Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ortodonti merupakan cabang ilmu Kedokteran Gigi dengan ruang lingkup pembahasan
meliputi upaya preventif, interseptif dan korektif terhadap maloklusi atau abnormalitas lain yang
terjadi pada dentokraniofasial. “Orthodontics” berasal dari bahasa Yunani, Orthos berarti benar,
lurus dan Dentos berarti gigi.
Tahun 1922, British Society for the study of Orthodontics membuat defenisi “Ortodonti”
adalah ilmu yang secara khusus membahas pertumbuhan dan perkembangan rahang dan wajah
dan pengaruhnya terhadap posisi gigi dan secara umum mempelajari pengaruh internal dan
eksternal terhadap pertumbuhan dan perkembangan, pencegahan serta koreksi pada
perkembangan yang menyimpang dan terhambat.
Ada dua alasan yang jelas dari perawatan ortodonsi, yaitu estetika dan fungsi. Perawatan
ortodonsi tidak hanya dapat memperbaiki susunan gigi-geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu
juga mempunyai dampak yang besar pada penampilan wajah seseorang. Penampilan gigi-geligi
atau wajah yang tidak menarik jelas mempunyai dampak menguntungkan pada perkembangan
psikologis seseorang. Hal ini, juga dapat berdampak pada penerimaan oleh lingkungan dan
bahkan mempengaruhi perkembangan karier. (1)
Selain itu, jika dihubungkan dengan fungsi stomatognatik yang berhubungan dengan
pengunyahan, penelanan, dan berbicara. Jika terjadi maloklusi, maka akan timbul ketidak
serasian fisik saja, melainkan juga dalam interaksi fungsi dan adaptif. Dengan kata lain tidak ada
keserasian antara geligi dengan sendi maupun otot kunyah. Sehingga gangguan oklusi tersebut
dapat menimbulkan malfungsi dan ketegangan otot (spasm) serta rasa nyeri. Efek ketidakserasian
ini disebut disfungsi mandibula (mandibular dysfunction), yang dapat memberi gejala:
keterbatasan pergerakan; kekakuan di daerah otot. Gejala yang parah disebut myofascial pain
dysfunction syindrom (MPDS) atau TMJ pain dysfunction syndrome.(8)
Ortodonti adalah ilmu yang mengawasi pertumbuhan dan perkembangan system
pengunyahan, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan kelainan dan diperoleh bentuk wajah
yang menyenangkan dan fungsi pengunyahan yang maksimal.(9) Oklusi gigi adalah salah satu
Page 2
unsur yang penting dalam pengunyahan, estetika dan berbicara. Apabila terjadi sesuatu kelainan
atau maloklusi mungkin akan menyebabkan gangguan. Oleh karena itu perawatan yang
dilakukan sedini mungkin lebih baik daripada apabila sudah terjadi kelainan, sebab perawatan
maloklusi memerlukan waktu, ketekunan dan biaya.
Maloklusi bukanlah merupakan suatu penyakit seperti karies gigi ataupun periodontitis
tetapi merupakan akibat dari variasi wajar yang terjadi pada suatu sistem biologis individual.
Maloklusi dapat timbul sejak usia anak masih sangat muda sekali dan kelainan dapat
berkembang dengan bertambahnya usia anak bila tidak segera mendapat penanganan yang baik.(7) Untuk memudahkan dala pengelompokan maloklusi maka dibuat klasifikasi maloklusi. Angle
membagi 3 kelas dalam maloklusi yaitu klas I, klas II dan klas III.(10)
Adapun Proffit (1993) tel;ah mendefinisikan tujuan dari perawatan ortodonsi yaitu untuk
menghilangkan susunan gigi berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apical dari gigi-
gigi, mengoreksi hubungan antar tojol bucal yang baik, penampilan wajah yang menyenangkan,
dan hasil akhir yang stabil.(1)
Penemu kawat gigi atau behel adalah Edward H. Angle pada abad 17, Yang kemudian
mengklasifikasikan oklusi menjadi tiga kelas, yaitu klas I hubungan antero posterior yang ideal
dari lengkung gigi, Klas II lengkung gigi bawah terletak lebih posterior dalam hubungannya
dengan lengkung gigi atas dimana terbagi dalam dua divisi yaitu divisi 1 Insisivus sentral atas
proklinasi overjet incisal meningkat, divisi 2 Insisivus terletak lebih anterior dalam hubungannya
dengan lengkung rahang atas.(2,3)
Perawatan Ortodonsi mencakup memperbaiki anomaly dari oklusi dan posisi gigi-gigi
sejauh dibutuhkan dan sebisa mungkin. Sampai saat ini, rencana perawatan yang cermat berperan
penting seperti halnya perawatan itu sendiri, karena bila tidak direncanakan dengan akurat
perawatan tidak akan berhasil.
Sebelum perawatan direncanakan, harus dilakukan penilaian yang memadai dari situasi
yang ada dan tahap-tahap penilaian serta perencanaan bisa dikelompokkan menjadi berikut, yaitu
informasi latar belakang, penilaian variasi oklusal, penilaian faktor-faktor etiologi dan
keterbatasan dari perawatan korektif garis besar tujuan perawatan, dan rencana perawatan yang
terperinci.
Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan seseorang. Penampilan wajah
yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan
Page 3
psikologis seseorang, apalagi pada saat usia masa remaja. Dibiase menyatakan beberapa kasus
maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan sosial
yang disebabkan oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan dari teman sekolahnya.
Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan hati sehingga remaja
korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian gigi maju?
2. Apakah etiologi (factor local, factor penysakit, dan faktror malnutrisi ) terjadinya
kelainan dentofasial, khususnya gigi maju?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gigi maju.
2. Untuk mengetahui etiologi (factor local, factor penysakit, dan faktror malnutrisi)
terjadinya kelainan dentofasial, khususnya gigi maju.
Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Maloklusi
Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk
standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada
keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja,
tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah
keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi.
Adapun jenis-jenis maloklusi yaitu:
1. Protrusi
Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan oleh
faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir bawah,
mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas melalui mulut.
2. Intrusi dan Ekstrusi
Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi
membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi mendekati
bidang oklusal.
3. Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat
kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi
mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu
gigi saja.
Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:
a. Crossbite anterior
Page 5
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi
anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior
mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior
mandibula.
4. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus
maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada
kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus
madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.
5. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang
atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut
lokasinya adalah :
a. Anterior open bite
Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan
inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I
disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar
c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior, posterior,
dapat unilateral atau bilateral.
6. Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab
crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung
basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam,
Page 6
lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah
mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.
Derajat keparahan gigi crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula,dianggap suatu
variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene oral yang
jelek
7. Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya
berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena mesiodens,
supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan
persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor
keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.
Angle membagi maloklusi dalam 3 kelompok, yaitu(2)
1. Maloklusi Angle Klas I.
2. Maloklusi Angle Klas II, terdiri atas: maloklusi Klas II divisi 1, maloklusi Klas II
divisi 2.
3. MaloklusiKlas III.
Klasifikasi menurut Angle masih merupakan system yang belum sempurna, karena Angle
hanya berdasasarkan hubungan rahang dibidang sagital dan oklusi gigi-gigi rahang atas dan
bawah. Tetapi sampai sekarang Klasifikasi Angle masih banyak ddipakai. (2,4,5)
Salah satu dari dasar klasifikasi Angle adalah kunci oklusi yaitu relasi molar satu rahang
atas dan molar satu rahang bawah. Pada oklusi normal, tonjol mesio bukal molar satu atas
beroklusi dengan alur bukal molar rahang bawah.(2)
Page 7
Maloklusi Klas I menurut Angle.. Lengkung gigi atas rahang dan bawah mempunyai
hubungan mesio distal yang normal. Dimana tonjol mesiobukal dari molar satu terletak dialur
mesiobukal molar satu bawah dan tonjol mesiopalatal dari molar satu atas terletak antara
embrasure molar satu atas dan molar dua bawah. Letak kaninus atas interloop antara kninus
bawah dan premolar bawah.(2)
Maloklusi Kelas II menurut Angle, Gigi-gigi dan lengkung gigi bawah letaknya lebih
distal dari keadaan normal dalam hubungannya dengan gigi rahang atas. Tonjol mesiobukal dari
molar satu rahang atas letaknya lebih ke mesial dari alur bukal molar bawah.
Maloklusi Klas II divisi I menurut Angle. Gigi-geligi Insisivus atas protrusi, terdapat
lengkung atas yang berbentuk V, gigi-gigi Insisivus bawah seringkali bertemu dengan mukosa
palatal ketika rahang atas dan rahang bawah beroklusi, dan disertai dengan bibir atas yang
pendek. Ini mengenai kedua sisi rahang.
Maloklusi Klas II divisi 2 menurut Angle. Gigi Insisivus atas retrusi dan dapat berjejal
dengan gigi Incisivus lateral atas.. Lengkung gigi atas biasanya lebar, sedangkan gigi-gigi
insisivus mengalami deep over bite.
Maloklusi Klas III menurut Angle.Merupakan maloklusi yang terjadi jika molar-molar
Pertama atas ada dibelakan molar pertama bawah atau gigi-gigi dan lengkung gigi bawah
letaknya lebih mesial dari normal dalam hubungannya dengan gigi-gigi rahang atas. Tonjol
mesiobukal molar satu atas letaknya lebih ke distal dari alur bukal molar satu rahang bawah,
tetapi hal ini jarang terjadi.(4)
Page 8
Klasifikasi Skeletal:
a. Klas I : Mandibula berhubungan langsung dengan bagian tengah tulang muka. Profil
muka secara umum seimbang.
b. Klas II : Mandibula relative retrusif dari bagian tulang muka. Ini kemungkinan dari
hasil mandibula retrusi yang nyata, atau protrusi maksila atau kombinasi keduanya.
c. Klas III : Mandibula terutama berhubungan dengan bagian tengah tulang muka
seperti klas II, problemnya adalah pada maksila, mandibula atau keduanya.
2.2 Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum dan
faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan
kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan posnatal,
malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-penyakit dan keadaan metabolik
yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar
endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi
berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi,
anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi
desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.
Menurut Lischer sallah satu metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan factor
penyebab maloklusi yaitu dengan membagi menjadi dua factor penyebab, pertama adalah
“general factors” atau factor umum dan yang ke dua “local factors” atau factor local dimana
factor utama merupakan salah satu factor penyebab maloklusi yang berasal dari luar dan bisa
diturunkan sedangkan factor local merupakan factor penyebab maloklusi yang langsung
berhubungan dengan gigi.
Adapun klasifikasi Faktor penyebab maloklusi adalah:
A. Faktor Umum
1. Herediter (pola diturunkan)
Menurut beberapa penyelidikan oleh pengaruh factor keturunan akan nampak
keadaan sebagai berikut:
Page 9
- Asimetris wajah
- Makrognasia dan mikrognasia
- Mikrodonsia dan mikrodonsia
- Oligodonsia dan Anodonsia
- Diastema Frenulum
- Pertumbuhan mandibula berkurang
- Protrusi Bimaksilar
- Palatum yang dalam
2. Kelainan congenital
3. Lingkungan
- Prenatal (trauma, diet ibu, metabolism ibu, campak jerman, dsb)
- Posnatal (cedera kelahiran, cdera TMJ, dsb)
4. Penyakit dan keadaan metabolism predisposisi
- ketidakseimbangangan endokrin
- Gangguan metabolic
- Penyakit infeksi (poliomyelitis, dll)
5. Masalah makanan (defisiensi nutrisi
6. Aberasi fungsional dan kebiasaan tekanan abnormal
- Pemberian makanan abnormal (postur mandibula kearah depan, pemberian
makan non fisiologik, tekanan bukal berlebihan, dsb)
- Mengisap jempol dan jari
- Mendorong lidah dan menghisap lidah
- Menggigit bibir dan kuku
- Kebiasaan menelan yang abnormal (deglutisi tidak tepat)
- Kelainan pernapasan (bernapas melalui mulut, dsb)
- Kelainan berbicara
- Tonsil dan adenoid
- Bruksim
7. Trauma dan kecelakaan
B. Faktor Lokal
Page 10
1. Anomali jumlah gigi (Gigi supernumerary, kehilangan gigi (kongenital atau
kehilangan gigi karena kecelakaan, karies, dll).
2. Anomali ukuran gigi
3. Anomali bentuk gigi
4. Arah erupsi abnormal
Disamping itu Moyers juga mengklasifikasikan penyebab maloklusi, Moyers
mengatakan bahwa ada tujuh penyebab dan pencetus terjadinya maloklusi yatu:(5,8,9)
A. Herediter
- Sistem neuromuscular
- Tulang dan gigi
- Bagian-bagan yang halus (saraf adan oto)
B. Faktor-faktor yang tidak diketahui
C. Trauma
- Trauma prenatal
- Trauma postnatal
D. Keadaan Fisik
- Prenatal
- Postnatal
E. Kebiasaan buruk
- Mengisap dan menggigit jari
- Mendorong lidah
- Menggigit bibir, dll
F. Penyakit tertentu (penyakit sistemik, penyakit endokrin, penyakit local)
G. Malnutrisi
Sedangkan menurut Salzman klasifikasi penyebab maloklusi terdiri atas:(9,1)
A. Prenataal
- Genetik yang ditransmisikan oleh gen yang Nampak atau tidak Nampak pada
waktu lahir.
- “Differentiative” (dibawa sejak lahir)
Page 11
- Kongenital: dapat herediter atau acquired
B. Postnatal
- General Development
a. Kelainan dentofasial
b. Terjadinya hipo atau hypertonic pada otot sehingga pertumbuhan dan
fungsi dentofacial berkurang
c. Penyakit pada anak, malnutrisi, kelainan endokrin, yang menyebabkan
kelainan dentofasial
d. Kelainan yang disebabkan karena radiasi dan radioterapi
- Local Dentofasial
a. Kelainan pada waktun lahir mengenai kepala, wajah, dan rahang.
b. Mikrognati dan Makrognati
c. Makroglasi dan Mikroglasi
d. Kelainan frenulum labialis
e. Hemiatrrofi wajah
C. Fungsional
- General
a. Otot yang hipertonik atau hipotonik
b. Gangguan syaraf
c. Kelainan ukuran pada lidah dan rahang
d. Gangguan pada mastikasi dan pernafasan
- Lokal
a. Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menghalangitumbuhnya gigi permanen.
b. Gangguan pada pergerakan temporo mandibula
c. Otot yang hipotonik atau Hipertonik
D. Lingkungan atau acquired
- General
- Penyakit
- Radiasi
E. Lokal
Page 12
- Kelainan erupsi
- Gigi permanen yang terlalu cepat tumbuh
- Gigi yang tidak tanggal pada waktunya
- Penyakit periodontal
- Trauma
- Infeksi
- Gangguan Temporomandibular
2.3 Akibat dari Maloklusi
Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, bicara serta
estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak nyaman saat
mengunyah,8 terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan nyeri kepala dan leher.
Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan. Tanggalnya gigi-gigi
akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan
pada satu sisi ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.
Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri maloklusinya
berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri maloklusinya
berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf s, z, t, dan n.
Menurut Bruggeman anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah:
- Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan
semua huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.
- Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.
- Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th,
dan kadang-kadang pada huruf t dan d.
- Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z,
zh.
- Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan pada
ruang antar gigi.
2.4 Kerugian-kerugian atau alasan mengapa malokluksi harus dirawat
Page 13
Susunan gigi yang baik dan benar tidak hanya berperan terhadap kesehatan rongga mulut
tetapi juga berpengaruh kepada rasa percaya diri dan kewpribadian. Koreksi posisi gigi yang
tidak normal merupakan suatu faktor penting untuk mendapatkan fungsi dan estetis serta untuk
pemeliharaan dan perbaikan kesehatan gigi yang optimal.
Maloklusi berupa posisi gigi yang tidak baik atau relasi rahang yang tidak normal tidak
saja merugikan terhadap kesehatan individu, namun dapat menyebabkan fungsi yang tidak baik
serta estetis yang kurang menyenangkan.
Adapun kerugian-kerugian dari maloklusi antara lain:
Maloklusi pada keadaan tertentu dapat myebabkan penampilan wajah menjadi buruk atau
kurang menarik.
Resiko terhadap karies
Susunan gigi yang abnormal selain tidak memiliki efek self cleansing juga
menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi rumit dan menigkatkan resiko terhadap
karies dan penyakit periodontal
Hubungan maloklusi dengan oral higiene yang buruk menyebabkan penyakit periodontal,
selain itu gigi yang berada dalam posisi abnormal dapat mengalami traumatik oklusi
dengan akibat kerusakan jaringan periodontal dan mengakibatkan kehilangan gigi yang
lebih cepat.
Ganggun Psikologis
Pada keadaan tertentu maloklusi dapat mempunyai pengaruh buruk terhadap
penampilan wajah seseorang yang berakibat gangguan psikologis. Penampilan wajah
yang tidak menarik menyebabkan seseorang menjadi sangat rendah diri dan introvert.
Sehingga perawatan maloklusi pasien sangat membantu dalam perbaikan mental dan
kepercayaan diri.
Resiko terhadap trauma
Gigi-gigi insisivus yang terlalu proklinasi atau protrusi yang parah memiliki
resiko tinggi terhadap injuri khususnya selama bermain atau terjatuh karena kecelakaan
demikian juga dengan posisi gigi kaninus yang labio versi sering mengalami trauma.
Abnormalitas Fungsi
Banyak keadaan maloklusi menyebabkan abnormalitas fungsional terhadap sistem
stomatognatik seperti gangguan penelanan, gangguan pernafasan dan lain-lain.
Page 14
Masalah persendian temporo mandibula
Maloklusi dihubungkan dengan kontak premature yang menyebabkan traumatik
oklusi selain itu deep bite diyakini dapat menyebabkan masalah TMJ dengan gejala rasa
sakit dan disfungsi.
2.5 Ruang Lingkup Perawatan Ortodonti
1. Perubahan Dalam Posisi Gigi
Perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan kenyataan bahwa gigi dapat
digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan dengan cara memberikan kekuatan
tertentu pada gigi yang selanjutnya kekuatan tersebut diteruskan ke tulang.
Sebagian besar maloklusi yang hanya mengenai susunan gigi atau sistem dental
dapat dirawat sempurna untuk mencapai oklusi normal.
2. Perubahan Dalam Pola Skeletal
Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal yang melibatkan tulang rahang
(maksila dan mandibula). Penyimpangan dapat berupa ukuran, posisi dan hubungan
antar komponen. Keadaan ini merupakan bidang spesialis ortodonti untuk
mengaplikasikan gaya ortopedi yang tepat yang mampu menahan, mendorong atau
mengubah pertumbuhan skeletal agar menjadi normal.
Spesialis ortodonti dapat memberikan perubahan dalam tiga arah yaitu sagital,
transversal dan vertikal.
Page 15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Gigi Maju
Maloklusi menurut American Academy of Pediatric Dentistry adalah ketidaksesuaian
posisi gigi dan rahang. Maloklusi merupakan kondisi yang menyimpang dari tumbuh kembang
yang normal dan dapat mempengaruhi self cleansing,kesehatan jaringan lunak, pertumbuhan
rahang, bicara, dan penampilan.(7)
Gigi maju adalah kelainan gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis
maksilla >1100 dan untuk rahang bawah sudutnya >900 terhadap mandibula.
3.2 Etiologi
Etiologi maloklusi dapat disebabkanoleh faktor herediter, cacat perkembangan, trauma,
unsur fisik, penyakit, malnutrisi, serta kebiasaan buruk. Aktivitas orofasial yang abnormal
merupakan penyebab yang paling sering ditemui.(8,6)
1. Faktor local
a. Hereditas atau factor keturunan(14)
Dengan bertambahnya perjalan suatu keluarga dapat menjelaskan meningkatnya
gigi yang berjejal pada suatu keturunan. Misalnya: Orangtua yang memiliki gigi yang
berukuran besar dan rahang yang kecil, dapat membuat gigi protrusi pada suatu
keturunan.
Faktor penyebab pada kelompok genetic ini, juga termasuk factor-faktor
perkembangan dan pertumbuhan yang mengganggu oklusi secara keseluruhan.(8)
Sehubungan dengan itu, perkembangan gigi berkorelasi dengan kronologis umur
tetapi terjadi secara relative dengan tidak tergantung pada sattu factor.
Ada karakteristik dalam keluarga dan ras tertentu yang cenderung untuk terjadi.
Hal ini dapat dilihat pada keadaan dimana keturunan merupakan hasil dari orangtua
yang tidak mirip hereditasnya, pengenalan akan kasus tersebut harus diambil pola
keturunannya dari kedua oaringtuanya sebagai sumber.
Page 16
Hal ini berarti bahwa kemungkinan pola keturunan diambil baik dari salah satu
orangtuanya maupun dari keduanya untuk menghasilkan suatu modifikasi
krakteristik. Sehingga produk akhirnya mungkin bisa berupa ketidakharmonisan
seperti gigi maju karena desakan gigi ke depan pada lengkung rahang yang kecil.
Ia bisa menerima warisan ukuran dan bentuk gigi, ukuran rahang, bentuk dan
relasinya, yang mana konfigurasi jaringan lunak dan ototnya mirip dari bapak atau
ibunya, atau hasilnya bisa berupa suatu kombinasi gambaran dari kedua orangtuanya.
Adalah kemungkinannya hamper sama bahwa dia bisa menerima warisan
karakteristik-krakteristik ukuran dan bentuk gigi dari orangtuanya yang lain.
Ada beberapa factor karakteristik yang bisa menentukan dari keturunannya yaitu:
- Ukuran gigi
- Lebar dan panjangnya lengkung rahang
- Derajat overbite dan overjet
b. Pengaruh sesudah lahir
Ada beberapa kemunghkinan trauma terhadap bayi yang sedang dalam proses lahir
misalnya dokter sering memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam mulut
bayi. Hal ini dapat menyebabkab deformitas rahang atas.
2. Factor Penyakit
Defek Kongenital lainnya seperti celah bibir dan palatum, secara terpisah atau yang
berupa kombinasi dari keduanya adalah merupakan kelainan congenital yang paling sering
pada manusia.
Defek congenital lainnya seperti tumor, “cerebral palsy”, “torticolis”, “cleidocranial
dysostosis”. Dan sipilis yang yang congenital.
3. Faktor Malnutrisi
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab daripada Gigi maju yaitu berupa
kedudukan uterus, “Fibroid” dari sang ibu lesi-lesi amniotic dan seterusnya.
Kemungkinan lainnya yaitu:
- Diet dan metabolism dari sang ibu
Page 17
- Kelainan-kelainan akibat obat
Dalam hubungan perkembangan anak dalam kandungan, gizi dan gangguan-gangguan
metabolic bisa menyebabkan kelainan perkembangan
4. Kebiasaan Buruk
Seperti halnya mengisap jari. Dari beberapa hal yang berpengaruh dalam kebisaan
mengisap jari seperti morfologi alamiah, pola menelan-menyusui, siklus kematangan dari
proses menelan, intensitas lamanya kebiasaan tersebut berlangsung, dan lain-lain.
Seseorang yang waktu bayi yang menyusui dengan air susu botol atau alat
konvensional lainnya, mereka tidak mendapatkan kehangatan dan belaian sang ibu seperti
pada air susu ibu, untuk itu mereka tidak atau kurang mendapat kasih saying dan afeksi.
Mekanisme seperti pada bayi yang menyusu pada ibunya tidak terjadi sehingga
mengurangi pergerakan rahang bawah
Gerakan menyusui berubah menjadi mengisap dan sering dengan membesarnya lubang
outing botol, bayi tidak perlu lagi berusaha untuk mendapatkan air susu
Beberapa tahun kemudian, hingga dewasa tampak bahwa ada gangguan oklusi pada
bagian anterior rahang atas dan rahang bawah.
Page 18
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Gigi maju adalah kelainan gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis
maksilla >1100 dan untuk rahang bawah sudutnya >900 terhadap mandibula.
2. Etiologi terjadinya gigi maju dapat disebabkan oleh beberapa factor:
- Faktor local
- Faktor penyakit
- Faktor malnutrisi
- Dan juga factor adanya kebiasaan buruk
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams JK. Cook PA,dkk.2000.Alat-alat Ortodonsi cekat prinsip dan praktik. Alih Bahasa:
Budi Susetyo.Jakarta:EGC,hal.1-2,18-23,22-36
2. Foster,TD.1997.Buku Ajar Ortodonsi.Edisi III.Alih Bahasa:Lililan
Yuwono.Jakarta:EGC,hal.30,32-3538,186,205
3. Indriatoto M. Gigi.2004.Indah sehat Terawat dengan Kawat.
4. Harty,FJ,Ogston R.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Edisi I.Alih Bahasa:Narlan
Sumiwinata.Jakarta:EGC
5. Hpoutson,WJB.1990.Diagnosis Ortodonsi.Alih Bahasa:Lilian YUWONO.Jakarta:EGC
6. Proffit WR.1986.Contemporary Orthodontics. Saint Louis:The CV Mosby Co
7. Jurnal Dentofasial, Vol.6, No.2, Oktober 2007: 116-128
8. Moyers RE.1988.HandBook Of Orthodontics. 4th Ed. Chicago:Year Book Medical Publ
9. Prajitno,HR.1991.Ilmu Geligi Tiruan Jembatan;Pengetahuan Dasar Dan Rancangan
Pembuatan.Jakarta:EGC
10. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti perkembangan dan pertumbuhan kranio dentofasial.
Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia; 1998.p.23-25.
11. Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2010; 26-29
12. Amarnath SM.Jurnal Internasional Kontemporer Kedokteran Gigi. Vol 1, No 2 (2010)
13. ROBERT G. Keim, DDS, EDD, PHD.Journal Of ChlinicalOrthodontics Fine-Tuning.
VOLUME 42: NOMOR 12: HALAMAN (687-688) 2008
14. Salzmann ja. orthodontics in Dental Practice.Philadelphia: JB Lippincoly; 1974. p.43-5.