BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi. Suatu cabang olahraga masing- masing memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan, dan kelincahan. Kekuatan otot yang tinggi sangat diperlukan oleh atlet untuk berlari cepat, menendang, melempar, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh. Selain itu, olahraga juga memerlukan daya tahan jantung dan paru-paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan sesuatu secara terus menerus dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Rismayanti C, 2012). Salah satu cabang olahraga adalah bola voli. Olahraga ini menggunakan aksi memukul (striking) dengan beberapa keahlian seperti passing, lompatan, aksi memukul, dan keterampilan mendarat (anonim, 2009) . Bola Boli dimainkan oleh dua regu yang dipisahkan dengan net. Permainan ini dimainkan diatas lapangan berbentuk empat persegi panjang dan dimainkan dalam ruangan ataupun lapangan terbuka, setiap regu ada 6 pemain (anonim, 2012). Kebutuhan energi merupakan prioritas utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk menjaga massa jaringan-jaringan, imun, dan fungsi-fungsi reproduksi, serta penampilan optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai 1
Makalah yang berisi tentang masalah yang berada di lapangan secara real, yang berhubungan dengan Gizi Kerja dan Olah raga, khususnya atlet volly
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang sangat membutuhkan energi tinggi.
Suatu cabang olahraga masing-masing memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan
kebugaran tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan, dan kelincahan. Kekuatan
otot yang tinggi sangat diperlukan oleh atlet untuk berlari cepat, menendang, melempar,
mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh. Selain itu, olahraga juga
memerlukan daya tahan jantung dan paru-paru yang menggambarkan kapasitas untuk
melakukan sesuatu secara terus menerus dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan
yang berarti (Rismayanti C, 2012). Salah satu cabang olahraga adalah bola voli. Olahraga
ini menggunakan aksi memukul (striking) dengan beberapa keahlian seperti passing,
lompatan, aksi memukul, dan keterampilan mendarat (anonim, 2009) . Bola Boli dimainkan
oleh dua regu yang dipisahkan dengan net. Permainan ini dimainkan diatas lapangan
berbentuk empat persegi panjang dan dimainkan dalam ruangan ataupun lapangan terbuka,
setiap regu ada 6 pemain (anonim, 2012).
Kebutuhan energi merupakan prioritas utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk
menjaga massa jaringan-jaringan, imun, dan fungsi-fungsi reproduksi, serta penampilan
optimal atlet. Keseimbangan energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang
dihasilkan dari makanan, cairan, dan produk suplemen) dikali pengeluaran energi total.
Dengan oemasukan energi, lemak dan massa otot dapat digunakan tubuh untuk sumber
cadangan energi. Pengeluaran energi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, massa tubuh,
berat lemak tubuh, intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Banyak atlet yang memerlukan
konsumsi energi yang cukup untuk menjaga berat dan komposisi tubuh selama melakukan
aktifitas dan berolahraga (Rismayanti C, 2012).
Sesuai dengan prinsip dasar gizi seimbang yang mengandung cukup zat gizi makro
dan mikro, kebutuhan energi yang diperlukan setiap orang berbeda-beda, bergantung
dengan banyak faktor antara lain: umur, jenis kelamin, komposisi tubuh, serta berat
ringannya aktifitas sehari-hari. Untuk menunjang prestasinya, atlet memerlukan nutrisi/zat
gizi yang cukup baik dan adekuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Zat gizi makro
seperti karbohidrat dan lemak berperan sebagai penyumbang energi, dan protein berperan
1
sebagi pemelihara pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Zat gizi mikro yang terdiri
dari vitamin dan mineral berfungsi sebagai komponen metabolisme dan berbagai proses faal
dalam tubuhn (Rismayanti C, 2012).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana gambarar atlet sehari-hari?
1.2.2. Bagaimana kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet?
1.2.3. Bagaimana status gizi atlet?
1.2.4. Bagaimana asupan dan penyelenggaraan makan atlet?
1.2.5. Bagaimana alternatif pemecahan masalah gizi atlet?
1.2.6. Bagaimana contoh menu ideal untuk atlet ?
1.3. Tujuan Umum
1.3.1. Untuk mengetahui gambaran atlet sehari-hari,
1.3.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,
1.3.3. Untuk mengetahui status gizi atlet,
1.3.4. Untuk mengetahui asupan dan penyelenggaraan makan atlet,
1.3.5. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah gizi atlet.
1.4. Tujuan Khusus
1.4.1. Untuk mengetahui gambaran aktivitas atlet ,
1.4.2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat latihan dan asrama atlet,
1.4.3. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada atlet,
1.4.4. Untuk mengetahui status gizi atlet,
1.4.5. Untuk mengetahui tingkat asupan makan atlet,
1.4.6. Untuk mengetahui penyelenggaraan makan atlet,
1.4.7. Untuk mengidentifikasi masalah gizi pada atlet,
1.4.8. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah pada atlet.
1.4.9. Untuk mengetahui menu ideal atlet
2
1.5. Manfaat
1.5.1. Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup gizi atlet,
1.5.2. Mahasiswa mampu memahami pengaruh aktivitas latihan terhadap kebutuhan
gizi atlet,
1.5.3. Mahasiswa mampu memahami, menganalisa, dan menyelesaikan masalah gizi
yang terjadi pada atlet.
3
BAB II
ISI
2.1. Gambaran Umum
Voli Mitra Kencana merupakan sebuah klub voli yang terdiri dari pemain wanita
tingkat anak-anak dan tingkat remaja. Klub tersebut beralamat di Jalan
PucangnAnom VII no 24 Pucang Gading dan tempat latihan berada di GOR Mundu
Futsal Kedung Mundu. Voli mitra Kencana ini berdiri tanggal 1 Desember 2007
Sampai saat ini anggota klub ada 55 orang. Pelatih dari klub voli tersebut ada enam
orang, salah satunya adalah Bapak Muhammad Haris Gunarto SH. Selain menjadi
pelatih voli, beliau adalah seorang PNS di kantor BKKBN Jawa Tengah.
Jenis Kelamin N Persen (%)
Laki-laki
Perempuan
Total
0
20
20
0
100
100
Tabel 1. Jumlah Sampel Atlet
Makanan tidak diberikan di klub voli ini, kecuali ketika saat ada pertandingan.
Saat bertanding biasa diberikan menu box dan tidak ada spesifikasi jenis makanan,
hanya disyaratkan setiap pemain meminum air putih dalam jumlah yang cukup. Saat
dua hingga tiga hari sebelum pertandingan, para pemain dianjurkan untuk tidak
meminum air es. Waktu terakhir sekitar dua jam sebelum pertandingan, para pemain
yang siap bertanding diberi asupan berupa pisang dan roti. Makanan yang tidak
boleh diberikan sebelum bertanding adalah minuman es, makanan berminyak, dan
makanan yang pedas.
Usia N Persen (%)
12 1 5
13
14
15
16
9
5
2
1
45
25
10
5
4
17
18
Total
1
1
5
5
100
Tabel 2. Karakteristik Usia Sampel
karaktersitik usia sampel
12 13 14 15 16 17 18
Gambar 2 : Karakteristik Usia Sampel
Jenis latihan yang selalu dilakukan adalah stretching atau pemanasan sekitar
kurang lebih 45 menit, lalu aktivitas ini yaitu receive pukulan per masing-masing
individu, semi grup, spike, dan game kurang lebih satu jam, kemudian pendinginan
secukupnya selama kurang lebih 15 menit. Sisa satu jam latihan adalah untuk latihan
main voli. Penyelenggaraan Jadwal pertandingan rutin adalah sekitar 3 bulan
sparing, misalnya jika ada turnamen, kompetisi antar klub di wilayah Semarang.
Pengalaman bertanding dari klub Voli Mitra Kencana adalah sebagai berikut : PON
selama satu kali, dan beberapa kali POSPROV, O2SN, tingkat SMP, dan POPDA.
2.2. Gambaran Aktivitas
Jenis latihan yang dilakukan atlet volley terdiri dari 3 bagian, yaitu : pemanasan, inti,
dan pendinginan.
a. Pada tahap pemanasan, pada tahap pemanasan biasanya dilakukan lari lari kecil dan
perenggangan otot yang bertujuan untuk melenturkan otot. Durasi latihan pemanasan
dilakukan selama 45 menit .
5
b. Latihan inti 60 menit . pada tahap ini atlet melatih kemampuan mereka agar lebih
menguasai teknik – teknik permainan bola volley.
c. Tahap terakhir dari latihan yaitu pendinginan (cooling down) 15 menit . latihan ini
dilakukan setelah program latihan selesai dilaksanakan sebagai upaya agar bagian
otot yang bekerja keras tadi kembali pada posisi rileks dan tidak kaku.
d. Permainan 1 jam . tahap ini dilakukan agar pemain lebih dapat menguasai teknik-
teknik yang telat dipelajari pada saat latihan ini yang telah dilakukan.
Kisaran lama tidur (jam) Persen (%)
< 8 35
8 15
> 8 50
Tabel 1 : Kisaran Lama Tidur Atlet
35%
15%
50% < 8 jam8 jam> 8 jam
Gambar 1. Kisaran Lama Tidur Atlet
Dari tabel tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden memiliki
jumlah jam tidur yang cukup baik, 50 % tidur selama > 8 jam perhari, kemudian 15 %
responden tidur selama 8 jam perhari, dan 35 % responden tidur selama < 8 jam
perhari.
Lama waktu luang (jam) Persen (%)
< 5 30
≥ 5 70
6
Tabel 4 : Lama Waktu Luang
30%
70%
< 5 jam ≥ 5 jam
Gambar 4 : Lama Waktu Luang
Dari tabel tersebut sebanyak 70 % responden memiliki waktu luang sebesar ≥ 5 jam /
hari, dan sebanyak 30 % memiliki waktu luang sebesar < 5 jam / hari. Dimana waktu
luang ini sangat lah dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan pribadinya.
Menyukai Olahraga Selain Volley Persen (%)
Tidak Suka 40
Suka 60
Tabel 5 : Kesukaan olahraga selain Voli
40%
60%
tidak suka suka
Gambar 5 : Kesukaan Olahraga selain voli
7
Selain menjadi atlet volley, sebanyak 60 % responden ternyata menyukai olahraga
selain volley seperti basket, renang, badminton, taekwondo, tenis, sepak bola, lompat
tinggi, tenis meja, dan silat. Sedangkan sebanyak 40 % responden tidak menyukai
olahraga selain volley.
Jenis aktifitas Persen (%)
Bermain 9,7
Latihan Fisik 9,7
Membersihkan Rumah 6,4
Mengaji 3,2
Bermain Gadget 25,8
Membaca 9,7
Belajar 6,4
Menonton TV 29,0
Tabel 6 : Aktivitas Waktu Luang
10% 10%
6%
3%
26%10%
6%
29%
bermain latihan fisikmembersihkan rumah mengajibermain gadgetmembacabelajarmenonton tv
Gambar 4. Jenis Aktivitas pada waktu luang
Adapun selama waktu luang yang mereka punya, inilah jenis aktifitas yang
dilakukan responden. Adapun aktifitas yang paling dominan dilakukan adalah
menonton TV sebanyak 29 %, lalu diikuti bermain gadget sebesar 25,8 %.
Jenis aktifitas Persen (%)
8
Melakukan Hobi 45 %
Latihan Fisik 15 %
Bimbingan Belajar 5 %
Tidak Ada (hanya Volley) 35 %
Tabel 7 : Aktivitas diluar latihan voli
45%
15%5%
35%
Melakukan HobiLatihan FisikBimbingan BelajarTidak ada (hanya voli)
Gambar 7. Aktivitas diluar latihan voli
Dari tabel aktivitas di luar klub diatas diketahui sebanyak 45 % responden memilih
melakukan hobi seperti olahraga selain volley, pramuka, vokal/paduan suara. Sebanyak
15 % responden memilih latihan fisik, sebanyak 5 % responden memiliki jadwal
bimbingan belajar, dan sebesar 35 % responden hanya berlatih volley di klub saja.
2.3. Gambaran Lingkungan
Kondisi Lingkungan Sekitar Persen (%)
Baik 85
Biasa Saja 15
Tabel 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan
9
85%
15%
baikbiasa saja
Gambar 8 : Kondisi Lingkungan (fisik dan mental) latihan
Dari data diatas , dapat dinyatakan bahwa 15 % mempunyai hubungan dengan
lingkungan yang biasa saja dan 85 % mempunyai hubungan yang baik dengan
lingkungan sekitar . mereka mengaku mendapat dukungan yang baik dari lingkungan
dan keluarga untuk menjadi seorang atlet.dari 20 sampel 18 orang mengaku lingkungan
sangat mempengaruhi dan nyaman dengan lingkungan dan 2 orang tidak dikarenakan
memiliki teman-teman yang tidak membuat nyaman. Sebanyak 6 orang mengaku
mendapatkan dukungan dari ayah dan 14 orang mengaku mendapatkan dukungan dari
ibu. Mereka mempunyai kebiasan saat berkumpul dengan keluarga , seperti berdiskusi
tentang suatu hal, nonton tv, makan bersama , dan jalan jalan. Selain keluarga, teman-
teman juga sangat mendukung mereka untuk menjadi atlet. Kebiasaan yang dilakukan
jika mereka sedang berkumpul dengan teman-temannya adalah Cerita, mengobrol,
makan, jalan-jalan, belajar.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai keadaan lingkungan dan tempat latihan,
terdapat 17 orang (85%) yang mengatakan bahwa lingkungan dan tempat mereka
berlatih volly tergolong baik, sedangkan sebanyak 3 orang (15%) mengatakan kondisi
lingkungan dan tempat latihan mereka biasa saja, dalam artian tidak terlalu baik
maupun terlalu buruk. Klub Volley Mitra Kencana memiliki dua lapangan volley untuk
tempat berlatih para pemain volley. Kondisi lingkungan mempengaruhi kesehatan para
atlet. Kondisi lingkungan seharusnya bebas dari debu, lapangan volley yang tidak licin,
serta memiliki sirkulasi udara yang baik.
10
Kemudian sebanyak 18 orang mengatakan bahwa lingkungan sekitar mereka
sangat kondusif, baik dari pihak keluarga maupun teman-teman mereka sangat
mendukung karir mereka di bidang olahraga volly. Sedangkan hanya 2 orang yang
mengatakan lingkungan sekitar mereka kurang kondusif, walaupun keluarga mereka
mendukung namun terdapat beberapa teman mereka yang kurang mendukung atau
kurang menyenangkan. Bagi mereka, dukungan dari keluarga dan teman-teman mereka
sangat dibutuhkan. Dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar mereka dapat
dijadikan sebagai pemberi motivasi, pendukung, penghibur, penyemangat baik saat
latihan maupun saat bertanding.
2.4. Status Gizi Atlet
Status gizi merupakan landasan untuk merencanakan program pembinaan atlet
termasuk penatalaksanaan gizi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk
memperoleh kondisi prima dari seorang atlet, disamping latihan teratur dan terprogram.
Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan dengan dua komponen yaitu
lemak tubuh dan masa tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya umur akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh.
Penambahan berat badan sering terjadi karena penambahan lemak tubuh yang
disebabkan kurangnya aktivitas. Berat badan berhubungan dengan kekuatan, kecepatan,
ketahanan, ketangkasan, dan penampilan. Untuk itu berat badan, tinggi badan dan
riwayat status gizi yang optimal pada responden ini harus terus diperhatikan (Iswahyudi
dkk, 2007).
Demikian halnya kondisi lemak tubuh responden juga harus diperhatikan.
Keseimbangan antara IMT dan persentase lemak tubuh harus terus dijaga karena status
IMT dan persentase lemak tubuh merupakan dua hal yang saling mempengaruhi pada
risiko penyakit jantung karena penambahan berat badan berhubungan dengan
peningkatan proporsi lemak tubuh (Iswahyudi dkk, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada 20 atlet voli di Klub Mitra kencana
menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (60%) mempunyai status gizi berdasarkan
IMT normal. Sebanyak 4 responden (20%) mempunyai status gizi underweight, dan
11
hanya 1 responden (5%) memiliki status gizi overweight. Selanjutnya, ada 3 responden
(15%) yang mempunyai sttaus gizi obesitas.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Underweight 4 20
Normal 12 60
Overweight 1 5
Obese 3 15
Total 20 100
Tabel 9. Status Gizi berdasarkan IMT
20%
60%
5%
15%
Prosentase
UnderweightNormalOverweightObesitas
Gambar 9 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan IMT
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang (underfat) 5 25
Normal 15 75
Total 20 100
Tabel 10. Status gizi berdasarkan % lemak tubuh
12
Prosentase
UnderfatNormal
Gambar 10 : Diagram pie prosentase status lemak tubuh..
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 5 responden (25%)
memiliki presentase lemak tubuh kurang (underfat), dan sebanyak 15 responden (75%)
mempunyai presentase lemak tubuh normal.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Lebih 5 25
Normal 15 75
Total 20 100
Tabel 11. Status gizi berdasarkan lingkar pinggang
13
75%
25%
Prosentase
NormalLebih
Gambar 11 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar pinggang
Lingkar pinggang adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang
diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur di antara crista illiaca
dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1
mm). Ukuran lingkar pinggang yang besar berhubungan dengan peningkatan faktor
risiko terhadap penyakit kardiovaskular
Lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal
atau lemak visceral. Lingkar pinggang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular
yang paling menentukan jika dibandingkan dengan pengukuran IMT. World Health
Organization secara garis besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan lingkar
pinggang jika lingkar pinggang pria > 90 cm dan pada wanita > 80 cm.
Sebanyak 15 responden (75%) dari 20 atlet voli Klub mitra kencana memiliki
rasio lingkar pinggang normal dan sisanya sebnayak 5 responden (25%) memiliki rasio
lingkar pinggang lebih.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Lebih 19 95
Normal 1 5
14
75%
25%
Total 20 100
Tabel 11. Status gizi berdasarkan rasio lingkar panggul
Prosentase
NormalLebih
Gambar 12 : Diagram pie prosentase status gizi berdasarkan lingkar panggul.
Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang
diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang diukur pada lingkar maksimal
dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis.Lingkar panggul yang besar (tanpa
menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko diabetes melitus dan penyakit
kardiovaskular yang lebih rendah (Oviyanti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umunya para atlet
voli tersebut memiliki rasio lingkar panggul lebih. Hal tersebut dibuktikan dari 19
responden (95%) memiliki rasio lingkar panggul lebih dan hanya 1 responden (5%)
memiliki rasio lingkar panggul normal.
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan
obesitas abdominal yang diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar
pinggang (cm) dan lingkar panggul (cm). Pada wanita usia 70-80 tahun setiap
peningkatan 0,1 inchi pada rasio lingkar pinggang panggul dapat menjadi faktor
predisposisi peningkatan kematian sebesar 28%. World Health Organization secara garis
besar menentukan kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio
lingkar pinggang panggul pria > 0,90 dan pada wanita > 0,80 (Oviyanti, 2010).
15
95%
5%
2.5. Gambaran Asupan Zat Gizi Atlet
2.5.1. Asupan zat gizi makro
1. Tingkat kecukupan energi
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber-
sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran
karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecaha
protein. Pada olahraga intensitas moderat-tinggi yang bertenaga seperti sprint
atau juga pada olahraga beregu seperti sepakbola atau bola basket , pembakaran
karbohidrat akan berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh dan akan
memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pembakaran
lemak dalam memproduksi energi di dalam tubuh. Kontribusi pembakaran
karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh akan meningkat hingga sebesar
100% ketika intensitas olahraga berada pada rentang 70-95% VO max (Anwari,
2007).
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, kebutuhan
energi total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori kurang.
Hal ini diperoleh berdasarkan hasil recall dan perhitungan kebutuhan energi per
hari.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Normal 0 0
Kurang 20 100
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel 9. Kebutuhan Energi Atlet
16
100%
Tingkat Kecukupan Energi
Kurang
Gambar 13 : Kebutuhan Energi Atlet
2. Tingkat kecukupan Protein
Kebutuhan protein bagi seorang atlet disebutkan berada berada pada rentang
1.2 1.6 gr/kg berat badan per-harinya dan nilai ini berada diatas kebutuhan protein
bagi non-atlet yaitu sebesar 0.6-0.8 gr/kg berat badan. Peningkatkan kebutuhan
protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk mengalami
kerusakan jaringan ototn terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga
yang berat. Selain itu pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan
durasi panjang sebagian kecil asam amino dari protein juga akan digunakan
sebagai sumber energi terutama saat simpanan glikogen sudah semakin
berkurang. Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka kebutuhkan konsumsi protein
seorang atlet dalam kesehariannya akan relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan kebutuha non-atlet (Anwari, 2007).
Berdasarkan hasil recall pada atlet voli Klub Mitra Kencana, dapat
disimpulkan bahwa 2 responden (10%) memiliki tingkat kecukupan protein
normal dan sebanyak 18 responden (90%) memiliki tingkat kecukupan protein
kurang.
Kategor Jumlah (n) Presentase (%)
17
i
Kurang 18 90
Normal 2 10
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel.10 : Tingkat kecukupan protein
Kurang90%
Normal10%
Tingkat Kecukupan Protein
KurangNormal
Gambar 14:. Tingkat kecukupan protein
3. Tingkat kecukupan Lemak
Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak
sebagai sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen
otot dapat menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas
olahraga akan menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui
pembakaran lemak berjalan lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi
energi melalui pembakaran karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan
menghasilkan energi yang lebih besar (9kkal/gr) jika dibandingan dengan
pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Perlu juga untuk diketahui bahwa jaringan
18
adipose dapat menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah yang tidak terbatas,
sehingga kelelahan serta penurunan performa yang terjadi pada saat berolahraga
tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan lemak tubuh (Anwari, 2007).
Kategor
i
Jumlah (n) Presentase (%)
Kurang 9 45
Normal 1 5
Lebih 10 50
Total 20 100
Tabel 11:. Tingkat kecukupan lemak
45%
5%
50%
Tingkat kecukupan lemak
KurangNormalLebih
Gambar 14 : Tingkat kecukupan Lemak
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 9 responden
(45%) memiliki tingkat kecukupan lemak kurang. Sedangkan sebanyak 10
responden (50%) termasuk kategori lebih, dan hanya 1 responden (5%) memiliki
tingkat kecukupan lemak yang normal.
4. Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Pada saat berolahraga terutama olahraga dengan intensitas moderat-tinggi,
kebutuhan energi bagi tubuh dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen, terutama
19
glikogen otot serta melalui simpanan glukosa yang terdapat di dalam aliran darah
(blood glucose) dimana ketersediaan glukosa di dalam aliran darah ini dapat
dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada pada keadaan normal.
Proses pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil
pembakaran lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu
untuk menghasilkan ATP (molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas
yang lebih besar serta dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
pembakaran lemak (Anwari, 2007).
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum semua atlet voli
tersebut memiliki tingkat kecukupan karbohidrat kurang. Hal tersebut dapat
dilihat pada sebanyak 20 responden (100%) memiliki tingkat kecukupan
karbohidrat kurang.
Kategori Jumlah (n) Presentase (%)
Normal 0 0
Kurang 20 100
Lebih 0 0
Total 20 100
Tabel 12 : Tingkat kecukupan Karbohidrat
100%
Tingkat kecukupan Karbohidrat
Kurang
20
Gambar 15 :. Tingkat kecukupan karbohidrat
2.5.2. Asupan zat gizi mikro
1. Kalsium
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat kecukupan
kalsium total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk kategori
kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di
Klub Mitra Kencana.
100%
Tingkat kecukupan kalsium
KurangBaikLebih
Gambar 16 : Tingkat kecukupan kalsium
2. Besi
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan Zat besi total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar
5% (1 orang) %). Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
21
90%
5%5%
Tingkat Kecukupan Zat Besi
Kurang Baik Lebih
Gambar 18 :. Tingkat kecukupan zat besi
3. Zinc
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, tingkat
kecukupan zinc total pada atlet voli sebanyak 100% (20 orang) termasuk
kategori kurang. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
100%
Tingkat Kecukupan ZincKurang Baik Lebih
Gambar 19:. Tingkat kecukupan zink
4. Vitamin B1 (Tiamin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan tiamin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
22
yaitu 80 % (16 orang). Sebesar 20% (4 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
80%
20%
Tingkat Kecukupan TiaminKurang Baik Lebih
Gambar 20 :. Tingkat kecukupan tiamin
5. Vitamin B2 (Riboflavin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan riboflavin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
23
90%
10%
Tingkat Kecukupan RiboflavinKurang Baik Lebih
Gambar 21 : Tingkat kecukupan ribovlavin
6. Vitamin B3 (Niasin)
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan niasin total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 5% (1 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih dan yang mempunyai tingkat kecukupan zat besi yang baik hanya sebesar
5% (1 orang) %. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah
dilakukan di Klub Mitra Kencana.
90%
5%5%
Tingkat Kecukupan NiasinKurang Baik Lebih
Gambar 22 : Tingkat kecukupan Niasin
24
7. Vitamin C
Berdasarkan penelitian para atlet di Klub Mitra Kencana, sebagian besar
tingkat kecukupan vitamin C total pada atlet Klub Mitra Kencana adalah kurang
yaitu 90 % (18 orang). Sebesar 10% (2 orang) mempunyai tingkat kecukupan
lebih. Hal ini diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam yang telah dilakukan di Klub
Mitra Kencana.
90%
10%
Tingkat Kecukupan Vitamin CKurang Baik Lebih
Gambar 23 :. Tingkat kecukupan Vitamin C
2.6 Riwayat makan
Terdapat 14 orang (70%) yang suka mngkonsumsi sayuran, namun sayuran
yang sering dikonsumsi seperti jagung, kol, dan wortel. Sedangkan sebanyak 6 orang
(30%) menyatakan bahwa mereka tidak menyukai sayuran. Alasan mereka tidak
menyukai sayuran karena menurut mereka sayuran memiliki rasa yang tidak enak dan
pahit. Kemudian sebanyak 19 orang (95%) suka mengkonsumsi buah-buahan, seperti