BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik. Artinya, tidak ada satu
individu pun yang persis sama denga individu yang lain. Salah satu
perbedaan yang sering kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan
individu dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang di
hadapi. Untuk memecahkan masalah atau persoalan yang sama, ada
individu yang mampu dengan cepat memecahkannya, namun ada juga
individu yang lambat bahkan tidak mampu memecahkannya.
Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau
inteligensi itu memang ada, dan berbeda beda antara satu individu
dengan individu yang lain. Individu yang taraf inteligensinya
tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu
yang taraf inteligensinya rendah hanya mampu memecahkan masalah
yang mudah. Misalnya, pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal
ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar
menyelesaikan soal tersebut dan ada juga yang sebaliknya.
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau
kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan
bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar
mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi. Oleh sebab
itu, kami akan membahas tentang intelegensi, bakat dan
kreativitas.1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dalam pembuatan makalah ini, kami memiliki
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :
1. Apa yang dimaksud intelegensi ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi dan
faktor-faktor yang menyebabkannya ?
3. Apa yang dimaksud bakat ?
4. Apa saja jenis tes bakat ?5. Bagaimana konsep kreativitas dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ?
6. Bagaimana cara memotivasi kreativitas ?
7. Bagaimanakah aplikasi intelegensi dan kreativitas terhadap
keperawatan ?1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, yang menjadi tujuan
dalam pembuatan makalah ini, yaitu :1. Mengetahui dan mampu
menjelaskan apa yang dimaksud intelegensi.
2. Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi intelegensi dan faktor-faktor yang menyebabkannya.3.
Mengetahui dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud bakat.4.
Mengetahui dan mampu menjelaskan apa saja jenis tes bakat.5.
Mengetahui dan mampu menjelaskan bagaimana konsep kreativitas dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.6. Mengetahui dan mampu
menjelaskan bagaimana cara memotivasi kreativitas.7. Mengetahui dan
mampu menjelaskan bagaimana aplikasi intelegensi dan kreativitas
terhadap keperawatan.BAB II
TINJAUAN TEORI2.1 Pengertian IntelegensiIstilah inteligensi,
atau yang dalam bahasa inggris disebut Intelligence, berasal dari
kata intelligere yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain. Beberapa definisi inteligensi, sebagaimana dikemukakan
oleh para ahli, dijelaskan sebagai berikut :
a. Terman (1923) dalam Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa
inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.
b. Ebbinghaus (1897) dalam Suryabrata (1984) mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi.
c. Thorndike (1959) dalam Walgito (2001) mengungkapkan bahwa
inteligensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai kemampuan untuk
menentukan ketidaklengkapan dari berbagai kemungkinan yang terjadi
dalam perjuangan hidup individu.
d. Biner (1894) dalam Sukardi (1997) menyebutkan bahwa
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan tersebut dan untuk bersikap kritis terhadap diri
sendiri.
e. Wechler (1958) dalam Sarwono (2000) mengatakan bahwa
inteligensi adalah kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak
secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif.
f. Sukardi (1997) mengungkapkan bahwa inteligensi pada
hakikatnya adalah suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk
memperoleh suatu kecakapan yang mengandung beberapa komponen.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
inteligensi adalah kemampuan dasar yang bersifat umum untuk
berpikir abstrak dan membuat kombinasi.
2.2 Faktor yang Mempengaruhi IntelegensiInteligensi memiliki
faktor yang berperan dalam pembentukannya. Tiga faktor penting
tersebut yang berperan dalam menentukan inteligensi seseorang
meliputi :a. Herediter (pembawaan), merupakan faktor utama dan
terpenting dalam menentukan inteligensi.
Contoh : mahasiswa tingkat I Akademi Keperawatan mengerjakan
soal ujian akhir semester (UAS) dengan ketentuan soal, materi, dan
waktu yag sama. Sehubungan dengan itu, mengapa ada mahasiswa yang
cepat selesai mengerjakan soal dan ada mahasiswa yang lambat
mengerjakannya sehingga ada mahasiswa yang nilainya bagus dan ada
yang jelek? Dari uraian tersebut, terlihat bahwa salah satu faktor
penentunya adalah IQ. Jadi, orang yang memiliki IQ tinggi akan
cepat menyelesaikan soal ujian dengan memperoleh nilai yang bagus
dan sebaliknya.
b. Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis yang dipengaruhi faktor internal.
Contoh : apabila anak usia 6 tahun diberi soal penjumlahan dan
pengurangan sampai dengan 100, mereka masih mampu mengerjakannya
karena faktor kematangan untuk soal tersebut sudah dimiliki. Akan
tetapi, apabila mereka diberikan soal Matematika untuk anak SLTP,
seperti 2x + 10 = 2, berapa nilai x? Jelas sekali, anak tersebut
belum matang untuk berpikir abstrak seperti itu.
c. Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi
faktor lingkungan.
Contoh : pada umumnya, anak yag normal dan berumur 12 tahun
sudah mengenal dengan baik penghitungan yang menyangkut penambahan,
pengurangan, pembagian, dan perkalian. Pertanyaannya adalah apakah
setiap anak yang normal dan berumur 12 tahun sudah pasti mengenal
itu. Dan bagaimana jika anak tersebut hidup diaerah terpencil, tidk
sekolah, dan tidak ada yang mengajari. Walaupun anak sudah matang
untuk perhitungan tersebut, tetapi karena tidak dibentuk oleh
lingkunga, akhirnya tidak dapat mengerjakan soal.2.3 Gangguan
Intelegensi serta Fator yang Menyebabkannya
Individu tidak selamanya mengalami hidup normal. Dalam hidup,
selalu ada gangguan dan hambatan yang dialami individu. Begitu juga
dalam hal inteligensi, beberapa individu dapat mengalami gangguan
inteligensi.
Gangguan inteligensi dapat terjadi karena kerusakan otak,
psikosis, dan sosio budaya. Kerusakan otak yang menyebabkan
gangguan inteligensi terjadi pada (trauma), inflamasi, neoplasma,
dan gangguan pembuluh darah. Sementara itu, psikosis yang
menyebabkan gangguan inteligensi terjadi secara fungsonal atau
karena adanya Sindrom Otak Organik (SOO). Terakhir, faktor
sosio-budaya yang menyebabkan gangguan inteligensi adalah memberi
makanan yang kurang protein pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Berikut ini akan dijelaskan gangguan inteligens yang umum dialami
individu, yaitu retardasi mental dan demensia.
A. Retardasi Mental
Merupakan istilah yang ering kita engar dalam kehidupan sehari
hari. Maramis (1999) mengungkapkan bahwa retardasi mental ialah
keadaan inteligensi yang kurang (abnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa kanak kanak) atau keadaan kekurangan
inteligensi sehingga daya guna sosial dan pekerjaan seseorang
menjadi terganggu. Retardasi mental dapat terjadi karena adanya
retardasi mental primer dan sekunder.
Retardasi mental primer merupakan faktor keturunan atau
retardasi mental genetik. Umumnya kejadian retardai ini tidak
diketahui atau biasa disebut retardasi mental simplek. Sementara
itu, retardasi mental sekunder merupakan faktor dari luar yang
diketahui dan memengaruhi otak (pada periode prenatal, perinatal,
an postnatal). Misalnya, infeksi/intoksikasi, rudapaksa (trauma),
gangguan metabolisme/gizi, penyakit otak, kelainan kromosom,
prematuritas, dan gangguan jiwa berat.
Selanjutnya, retardasi mental memiliki beberapa tingkatan.
Menurut kesepakatan American Association of Mental Retardation
dalam Sarwono (2000), tingkat retardasi mental meliputi :
a. Retardasi mental lambat belajar (slow learner). IQ = 85
90.
b. Retardasi mental taraf perbatasan (borderline). IQ = 70
84.
c. Retardasi mental ringan (mild). IQ = 55 69
d. Retardasi mental sedang (moderate). IQ = 36 54
e. Retardasi mental berat (severe) IQ = 20 35
f. Retardasi mental sangat berat (profound) IQ = 0 19
Sementara itu,penderita retardasi mental memiliki pendidikan
khusus yang ditujukan bagi mereka. Pendidikan bagi penderita
retardasi mental tersebut adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) bagian C
(Tuna Mental). Adapun tanda tanda retardasi mental yang diderita
oleh mereka adalah:
a. Taraf kecerdasan (IQ) sangat rendah.
b. Daya ingat ( memori ) lemah.
c. Tidak mampu mengurus diri sendiri
d. Tidak peduli terhadap lingkungan ( apatis )
e. Minat hanya mengarah pada hal hal yang sederhana.
f. Perhatian mudah berpindah pindah (labil)
g. Miskin dan keterbatasan emosi (hanya terdapat perasaan takut,
marah, senang, benci, an terkejut)
h. Kelainan jasmani yang khas.
B. Demensia. Adalah kemunduran inteligensi karena kerusakanotak
yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible). Sementara
itu, Maramis (1999) mengungkapkan bahwa demensia adalah kemunduran
fungsi mental umum, terutama inteligensi, yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi
(irreversible). Ada dua macam demensia, yaitu demensia senelis, dan
demensia presenelis.Pertama, demensia senelis. Demensia senelis
adalah demensia yang gejalanya muncul pada usia tua, yaitu setelah
usia 60 tahun. Penyebabnya adalah usia lanjut. Gejala fisik yang
terjadi adalah atropi pada kulit dan otot, kulit tipis dan keriput,
berjalan tidak stabil, bicara pelan, suara kasar, serta tremor pada
tangan dan kepala. Sementara itu, gejala psikologik nyang
ditampilkan adalah kemunduran mental umum atau sering disebut
demensia simplek, delirium, bingung, depresi, agitasi, paranoid,
dan bisa terjadi gangguan ingatan.Kedua, demensia presenilis.
Demensia presenilis adalah demensia yang gejalanya muncul sebelum
masa senil (usia tua). Penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
Demensia presenilis ada dua macam, yaitu penyakit Alzheimer dan
Morbus pic. Penyakit Alzheimer adalah jenis penyakit demensia
senilis yang terjadi antara umur 50 tahun sampai 60 tahun.
Penyebabnya adalah atrofi otak pada lapis luar, terutama bagian
frontal dan temporal. Gejalanya timbul secara perlahan, tidak ada
ciri khas gangguan inteligensi dan perilaku, diantaranya
disorientasi, gangguan ingatan, emosi labil, kekeliruan mengenai
hitungan dan pembicaraan sehari hari, afasia, perseverasi,
logoklonia, gelisah dan hiperaktif.Pendidikan kesehatan yang dapat
diberikan perawat sebagai pemberi asuhan kepada penderita demensia
adalah pengajaran kepada keluarga agar memperhatikan dan memuaskan
kebutuhan rasa kasih sayang, harga diri, rasa masuk hitungan, rasa
tercapainya sesuatu, pertahanan perasaan aman, dan harga diri.
Upayakan kamar penderita dalam keadaan terang, taruh barang barang
yang sudah dikenal sejak dahulu.
2.4 Konsep Bakat dan Jenis Tes Bakat
A. Definisi Bakat
Dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi. Micheel (1960) dalam
Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah kemampuan
individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung
pada latihan mengenai hal tersebut. Sementara itu, Guilford (1959)
dalam Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa bakat berhubungan dengan
kecakapan untuk melakukan sesuatu.
Sukardi (1997) juga mengungkapkan hal senada terkait definisi
bakat, yaitu suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki
individu yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada
masa mendatang. Terakhir, Woordworth & Marquis (1957) dalam
Notoatmodjo (1993) mengungkapkan bahwa bakat adalah salah satu
kemampuan manusia yang meliputi achievement/actual ability (diukur
dengan tes tertentu), capacity/ability (diukur secara langsung),
dan aptitude (kualitas psikis yang hanya dapat diungkapkan dengan
tes).
B. Faktor yang Terkandung dalam Bakat
Guilford (1967b) mengungkapkan bahwa tiga dimensi yang
terkandung dalam faktor bakat adalah :
a. Dimensi perseptual, yaitu kemampuan dalam melakukan persepsi
yang mencakup kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan
waktu, dan kecepatan persepsi.
b. Dimensi psikomotor, mencakup kekuatan, impuls, kecepatan
gerak, kecermatan, dan koordinasi.
c. Dimensi intelektual, mencakup ingatan, pengenalan, berpikir,
dan evaluasi.C. Jenis Tes BakatDalam penerapannya, tes bakat
memiliki beberapa jenis. Jenis tes bakat tersebut terdiri dari
Differential Aptitude Test (DAT), Scholastic Aptitude Test (SAT),
dan General Aptitude Test Battery (GATB). DAT adalah test bakat
yang telah di polakan dan dibakukan untuk mengukur perbedaan bakat
individu. Test ini terdiri dari delapan tes, yaitu penalaran
verbal, kemampuan angka, penalaran abstrak, penalaran mekanik,
relasi ruang, kecepatan dalam pengurusan administrasi, ketelitian
dan kecermatan serta penguasaan bahasa.Sementara itu, SAT adalah
test bakat yang telah dipolakan dan dibakukan untuk mengetahui
bakat individu pada mata kuliah/mata pelajaran tertentu di sekolah
atau akademis. Terakhir, GATB adalah tes bakat secara umumyang di
desain secara batere untuk mengetahui bakat individu, meliputi tes
ketangkasan verbal, kecerdasan numerik (angka), kecerdasan spasial
mengenai ruang dan tempat, persepsi bentuk, persepsi administrasi,
koordinasi motorik, dan ketangkasan kerajinan tangan. GATB
dikembangkan oleh United States Employment Service.D. Hubungan
Bakat dan Intelegensi
Bakat adalah taraf kecerdasan individu yang bersifat khusus
dalam bidang atau pekerjaan tertentu, sedangkan inteligensi adalah
taraf kecerdasan yang bersifat umum. Bakat dan inteligensi memiliki
sifat yang mirip, dapat dipelajari, dan dilatih. Inteligensi
merupakan kemampuan mental sebagai fungsi dasar, sedangkan bakat
merupakan kemampuan mental yang sudah dipengaruhi pengalaman.
Dengan kata lain, bakat dan inteligensi mempunyai hubuingan erat
dan saling mengisi.2.5 Konsep Kreativitas
Dalam diri individu, terdapat kekuatan yang mampu menggerakkan
kemajuan untuk penulusuran, pengembangan, dan penemuan baru di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekuatan tersebut dinamakan
kreativitas, yaitu kekuatan yang diperlukan individu untuk
melakukan pengembangan diri dan memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi sebagai usaha mencapai suatu kemajuan. Kreativitas
individu pada umumnya terkait dengan prestasi untuk menciptakan
atau menemukan sesuatu yang baru, dan cara untuk menemukan
pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh banyak orang.
Ciri suatu perilaku yang kreatif adalah adanya suatu hasil yang
baru sebagai akibat tingkah laku tersebut. Kreativitas seseorang
berhubungan dengan motivasi dan pengalaman serta di pengaruhi oleh
inteligensi, cara berfikir, ingatan, minat dan emosi, bakat, sikap,
persepsi, perasaan, dan kepribadian. Kreativitas seseorang dapat
terjadi karena seseorang mengalami tantangan atau kendala dalam
memecahkan suatu masalah dalam hidupnya.A. Definisi
KreativitasBanyak dikemukakan oleh para ahli. Kreativitas adalah
suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memungkinkan
individu menciptakan ide-ide asla/adaptif fungsi kegunaannya secara
penuh untuk berkembang ( Widayatun, 1999). Sementara itu, Solso
(1991) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah aktivitas kognitif
yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau
situasi. Selanjutnya, Kuhn (1970) sebagaimana dikutip oleh Fernald
(1989) menyatakan bahwa yang disebut kreativitas adalah kemampuan
untuk menemukan konsep baru, gagasan baru, metode baru, hubungan
baru dan gaya operasi yang baru.
Terakhir, Munandar (1995) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru dan asosiasi baru
berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada
sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Dari
keempat definisi diatas, penulis merumuskan kreativitas sebagai
kemampuan individu untuk menemukan dan mengembangkan ide dan karya
baru dalam upaya memecahkan masalah yang tidak banyak
dilakukan.
B. Ciri KreativitasCiri kreativitas individu dapat ditinjau dari
dua aspek , yaitu aspek afektif dan aspek kognitif. Gufron &
Risnawati (2010) merumuskan pendapat Munandar (1995) terkait
ciri0ciri afektif dan kognitif kreativitas, yaitu :
1. Ciri afektif kreativitas
a. Perasaan ingin tahu. Individu yang kreatif selalu merasa
masih kurang mengetahui berbagai hal sehingga terdorong untuk lebih
banyak tahu melalui banyak pertanyaan, kepekaan dalam pengamatan,
serta perhatian terhadap objek dan situasi.
b. Bersifat mengkhayalkan. Individu yang kreatif pada umumnya
memiliki daya khayal atau fantasi tinggi terhadap hal-hal yang
belum ada.
c. Tantangan kemajemukan. Individu yang kreatif merasa
tertantang untuk menghadapi dan memecahkan masalah dan situasi yang
sulit, serta tertantang untuk melakukan hal sulit.
d. Keberanian mengambil resiko. Individu yang kreatif terpanggil
untuk berani mengambil resiko untuk menghadapi dan memecahkan
masalah yang dihadapi.
e. Bersifat menghargai. Individu yang kreatif memiliki sikap
mental yang dapat menghargai pemberian bimbingan dan pengarahan
untuk pengembangan kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya.
2. Ciri Kognitif Kreativitas
a. Kelancaran berpikir. Individu yang kreatif pada umumnya
memiliki banyak gagasan, cara, jawaban, saran, pertanyaan dan
pemecahan dalam menghadapi suatu masalah.
b. Keluwesan berpikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan
luwes untuk memberikan bermacam-macam alternatif guna memecahkan
masalah.
c. Keaslian berpikir. Individu yang kreatif memiliki kemampuan
untuk menghasilkan gagasan baru yang belum ada sebelumnya.
d. Elaborasi. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dan memperkaya gagasan.
C. Proses Berpikir Kreatif dan Pribadi Kreatif
Wallas & Solso (1998) dalam Gufron & Risnawati (2010)
menyebutkan empat tahap berpikir kreatif, yaitu :
a. Tahap persiapan. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mencari
dan mengumpulkan informasi yang diperlukan guna memecahkan suatu
masalah.
b. Tahap inkubasi. Merupakan tahap diterimanya proses pemecahan
masalah pada alam prasadat.
c. Tahap iluminasi (pencerahan). Tahap timbulnya inspirasi atau
gagasan untuk memecahkan suatu masalah.
d. Tahap verifikasi. Tahap untuk menguji ide atau kreasi dengan
suatu kenyataan.Gufron & Risnawati (2010) merumuskan pendapat
McKinon, et al. (1974) tentang ciri-ciri pribadi yang memiliki
kreativitas, yaitu :
a. Cerdas. Individu yang kreatif umumnya memiliki kecerdasan
yang tinggi.
b. Mandiri. Yaitu mampu berpikir dan bertindak mandiri.
c. Terbuka. Yaitu terbuka terhadap dunia luar dan mudah menerima
masukan baik dari dalam maupun luar dirinya.
d. Intuitif. Tidak hanya terpaku pada sesuatu yang tampak,
tetapi juga selalu berusaha untuk menangkap isi yang terkandung dan
kemungkinan apa yang terjadi.
e. Menjunjung tinggi teori dan estetika. Dengan ingin mengetahui
kebenaran dibalik apa yang tampak serta menjunjung tinggi nilai
estetika untuk menyelesaikan masalah sehingga penyelesaiannya
menjadi luwes dan indah.
f. Berani dan teguh hati. Memiliki sikap yang menonjol, yaitu
keberanian melawan anggapan umum dengan mengkhayalkan hal yang
mustahil, berani menantang dengan pandangan masyarakat, memiliki
keteguhan hati dalam berprinsip serta berani menjadi dirinya
sendiri.
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Ambalie (1983) sebagaimana dikutip oleh Gufron & Risnawati
(2010) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas adalah :
a. Kemampuan kognitif. Adalah kemampuan yang terkait dengan
pendidikan formal dan informal individu, yang mempengaruhi
keterampilan sesuai dengan masalah dan bidang yang dihadapi.
b. Disiplin. Individu yang disiplin mampu mandiri dan memecahkan
masalah melalui ide ide yang kreatif sehingga tidak mudah
frustasi.
c. Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam
diri individu yang memengaruhi kreativitas dengan cara
membangkitkan semangat untuk belajar sebanyak banyaknya serta
menambah pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
d. Lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah
lingkungan yang tidak menimbulkan tekanan pada individu, mis.,
pengawasan yang ketat, pembatasan, dan penilaian, dapat
menghasilkan ide ide kreativitas dalam memecahkan suatu
masalah.
Selanjutnya, Kuwato (1993) sebagaimana dikutip oleh Gufron &
Risnawati (2010) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang
memengaruhi kreativitas, yaitu:
a. Inteligensi. Inteligensi adalah indikator kualitas berpikir
individu yang diperlukan agar mampu memecahkan masalah secara
rasional. Misalnya, individu yang memiliki IQ di atas rata rata
akan lebih berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dibandingkan
individu yang memiliki IQ di bawah rata rata.
b. Kepribadian. kepribadian individu yang memiliki imajinasi,
banyak insiatif, minat yang luas, kebebasan berpikir, keingintahuan
yang tinggi, keinginan memiliki banyak pengalaman, semangat,
percaya diri, energik, dan berani mengambil risiko berpengaruh
besar terhadap tumbuhnya kreativitas.
c. Lingkungan. Lingkungan yang dapat mendukung dan memberikan
rasa aman, berupa lingkungan yang memberikan kebebasan sesuai norma
dan etika yang berlaku di masyarakat, saling menghargai satu dengan
yang lain, dapat memberikan rangsangan tumbuhnya kreativitas.
2.7 Unsur, Cara Memotivasi dan Karakter Individu yang Mendukung
KreativitasIndividu yang kreatif memiliki kreativitas dalam
dirinya. Unsur yang terkandung dalam kreativitas adalah
pengetahuan, imajinasi dan evaluasi. Ada beberapa cara individu
untuk memotivasi kreativitas, yaitu dengan menguasai teori problem
solving (pemecahan masalah), memancing agar seseorang menjadi ingin
tahu, melakukan instropeksi diri dan bertanggung jawab.
Selanjutnya, Evans (1994) mengungkapkan bahwa terdapat empat
belas kharakteristik individu yang mendukung kreativitas, yaitu
:
a. Kesadaran dan kepekaan terhadap masalah. Individu yang
kreatif memiliki kesadaran tinggi dan kepekaan yang tajam terhadap
lingkungan tempat dia berada dibandingkan individu lain.
b. Ingatan (memori). Memiliki daya ingat yang menonjol dan
ingatan jangka panjang yang baik serta dapat menyimpan banyak
informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.
c. Kelancaran. Individu yang kreatif memiliki memiliki kemampuan
untuk membangkitkan sejumlah ide besar dengan mudah.
d. Fleksibilitas. Memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak
ide.
e. Disiplin dan keteguhan diri. Individu yang kreatif tidak
hanya dapat mengembangkan ide-ide baru, tetapi juga dapat bekerja
keras dan berteguh hati untuk mengembangkannya.
f. Keaslian. Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide luar biasa, memecahkan masalah dengan cara
luar biasa dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang
luar biasa.
g. Kemampuan menyesuaikan diri. Individu yang kreatif terbuka
untuk pengalaman baru.
h. Permainan intelektual. Individu yang kreatif memiliki
kesukaan menggali ide untuk kepentingan mereka sendiri.
i. Humor. Memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan
terhadap kejanggalan makna dan pelaksanaannya.
j. Nonkorfamitas. Individu yang kreatif memiliki dorongan yang
berbeda dan berani mengambil resiko atas kejanggalan dibandingkan
individu konformitas.
k. Toleran terhadap ambiguitas. Individu yang kreatif secara
aktif mengusahakn ketidakpastian, kompleksitas, ketidakteraturan,
baik untuk tantangan yang hadir maupun demi kepuasan yang akan
dihasilkan apabila situasi dapat dipecahkan.
l. Kepercayaan diri. Memiliki kepercayaan diri yang berasal dari
dalam dirinya yang berharga terhadap karya mereka.
m. Skeptisme. Memiliki skeptis terhadap ide-ide yang diterima
dan sering memainkan devil advocant ( pembelaan yang menentang apa
yang dianggap baik) serta mempersoalkan fakta-fakta dan dugaan.
n. Intelegensi. Individu yang kreatif memiliki IQ diatas
rata-rata.
2.8 Halangan Kreativitas
Adam (1983) yang dikutip oleh Evans (1994) menyebutkan bahwa
terdapat empat macam halangan terhadap kreativitas, yaitu :
1. Halangan persepsual, yaitu halangan yang mencegah individu
pemecah masalah untuk menerima secara jelas masalah itu sendiri
atau informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
tersebut.
2. Halangan emosional, yaitu halangan karena takut membuat
kesalahan atau mengambil resiko, tidak mampu menoleransi ambiguitas
dan kebutuhan akan keamanan dan keteraturan.
3. Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang diperoleh
dari unsur dan pola-pola budaya yang hidup ditengah-tengah
masyarakat.
4. Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang
berkaitan dengan pilihan taktik mentalyang tidak efisien atau
kurangnya bahan intelektual.
2.9 Aspek KreativitasKreativitas dalam penerapannya memiliki
beberapa aspek tertentu, Suharman (1998) mengungkapkan bahwa aspek
kreativitas menyangkut empat hal, yaitu:
a. Aktivitas berpikir, individu yang kreatif salah satunya
ditentukan oleh aktivitas berpikir yang bersifat kompleks karena
berhubungan dengan perhatian, persepsi, ingatan, penalaran,
imajiner, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
b. Menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru. Individu yang
kreatif yang selalu mampu menghubungkan dua atau lebih gagasan,
menciptakan suatu kombinasi dengan konsep yang ada dalam pikiran,
atau mengubah cara pandang yang ada dengan cara pandang baru.
c. Sifat baru atau orisinal. Individu yang kreatif mampu
menciptakan produk baru yang belum pernah diciptakan sebelumnya dan
dapat dinikmati orang banyak.
d. Produk yang berguna atau bernilai. Individu yang kreatif
dapat menciptakan karya baru yang bermanfaat dan bernilai.
Misalnya, karya baru digunakan lebih enak, mudah dipakai,
memperlancar dan mempercepat pekerjaan, mendorong meningkatkan
produktivitas kerja, meminimalkan hambatan, serta dapat
menghasilkan sesuatu lebih banyak dan lebih baik.
2.10 Hubungan Intelegensi dan Kreativitas
Kreativitas berkembang karena di pengaruhi faktor dominan
inteligensi. Orang yang kreatif, umumnya memiliki inteligensi
tinggi, atau orang yang memiliki inteligensi tinggi umumnya
memiliki kreativitas tinggi pula. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan bahwa antara kreativitas dan inteligensi memiliki
hubungan yang sangata erat dan sangat berkaitan.
Sehubungan dengan hal itu, ada dua faktor yang memengaruhi
inteligensi dan kreativitas, yaitu faktor yang datang dari dalam
diri individu (faktor intrinsik) dan faktor yang datang dari luar
individu (faktor ekstrinsik). Faktor intrinsik meliputi
inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan. Sementara
itu, faktor ekstrinsik meliputi adat istiadat, sosial budaya,
pendidikan, dan lingkungan.
2.11 Intelegensi dan Kreativitas dalam KeperawatanSaat ini,
perkembangan ilmu teknologi dan informasi terlihat begitu pesat
sehingga memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kehidupan
individu. Masalah yang dihadapi individu semakin kompleks dan
menuntut pemecahan masalah serta pengambilan keputusan yang tepat.
Demikian pula, perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan
pada umumnya dan keperawatan pada khusunya, juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan. Disamping
itu, hubungan perawat dengan pasien, keluarga dan masyarakat;
perawat dengan dokter, perawat dengan tenaga kesehatan lainnya
tidak jarang menimbulkan permasalahan bagi seorang perawat.
Sehubungan dengan itu, seorang perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus
dipecahkan sehingga diperlukan pengambilan keputusan yang tepat
guna memberikan pelayanan yang memberi kepuasan kepada pasien,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Oleh sebab itu, dengan memahami
teori inteligensi dan kreativitas, seorang perawat dapat melakukan
introspeksi diri mengenai tingkat inteligensi dan kreativitas yang
dimiliki dirinya. Perawat yang tingkat inteligensi dan
kreativitasnya tinggi, akan dengan mudah memecahkan masalah dan
mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, perawat yang taraf
inteligensi dan kreativitasnya dibawah rata rata, akan mengalami
hambatan dalam menghadapi masalah. Atas dasar itu, kerja sama tim
dan sikap bahu membahu sangat diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien karena dapat saling menutup kekurangan dan
kelebihan masing masing sehingga pada akhirnya akan memberikan
kepuasan kepada pasien, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Selain itu, perawat sering menghadapi hambatan dalam
berkomunikasi, memberi nasehat, memberikan pendidikan kesehatan,
dan memberikan perintah pada pasien. Pasien adalah manusia yang
memiliki keunikan sehingga inteligensi dan kreativitas yang
dimilikinya juga berbeda beda. Karena itu, hendaknya perawat
memahami tingkat intelegensi dan kreativitas pasien yang di
rawatnya agar asuhan keperawatan yang mereka berikan tepat sasaran,
dan akhirnya dapat memberikan kepuasan pada pasien.BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inteligensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau
kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan
bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar
mahasiswa salah satunya di tentukan oleh inteligensi.3.2 Saran
1. Sebaiknya kita harus mengasah kemampuan intelegensi, bakat
dan kreativitas kita agar menjadi lebih berkembang.2. Sebagai
seorang perawat, sebaiknya kita harus menciptakan kreativitas untuk
menghadapi berbagai jenis pasien.DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo. (2010). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta
: PT Rineka Cipta16