ILMU DASAR KEPERAWATAN II(Infeksi Nosokomial & contoh
Kasus)
Oleh : LM. Indra Yadi Muin Dirmawati.B Iis Arfiinah Erwwinda
juliani T Rini rosdiana rahakbauw Saibul uma sangaji Hasnawati A
Asrianti Febiyanti muhammad Alfian Hidayat Zulfa Manilet Roswita M
tureng Supriadi Rahim
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA
TIMURMAKASSAR2KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karuniaNya sehingga kami diberi kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini,tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad
SAW,kepada keluarganya,sahabatnya sehingga sampai kepada kita
selaku umatnya hingga akhir zaman.Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah ILMU DASAR KEPERAWATN II adapun judul
makalah ini yaitu INFEKSI NOSOKOMIAL DAN CONTOH KASUS.Dalam proses
pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan baik materil atau moril dari semua pihak, maka dari itu
kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran sebagai bahan untuk pembelajaran untuk menjadi
lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Makassar, 02 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di
dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi
ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia.
Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang
diperoleh seseorang selama di rumah sakit.Selama 10-20 tahun
belakangan ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari
masalah utama meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial dan di
beberapa Negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan
ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan
dengan obat-obatan mahal akibat resistensi kuman, serta penggunaan
jasa di luar rumah sakit. Karena itu di negara-negara miskin dan
berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk
dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit.Rumah
sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat. Infeksi nosokomial
dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap
orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat
pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui
petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier
atau karena kodisi rumah sakit. Kerugian yang ditimbulkan akibat
infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan
membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila
tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan
kematian bagi pasien.Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan
suatu standar minimal pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya
pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh mana rumah
sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi
nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit
dapat digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan
pelayanan medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).Penderita yang sedang
dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit
dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari
satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya
tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi
silang karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam
tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan
mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam
proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial.
B. Rumusan Masalah1. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya
infeksi nosokomial?2. Apa sumber penularan dari infeksi
nosokomial?3. Penyakit apa saja yang disebabkan oleh infeksi
nosokomial serta dampaknya?4. Apa yang harus dilakukan oleh rumah
sakit untuk mengelola, mengendalikan, dan mencegah infeksi
nosokomial agar kasus tersebut bisa menurun?
C. TujuanTujuan yang pertama adalah mengetahui dan memahami
definisi dari infeksi nosokomial lalu mengetahui bagaimana cara
penularan, apa saja penyebab dan dampaknya. Setelah itu upaya apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus tersebut melalui
pengelolaan, pengendalian, dan pencegahannya.
BAB IIPEMBAHASANA. Definisi Infeksi NosokomialInfeksi adalah
proses dimana seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen
patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan
sakit. Yang dimaksud agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia,
jamur, dan parasit. Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit
tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain baik
secara langsung maupun tidak langsung.Nosokomial berasal dari
bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang
artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah
sakit. Jadi, infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi
yang terjadi di rumah sakit.Kriteria infeksi berasal dari rumah
sakit, yaitu :1. Waktu mulai dirawat tidak didapatkan tanda klinik
infeksi dan tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tertentu.2.
Infeksi timbul sekurang-kurangnya 72 jam sejak mulai dirawat.3.
infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari
waktu inkubasi infeksi tersebut.4. Infeksi terjadi setelah pasien
pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.5. Infeksi
terjadi pada neonates yang didapatkan dari ibunya pada saat
persalinan atau selama perawatan di rumah sakit.Sumber infeksi
nosokomial dapat berasal dari penderita sendiri, personil rumah
sakit (dokter/perawat), pengunjung maupun lingkungan.B. Cara
Penularan Infeksi Nosokomial
1. Penularan secara kontakPenularan ini dapat terjadi secara
kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung
terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A
secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi
karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi,
misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.2.
Penularan melalui Common VehiclePenularan ini melalui benda mati
yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit
pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle
adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan
sebagainya.3. Penularan melalui udara dan inhalasiPenularan ini
terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan
melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat
dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.4. Penularan dengan perantara vektorPenularan ini
dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella
dan salmonella oleh lalat.Penularan secara internal bila
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat terjadi
perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk
atau tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis
pada ginjal (flea).
C. Contoh Infeksi Nosokomial a. Infeksi Luka Operasi
(ILO)Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska
operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1
tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak
berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi
tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka
atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat
salah satu tanda :1. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam2.
Didapat isolasi bakteri dari organ dalam3. Ditemukan abses 4.
Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.Pencegahan ILO harus
dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya
rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan
dan kematian, dan dapat mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan
itu sendiri harus dilakukan oleh pasien, dokter dan timnya, perawat
kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh nosocomial infection
control team.b. Infeksi Saluran Kencing (ISK )Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat
terjadi di saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau
saluran kencing bagian luar (uretra).Bakteri utama penyebab ISK
adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat pada
tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena
ISK karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga
bakteri ini lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu
oleh batu di saluran kencing yang menahan koloni kuman. Sebaliknya,
ISK kronis juga dapat menimbulkan batu.Mikroorganisme lain yang
bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada
laki-laki maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan
sistem reproduksi. Berbeda dengan E coli, kedua bakteri itu dapat
ditularkan secara seksual sehingga penanganannya harus bersamaan
pada suami dan istri.Penderita ISK mungkin mengeluhkan hal-hal
berikut:1. Sakit pada saat atau setelah kencing2. Anyang-anyangan
(ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang
keluar)3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang
kemerahan bila ada darah4. Nyeri pada pinggang5. Demam atau
menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau
muntah)c. Bakterimia Bakteremia adalah keadaan dimana terdapatnya
bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara sementara,
hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik
yang berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka
kematiannya cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya bakteremia pada
orang dewasa antara lain lama perawatan di rumah sakit, tingkat
keparahan penyakit, komorbiditas, tindakan invasif, terapi
antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan, dan penggunaan
steroid.Bakteremia yang bersifat sementara jarang menyebabkan
gejala karena tubuh biasanya dapat membasmi sejumlah kecil bakteri
dengan segera.Jika telah terjadi sepsis, maka akan timbul
gejala-gejala berikut:1. Demam atauhipotermia(penurunan suhu
tubuh)2. Hiperventilasi3. Menggigil4. Kulit teraba hangat5. Ruam
kulit6. Takikardi(peningkatan denyut jantung)7. Mengigau atau
linglung8. Penurunan produksi air kemih.d. Infeksi Saluran Napas
(ISN)Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi
menjadiinfeksi saluran napas atasdaninfeksi saluran napas bawah.
Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis,
faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan
infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli
seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.Keadaan rumah sakit
yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun
bawah. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik
dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi
saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya
penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang
membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
D. Dampak Infeksi NosokomialInfeksi nosokomial memberikan dampak
sebagai berikut :1) Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional
dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.2) Dampak
tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang
tinggi.3) Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak
mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan
dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta
tuntutan hukum.E. Pengelolaan Infeksi NosokomialSeperti diketahui,
penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan
keperawatan, yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan
medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya tahan tubuh
yang lemah sangat rentan terhadap infeksi penyakit. Masuk mikroba
atau transmisi mikroba ke penderita, tentunya berasal dari
penderita, dimana penderita menjalani proses asuhan keperawatan
seperti :1. penderita lain, yang juga sedang dalam proses
perawatan2. petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)3.
peralatan medis yang digunakan4. tempat (ruangan/bangsal/kamar)
dimana penderita dirawat5. tempat/kamar dimana penderita menjalani
tindakan medis akut seperti kamar operasi dan kamar bersalin6.
makanan dan minuman yang disajikan7. lingkungan rumah sakit secara
umumSemua unsur diatas, besar atau kecil dapat memberi kontribusi
terjadinya infeksi nosokomial. Pencegahan melalui pengendalian
infeksi nosokomial di rumah sakit saat ini mutlak harus
dilaksanakan oleh seluruh jajaran manajemen rumah sakit. Dimulai
dari direktur,, wakil direktur pelayanan medis, wakil direktur
umum, kepala UPF, para dokter, bidan/perawat, dll.Objek
pengendalian infeksi nosokomial adalah mikroba patogen yang dapat
berasal dari unsur-unsur di atas. Untuk dapat mengendalikannya
diperlukan adanya mekanisme kerja atau sistem yang bersifat lintas
sektoral/bagian dan diperlukan adanya sebuah wadah atau organisasi
di luar strktur organisasi rumah sakit yang telah ada. Dengan
demikian diharapkan adanya kemudahan berkomunikasi dan
berkonsultasi langsung dengan petugas pelaksana di setiap
bagian/ruang/bangsal yang terindikasi adanya infeksi nosokomial.
Wadah atau organisasi ini adalah Panitia Medik Pengendalian
Infeksi. Pernyataan ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit. Adanya sebuah organisasi dengan
tugas/pekerjaan sebagai pengendali mikroba patogen, adanya sejumlah
personel disertai pembagian tuga, serta adanya sistem kerja baku,
maka tugas Panitia Medik Pengendalian Infeksi adalah mengelola
(managing) unsur-unsur penyebab timbulnya infeksi
nosokomial.Pencegahan artinya jangan sampai timbul, sedangkan
pengendalian artinya meminimalisasi timbulnya resiko. Dengan
demikian tugas utama Panitia Medik Pengendalian adalah mencegah dan
mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan
transmisi mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita
yang sedang sakit.F. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
NosokomialPembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan
bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu,
minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari
kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang
teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu,
jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai
berkali-kali.Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak
fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara,
terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi
penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar
dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan
resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit
harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga
kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan
prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.Toilet
rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien
diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan
toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan. Disinfektan akan
membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien. Disinfeksi yang
dipakai adalah:1. Mempunyai kriteria membunuh kuman2. Mempunyai
efek sebagai detergen3. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri,
dapat melarutkan minyak dan protein.4. Tidak sulit digunakan5.
Tidak mudah menguap6. Bukan bahan yang mengandung zat yang
berbahaya baik untuk petugas maupun pasien7. Efektif8. Tidak
berbau, atau tidak berbau tak enak
a. Perbaiki Ketahanan TubuhDi dalam tubuh manusia, selain ada
bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara
mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan
membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta
menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada
umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna
manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat
yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi
secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan
ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan
demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita
penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.b.
Ruangan IsolasiPenyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat
dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat
diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara,
contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi
berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV.
Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia
dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi agar
terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat
penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi
udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu
ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan
penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan
tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit yang sama.
c. Cara Pencegahan Infeksi NosokomialDengan menggunakan Standar
kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :1. Cuci Tangan Setelah
menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi. Segera setelah melepas sarung tangan. Di antara
sentuhan dengan pasien.
2. Sarung Tangan Bila kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekresi, dan bahan yang terkontaminasi. Bila kontak dengan selaput
lendir dan kulit terluka.
3. Masker, Kaca Mata, Masker Muka Mengantisipasi bila terkena,
melindungi selaput lendir mata, hidung, dan mulut saat kontak
dengan darah dan cairan tubuh.
4. Baju Pelindung Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan
cairan tubuh Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang
dapat berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
5. Kain Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput
lender Jangan melakukan prabilas kain yang tercemar di area
perawatan pasien
6. Peralatan Perawatan Pasien Tangani peralatan yang tercemar
dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau
selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali
7. Pembersihan Lingkungan Perawatan rutin, pembersihan dan
desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan
pasien
8. Instrumen Tajam Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
Hindari melepas jarum bekas dari semprit habis pakai Hindari
membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan
tangan Masukkan instrument tajam ke dalam tempat yang tidak tembus
tusukan
9. Resusitasi Pasien Usahakan gunakan kantong resusitasi atau
alat ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut
dalam resusitasi mulut ke mulut
10. Penempatan Pasien Tempatkan pasien yang mengontaminasi
lingkungan dalam ruang pribadi / isolasi
d. Program Pengendalian Infeksi Di RSDalam mengendalikan infeksi
nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam
program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara
lain:1. Adanya Sistem Surveilan Yang MantapSurveilan suatu penyakit
adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus
menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi
tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan
pengendalian. Jadi tujuan dari surveilan adalah untuk menurunkan
risiko terjadinya infeksi nosokomial. Perlu ditegaskan di sini
bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukanlah
ditentukan oleh canggihnya per-alatan yang ada, tetapi ditentukan
oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan
penderita secara benar (the proper nursing care). Dalam pelaksanaan
surveilan ini, perawat sebagai petugas lapangan di garis paling
depan, mempunyai peran yang sangat menentukan,2. Adanya Peraturan
Yang Jelas Dan Tegas Serta Dapat Dilaksanakan, Dengan Tujuan Untuk
Mengurangi Risiko Terjadinya Infeksi Adanya peraturan yang jelas
dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang sangat
penting adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang
harus dijalankan setelah dimengerti semua petugas; standar ini
meliputi standar diagnosis (definisi kasus) ataupun standar
pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini, peran perawat besar sekali.
3. Adanya Program Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua
Petugas Rumah Sakit Dengan Tujuan Mengembalikan Sikap Mental Yang
Benar Dalam Merawat PenderitaKeberhasilan program ini ditentukan
oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna
kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses
belajar dan mengajar yang terus menerus. Program pendidikan
hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek perawatan yang baik
saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi dari infeksi
nosokomial ini. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh lini program
pengendalian infeksi nosokomial, perawat mempunyai peran yang
sangat menentukan. Sekali lagi ditekankan bahwa pengendalian
infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh peralatan yang canggih
(dengan harga yang mahal) ataupun dengan pemakaian antibiotika yang
berlebihan (mahal dan bahaya resistensi), melainkan ditentukan oleh
kesempurnaan setiap petugas dalam melaksanakan perawatan yang benar
untuk penderitanya.
BAB IIIKASUS DAN ANALISAA. Kasus Diposkan oleh Bincang Sehat
Sistem Kesehatan Rabu, 17 November 2010 Seorang pasien masuk rumah
sakit dengan diagnosa HIV/AIDS, kemudian ada seorang perawat yang
ingin melakukan pemberian obat intravena pada pasien tersebut,
perawat tersebut masuk ke ruang pasien HIV/AIDS tanpa APD terutama
sepatu, setelah selesai melakukan penyuntikan tanpa sengaja spoid
bekas penyuntikan tersebut jatuh tepat mengenai ujung kaki
perawat.
B. Analisa kasus
Dari kasus diatas kita telah ketahui bahwa Pasien mengidap
penyakit HIV/AIDS Perawat ingin melakukan pemberian obat secara
IntraVena menggunakan spoid tiba-tiba spoid bekas penyuntikan
tersebut jatuh tepat diujung kaki perawat Perawat lalai memakai
alat pelindung diri (APD) terutama sepatuDan telah terjadi kontak
langsung antara spoid bekas pasien pengidap HIV/AIDS dan perawat.
Dan semua itu terjadi karena si perawat diatas menganggap remeh
penggunaan APD terutama sepatu.Karena Penyebab AIDS adalah sejenis
virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Sedangkan Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis
Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang
inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel
target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia
mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel
Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang
lain, dapat tetap hidup lama dalam dengan keadaan inaktif. Walaupun
demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious
yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup
penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian
besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop).
Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA
(Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis
prosein.Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41
dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang
rentan. Karena bagian luar virus (lemak tidak tahan panas, bahan
kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan
dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium
hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi
dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen,
air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan
dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.Bila
seseorang telah seropositif terhadap HIV, maka dalam tubuhnya telah
mengandung HIV. Dalam jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan
vagina, air mani serta produk darah lainnya. Apabila sedikit darah
atau cairan tubuh lain dari pengidap HIV berpindah secara langsung
ke tubuh orang lain yang sehat, maka ada kemungkinan orang lain
tersebut tertular AIDS. Cara penularan yang paling umum ialah:
senggama, transfusi darah atau kontak langsung dengan darah, jarum
suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti
ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa
terjadi, namun resikonya sangat kecil.
Berdasarkan teoritis mengenai cara penularan HIV bahwa jarum
suntik bekas pasien HIV/AIDS itu menyebabkan penyakit AIDSInfeksi
HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan
dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Virus HIV membutuhkan waktu
untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih banyak dirusak oleh Virus HIV.Ketika manusia terkena Virus
HIV belum tentu terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu
yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang
mematikan. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV
dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun,
kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat
memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus
(viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.
C. KesimpulanBerdasarkan kasus dan analisa diatas maka kami
dapat menyimpulkan bahwa : Spoid bekas yang jatuh tepat diujungkaki
perawat dapat menularkan HIV/AIDS Perawat tersebut positif
terinfeksi HIV/AIDS karena perawat mengabaikan penggunaan APD
terutama sepatu
D. SaranDidalam menghadapi pasien ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang perawat yaitu : Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan. Menggunakan sarung tangan Menggunakan masker,
kacamata, masker muka Baju pelindung Sepatu dan kain Peralatan
perawatan pasien Pembersihan lingkungan Penempatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Contoh kasus penyakit nosokomial.
http://www.voila.web.id/kesehatan/hiv/aids-tak-bawa-penyakit.aspx
http://bincangsehatsistemkesehatan.blogspot.com/2010/11/infeksi-nosokomial-sudah-jatuh-tertimpa.html
diposkan oleh Bincang Sehat Sistem Kesehatan