MAKALAH KEWIRAUSAHAANDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir
Semester Program Studi Pendidikan MatematikaPada Fakultas Keguruan
Dan Ilmu PendidikanUniversitas Nusantara PGRI Kediri
Oleh :
BINTI ZULAIFATUL CHASANAHNPM : 11.1.01.05.0034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI2013/2014
KATA PENGANTARAlhamdulilah, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat, taufik dan
hidayahnya yang telah diberikan kepada kami. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang
telah menuntun kita ke jalan yang telah diridloi Allah. Atas
karuniaNya penulis dapat mencurahkan seluruh ide dan pikiran yang
jernih untuk menyelesaikan makalah ini.Adapun penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan. Makalah
ini penulis susun berdasarkan hasil penelitian dari salah satu
seorang wirausahawan. Selain itu, penulis juga mempunyai tujuan
yaitu ingin menambah wawasan serta pengetahuan pembaca maupun
wawasan penulis ini sendiri.Keberhasilan penulisan makalah ini
tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang terkait. Untuk
itu atas terselesaikannya karya tulis ini, penulis ingin
berterimakasih kepada:1. KPH. Ananta Pramudya Kusumaningrat. Selaku
dosen dan pembimbing penulis2. Bpk Painem Selaku pemilik usaha yang
telah menyempatkan waktu untuk diwawancarai.3. Dan juga semua pihak
yang telah mendukung penulis.Dalam pembuatan makalah ini, penulis
telah berusaha semaksimal mungkin. Namun demikian mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis
mengharapkan segala kritik dan saran pembaca.Demikian ucapan demi
ucapan yang telah penulis sampaikan. Semoga hasil karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya. Aamiin.Guna memenuhi tugas
kewirausahaan
Kediri,
Binti Zulaifatul C
BAB IPENDAHULAUAN
Latar Belakang Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di
wilayah kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal
dengan hasil kerajinan gerabahnya. Tempat ini tepatnya terletak di
daerah pedukuhan Kajen, desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta, ( S 7.846567 - E 110.344468) sekitar 6
km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan. Wilayah
Kasongan Bantul merupakan landscape sentra industri kreatif keramik
atau gerabah yang mampu melakukan konstruksi sosial sebagai
pengrajin keramik secara turun-temurun hingga kini.
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang
dibentuk kemudian dibakar yang kemudian dijadikan alat alat yang
berguna bagi kehidupan manusia. Keterampilan membuat gerabah elah
ilakukan sejak zaman dahulu dan telah menjadi bagian dalam
perkembangan peradaban bangsa di nusantara , jejak historinya pun
jelas yaitu terwariskan hingga masa kini, menurut kajian arkeologis
, keahlian membuat gerabah ini baru dikenal pada masa bercocok
tanam , siklus cocok tanam yang menyisakan waktu luang cukup banyak
digunakan para petani untuk membuat gerabah. Gerabah yang
dihasilkan kebanyakan berupa peralatan rumah tangga.
Bermula dari seorang Kyai Song yang mencikalbakali keberadaan
keramik Kasongan 320 tahunyang lalu (1675-1765) di daerah tersebut
yang kini disebut Kasongan (Gustami: 1988: 17). Pada saat itu
produk-produk yang dihasilkan mencakup pada peralatan keperluan
sehari-hari dari alas makan dari gerabah sebagai pengganti alas
makan dari bahan batu maupun dedaunan yang dikenal dengan cobek
(cowek, cuwo). Pada perkembangannya tahun 1745-1825 aktivitas
pembuatan keramik di desa Kasongan yang dilakukan Mbah Jembuk mulai
menunjukkan peningkatan dalam variasi bentuk. (Haryono, 1995-1996:
17).
Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa
di selatan Yogyakarta. Pada Masa Penjajahan Belanda di Indonesia,
di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan
seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse
Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang
memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya
yang kemudian tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi
pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya
juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas,
maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk
yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi
seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal
tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut
hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja.
Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan
akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan
cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta)
membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina
masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan
berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah
sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang
membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan
nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam
skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada
umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga,
bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang
kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), souvenir, pigura, hiasan
dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dll.
Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga
tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan
masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas
bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika.
Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang
berkunjung ke Yogyakarta.
Identifikasi Masalah Dalam hal ini penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut bahwa dalam penjualan gerabah adakah cara
promosi yang lebih mudah dan efisien agar gerabah tersebut dapat
laku keras dipasaran dan mendapatkan laba sebesar-besarnya sehingga
bisa menjadi alternatif usaha yang mempunyai prospek yang sangat
baik. Batasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian
ini, maka penulis membatasi permasalahan yang ada sebagai berikut:
Sekilas tentang keramik atau grabah kasongan Sekilas tentang
gerabah yang akan dijual Sarana dan prasaran dalam menjual gerabah
Manfaat-manfaat dari gerabah Cara berwirausahawan yang baik dalam
bidang ini.
Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah di atas,maka dapat
dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut: Apa saja produk yang akan
dijual? Sarana dan prasaran apa saja yang dibutuhkan dalam
berjualan gerabah ini? Apa saja manfaat gerabah? Cara
berwirausahawan yang baik dalam bidang ini.
Tujuan PenelitianTujuan yang hendak dicapai dalam membuat
makalah ini adalah: Memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Mengetahui apa saja jenis-jenis gerabah. Agar dapat mengambil
pelajaran yang baik. Agar penulis tahu bagaimana cara berjualan
gerabah Sehingga Penulis mengharapkan nantinya bisa menjadi langkah
awal untuk menjadi seorang wirausahawan.
Manfaat Penelitian Dapat memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan Dapat mengetahui sekilas tentang gerabah Mengetahui
cara penjualan gerabah Mengetahui manfaat, baik bagi peneliti,
narasumber(wirausahawan) maupun konsumen. Mendapatkan banyak
pengetahuan wawasan tentang gerabah sampai ke pemasarannya.
BAB IILANDASAN TEORIA. Pengertian keramik atau gerabah
kasonganKeramik merupakan produk budaya yang sangat penting dan
sebagai salah satu sarana yang melaluinya dapat diperoleh suatu
hubungan dengan masa lalu. Sebagai produk budaya materi, keramik
dapat dipandang sebagai objektivikasi ide, nilai, norma dan
peraturan maupun perilaku masyarakat. (Celia Lury, 1998: 58). Pada
hakikatnya Keramik Kasongan adalah suatu produk-produk keramik atau
gerabah yang tumbuh, hidup, dan diproduksi di desa Kasongan yang
kemudian berkembang menjadi sebuah sentra industri kerajinan
gerabah Kasongan.Bermula dari seorang Kyai Song yang mencikalbakali
keberadaan keramik Kasongan 320 tahunyang lalu (1675-1765) di
daerah tersebut yang kini disebut Kasongan (Gustami: 1988: 17).
Kemudian pada era 1990-an sentra Keramik Kasongan telah mencapai
tingkat diversifikasi produksi tinggi, tidak hanya pada produk
fungsional praktis, akan tetapi telah menjadi objek estetik yaitu
elemen estetik interior dan eksterior.Gerabah adalah bagian dari
keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun
masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik,
karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah
permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas
bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah
barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga,
tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari
beberapa sumber berikut ini : Menurut The Concise Colombia
Encyclopedia, copryght a 1995, kata keramik berasal dari bahasa
Yunanai (greeak) keramikos menunjuk pada pengertian gerabah;
Keramos menunjuk pada pengertian tanah liat. Keramikos terbuat dari
mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara
permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu
tinggi. Usia keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000
tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia
Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak
semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami dan
telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi. Beberapa teori
lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya
terkenal dengan teori keranjang.Teori ini menyebutkan pada zaman
prasejarah Keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan
makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah
liat dibagian dalammnya. Setelah terpakai keranjang di buang
keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang
berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan
ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya
dibagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20)
Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti
bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah
dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana
seperti halnya gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa
gerabah adalah salah satu bagian dari benda-benda keramik. Di
Indonesia istilah gerabah juga dikenal dengan keramik tradisional
sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari
tanah liat, ditekuni secara turun temurun. Gerabah juga disebut
keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran
rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9). Dalam
Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional
ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah
tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan
alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di
tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar
yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan
batu) berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil,
stupa-stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 :31).
Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from Camptons Interactive
Encyclopedia dalam Pottery and Porcelain, Copyright 1994-1995,
disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana dari tanah liat
merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan
berikut : The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of
the oldest arts in the world. Bentuk dan kegunaan gerabah sangat
beraneka ragam, mulai sekedar barang hiasan ruangan, peralatan
rumah tangga hingga souvenir dengan ukuran yang sangat beragam
B. Manfaat Menurut bentuk dan kegunaannya, gerabah dapat dipilah
menjadi 2 jenis, yaitu :1) Fungsi GerabahBerdasarkan fungsinya,
gerabah dapat digolongan menjadi :a. Fungsional : gerabah yang
dapat memberikan manfaat secara langsung kepada penggunanya. Bentuk
gerabah fungsional antara lain : pot bunga, tempat payung,
tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;b. Non
Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai
barang-barang hiasan ruang, seperti guci.2) Ukuran
GerabahBerdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :a.
Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 150 cm,
seperti guci, patung;b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran <
60 cm, seperti tempayan, kuali, peralatan dapur, guci, tempat
payung, pot bungac. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan
sebagai barangbarang hiasan dan souvenir, seperti asbak, tempat
lilin, patung kecil.C. PemasaranPemasaran dilakukan di daerah
Kasongan, beberapa di luar kota dalam negeri, beberapa mencapai
pasar luar negeri. Pemasaran hingga tahun 2006 adalah ke
Negara-negara Eropa dan Amerika.
D. Perencanaan produksiUntuk produksi agar tidak terjadi
penumpukan barang di gudang akibat produk yang tidak terjual, maka
pengrajin biasanya melakukan kegiatan produksi apabila ada pesanan.
Industri yang mengolah finishing akan membeli produk setengah jadi
(sudah dalam bentuk body) yang dibuat oleh pengrajin.
1.
BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil :1. Kasongan merupakan sentra
industri gerabah yang berdiri sejak tahun 1970. Pada tahun 1985
terdapat 300 pengrajin yang tinggal di kasongan. Dahulu Kasongan
hanya terdapat 4 rumah saja. Awalnya bukan sebuah desa. Sekerang
terdapat 582 orang, ada 5 kedusunan dalam Kasongan, Kajen, Tirto,
Sembungan, Gedongan, dan Kalipuncang.2. Sebanyak 85% dari
masyarakatnya yaitu pengrajin gerabah, sisanya bekerja yang lain.
Namun tetap membuat kerajinan gerabah.3. Awalnya pengrajin hanya
membuat gerabah pot bunga.4. Tanah yang digunakan yaitu berasal
dari 3 tempat taitu Kasongan Godean, dan Bayan.5. Rata-rata
pengadaan bahan baku dan lainnya : 1 truk = Rp 400.000,006.
Komposisi bahan perbandingannya adalah tanah Kasongan : tanah
Godean/Bayan : pasir halus = 2:2:1.7. Pengambilan tanah tidak
sampai menimbulkan resiko karena mereka kebanyakan memiliki lahan
sendiri.8. Cara pembuatan dengan di putar, dicetak (paling banyak
karena pesanan luar negeri menginginkan tinggi dan besar yang
sama), dan cara bebas.9. Proses pembakaran dengan tungku ladang,
tungku bata, dan tungku besi. Pada tungku ladang bahan bakarnya
dari sampah dedaunan, tungku bata menggunakan kayu, sedangkan
tungku besi menggunakan bahan bakar gas LPG. Panas dari LPG
mencapai panas 1250 oC (untuk porselen).10. Agar mengkilat harus
dipanaskan lebih dari 1000 oC. Sedangkan ketiga tanah apabila
dipanaskan lebih dari suhu tersebut akan lengket. Maka pemanasan
ideal adalah pada suhu 700 oC.11. Finishing kebanyakan menggunakan
cat tembok sehingga menimbulkan seni. Biasanya pembuatan gerabah
hingga proses pembakaran dilakukan oleh pengrajin, sedangkan
finishing dilakukan oleh perusahaan gerabah yang ada di Kasongan.
Jadi perusahaan membeli gerabah setengah jadi dari pengrajin.12.
Teknik promosi dan pemasaran melalui konsumen yang datang langsung,
media elektronik dan media cetak.13. Beberapa pengrajin luar daerah
yang menitipkan kerajinannya di Kasongan.14. Untuk proses produksi
kebanyakan menunggu pesanan. Perajin tidak mau membuat barang yang
tidak terjual atau pada akhirnya akan disimpan digudang.15. Apabila
terlanjur menyimpan barang di gudang, maka paling lama akan terjual
selama 15 hari atau akan menjadi stok untuk beberapa waktu
kedepan.16. Barang yang sudah jadi tidak dapat didaur ulang kecuali
yang rusak atau retak sedikit maka dapat ditempel menggunakan
tungku besi.17. Penolakan produksi biasanya bukan karena desain
atau bentuk yang diinginkan konsumen, tetapi lebih pada harganya.
Jadi sebelum melakukan produksi yang dibutuhkan, konsumen biasanya
ada transaksi negoisasi harga. Semuanya ada perjanjian hitam diatas
putih agar tidak ada komplain, kecuali apabila ada kesalahan
pengrajin.18. Pemasaran sebelum 2006 ke Eropa dan Australia. Tahun
2008 mencapai ke Amerika. Dan saat ini paling banyak di Eropa
menginginkan warna yang cerah, sedangkan Amerika dengan warna yang
terkesan antik dan lama (jaman dahulu).19. Kebanyakan barang yang
diekspor adalah barang-barang besar dan dijual per biji walaupun
ada beberapa barang yang dijual per set.20. Peningkatan atau
penurunan dari laba adalah tergantung dari pesanan konsumen. Pada
tahun 2011 mengalami penurunan daripada tahun 2010. Laba maksimal
mencapai 30%
PEMBAHASAN
A. Tentang PerintisPak Painem adalah Seorang Wirausahawan yang
berdagang gerabah, yang tinggal di jalan kasongan Bantul
Yogyakarta.. Beliau memilih menjadi seorang wirausahawan karena
didukung oleh beberapa faktor diantaranya: Mempunyai modal yang
cukup untuk memulai berwirausaha Mempunyai tempat tinggal yang
dekat dengan tempat usahanya Mempunyai koneksi yang tepat, yang
bisa membantu dalam berwirausaha. Banyaknya peluang untuk memulai
wirausaha Dan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
B. Kapan memulai bisnis berdagang gerabahUsaha berjualan gerabah
ini dimulai sejak 25 tahun yang lalu,tepatnya bulan januari.
Narasumber tertarik berbisnis gerabah karena beberapa faktor yaitu
salah satunya faktor ekonomi. Keinginannya yang sangat kuat untuk
berwirausaha untuk membenahi perekonomiannya agar lebih maju.Usaha
tersebut tidak lepas dari campur tangan istri narasumber yang pada
saat itu tertarik saat melihat usaha orang tuanya yang maju pesat
pada masa itu. Mula-mula narasumber memulai bisnisnya kecil-kecilan
yaitu mencoba membuat industri gerabah dengan jumlah kecil dan
dipasarkan di daerah jogja dan sekitarnya.adapun macam-macam
gerabah yang dibuat antara lain patung,pot,guci,dll.. Ternyata
jualannya laku keras, pembelinya masih skala kecil yaitu konsumen
dan orang yang jualan keliling dari penjualan tersebut narasumber
mendapat laba yang cukup memuaskan.Ternyata lama - kelamaan
bisnisnya ada yang menyaingi itupun juga saudara narasumber
sendiri, yang ikut - ikutan jualan dan memproduksi bisnis tersebut
. Dari situlah akhirnya muncul semangat narasumber untuk lebih
memajukan bisnisnya . Setelah menggeluti bisnis ini cukup lama
akhirnya narasumber membuahkan hasil dari kerja kerasnya, beliau
sukses hingga saat ini. Dan sekarang usahanya beralih dari skala
kecil menjadi skala besar yaitu grosir gerabah.C. PROSES
PRODUKSI
Cara Pembuatan GerabahProses pembuatan gerabah pada dasarnya
memiliki tahapan yang sama untuk setiap kriyawan. Demikian juga
halnya dengan proses pembuatan gerabah yang dipasarkan di Bali,
yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam proses
pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan.Perbedaan alat
merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir yang
dicapai oleh masing masing kriyawan. Misalnya dalam proses
pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang
menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau tangan,
sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada menggunakan alat putar
dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang kedua
dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam
pengoperasiannya serta lebih efesien dalam waktu dan tenaga.
Perbedaan alat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut. Tahapan
proses pembuatan gerabah :a. Tahap persiapanDalam tahapan ini yang
dilakukan kriyawan adalah :1). Mempersiapkan bahan baku tanah liat
(clay) dan menjemur2). Mempersiapkan bahan campurannya3).
Mempersiapkan alat pengolahan bahan.b. Tahap pengolahan bahan.Pada
tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang
dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki
masing-masing kriyawan gerabah dewasa ini banyak yang sudah
mengalami kemajuan jika dilihat dari perkembangan teknologi yang
menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan gerabah yang masih
bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai pertimbangan
dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah. Pada
umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah
tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering.
Teknik ini dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan
bahan secara basah, karena waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan
lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan bahan dengan teknik basah
biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki peralatan yang
lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak
memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering.
Misalnya : bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap
air dan lain-lain.Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :1). Penumbukan bahan sampai halus.2).
Pengayakan hasil tumbukan3). Pencampuran bahan baku utama (tanah)
dengan bahan tambahan (pasir halus atau serbuk batu padas, dll)
dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang dilakukan kariyawan
gerabah masing masing. Kemudian tanah yang telah tercampur
ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen.
Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan
badan gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body
gerabah pada saat pembentukan dan pembakaran.
c. Tahap pembentukan badan gerabah.Beberapa teknik pembentukan
yang dapat diterapkan, antara lain : teknik putar (wheel/throwing),
teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit
(pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik
diatas (putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan
gerabah ini juga dapat dilihat dari dua tahapan yaitu tahap
pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap pemberian
dekorasi/ornamen.Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik
putar walaupun dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah
teknik dasar membuat gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan
yang lain. Teknik ini masih digemari oleh pembuat keramik Jepang
untuk membuat mangkok yang mementingkan sentuhan tangan yang
khas.
d.Tahap pengeringan.Proses pengeringan dapat dilakukan dengan
atau tanpa panas matahari.Umumnya pengeringangerabah dengan panas
matahari dapat dilakukan sehari setelah proses pembentukan
selesai.
e. Tahap pembakaran.Proses pembakaran (the firing process)
gerabah umumnya dilakukan sekali, berbeda dengan badan keramik yang
tergolong stoneneware atau porselin yang biasanya dibakar dua kali
yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire) dan pembakaran
glazur (glaze fire). Kriyawan tradisional pada mulanya membakar
gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang,
atau di lahan kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model
pembakaran seperti ini telah dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut
sebagai tungku pemula (early kiln). Penyempurnaan bentuk tungku dan
metode pembakarannya telah dilakukan pada jaman prasejarah (Rhodes,
Daniel, 1968:1).Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini,
penyempurnaan tungku pembakaran keramik juga semakin meningkat
dengan efesiensi yang semakin baik. Penyempurnaan tungku ladang
selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak, tungku periodik (api
naik dan api naik berbalik).
f. Tahap FinishingFinishing yang dimaksud disini adalah proses
akhir dari gerabah setelah proses pembakaran. Proses ini dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara misalnya memulas dengan cat
warna, melukis, menempel atau menganyam dengan bahan lain, dan
lain-lain.
D. Kendala yang dihadapi wirausahawanAda beberapa kendala yang
dihadapi narasumber, adapun kendala - kendala tersebut adalah :
Kendala cuaca, yang menyebabkan proses penjemuran memakan waktu
yang lama. Kendala bahan pembakaran(kayu dan minyak), Persaingan
antara penjual yang ada ditempat pasar kasongan. Disana tidak hanya
satu orang yang berjualan gerabah. Permintaan berkurang ketika
pasar diluar juga sepi, sehingga pembeli mengurangi pembelian
barang.
E. Tempat wirausahaPada penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis terletak di jalan kasongan,Bantul Jogjakarta tepatnya pasar
Kasongan, pemasaran yang dilakukan narasumber tidak hanya sebatas
pemasaran dalam negeri saja,saat ini pemasaran sudah mencapai ke
luar negeri,autralia,malaysia dan singapura.
BAB VIANALISIS PRODUKSIAnalisis biaya produksi usaha gerabah:
Aneka produk keramik Kasongan dapat ditebus dengan harga yang
beragam. Mulai dari Rp 5.000,- hingga jutaan rupiah, tergantung
besar kecilnya suatu produk keramik dan tingkat kesulitan dalam
proses pembuatannya. Harga produk keramik yang paling murah adalah
souvenir-souvenir berukuran kecil. Perwujudan daripada souvenir ini
biasanya adalah tempat pensil, asbak, wadah lilin dan patung mini.
Anda hanya perlu membayar Rp 3.000,- hingga 20ribu rupiah
saja.Untuk produk guci keramik, anda akan menemukan banyak varian
harga. Dimulai dari 100 ribu rupiah, sampai diatas satu juta
rupiah. Pada umumnya,jika anda membawa uang 300 s/d 500 ribu
rupiah, anda sudah dapat memilih berbagai macam guci dengan banyak
jenis dan corak warna, serta finishing. Pengeluaran : Gaji kariawan
mingguana. Kariawan 1 = Rp 125.000,00b. Kariawan 2 = Rp
125.000,00c. Kariawan 3= Rp 100.000,00d. Kariawan 4= Rp
100.000,00e. Sopir (bergantung jarak tempuh)
Biaya pengemasan : @Rp.2000_____________. Rp 450.000,00Penjualan
tiap hari tidak sama tergantung permintaan pembeli. Semakin banyak
barang yang dijual maka semakin banyak pula untung yang diraih.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan1. Saat ini industri gerabah Kasongan mengalami
kemajuan pesat dibandingkan kondisinya dulu2. Produk gerabah
Kasongan yang pada awalnya memproduksi peralatan dapur saat ini
lebih mengarah pada produk estetik bernilai seni tinggi sehingga
nilai jualnya juga tinggi. Desain, bentuk, dan fungsinya selalu
bervariasi sesuai kebutuhan konsumen.3. Menghadapi persaingan
bisnis, industri gerabah Kasongan selalu memperbarui desain dan
meningkatkan kualitas gerabah. Desain sendiri sebagian besar dibuat
sesuai dengan permintaan konsumen sehingga produksi keramik sendiri
dilakukan apabila ada pesanan.
B. Saran1. Untuk memaksimalkan laba, sebaiknya industri gerabah
Kasongan memperluas jaringan konsumen dengan meningkatkan kegiatan
promosi dengan menggunakan strategi yang efektif.2. Walaupun saat
ini pengrajin bisa lebih mandiri dan berkembang sendiri, sebaiknya
pengrajin tidak melupakan jasa yang telah diberikan UPT dengan
selalu menjalin kerjasama yang baik.3. Sebaiknya dilakukan
kunjungan industri pada perusahaan yang lebih besar supaya bisa
membandingkan antara kondisi industri kecil menengah dengan
industri besar.4. Sebaiknya masyarakat lebih menghargai alat-alat
tradisional dalam negeri terutama gerabah, agar produk gerabah
tetap dilestarikan dan dikenal oleh masyarakat luas.5. Seharusnya
para perajin gerabah lebih mengembangkan dan meningkatkan kualitas
produknya sehingga produk-produk dalam negeri dapat digunakan
sebagaimana kita menggunakan produk yang modern.6. Pemerintah
seharusnya memberi tempat yang layak pada para perajin, agar
produk-produk mereka tetap bertahan di zaman modern ini
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa untuk Mengatasi
Kemiskinan.
http://www.bappenas.go.id/ekonomidesa-20090929140041-2080-1.pdf .
Diakses pada tanggal 21 Desember 2011 pukul 11.30 WIBAtmosudiro,
Sumijati. 1984. Notes on the Tradition of Pottery Making in the
Region of Kasongan, Regency of Bantul. Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional. Jakarta.Gustami, Sp. 1988. Seni Kerajinan Keramik
Kasongan, Kontinuitas dan Perubahannya. Jurnal Tesis S2 Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.Haryono, Bedjo. 1995. Pembuatan Kerajinan
Tanah Liat Tradisional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman. Yogyakarta.Larasati, Shanty D.
2010. Pusat Pelatihan dan Galeri Seni Gerabah Kasongan. FTSP UII.
Yogyakarta