dalam pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari

berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran

terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu,

kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu

yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan

yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan

dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh,

potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari

berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.

6. Model-model Pembelajaran IPS Terpadu

a. Model Integrasi Berdasarkan Topik

Page 12: Makalah Ips

Dalam pembelajaran IPS, keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik

yang terkait, misalnya ‘Kegiatan Ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk

dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi

penduduk dapat dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis

yang tercakup dalam disiplin Geografi.

Secara sosiologi, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi

sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan

ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep

tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan

krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat

dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.

b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama

Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada

potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali Sebagai

Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam

Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan

kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama

yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi

daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa

disiplin yang tergabung dalam IPS .

c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan

Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan

permasalahan yang ada, contohnya adalah “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada

pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia ditinjau dari beberapa faktor sosial

yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologi, dan

historis.

C. Pendekatan-Pendekatan yang Efektif dalam Pembelajaran IPS

1. Pendekatan Kontekstual

Page 13: Makalah Ips

a. Mengapa Pendekatan Kontekstual

Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dialaminya, bukan

sekedar “mengetahui”-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan

kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran

yang diharapkan dapat memenuhi harapan bahwa anak sampai pada fase mampu

mengalami dan mampu menanggapi fenomena-fenomena kotekstual dalam kehidupan

sehari-harinya.

Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangkan dewasa ini:

1) Penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman

guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat

dalam kegiatan pendidikan.

2) Penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman,

dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak

anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh

terhadap perkembangan masyarakat.

3) Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan

membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan

dan masyarakat.

4) Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan

sosial politik serta dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

5) Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu

yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.

Page 14: Makalah Ips

6) Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif

dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah

kurikulum dan tatanan yang ada.

IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa dilepaskan

dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah, dinamika dan perubahan

tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya,

pembelajaran IPS bagi anak menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan

konteksnya, sehingga apa yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam wilayah kognisi,

melainkan sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang ia

dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di sekolah hanya akan menjadi barang

kadaluarsa yang tidak bernilai guna.

b. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi

dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat. Bagi disiplin ilmu sosial, pendekatan ini sangat cocok karena fenomena

sosial senantiasa mengalami perubahan sehingga apa yang siswa pelajari betul-betul selalu

up to date dan relevan dengan apa yang ia alami sehari-hari.

Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang

holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan

mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan

Page 15: Makalah Ips

kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel

untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan

harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan

menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,

mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan

tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.

Ilmu pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh

karenanya, pendekatan ini menjadi pendekatan yang sangat cocok dan menjadi keniscayaan

dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

c. Kunci Dasar Pembelajaran Kontekstual

The Northwest Regional Education Laboratory USA mengungkapkan bahwa terdapat enam

kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1. Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan

kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.

2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan

diterapkan dalam tataran kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan

datang.

3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatifnya dalam

pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.

4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan

standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK serta dunia kerja.

5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan

kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik

6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasil

belajar sesungguhnya.

Page 16: Makalah Ips

d. Penerapan CTL dalam Pembelajaran IPS

Siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan

inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai

contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik

yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.

Praktek pendidikan dewasa ini, masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru

sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam menentukan

strategi belajar dan sering mengabaikan potensi siswa. Untuk itu, diperlukan suatau pendekatan

belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah

pendekatan kontekstual (CTL) sebagaimana yang sudah diuraikan di atas.

CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and

Learning, melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak

dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi

kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan

kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas

Pendekatan Kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education,

2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa

mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka

pelajari berguna sebagai bekal hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan

sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan

siswa akan berusaha untuk meggapainya.

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru

Page 17: Makalah Ips

hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru

bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered.

Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji

konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman

hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan

tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang

akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan

konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa

dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana

hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang

penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),

bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).

1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru

menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah

dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan

informasi baru.

2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan

informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi

lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-

bentuk penelitian yang aktif.

3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan

masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan

relevan.

4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang

signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah

yang kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa

mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada

pemahaman bukan hapalan.

Page 18: Makalah Ips

Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah sebagai berikut 1) Menekankan pada

pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3)

Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa

untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan

pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik

Adapun menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki

tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry),

bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling),

refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Ketujuh komponen tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak

hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar

mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, dilandasi

oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)

merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan

(conclusion).

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan

strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk: 1)

menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa,

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui

siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan

lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Page 19: Makalah Ips

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama

dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar

yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua

kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru

menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya

melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir

kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran,

guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi berupa pernyataan langsung

tentang apa yang diperoleh hari itu.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai

perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan

belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami

pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan

kontekstual, penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

2. Pendekatan Kompetensi

Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melakukan sesuatu yang diperoleh

melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran,

kompetensi merujuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi

spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk

kepada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta tahapa-tahap pelaksanaannya secara utuh.

Page 20: Makalah Ips

Terdapat dua landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan

kompetensi.

a. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual. Melalui

pembelajaran individual peserta didik diharapkan dapat belajar sendiri, tidak bergantung

pada orang lain. Setiap peserta didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan

kemampuan masing-masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik

sarana maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang

berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula.

b. Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penugasan

(learning for mastery) adalah suatu filsafat tentang pembelajaran yang mengatakan

bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar

dengan hasil baik dari seluruh bahan yang diberikan.

Menurut Mulyasa (2007:97), implikasi pendekatan kompetensi dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual, meskipun

dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta

didik.

b. Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media bervariasi

yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar tenang dan

menyenangkan.

c. Dalam pembelajaran pelu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian

tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar

dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolah tidak mencukupi, berilah kebebasan

kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.

Adapun menurut Ashan dalam Mulyasa (2007:97) bahwa terdapat tiga hal yang perlu

diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran dengan pendekatan kompetensi, yaitu

Page 21: Makalah Ips

menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, mengembangkan strategi untuk mencapai

kompetensi, dan evaluasi.

3. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk

meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pemberdayagunaan lingkungan sebagai

sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik

perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang

dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaidah bagi lingkungannya.

Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah lingkungan. Isi

dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik

dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta

didik dalam menanggapi lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh

kebutuhan lingkungan peserta didik.

UNISCO (1980) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh

peserta didik untuk kepentingan pembelajaran sebagai berikut:

a. Lingkungan yang meliputi fator-faktor fisik, biologi, sosiao-ekonomi, dan budaya yang

berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan

peserta didik.

b. Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu

kelompok masyarakat.

c. Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan

khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara

sebagai berikut:

Page 22: Makalah Ips

a. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa

dilakukan dengan metode-metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain

b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan

pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber

tiruan, seperti model dan gambar.

4. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan

pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

pengertian tersebut, termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.

Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses anatara lain kemampuan

mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan,

menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri

dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.

Menurut Mulyasa (2007:100), kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasinya dalam kegiatan

pembelajaran sebagai berikut:

a. Kemampuan bertanya

b. Kemampuan melakukan pengamatan

c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hasil pengamatan

d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi

e. Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalamana secara

langsung.

Page 23: Makalah Ips

f. Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian

g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang sudah dikuasai dalam situasi

baru.

h. Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian.

D. Pembelajaran IPS dengan Memadukan Komponen-Komponen Pedagogik

1. Pedagogik sebagai ilmu murni menelaah fenomena pendidikan

Kajian tentang tindakan manusia dalam fenomena pendidikan memerlukan kajian

ilmiah dan analisis yang mendalam atas data pedagogik (pendidikan anak) dan data

andragogi (pendidikan orang dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan

nilai (das sollen) serta jalinan antara keduanya. Data faktual tidak berasal dari ilmu lain

tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah ilmuwan (pedagogi dan

andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (yang normative) tidak berasal dari

filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya

pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah.

Sebaliknya ilmu pendidikan khususnya pedagogik (teoritis) adalah ilmu yang

menysusun teori dan konsep yang praktis serta positif, sebab setiap pendidik tidak boleh

ragu-ragu atau menyerah kepada keragu-raguan prinsipil. Hal ini serupa dengan ilmu

praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik dan hukum.

Oleh karena itu, pedagogik (dan telaah pendidikan mikro) serta pedagogik praktis dan

andragogi (telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat pendidikan yang terbatas

menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat normative yang bersumber dari

filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah penerapan metode filsafah yang radikal

dalam menelaah hakikat peserta didik sebagai manusia seutuhnya.

Implikasinya jelas bahwa batang tubuh (body of knowledge) ilmu pendidikan

haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup:

· Relasi sesama manusia sebagai pendidik dengan terdidik (person to person

relationship)

· Pentingnya ilmu pendidikan mempergunakan metode fenomenologi secara kualitatif.

Page 24: Makalah Ips

· Orang dewasa yang berperan sebagai pendidik (educator)

· Keberadaan anak manusia sebagai terdidik (learner, student)

· Tujuan pendidikan (educational aims and objectives)

· Tindakan dan proses pendidikan (educative process), dan

· Lingkungan dan lembaga pendidikan (educational institution)

Dalam pedagogic, terdapat kajian tentang faktor-faktor pendidikan yang meliputi: (a)

tujuan hidup, (b) landasan falsafah dan yuridis pendidikan, (c) pengelolaan pendidikan, (d) teori

dan pengembangan kurikulum, (e) pengajaran dalam arti pembelajaran (instruction) yaitu

pelaksanaan kurikulum dalam arti luas di lembaga formal dan non formal terkait.

2. Komponen-Komponen Pedagogik dalam Praktek Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik

(mendidik), yang bermakna memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan mempunyai pengertian proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara

mendidik. Adapun Djahiri (1980:3) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan upaya

yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu (terus menerus sepanjang hayat) ke

arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya

(civilized).

Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa

pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang

jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama dalam proses pendidikan itu.

Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan

suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan.

Adapun berlangsung kontinu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, yaitu

selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila

manusia sudah mati.

Page 25: Makalah Ips

Adapun pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam

sistem pembelajaran adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-

buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide dan film, audio, serta video tape. Fasilitas dan

perlengkapan terdiri atas ruangan kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer.

Sementara prosedur terdiri atas jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,

belajar, ujian dan sebagainya.

Sementara Djahiri (2007:1) mengartikan pembelajaran secara programatik dan

prosedural. Secara programatik pembelajaran dimaknai seperangkat komponen rancangan

pelajaran yang memuat hasil pilihan dan ramuan profesional perancang/guru untuk

dibelajarkan kepada peserta didiknya. Rancangan ini meliputi 5 komponen (M3SE)

yakni; (1) Materi atau bahan pelajaran, (2) Metode atau kegiatan belajar-mengajar, (3)

Media pelajaran atau alat bantu, (4) Sumber sub 1-2-3, (5) Pola Evaluasi atau penilaian

perolehan belajar. Secara prosedural, pembelajaran adalah proses interaksi/interadiasi

antara kegiatan belajar siswa (KBS) dengan kegiatan mengajar guru (KMG) serta dengan

lingkungan belajarnya (learning environment).

b. Komponen-Komponen Pembelajaran IPS

Komponen minimal yang harus ada dalam setiap proses pembelajaran adalah tujuan,

materi, metode, media, sumber dan evaluasi, guru, peserta didik, serta sarana dan prasarana.

1. Tujuan Pendidikan dan Pembelajaran

Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1995:3) adalah seperangkat hasil pendidikan yang

tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan

pendidikan, yaitu bimbingan, pengajaran dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan

pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistem

pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Tujuan pendidikan disusun secara

bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang sangat luas dan umum sampai ke tujuan

pendidikan yang spesifik dan operasional. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan itu meliputi

Page 26: Makalah Ips

tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran

(instruksional)

Dalam konsep tujuan pendidikan, dikenal pula taksonomi tujuan pendidikan yakni suatu

kategorisasi tujuan pendidikan yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan

tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri atas domain-domain

berikut ini.

a. Matra Kognitif

Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom dalam Hamalik

(1995:80) mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif sebagai berikut:

1) Pengetahuan; Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari,

mulai dari fakta sampai ke teori yang menyangkut informasi yang bermanfaat.

2) Pemahaman;Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak

pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan.

3) Penerapan (aplikasi); Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang telah

dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata, meliputi aturan, metode, konsep, prinsip,

hukum, dan teori.

4) Analisis (pengkajian); Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian

supaya struktur organisasinya mudah dipahami yang meliputi identifikasi bagian-bagian,

mengkaji hubungan antara bagian-bagian, dan mengenali prinsip-prinsip organisasi.

5) Sintesis; Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu

keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara

memformulasikan pola dan struktur baru.

6) Evaluasi;Evaluasi adalah abilitet untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud

tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.

b. Matra Afektif

Page 27: Makalah Ips

Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang merupakan

aspek aspek penting perkembangan siswa. Krathwohl, Bloom, dan Masia dalam Hamalik

(1995:81) mengembangkan hirarki matra afektif yang terdiri atas:

1) Penerimaan (receiving), yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, dan

perhatian terpilih.

2) Sambutan (responding), yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan merespon,

dan kepuasan yang timbul karena sambutan.

3) Menilai (valuing), yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, dan

membuat kesepakatan dan komitmen sehubungan dengan nilai.

4) Organisasi (organization), yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai dan suatu

organisasi dari suatu sistem nilai.

5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi mengenai perangkat

umum, suatu manifestasi dari kompleks nilai.

c. Matra Psikomotor

Matra psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan yang menunjuk pada

gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa

pola-pola gerakan atau keterampilan fisik yang khusus.

Dalam konteks pembelajaran IPS, tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil

mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun

yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan

dewasa ini, dimana kewenangan satuan pendidikan lebih besar dalam merumuskan dan

mengembangkan tujuan dan kurikulum yang menjadi pegangannya. Pemerintah

menentapkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) bagi semua mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah. SK dan KD tersebut menjadi acuan sekolah dan guru

Page 28: Makalah Ips

dalam merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran (instruksional), secara

operasional, hal tersebut dituangkan dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Termasuk di dalamnya Silabus dan RPP Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Materi Pembelajaran

Bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan

guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar

adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan

tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research

Ltd/National Center for Competency Based Training).

Bahan ajar atau materi pembelajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam

Undang-Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa ”Isi

kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan

satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan

nasional”. Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan disusun

berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan kajian atau topik-

topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.

b. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.

Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan

tujuan satuan pendidikan tersebut.

c. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini,

tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui

penyampaian materi kurikulum.

Selain itu, materi kurikulum juga mengandung aspek-aspek tertentu yang sesuai

dengan tujuan kurikulum. Aspek-aspek tersebut menurut Hamalik (1995:25-26) meliputi:

Page 29: Makalah Ips

a. Teori, yaitu seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan preposisi yang saling

berhubungan, menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi

hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan

meramalkan gejala tersebut.

b. Konsep, yaitu suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan-

kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

c. Generalisasi, yaitu kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari

analisis, pendapat, atau pembuktian dalam penelitian.

d. Prinsip, yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan

hubungan antara beberapa konsep.

e. Prosedur, yaitu suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang

harus dilakukan oleh siswa.

f. Fakta, yaitu sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri atas

terminologi, orang dan tempat, serta kejadian.

g. Istilah, yaitu kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam

materi.

h. Contoh atau ilustrasi, yaitu suatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk

memperjelas suatu uraian atau pendapat.

i. Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal atau suatu kata

dalam garis besarnya.

j. Preposisi, yaitu suatu pernyataan atau theorm, atau pendapat yang tidak perlu diberi

argumentasi. Preposisi hampir sama dengan paradigma.

Dalam konteks pendidikan IPS, materi yang dirumuskan dalam kurikulum merupakan

realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan

cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yakni sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

budaya). Cabang-cabang tersebut diintegrasikan sehingga melahirkan bahan ajar IPS secara

terpadu.

Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam

pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan

dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu-ilmu sosial, maka dalam pembelajaran ini

Page 30: Makalah Ips

memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan

pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, dalam hal ini, diperlukan sejumlah

sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang

studi yang tercakup di dalamnya. Jika pembelajaran dalam satu topik tersebut mencakup seluruh

SK (Standar Kompetensi), maka ia akan memerlukan bahan ajar yang mencakup empat bidang

studi yakni Sosiologi/Antroplogi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi secara terpadu.

Selain bahan ajar IPS secara terpadu, materi pembelajaran IPS hendakanya juga

diintegrasikan dengan muatan pendidikan nilai, Mulyana (2004:119) mengartikan pendidikan

nilai sebagai penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Dalam pengertian

yang hampir sama, Mardiatmadja dalam Mulyana (2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai

sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta

menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya

merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi

mencakup keseluruhan program pendidikan.Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan nilai

adalah penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik.

Page 31: Makalah Ips

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji

masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui

pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek

psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.Saran

Strategi yang memadukan setiap komponen pembelajaran secara integrated dan koheren.

Penentuan materi yang tepat, metode yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang relevan serta

proses evaluasi yang dapat mengukur tingkat pencapaian proses dan hasil terhadap tujuan

pembelajaran menjadi pekerjaan utama para aktor pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

Page 32: Makalah Ips

DAFTAR PUSTAKA

Usma, Moh Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: Rosda

massofa.wordpress.com/.../09/pengertian-ruang-lingkup-dan-tujuan-ips