BAB IPEMBUKAAN1.1 Latar BelakangMenurut ilmu pengetahuan masa
nifas atau disebut purpurium adalah masa dimulai sejak plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, waktunya kira-kira 6 minggu setelah itu.Dalam ilmu
fiqih nifas diartikan sebagai darah yang keluar dari alat vital
wanita disebabkan karena persalinan, baik sebelum, ketika atau
sesudah berlangsungnya persalinan tersebut.Periode postpartum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keasaan
tidak hamil. Dalam masa nifas alat-alat genetalia baik interna
maupun eksterna berangsurangsur pulih seprti keadaan sebelum hamil.
Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka
ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein.Nutrisi
yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup
kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ
tubuh, proses pembentukan asi wanita dewasa memerlukan 2.200
kalori. Ibu menyusui membutuhjan kalori sama dengan wanita dewasa
+700 kalori tiap 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori blan
selanjutnya.Sebagai orang muslim kita wajib mengikuti apa
yangdiperintahkan oleh alah dan menjauhi apa yang di larang oleh
Nya termasuk dalam pemilihan makanan yang akan kita makan. Hukum
tentang makanan ini terumus dalam Halalan Toyyiban. Halalan
Thayyiban dikenal manusia sehubungan dengan adanya peraturan khusus
dan bersifat umum yang mengatur kesempurnaan pribadi dan hubungan
yang baik antara sesama manusia dengan tujuan untuk mendidik
manusia tentang cara-cara hidup yang baik dan bersih. Peraturan
tersebut antara lain berhubungan dengan makanan, minuman dan
lain-lain. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan masa
nifas menurut hukum agama Islam dan menurut kebidanan?2. Apa yang
dimaksud dengan halalan toyiban?3. Bagaimana menerapkan makanan
gizi seimbang ibu nifas sesuai dengan halalan toyiban?1.3 Maksud
dan TujuanMaksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan informasi kepada mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan
tingkat diploma STIKES Aisyiyah Yogyakarta tentang makanan gizi
seimbang untu ibu nifas sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu kami
juga memberikan informasi tentang Halalan Toyyiban sehingga kita
sebagai calon bidan dapat menerapka gizi seimbang sesuai dengan
hukum islam.
BAB IIISI
2.1 Pengertian Masa Nifas1. Menurut Ilmu Kebidanan Dalam ilmu
kedokteran masa nifas atau disebut puerpurium dihitung sejak satu
jam setelah lahirnya plasenta (tali pusar) sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu (Ilmu Kebidanan, R. Soerjo Hadijono, 2008:
356).Masa nifas (purperium) adalah masa dmulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembeli
seperti keadaan sebelum hamil.Jadi menurut ilmu pengetahuan masa
nifas atau disebut purpurium adalah masa dimulai sejak plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, waktunya kira-kira 6 minggu setelah itu.2. Menurut
Agama IslamPara ulama Islam sepakat mendefinisikan nifas sebagai
darah yang keluar dari alat vital wanita sesaat setelah ia
melahirkan. Madzhab Maliki kemudian menambahkan bahwa darah nifas
selain keluar setelah proses kelahiran, juga merupakan darah yang
keluar saat melahirkan itu sendiri. Madzhab Hanbali juga menghitung
darah yang keluar dua atau tiga hari sebelum persalinan sebagai
darah nifas (Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah: vol. 41/5).
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam ilmu fiqih nifas diartikan
sebagai darah yang keluar dari alat vital wanita disebabkan karena
persalinan, baik sebelum, ketika atau sesudah berlangsungnya
persalinan tersebut.Dalam fiqih hanya diatur masa paling lama/waktu
maksimal (athwalu muddah) dari waktu nifas, yaitu empat puluh hari.
Sehingga jika lewat dari empat puluh hari, darah yang keluar dari
sang ibu dihitung darah istihadah. Pembatasan waktu maksimal dari
masa nifas tersebut didasarkan pada Hadits: Salamah, ia berkata:
Wanita-wanita yang mengalami masa nifas duduk (tidak melakukan
ibadah khusus) selama 40 hari atau 40 malam (H.R. Abu Dawud, Ibnu
Majah, Tirmidzi dan al-Daruquthni).
2.2 Hukum-Hukum Masa Nifas1. Hukum hukum Nifas : Hukum hukum
nifas sama dengan hukum pada permasalahan haid, kecuali dalam
perkara-perkara berikut ini :a) Masalah iddah Maka iddah talaqnya
diperhitungkan dengan haid, tidak dengan nifas. Karena jika
talaqnya terjadi sebelum kelahiran, maka iddahnya berakhir dengan
kelahiran tersebut bukan dengan nifas. Sedangkan jika terjadi
sesudah kelahiran, maka di tunggu kembali masa haidnya.b) Masa Ila
Diperhitungkan berdasarkan masa haid, bukan berdasarkan masa nifas.
Sedangkan yang dimaksud denganila adalah sumpah seorang suami untuk
meninggalkan menggauli istrinya untuk selama-lamanya atau waktu
yang lebih dari 4 bulan. Sehingga jika ada seorang suami yang
bersumpah, kemudian istrinya menuntut agar sang suami menggaulinya
maka diberikan waktu kepada suami selama empat bulan sejak
sumpahnya. Jika telah genap empat bulan, maka sang suami dipaksa
untuk menggaulinya atau berpisah dengan istrinya berdasarkan
permintaan istri. Masa ( empat bulan ), jika ternyata seorang
nifas, maka masa nifasnya tersebut tidak diperhitungkan, sehingga
ditambahkan kepada masa empat bulan tadi, sesuai masa nifasnya.
Berbeda dengan masa haid tersebut masuk dalam masa yang di
perhitungkan untuk sang suami tadi.c) Masa baligh Masa baligh
dicapai dengan terjadinya haid, bukan dengan terjadinya nifas.
Karena seorang wanita tidak mungkin akan hamil sampai wanita
mengalami inzal ( keluar mani), sedangkan tercapainya masa baligh
adalah dengan keluarnya mani yang mendahului terjadinya proses
kehamilan.d) Darah haid jika terputus kemudian keluar dari dalam
masa biasa terjadi haid, maka secara yakin di hukumi sebagai haid.
Misalnya : kebiasaan seorang wanita haidnya delapan hari, ternyata
dia melihat darahnya selama empat hari kemudian berhenti selama dua
hari, kemudian keluar lagi pada hari ketujuh dan kedelapan. Maka
darah yang keluar secara yakin merupakan darah haid sehingga
berlaku padanya hukum-hukum haid. Adapun darah nifas, jika berhenti
sebelum 40 hari kemudian keluar darah lagi pada hari ke 40 maka
diragukan keadaan darah tersebut. Dalam permasalahan seperti itu
pendapat yang benar, bahwa darah tersebut jika kembali keluar pada
masa yang memungkinkan wanita tersebut masih dalam masa nifas. Maka
dihukumi sebagai darah nifas, jika tidak maka dihukumi darah haid.
Kecuali jika terus menerus keluar maka di hukumi sebagai darah
istihadhah. Pendapat ini mirip dengan apa yang dinukilkan di dalam
Al Mugni ( 1/349) dari ucapan Al Imam Malik dimana beliau berkata :
Jika seorang wanita mendapatkan darahnya keluar lagi sesudah dua
atau tiga hari terhenti maka darah tersebut darah nifas. Jika tidak
maka darah haid Ini pula pendapat yang di pilih Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah : Tidak ada dalam perkara darah darah tersebut sesuatu
yang diragukan menurut realiata yang ada pada darah tersebut. Akan
tetapi karaguan ini adalah perkara yang sifatnya nisbi ( relatif).
Berbeda sesuai dengan kadar ilmu dan pemahaman yang ada pada
masing-masing orang. Sedangkan pada Al Kitab dan As Sunnah ada
keterangan yang menjelaskan segala sesuatu. Adapun seorang yang
telah menjalankan beban syariat sesuai dengan batas kemampuan yang
ada pada dirinya, maka sudah lepas tanggungannya, sebagaimana
firman Allah Taala : Allah tidak membenani seorang melainkan sesuai
dengan kesanggupanya.. ( Al Baqarah : 286 ) Maka bertaqwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggunpanmu ( At Taghabun : 16)e) Jika
seorang wanita telah suci dari haidnya sebelum masa kebiasaan dari
haidnya: Dibolehkan bagi sang suami untuk menggaulinya tanpa ada
sedikitpun kemakhruhan pada perbuatan tersebut. Adapun nifas, jika
dia telah suci sebelum 40 hari, maka makruh sang suami untuk
menggaulinya menurut pendapat yang mashur dalam madzab (Hanabila,
-pen). Pendapat yang benar bahwa tidak di makruhkan bagi sang suami
. inilah pendapat jumhur ( mayoritas) ulama. Karena menghukumi
makruh terhadap sesuatu perkara adalah hukum syari yang butuh dalil
syari. Dan tidak ada dalil dalam permasalahan ini kecuali riwayat
yang disebutkan oleh Al Imam Ahmad, dari Utsman bin Abil Ash :
bahwa istrinya mendatanginya sebelum genap masa nifasnya 40 hari.
Maka dia berkata kepada istrinya : Jangan kau dekati aku Ucapan
beliau tersebut tidaklah mengharuskan hukum makruh. Karena bisa
jadi ucapan tersebut muncul sebagai bentuk kehati-hatian, khawatir
istrinya belum yakin betul akan kesuciaanya, atau khawatir akan
menyebabkan keluar kembali darahnya akibat jima atau bisa juga
sebab sebab yang lain.2.3 Gizi Ibu NifasPeriode postpartum adalah
waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keasaan tidak
hamil. Dalam masa nifas alat-alat genetalia baik interna maupun
eksterna berangsurangsur pulih seprti keadaan sebelum hamil. Untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu
nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein.Nutrisi yang
dikonsumsi ibu nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup
kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ
tubuh, proses pembentukan asi wanita dewasa memerlukan 2.200
kalori. Ibu menyusui membutuhjan kalori sama dengan wanita dewasa
+700 kalori tiap 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori blan
selanjutnya.Gizi Ibu menyusui :a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500
kalori tiap hari.b. Makan diet berimbang untuk mendapatkan
protein,mineral dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter
setiap hai.d. Minum pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan.e. Minum vitamin A (200.000 unit)
agar bisa memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui ASI.Makanan
yng dikonsumsi ibu nifas dianjurkan mengandung 50-60% karbohdrat.
Laktosa adalah bentu utama dari karbohidrat yang jumlahnya lebih
besa dibanding pada susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap
kalsium dan mudah dimetabolisme menjadi dua gula sederhana
(galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang
cepat yang terjadi selama masa bayi. Lemak yang dibutuhkan 25-35%
total makanan. Lemak mengasilkan kira-kira setengah kalori yang
diprosuksi oeleh air susu ibu. Jumlah protein yang diperlukan pada
masa nifas adalah sekitar 10-15%. Protein dalam air susu ibu adalah
whey. Kegunaa vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan
metabolisme tubuh. Beberapa vitamin dan mineral harus diperhatikan
karena jumlahnya tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin dan
mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah
Vit B6, tiamin, asam folat, kalsium, seng dan magnesium. Fungsi
cairan adalah sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme
tubuh. Minum cairan cukup akan membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.
2.4 Halalan Thayyiban1. Pengertian Halalan Thayyiban Halalan
Thayyiban dikenal manusia sehubungan dengan adanya peraturan khusus
dan bersifat umum yang mengatur kesempurnaan pribadi dan hubungan
yang baik antara sesama manusia dengan tujuan untuk mendidik
manusia tentang cara-cara hidup yang baik dan bersih. Peraturan
tersebut antara lain berhubungan dengan makanan, minuman dan
lain-lain. Namun dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang
menganggap bahwa kata halalan thayyiban sama dengan kata thayyiban,
padahal dua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda tetapi
saling berkaitan.a. MakananDalam bahasa Indonesia, kita menyebut
makanan sebagai segala yang dapat dan wajar dimakan, sementara gizi
yang dalam bahasa Inggris ditulis nutrient didefinisikan that all
food Contains only a limited number of classes of material which
are essential to a good diet. These materials are water,
carbohydrates, fats, proteins, vitamin, mineral and raughage or
residue, artinya: bahwa semua makanan yang mengandung zat-zat
tertentu yang pada dasarnya akan dapat membentuk makanan yang baik.
Zat-zat tersebut adalah air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan zat kasar dari makanan atau sisa. Adapun yang dimaksud
dari zat kasar dari makanan atau sisa disini adalah suatu jenis
makanan seperti dedak dan kulit buah yang merangsang pergerakan
makanan dan melancarkan pencernakan melalui usus besar. Menurut M.
Quarish Shihab, Makanan adalah pemelihara kehidupan, semua makhluk
hidup yang diciptakan Allah di permukaan muka bumi, baik manusia,
binatang maupun tumbuhan mutlak memerlukannya. Dalam bahasa Arab
yang merupakan bahasa al-Quran kata makanan dinyatakan dengan Thaam
segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi, karena itu minuman pun
termasuk dalam pengertian Thaam. Kata thaam dalam berbagai bentuk
terulang dalam al-Quran sebanyak 48 kali yang antara lain berbicara
tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan makanan. Menurut
Zakiah Darajat, makan menurut pengertiannya bahasa merupakan
memasukkan sesuatu melalui mulut, sedangkan makanan adalah segala
sesuatu yang boleh di makan. Makanan sesuatu makanan biasanya untuk
memenuhi keperluan jasmani sehingga dengan demikian dapat terjaga
kelangsungan hidup.Jadi makanan merupakan segala sesuatu yang di
masukkan mulut dan di rasakan oleh lidah masuk kedalam tubuh untuk
memenuhi keperluan jasmani sehingga dengan demikian dapat terjaga
kelangsungan hidup.b. HalalHalal berasal dari kata halla yang
artinya melepaskan ikatan atau membuka ikatan suatu barang. Oleh
sebab itu, kata halal sama dengan mubahan. Yang artinya dibebaskan
atau diperbolehkan. Kata halal berasal dari akar, kata yang berarti
lepas atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah yang terlepas
dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena itu kata halal juga
berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini mengacu segala sesuatu
yang diperbolehkan agama, baik bersifat sunnah, makruh maupun
mubah. Oleh karena itu boleh ada sesuatu yang halal (boleh) tetapi
tidak dianjurkan untuk menggunakannya, atau dengan kata lain
hukumnya makruh. Halal adalah salah satu nama bahasa Arab di mana
kata kerjanya ialah halla, yahillu, hillan yang membawa arti
membebaskan, melepaskan, memecahkan, membubarkan dan membolehkan.
Al-Jurjani dalam Kitab al-Tarifat sebagaimana dikutip Sri Suryati
menjelaskan bahawa pengertian halal dengan maksud pertama merujuk
kepada keharusan menggunakan benda-benda atau apa-apa yang
diperlukan untuk memenuhi keperluan jasmani seperti makanan,
minuman dan obat-obatan. Manakala pengertian halal dengan maksud
yang kedua adalah bersangkut paut dengan keharusan memanfaatkan,
memakan, meminum dan mengerjakan sesuatu yang kesemuanya ditentukan
berdasarkan nas.Halal didefinisikan sebagai sesuatu yang dibenarkan
(tidak dilarang) penggunaan atau pemakaiannya. Menurut al-Quran,
semua makanan yang baik dan bersih adalah halal. Selain itu Kata
halal berasal dari akar yang berarti lepas atau tidak terikat.
Sesuatu yang halal adalah yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi
dan ukhrowi. Karena itu kata halal juga berarti boleh. Dalam bahasa
hukum, kata ini mencakup segala sesuatu yang dibolehkan agama, baik
kebolehan itu bersifat sunnah, anjuran untuk dilakukan, makruh
(anjuran untuk ditinggalkan) maupun mubah (netral atau boleh-boleh
saja), tetapi tidak dianjurkannya, atau dengan kata lain hukumnya
makruh.Segala yang ada di alam semesta ini halal untuk digunakan
sehingga makanan yang terdapat di dalalmnya juga halal. Karena itu
al-Quran mengecam mereka yang mengharamkan rizki halal yang
disediakan Allah SWT. untuk manusia. Hal itu sesuai dengan firman
Allah SWT
Artinya : Dia-Lah Allah SWT. yang menjadiakn segala yang ada di
bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu ia
jadikan-Nya tujuh langit! dan Dia Maha Mengetahui Segala Sesuatu (
QS.Al-Baqarah : 29) Pengecualian atau pengharaman harus bersumber
dari nash, baik melalui al-Quran maupun hadits. Sedangkan
pengecualian itu oleh kondisi manusia, yaitu karena ada makanan
yang dapat memberi dampak negatif terhadap jiwa raganya. Atas dasar
ini turun firman Allah SWT :
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah- langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah : 168).Jadi pengertian
halalan berarti diperbolehkan menurut hukum Islam sebagaimana
dijelaskan dalam berbagai ayat, yang mengangkat status hukum setiap
perbuatan manusia, baik terhadap Allah SWT. ataupun terhadap
manusia itu dengan cara yang sah. Demikian halnya dengan benda atau
uang yang diperoleh dengan cara misalnya mencuri, menyuap, menipu
dan menggelapkan barang, meskipun benda tersebut layak dan halal
namun sifatnya adalah haram maka orang yang melakukannya harus
bertanggung jawab di akhirat.c. Thayyib Dalam uraian sebelumnya
telah dikemukakan bahwa kehalalan merupakan syarat pertama atau
utama bagi makanan yang boleh dimakan yang telah ditetapkan hukum
syara, adapun syarat yang lain ialah bahwa makanan itu harus
thayyib.Kata thayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat,
menentramkan dan paling utama. Selain itu pengertian thayyib
tersebut semakna dengan gizi yaitu sesuatu (zat) yang baik yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Dengan demikian ungkapan Halal lagi
baik dapat diterjemahkan dengan halal lagi bergizi.Thayyib
mempunyai makna yang lebih tepat dari ghidza. Thayyib berarti baik
dan sesuai, sehingga tidak menimbulkan akibat negatif bagi yang
memakannya.Thayyib berasal dari bahasa Arab thaba yang artinya
baik, lezat, menyenangkan, enak dan nikmat atau berarti pula bersih
atau suci. Oleh sebab itu, kata thayyib mempunyai bermacam arti
yaitu baik, enak, lezat, nikma, bersih atau suci.Menurut M. Quraish
Shihab, kata tayyib dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat,
menenteramkan, dan paling utama. Pakar-pakar tafsir ketika
menjelaskan kata thayyib dalam konteks perintah makanan menyatakan
bahwa thayyib berarti makanan yang tak kotor dari segi zatnya atau
rusak (kadaluarsa) atau dicampuri benda najis. Kata 'thayyib'
menurut bahasa berarti lezat, baik, sehat, tenteram, dan paling
utama. Ini berarti yang thayyib adalah yang tidak kotor atau rusak
dari segi zatnya, kadaluwarsa tidak juga bercampur dengan najis
atau yang mengundang selera yang hendak memakannya dan tidak
membahayakan fisik,akal, dan jiwanya. Ada juga yang mengartikan
sebagai makanan yang mengandung selera bagi yang akan memakannya
atau tidak membahayakan fisik atau akalnya.25 Dan kita bias berkata
kalau makanan itu thayyib dalam makanan jika makanan itu bersih,
baik, lezat.Jadi yang dimaksud makanan halalan thayyiban menurut
penjelasan al-Quran di atas merupakan segala yang baik dan wajar
dimakan, yang baik untuk jiwa tidak membahayakan badan dan akal
manusia, mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia
serta dimakan dalam takaran yang cukup dan seimbang.Kriteria
Makanan Halalan ThayyibanPada prinsipnya, menurut kenyataan fisik,
manusia dapat saja memakan segala jenis makanan yang ada di bumi.
Akan tetapi semua itu baik dan cocok untuk tubuh dan jiwa manusia.
Oleh karena itu, diperlukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi
agar makanan tersebut mempunyai nilai makanan yang halalan
thayyiban. Kreteria Makanan Halalan Thayiban antara lain:1)
HalalAllah SWT. memerintahkan agar manusia memakan makanan yang
sifatnya halal dan thayyib. Kata halal berasal dari akar kata yang
berarti lepas atau tidak terikat. Sesuatu yang halal adalah yang
terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi. Karena itu kata
halal juga berarti boleh. Dalam bahasa hukum, kata ini mencakup
segala sesuatu yang diperbolehkan agama, baik bersifat sunah,
makruh maupun mubah. Oleh karena itu boleh jadi ada sesuatu yang
halal (boleh), tetapi tidak dianjurkannya, atau dengan kata lain
hukumnya makruh.Semua itu menunjukkan bahwa segala yang ada di alam
semestaini diperuntukkan manusia untuk ditundukkan dan dikuasai,
termasuk makanan. Hubungannya dengan halal akan terlepas atau tidak
terikat, kongkritnya tidak ada bahaya akan makanan tersebut kecuali
pada makanan yang diharamkan.Pengecualian atau pengharaman harus
bersumber dari Nas, baik melalui al-Quran maupun hadist. Sedang
pengecualian itu lahir dan disebabkan oleh kondisi manusia, karena
ada makanan yang dapat memberi dampak negatif terhadap jiwa
raganya. [13]Atas dasar ini, turun firman Allah SWT, Surat An-Nahl
ayat 116.
Artinya : Dan jangan lah kamu mengatakan terhadap apa yang di
sebut-sebut oleh lidah mu secara dusta,ini halal dan ini haram
untuk mengada adakan kebohongan terhadap Allah SWT. sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongann terhadap Allah SWT.
tiadalah keberuntungan.(QS An-Nahl 116) [14]Pengertian halal
berarti yang diperbolehkan menurut hukum Islam yang sudah
dijelaskan dalam berbagai ayat yang menyangkut status hukum setiap
perbuatan manuisa, baik terhadap Allah, ataupun terhadap manusia
itu sendiri. Benda yang bias dimakan dan diminum halal apabila
diperoleh dengan cara yang sah, dalam hal ini benda atau uang yang
digunakan untuk memperoleh benda tersebut tidak diperoleh
dengancara tidak jujur, misalnya mencuri, menyuap, menipu dan
menggelapkan segala sesuatu yang diperoleh dengan cara tidak jujur,
sekalipun benda tersebut layak dan halal, namun sifatnya adalah
haram, dan orang yang melakukannya harus bertanggungjawab di
akhirat.Dalam pembagian makanan yang halal menurut sumber bahannya
dibedakan atas bahan makanan nabati, bahan makanan hewani dan bahan
makanan olahan atau sintetik. Berdasarkan hal ini berikut diuraikan
secara singkat tentang makanan halal dalam al-Quran yang terbagi
dalam :a) Makanan Jenis NabatiMakanan jenis nabati yang dimaksudkan
adalah makanan yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Dari sudut pengetahuan gizi, sayuran dan buah merupakan sumber
pengatur yaitu sumber mineral.Begitu nilai gizi yang terdapat
makanan nabati, sehingga al-Quran secara eksplisit tidak melarang
makanan nabati tertentu, kalaupun ada tumbuh-tumbuhan tertentu yang
kemudian terlarang. Maka hal tersebut termasuk dalam larangan umum
memakan sesuatu yang buruk, atau merusak kesehatan.b) Makanan Jenis
HewaniBinatang yang di halalkan Allah SWT. untuk di makan, banyak
mengandung manfaat bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini minuman
yang di hasilakn binatang tersebut terdapat dalam firman Allah SWT.
sebagai berikut:
Artinya : Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan
yang berasal dari laut, sebagai makanan yang lezat bagi kamu dan
orang-orang dalam perjalanan (QS. al- Maidah:96)Dalam surat
tersebut buruan laut maksudnya adalah binatang yang diperoleh
dengan jalan usaha seperti mengail, memukat, dan sebagainya, baik
dari laut, sungai, danau, kolam dan lain-lain. Sedangkan kata
makanan yang berasal dari laut adalah ikan dan semacamnya yang
diperoleh dengan mudah karena telah mati sehingga menggapung.2)
Makanan Olahan atau SintetikMakanan olahan sering kali di sebut
dengan makanan sintetik. Disamping jenis makanan nabati dan hewani,
bahan-bahan makanan yang disebut di dalam al-Quran juga menyangkut
kedua jenis bahan makanan tersebut, sebenarnya ada jenis kelompok
bahan makanan lain menurut sumbernya, ialah bahan makanan sintetik,
hasil tangan dan otak manusia, yang disebutkan secara implisit
dalam al-Quran. Bahan makanan sintetik adalah bahan makanan hasil
tangan manusia yang merupakan pelaksanaan dari hasil pemikiran
(ilmu)
Artinya : Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan riski yang baik sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi orang yang
memikirkan. (QS. An-Nahl: 67). Ayat tersebut berbicara tentang
makanan sintetik yang dibuat dari buah-buahan, sekaligus merupakan
ayat pertama yang berbicara tentang minuman keras dan keburukannya.
Ayat tersebut membedakan dua jenis makanan sintetik memabukkan dan
jenis makanan sintetik yang baik sehingga merupakan rizki yang
baik.Islam memerithakan bahwa kehalalan merupakan syarat pertama
dan utama makanan bergizi menurut al-Quran. Namun kita sadari tidak
semua makanan yang halal akan cocok bagi manusia dalam kondisi
tertentu. Oleh karena itu di perlukansyarat kedua yakni thayyib,
firman Allah sebagai berikut :
Artinya :Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi(QS. al-Baqarah : 168) Kata thayyib
dari segi bahasa berarti lezat, baik, sehat, menentramkan dan
paling utama. Pakar-pakar tafsir ketika menjelaskan kata thayyib
dalam konteks perintah makan menyatakan bahwa thayyib berarti
makanan yang tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluwarsa),
atau dicampuri benda najis. Ada juga yang mengartikannya sebagai
makanan yang mengandung selera bagi yang akan memakannya dan tidak
membahayakan fisik dan akalnya.Penjelasan tersebut memberikan
pemahaman kepada kita bahwa thayyib pada makanan menyangkut hal-hal
sebagai berikut :a. Menurut M. Quraish Shihab kata thayyib dalam
makanan adalah makanan yang sehat, proporsional dan aman.1) Makanan
yang sehat adalah makanan yang memiliki gizi yang cukup dan
seimbang, dalam hal ini menurut kearifan dalam memilih dan mengatur
keseimbangannya.2) Proporsional, artinya sesuai dengan kebutuhan
pemakan, tidak berlebih dan tidak berkurang. Dengan demikian
al-Quran dalam uraiannya tentang makan menekankan perlunya sikap
proporsional itu. Makna ini sejalan dengan ayat yang mendukung hal
ini yaitu :
Artinya : Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan,
sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan(Qs. Al-Araf : 31) Maksud penjelasan di atas
janganlah kamu berlebih-lebihan dapat di uraikan menurut pendekatan
ilmu kesehatan dalam makanan halalaln thayyiban dan sanitasi
makanan adalah sebagai berikut:a) Tidak berlebih-lebihan dalam cara
memperolehCara yang bertentangan dengan aturan Allah dan
bertentangan dengan aturan manusia (penggelapan), baik dalam bentuk
korupsi, mencuri, merampok, menipu, manipulasi, dan sebagainya
termasuk klasifikasi berlebih-lebihan. Hal yang berlebih-lebihan
seperti ini merugikan pihak lain dan merusak sistem kehidupan
bermasyarakat. Walaupun makanan itu bernilai tinggi (harga dan
gizinya), karena diperoleh dengan cara yang berlebih-lebihan, maka
akan kehilangan makna dan berkah sebagai makanan yang enak, bahkan
menjadikan kehidupan tidak tenteram.b) Tidak berlebih-lebihan
membuat resep makanSetiap jenis makanan merupakan kombinasi yang
seimbang dan serasi dan berbagai macam bahan dasar, bahan mentah,
bahan setengah jadi, dan bumbu-bumbu dengan kadar dan ukuran
tertentu yang sudah disusun berdasarkan penelitian dan percobaan
dan ditulis dalam bentuk resep masakan untuk mewujudkan menu atau
susunan makanan jadi tertentu.c) Tidak berlebih-lebihan dalam
proses penangananMaksud dari proses penanganan ialah pekerjaan
memotong, mengaduk, mengolah, mengiris, mencacah, menggiling,
mengayak, dan sebagainya. Bila berlebihan bisa menurunkan nilai
gizi, mengurangi nilai gizi dan mengurangi tingkat keawetan.d)
Tidak berlebih-lebihan dalam proses pemasakan.Terdapat beberapa
jenis bahan makanan yang akan rusak nilai gizinya bila dipanaskan
pada suhu tertentu atau dalam waktu yang lebih lama, atau dimasak
berulang-ulang.e) Tidak berlebih-lebihan disajikanTermasuk
berlebih-lebihan misalnya, jumlah keluarga 5 orang, lalu masak
untuk konsumsi 10 orang, maka lebih baik apabila menyediakan
masakan secukupnya untuk sejumlah keluarga.f) Tidak
berlebih-lebihan dalam makananTerlalu banyak makanan yang diterima
bisa merugikan tubuh, antara lain : Organ pencernaan akan bekerja
esktra keras dari biasanya. Walaupun zat makanan yang dikonsumsi
tubuh banyak atau melebihi kapasitas perut, zat makanan yang
digunakan seperlunya saja. Makanan yang berlebih-lebihan
menyebabkan seseorang menjadi malas karena organ pencernaan dan
terpusatnya syaraf terhadap proses pencernaan.3) Aman. Artinya
terhindar dari siksa Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.
Tuntutan dperlunya makanan yang aman, antara lain dipahami dari
firman Allah berikut :
Artinya : Makan lah ia dengan sedap lagi baik akibatnya. ( Qs.
Al- Nisa :4) Ayat ini walaupun tidak turun dalam konteks petunjuk
tentang makanan, tetapi penggunaan kata akala yang pada prinsipnya
berarti makan dapat dijadikan petunjuk bahwa memakan sesuatu
hendaknya yang sedap serta berakibat baik.Dengan itu, Agar perintah
makan dengan perintah bertakwa yang tidak lain untuk menuntut
manusia agar selalu memperhatikan ketakwaan, yaitu berusaha
menghindar dari segala yang mengakibatkan siksa dan terganggunya
rasa aman. Maksud perintah makanan diikuti dengan perintah bertaqwa
supaya manusia selalu memperhatikan segi taqwa yang intinya
berusaha menghindar dari segala yang mengakitbatkan siksa dan
terganggunya rasa amanJika demikian, maka perintah bertakwa pada
sisi duniawinya dan dalam konteks makanan, menuntut agar setiap
makanan yang akan dicerna tidak mengakibatkan penyakit atau dengan
kata lain memberi keamanan bagi pemakainya disamping harus memberi
keamanan bagi kehidupan ukrawi nya.b. Dalam Ilmu gizi, pernyataan
makanan yang thayyib (baik) : makanan yang dapat memenuhi
fungsi-fungsi makanan.) [29] Adapun fungsi makanan, antara lain :1)
Memenuhi kepuasan jiwaMemberi rasa kenyang, memenuhi kebutuhan
naluri dan kepuasan jiwa, memenuhi kebutuhan sosial, budaya.2)
Memenuhi fungsi fisiologikMemberikan tenaga (energi), mendukung
pembentukan sel-sel atau bagian sel untuk pertumbuhan badan
(growth).3) Mendukung pembentukan sel-sel atau bagian-bagian sel
untuk menggantikan yang rusak dan aus terpakai (maintenance).4)
Mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta
asam basa (regulatory mechanism).5) Berfungsi dalam pertahanan
tubuh (defence mechanism).Menurut fungsinya, zat-zat makanan di
bagi menjadi 3 golongan yaitu :1) Memberikan zat tenagaYang
berfungsi untuk mengadakan pembakaran dalam tubuh, hingga timbul
panas, yang diubah menjadi energi atau tenaga, yang termasuk
golongan ini, ialah lemak, hidrat arang, sisa protein.2) Memberikan
zat pembangunYang berfungsi untuk pembentukan jaringan baru selama
pertumbuhan dan untuk mengganti jaringan-jaringan yang rusak, yang
termasuk golongan ini adalah : protein, air dan garam.[31]3)
Memberikan zat pengaturYang berfungsi untuk mengatur lancarnya
pekerjaan alat-alat tubuh, dan melindungi tubuh dari macam-macam
penyakit, termasuk dalam golongan ini, ialah vitamin. Vitamin di
dalam tubuh merupakan kebutuhan mutlak, vitamin sangat aktif di
dalam makanan, karena badan kita tidak dapat membentuknya.Menurut
Ilmu gizi, pernyataan makanan yang thayyib (baik), makanan yang
dapat memenuhi fungsi-fungsi makanan. Adapun fungsi makanan, antara
lain :a) Memenuhi kepuasan jiwa(1) memberi rasa kenyang(2) memenuhi
kebutuhan naluri dan kepuasan jiwa(3) memenuhi kebutuhan sosial,
budaya.(4) Memenuhi fungsi fisiologik(5) Memberikan tenaga
(energi)(6) Mendukung pembentukan sel-sel atau bagian sel untuk
pertumbuhan badan (growth)(7) Mendukung pembentukan sel-sel atau
bagian-bagian sel untuk menggantikan yang rusak dan aus terpakai
(maintenance)(8) Mengatur metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan
cairan serta asam basa (regulatory mechanism)(9) Berfungsi dalam
pertahanan tubuh (defence mechanism)Menurut fungsinya, zat-zat
makanan di bagi menjadi 3 golongan yaitu:a) Memberikan zat
tenagaYang berfungsi untuk mengadakan pembakaran dalam tubuh,
hingga timbul panas, yang diubah menjadi energi atau tenaga, yang
termasuk golongan ini, ialah lemak, hidrat arang, sisa protein.(1)
Lemak, gunanya : sebagai bahan pembakar untuk memperoleh tenaga
pelarut beberapa macam vitamin (Vitamin A, D, E, K) melindungi
ujung-ujung tulang
(2) Hidrat arang, gunanya : memberi perasaan kenyang
menghasilkan panas dan tenag kelebihan hidrat arang dalam tubuh,
ditimbun sebagai cadangan (3) Protein, gunanya: untuk pembentukan
jaringan baru selama pertumbuhan untuk pemeliharaan
jaringan-jaringan sebagai sumber zat tenaga, apabila tidak ada
persediaan hidrat arang dalam lemak.b) Memberikan zat pembangunYang
berfungsi untuk pembentukan jaringan baru selama pertumbuhan dan
untuk mengganti jaringan-jaringan yang rusak, yang termasuk
golongan ini adalah : protein, air dan garam.(1) Air, gunanya Untuk
menolong proses pertukaran zat dalam tubuh Mengatur panas badan
Melarutkan beberapa macam vitamin(2) Garam, zat garam termasuk
golongan pembangun untuk pembentukan sel-sel badan Memberikan zat
pengatur29Yang berfungsi untuk mengatur lancarnya pekerjaan
alat-alat tubuh, dan melindungi tubuh dari macam-macam penyakit,
termasuk dalam golongan ini, ialah vitamin.c) VitaminVitamin di
dalam tubuh merupakan kebutuhan mutlak, vitamin sangat aktif di
dalam makanan kita sehari-hari, karena badan kita tidak dapat
membentuknya. Beberapa fungsi vitamin, membantu :(1) Penggunaan
makanan oleh tubuh (terutama vitamin-vitamin B)(2) Pertumbuhan
(vitamin A)(3) Pembentukan tulang (vitamin D)(4) Pembentukan
jaringan-jaringan tertentu dan daya tahan terhadap penyakit
(vitamin)(5) Pembentukan butir-butir darah merah (terutama vitamin
B tertentu)(6) Pembekuan darah (vitamin K)[33]Ayat-ayat yang
berkaitan dengan makanan halalan thayyiban.a. Surat al-Baqarah ayat
61. Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami
tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi
kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya". Musa berkata:
"Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang
lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa
yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan
kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu
(terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu
(terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui
batas.(Q.S. al-Baqarah 61) Maksudnya penjelasan Surat al-Baqarah
ayat 61 adalah makanan hewani dan kandungn esnsial proteinnya
seperti daging binatang, daging burung yang mencakup daging siman
(salwa) adalah lebih baik dari pada makanan manusiayang mengandung
protein nabati, ilihat dari arah kebutuhan kehidupan dan manfaat
bagi jasmani. Kenyataan ini juga termaktub di dalam firman Allah
taala yang ditujukan kepada bani Israil, sebagai peringatan bagi
mereka akan nikmat-nikmat yang telah mereka dapatkan.[35]b. Surat
Al-Baqarah Ayat 57.Artinya :Dan kami naungi kamu dengan awan, dan
kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa", makanlah dari makanan
yang baik-baik yang Telah kami berikan kepadamu; dan tidaklah
mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. (Q.S. al-Baqarah: 57).Dari penjelasan ayat
tersebut, meski mereka telah mendapatkan nikmat yang sangat besar
ini namun mereka tidak mau menggunakannya sesuai haknya, mereka
tidak mengetahui keutamaannyadan ketiggian harganya. Mereka justru
berkata pada Sayyidina Musa alayhissalam bahwa kami (tidak bisa
sabar dengan satu macam makanan saja yakni manna dan salwa). Sebab
itu mohonkanlah utuk kami kepada tuhanmu, agar dia mengeluarkan
bagi kami apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu : sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya.
Musa tercenangheran melihat keadaan itu. Dan dia mengingkari
omongan mereka seraya berkata pada mereka, kalian melebihkan
jenis-jenis makanan ini daripada apa yang lebih utama dan lebih
baik dari kesemuanya yakni manna dan salwa.Eksperimen praktis telah
menegaskan dengan gamblang adanya pengaruh protein dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Sebagian besar makanan berprotein
mengandung jumlah asam amino yang cukup, karena makanan tesebut
biasanya tersusun dari susu, telur, daging. Ikan, makanan hijau,
mencukupi kebutuhan orang dewasa dengan mudah. Dimasa pertumbuhan
penambahan susu dan keju akan memperbagus kualitas makannya,
termasuk juga unsur belerang yang dibutuhkan untuk membentuk
protein tubuh yang terdapat di dalam beberapa jenis asam amino,
seperti lisin (lysine), sistein (cysteine), metionin (methionine).
Kesemuanya itu bukan parsial pada segala jenis protein,
masing-masingnya tidak mengandung seluruh unsur itu secara mutlak.
Sebagian mengandung sedikit protein sedangkan yang lain mengandung
jumlah yang sangat banyak.[37]c. Surat Al-Nisa Ayat 4. Artinya :
makan lah ia dengan sedap lagi baik akibatnya. ( Q.S. al- Nisa : 4)
Ayat ini walaupun tidak turun dalam konteks petunjuk tentang
makanan. Tetapi menggunakan kata akala yang pada prinsipnya berarti
makanandapat dijadikan petunjuk bahwa memakan sesuatu hendaknya
yang sedap serta berakibat baik.Pada akhirnya penulis dapat
menyimpulkan pesan allah tentang makan dan makanan dlam firmannya
dalam surat al-Anam Ayat 142 setelah menyebut makanan nabati dan
hewani : d. Surat Al-Anam Ayat 142.Artinya : Dan di antara binatang
ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk
disembelih. Makanlah dari rizki yang telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S al-anam :
142) Pada umumnya jenis makanan yang Halalan Thayyiban menurut
agama Islam, maka makanan tersebut baik menurut pertimbangan ilmu
persyaratan makanan yang baik (Thayyiban) menurut ilmu gizi ialah
yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh sehingga semakin banyak
kebutuhan tubuh tersebut dipenuhi maka semakin baiklah
sifatnya.Makanan-makanan yang baik ialah makanan yang enak atau
halal dan makanan halal yang diperoleh itu kebalikan dari makanan
yang haram yang dilarang. Adapun menurut etimologi, thayyiban itu
artinya barang yang suci. Barang yang suci ini biasanya dinisbatkan
kepada barang yang halal. Sedangkan menurut istilah aslinya adalah
segala yang enak dan dianggap baik.
BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanBerdasarkan penjelasan di atas maka
yang dimaksud dengan kreteria makanan yang halalan thayyiban adalah
segala sesuatu yang diperbolehkan atau dihalalkan oleh agama dan
sesuatu yang telah dihalalkan agama maka secara otomatis baik
(thayyiban) menurut ilmu pengetahuan dan tidak membahayakan tubuh,
yang baik untuk jiwa tidak membahayakan badan dan akal manusia,
mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia serta dimakan
dalam takaran yang cukup dan seimbang. Dalam pemilihan makanan gizi
seimbang unuk ibu nifas harus disesuaikan dengan kebutuhan Ibu
termasuk kebutuhan akan makanan halalan thoyyiba.3.2 SaranSetelah
penulis menyelesaikan makalah ini penulis berharap agar makalah ini
dapat digunakan dan bermanfaat dalam usaha peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, adapun saran dari penulis :1. Perawatan yang
diberikan agar leboh ditingkatkan2. Gizi yang cukup dan sesuai
dengan halalan thoyyiban selama masa nifas sangat penting untuk
terlaksanaakannya proses penyembuhan.
1