KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian IPS atau yang lebih khususnya membahas penerapan pembelajaran IPS.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian IPS atau yang lebih khususnya membahas penerapan pembelajaran IPS.Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum pembelajaran
di persekolahan, selayaknya disampaikan secara menarik dan penuh makna dengan
memadukan seluruh komponen pemebalajaran secara efektif. Selain itu, IPS sebagai disiplin
ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Dalam
praktek pembelajarannya harus senantiasa memperhatikan konteks yang berkembang.
Pendekatan-pendekatan pembelajaran efektif yang di ramu dari teori pendidikan modern
menjadi salah satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik
bagi peserta didik serta senantiasa relevan dengan konteks yang berkembang.
Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka
terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat
secara umum.
Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan strategi yang memadukan setiap
komponen pembelajaran secara integrated dan koheren. Penentuan materi yang tepat, metode
yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang relevan serta proses evaluasi yang dapat
mengukur tingkat pencapaian proses dan hasil terhadap tujuan pembelajaran menjadi
pekerjaan utama para aktor pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Peran pendidik yang kini mengalami pergeseran dari teacher centered menuju student
centered merupakan suatu fenomena yang memiliki makna filosofis terhadap praktek
pembelajaran di persekolahan. Oleh karenanya, guru abad sekarang harus mampu
meningkatkan profesionalismenya serta senantiasa beradaptasi dengan dinamika
perkembangan dunia pendidikan pada khususnya dan dinamika global pada umumnya.
Berangkat dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis akan mendeskprisikan
tentang konsep pembelajaran IPS beserta beberapa pendekatan yang dinilai cukup efektif
untuk diterapkan. Selain itu, dihubungkan pula dengan konteks pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai trend terbaru dalam kebijakan pengembangan
kurikulum pada tingkat persekolahan.
B.Rumusan Masalah
Mengetahui dan memahami pengertian IPS dan bagaimana cara pembelajaran yang
baik dan benar.
C.Tujuan Penulisan
Bertujuan agar mengetahui arti IPS yang sebenarnya dan tujuan-tujuan IPS.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPSRumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPSatau social studies. Di sekolah-sekolah Amerika pengajaran IPS dikenal dengan social studies. Jadi, istilah IPS merupakan terjemahan social studies.Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang IPS, maka penting untuk dikemukakan beberapa pengertian social studies dan IPS menurut para ahli.• Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.• John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part ofelementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology,philosophy, antropology, and economic. The social studies have beendefined as “ those portion of the social science… selected for instructional purposes”Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika Serikat tersebut. Tujuan, materi, dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model pengembangan social studies yang berbeda.Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia.• Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudandari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakanintegrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologibudaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologimanusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materidan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.• Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, danSLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkatkesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadipelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolahdasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan anekacabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadipelajaran yang mudah dicerna.• S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi
atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPSmerupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranmanusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.• Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studiyang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yangberhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolahsekolah.Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yangdilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPSmembahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
B. Ruang Lingkup Kajian IPSSecara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.Dengan pertimbangn bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas,pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengankemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasisampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan interdisipliner atau multidisipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana
melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumberpada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakanmasyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.
C.Tujuan IPSSama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaranpada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS.Akhirnya tujuan kurikuler secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.Sub bahasan ini dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi IPS.Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:• membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat;• membekali peserta didik dengan kemapuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat;• membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengansesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan sertaberbagai keahlian;• membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagiankehidupannya yang tidak terpisahkan; dan secara umum adalah:1) Menguasai pengetahuan tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal.2) Menuasai pengetahuan tentang fakta – fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.3) Menguasai pengetahuan tentang unsur – unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.4) Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa – peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu keperiode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.5) Menumbuhkan pengertian tentang hubungan natara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secaraintrinsik).
6) Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada fakta – fakta yang berdiri sendiri.7) Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh – pengaruh sosial kultural terhadap peristiwa sejarah.
8) Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan
sosial dan kultural masyarakat.
9) Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi
masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang
akan datang.
b. Aspek Pengembangan Sikap.
1) Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam artian agar mereka mampu
berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa
tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).
2) Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi
hidup masa kini suatu bangsa.
3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari
masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang
lampau.
4) Penumbuhan kesadaran akan perubahan – perubahan yang telah dan sedang berlangsung
di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan
datang.
c. Aspek Ketrampilan.
1) Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan
juga menekankan pengembangan kemampuan
dasar di kalangan murid berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan
menginterpretasikan serta merangkaikan fakta –
fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis.
2) Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah– masalah dan
mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa
lainnya atau dari zaman masa kini dan lain – lain.
3) Ketrampilan menelaah secara elementer buku – buku terutama yang menyangkut
keanekaragaman IPS dan sejarah.
4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan – pertanyaan produktif di sekitar masalah
keanekaragaman IPS dan sejarah.
5) Ketrampilan mengembangkan cara – cara berpikir analitis tentang masalah – masalah
sosial historis di lingkungan masyarakatnya.
6) Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.
Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu
Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek
dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya).
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan
yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-
peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan
dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih.
Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-
aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial
merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi
dan kontrol sosial.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah
sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan
perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi
dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan
dan jaminan keamanan.
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam
mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara
keseluruhan.
3. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-
program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Menurut Awan Mutakin
(1998), berdasarkan rumusan tujuan umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
4. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Nilai Ketuhanan
Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib berlandaskan kepada nilai
ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan nilai transendental yang menjadi core value
dari sistem nilai yang ada.
b. Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya
perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik. Proses
pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan sekolah pada umumnya
melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan dalam kekhidupan sehari-hari
c. Nilai Praktis
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai praktis.
Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan digali dari
kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
d. Nilai Teoritis
Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas dari kerangka
teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan kemampuan nalar kearah sense of rality,
sense of discovery, sense of inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap
suatu masalah.
e. Nilai Filsafat
Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan pernannya di tengah
masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka selaku anggota masyarakat dan
sebagai makhluk sosial
f. Nilai Kemanusiaan.
Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, kedamaian,
tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu disaampaikan secara terpadu dalam
pembelajaran IPS, sehingga dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human
excellence) atau manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.
5. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Salah satu di antaranya
adalah memadukan Kompetensi Dasar.
Dengan pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian,
peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari.
Dalam pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari
berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran
terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu,
kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu
yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan permasalahan
yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan
dari berbagai disiplin atau sudut pandang, contohnya banjir, pemukiman kumuh,
potensi pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi, revolusi yang dibahas dari
berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
6. Model-model Pembelajaran IPS Terpadu
a. Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS, keterpaduan dapat dilakukan berdasarkan topik
yang terkait, misalnya ‘Kegiatan Ekonomi penduduk’. Kegiatan ekonomi penduduk
dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam IPS. Kegiatan ekonomi
penduduk dapat dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis
yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologi, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi
sosial di masyarakat atau sebaliknya. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan
ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Selanjutnya penguasaan konsep
tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi sampai pada taraf mampu menumbuhkan
krteatifitas dan kemandirian dalam melakukan tindakan ekonomi dapat
dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi.
b. Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan melalui topik yang didasarkan pada
potensi utama yang ada di wilayah setempat; sebagai contoh, “Potensi Bali Sebagai
Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran yang dikembangkan dalam
Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam, historis kronologis dan
kausalitas, serta perilaku masyarakat terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama
yang terdapat di daerahnya, maka peserta didik selain dapat memahami kondisi
daerahnya juga sekaligus memahami Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa
disiplin yang tergabung dalam IPS .
c. Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang lainnya adalah berdasarkan
permasalahan yang ada, contohnya adalah “Tenaga Kerja Indonesia”. Pada
pembelajaran terpadu, Tenaga Kerja Indonesia ditinjau dari beberapa faktor sosial
yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor geografi, ekonomi, sosiologi, dan
historis.
C. Pendekatan-Pendekatan yang Efektif dalam Pembelajaran IPS
1. Pendekatan Kontekstual
a. Mengapa Pendekatan Kontekstual
Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dialaminya, bukan
sekedar “mengetahui”-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran
yang diharapkan dapat memenuhi harapan bahwa anak sampai pada fase mampu
mengalami dan mampu menanggapi fenomena-fenomena kotekstual dalam kehidupan
sehari-harinya.
Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangkan dewasa ini:
1) Penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman
guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat
dalam kegiatan pendidikan.
2) Penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman,
dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak
anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan masyarakat.
3) Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan
membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan
dan masyarakat.
4) Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
sosial politik serta dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
5) Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu
yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.
6) Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif
dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada.
IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa dilepaskan
dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah, dinamika dan perubahan
tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya,
pembelajaran IPS bagi anak menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan
konteksnya, sehingga apa yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam wilayah kognisi,
melainkan sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang ia
dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di sekolah hanya akan menjadi barang
kadaluarsa yang tidak bernilai guna.
b. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Bagi disiplin ilmu sosial, pendekatan ini sangat cocok karena fenomena
sosial senantiasa mengalami perubahan sehingga apa yang siswa pelajari betul-betul selalu
up to date dan relevan dengan apa yang ia alami sehari-hari.
Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel
untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan
harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan
menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal,
mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan
tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.
Ilmu pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh
karenanya, pendekatan ini menjadi pendekatan yang sangat cocok dan menjadi keniscayaan
dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
c. Kunci Dasar Pembelajaran Kontekstual
The Northwest Regional Education Laboratory USA mengungkapkan bahwa terdapat enam
kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
1. Pembelajaran bermakna; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan
kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.
2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan
diterapkan dalam tataran kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan
datang.
3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatifnya dalam
pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan
standar lokal, provinsi, nasional, perkembangan IPTEK serta dunia kerja.
5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik
6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasil
belajar sesungguhnya.
d. Penerapan CTL dalam Pembelajaran IPS
Siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai
contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik
yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
Praktek pendidikan dewasa ini, masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah menjadi pilihan utama dalam menentukan
strategi belajar dan sering mengabaikan potensi siswa. Untuk itu, diperlukan suatau pendekatan
belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah
pendekatan kontekstual (CTL) sebagaimana yang sudah diuraikan di atas.
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual Teaching and
Learning, melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi
kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas
Pendekatan Kontekstual atau CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education,
2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa
mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai bekal hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk meggapainya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru
hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru
bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered daripada Teacher Centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman
hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan
tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang
akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan
konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa
dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana
hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
1) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal siswa. Dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi
lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-
bentuk penelitian yang aktif.
3) Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan
masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4) Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang kompleks dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5) Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual adalah sebagai berikut 1) Menekankan pada
pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3)
Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa
untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan
pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik
Adapun menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki
tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry),