BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali peradangan dari area-area berbeda dari telinga. Paling sering berasal dari infeksi virus, jamur dan bakteri. Pada kebanyakan kasus-kasus, infeksi-infeksi telinga adalah tidak serius dan hilang dengan sendirinya. Bagaimanapun, infeksi-infeksi bakteri dapat memerlukan perawatan dengan antibiotik-antibiotik. Dibiarkan tidak terawat, infeksi-infeksi ini dapat menjurus ke komplikasi-komplikasi serius, terutama untuk anak-anak kecil. Infeksi ini sering terjadi pada penderita alergi yang sering mengalami infeksi berulang atau sering sakit batuk pilek hilang timbul berulang-ulang. Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran- saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga- telinga. Mereka umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali peradangan
dari area-area berbeda dari telinga. Paling sering berasal dari infeksi virus, jamur dan bakteri.
Pada kebanyakan kasus-kasus, infeksi-infeksi telinga adalah tidak serius dan hilang dengan
sendirinya. Bagaimanapun, infeksi-infeksi bakteri dapat memerlukan perawatan dengan
antibiotik-antibiotik. Dibiarkan tidak terawat, infeksi-infeksi ini dapat menjurus ke komplikasi-
komplikasi serius, terutama untuk anak-anak kecil. Infeksi ini sering terjadi pada penderita alergi
yang sering mengalami infeksi berulang atau sering sakit batuk pilek hilang timbul berulang-
ulang.
Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang
selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui
saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan
tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-
saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya
tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara
pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga mengandung
tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam.
. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada anak-anak daripada orang-orang dewasa
karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan sempit, membuat mereka lebih sulit untuk
mengalir. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih
besar dan dapat menghalangi tabung-tabung Eustachio.
B. Permasalahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, tulang-tulang pendengaran,
prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.
Gambar 1. Anatomi telinga tengah
Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga
luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-
posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani tidak tegak
lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam
dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membrana timpani merupakan
kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak ini
dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light ).1
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1
1. Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar
sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang
dari tulang temporal.
2. Pars flasida atau membran Shrapnell
Gambar 2. Membran timpani
Kavum Timpani
1. Dinding superior (batas atas)
Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadang-kadang malah ditemukan suatu dehidasi
(celah). Tegmen tympani ini merupakan batas antara cvum tympani (epitympani) dengan
fossa cranii media. Dalam klinik batas ini harus diketahui karena radang dapat meluas ke
intracranial melalui tegmen tympani.1
2. Dinding inferior (batas bawah)
Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus vena jugularis. Dalam klinik, radang dari
cavum tympani dapat meluas ke bawah dan menyebabkan thrombophlebitis.1
3. Dinding posterior (dinding belakang)
Berhubungan dengan antrum mastoid melalui suatu celah yang disebut aditus ad antrum.
Bagian atas dari aditus ini disebut tegmen antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media.
Kemudian di bawah (dasar dari aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta
sarafnya (N. Fascialis pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen
stylomastoideus.1
4. Dinding anterior (dinding depan)
Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna, muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani.
Disini terdapat canalis dari tulang yang berisi m. Tensor tympani.
5. Dinding medial
Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari labyrinth. Disini terdapat
beberapa struktur penting :1
o Canalis semisirkularis lateralis
o Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya
o Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum tympani dengan
skala vestibule
o Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari cochlea).
o Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran tympani
secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala tympani.
6. Dinding lateral
Terdiri dari 2 bagian : pars osseus dan pars membranasea.
Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk sebagian kecil
epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian terbesar yang membentuk
epitympani yang merupakan membran tympani, yang memisahkan cavum tympani dengan
meatus acusticus externa.1
Tulang-tulang pendengaran
1. Maleus
o Caput
o Colium
o Proccesus brevis
o Proccesus longus
o Manubrium mallei
(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada
mesotympani).1
2. Incus
o Corpus
o Proccesus brevis
o Proccesus longus
Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus yang
berada mesotympani.1
3. Stapes
o Capitulum
o Colum
o Crus anterior
o Crus posterior
o Basis
Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus dari
Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes. Rangkaian ini disebut ossicular
chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran, oleh karena ini
penting sistem konduksi pada pendengaran.1
Tuba Eustachii
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya seperti huruf S.
Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada
orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga
tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :1
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian tulang rawan
medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah posterior,superior dan
medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan bagian
tulang atau timpani.1
Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap
terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral
nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih
tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya
mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah.1
Gambar . Perbedaan tuba eustachius anak dan dewasa
B. Fisiologi pendengaran
Gambar . Fisiologi pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membran
timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap
lonjong (oval window) yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli.1
Getaran diteruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal
kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (round
window) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan
mendorong membran basal,sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf
pada skala timpani.1
Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal
ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium
dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian
meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis.1
C. Fungsi tuba eustachius
Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:
1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.
Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi membran timpani
harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi pendengaran. Dengan begitu tuba
Eustachius harus terbuka secara periodik untuk menyeimbangkan tekanan udara pada telinga
tengah. Normalnya tuba Eustachius tetap tertutup dan terbuka secara intermitten selama
menelan, mengunyah dan bersin. Sikap badan juga mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba
kurang berguna pada posisi berbaring dan selama tidur dikarenakan pembendungan vena. Fungsi
tuba yang buruk pada bayi dan anak-anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada
kelompok usia tersebut. Itu biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.
2. Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga tengah jika tuba
terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang normal. Biasanya tuba Eustachius
tetap tetutup dan melindungi telinga tengah melawan suara tersebut. Tuba Eustachius yang
normal juga melindungi telinga tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan
mudah jika diameter tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran
timpani yang perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi
membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi nasofaring
ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.
3.Pembersihan sekresi telinga tengah
Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi oleh sel ciliated
columnar. Silia bergerak kearah nasofaring. Ini membantu untuk membersihkan sekresi dan
debris dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi pembersihan dipengaruhi oleh
pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gangguan Fungsi Tuba eustachius
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya
terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal
dari tuba orang dewasa. Panjang tuba dewasa 37.5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah
17.5 mm.2
Gambar: Tuba Eustachius.
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke
dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu
oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan berbeda Antara 20- 40 mmHg.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal, mioklonus
palatal, palatoskisis dan obstruksi tuba.2
1- Tuba terbuka abnormal
Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga
tengah waktu respirasi. Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh hilangnya jaringan
lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat dan kehamilan
terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor predisposisi penting. Selain itu,
faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis,
gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan
penggunaan estrogen pada laki-laki.2,5
Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke, multiple sclerosis,
penyakit motor neuron) juga mungkin terlibat. Pembentukan adhesi dalam nasofaring setelah
adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk terjadinya kelainan ini.. Faktor
predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan, latihan, dan sindrom sendi
temporomandibular.5,6
Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang yang
mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan gejalanya.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya terjadi pada
remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.5
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri
terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa mengganggu
pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami stress
berat.Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka abnormal
memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah, perubahan tekanan
kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang pendengaran. Beberapa pasien
mungkin mengalami kesulitan makan karena suara mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala
mungkin berhubungan dengan perubahan siklus yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius.
Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan kongesti mukosa yang terkait dengan cara
berbaring, menempatkan kepala di antara lutut, atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5
Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan gejala.
Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius, dan ini
dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan atau tabung
ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada
respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder akibat
gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus.. Disebabkan tuba yang
terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke telinga
tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi dan ekpirasi.
Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung yang
bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral pada
waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang menghilang
ketika pasien terlentang.6
CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien. Radiologi
hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat mendeteksi gerakan dari
membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien dalam posisi tegak. Suara
distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan mikrofon ditempatkan di
meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke ruang depan hidung dan
mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba terbuka abnormal, tingkat
tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum, karena tabung tidak menutup,
tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang ditransmisikan.5
Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan
atau autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab luminal,
dan tekanan jaringan ekstraluminal. Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen jadinya
kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat mengakibatkan tuba
terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan abnormal yang disebabkan
oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak di daerah tabung eustachius.
Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius karena perubahan tegangan
permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan.
Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy dapat menyebabkan traksi tuba dalam
posisi terbuka.5
Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan. Pasien
dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan (kebanyakan
pasien) perlu diinformasi saja. Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan bebas gejala
setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:
Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang
Hindari diuretik
Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi
Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa
pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau
obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan untuk
menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung yang mengandung asam
klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif pada beberapa pasien.
Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit atau tidak ada efek
samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih tertunda. Bila tidak
berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet).2,5,6
2- Mioklonus palatal
Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik. Terbagi
kepada essensial dan simptomatik. Hal ini menimbulkan bunyi “klik” dalam telinga pasien dan
kadang-kadang dapat terdengar oleh pemeriksa. Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya
bersifat berulang-ulang daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.
Penyebab kepada bunyi klik dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering ditemukan
pada myoklonus palatal essensial yang bersifat idiopatik. Keadaan ini jarang terjadi dan
penyebab yang pasti belum diketahui.
3- Palatoskisis
Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis terjadi gangguan
abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba
eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang baik. Hal ini menyebabkan
kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan infeksi ke telinga tengah pada anak
dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah kambuh dibandingkan dengan anak normal.
Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.
4- Obstruksi tuba
Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis media
supuratif, maupun otitis media non supuratif. Salah satu bentuk otitis media non-supuratif adalah
otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan pada orang yang
sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan
adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan tuba oleh
tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu
setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan
adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior
hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).
Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)
seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu
pembesaran adenoid.
Gambar . Obstruksi tuba Eustachian
Antara sebab lain terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba di
bagian hujung sistem tuba eustachius. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini
menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan
perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan secara tiba-
tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba. Kejadian ini disebut locking
phenomenon.
Gambar. Gambaran locking phenomenon
Gambar . Ketidakberhasilan mekanisme pembukaan tuba pada anak
Pada anak, mekanisme pembukaan tuba eustachius saat menelan sering kali menjadi satu
permasalahan. Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba eustachius 2) inefisien
muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.
B. Otitis Barotrauma (Aerotitis)
Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.
Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh perbedaan
tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi membrane
timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya terlokulasi. Ia
memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi ini.2
Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral yang
rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar. Maka perbedaan tekanan
tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih tinggi dari
tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga tengah menurun
secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke dalam tuba. Hal ini
tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan otot. 3,4
Gambar . Ketidakseimbangan tekanan pada barotrauma
Gambar. Keadaan tuba eustachius pada barotrauma
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah, membrane
timpani tertarik ke dalam yang menyebabkan rasa nyeri. Membrane mukosa teregang, tersumbat
dan menjadi edema, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-
kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga
mastoid tercampur darah. Membrane timpani menjadi kurang elastis, menyebabkan hantaran
getaran suara berkurang, maka mengganggu pendengaran.2,3
Apabila fungsi tuba terganggu akibat inflamasi mukosa karena ISPA, alergi atau trauma, pada
peringkat awal pergerakan udara aktif ke telinga tengah terganggu, kemudian diikuti dengan
ventilasi pasif terganggu pada kasus yang lebih berat. Maka pasien dengan ISPA biasanya
mendapati bahwa telinga mampu beradaptasi sewaktu pesawat naik, tetapi nyeri bertambah
sewaktu pesawat mahu mendarat sekiranya menelan dan perasat gagal.3,4
Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada air dalam telinga dan
kadang- kadang tinnitus dan vertigo.
Table 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik
g membrane timpani
0 Gejala tanpa tanda- tanda kelainan
membrane timpani
1 Injeksi membrane timpani
2 Injeksi dengan perdarahan ringan dalam
membrane timpani
3 Perdarahan jelas pada membrane timpani
4 Darah bebas di telinga tengah, gegendang
kebiruan dan bulging.
5 Perforasi membrane timpani
Gambar . Kondisi membrane timpani pada otoskopi menurut gred barotrauma
Penatalaksanaan biasanya konservatif saja, yaitu dengan dekongestan local atau dengan
melakukan perasat Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Perasat Valsalva
dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut
ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang
menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi
jalan napas atas.3,4
Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet).
Gambar. Pemasangan Pipa Grommet
Antara pengobatan dan pencegahan barotrauma adalah:
Antihistamin:dapat membataskan jumlah produksi mucus yang dihasilkan.
Contoh: Loratadine tablet 10 mg.
Dekongestan: mengeringkan mucus pada hidung.
Contoh: semprot xylometazoline- disemprotkan satu jam sebelum waktu pesawat
mendarat, kemudian disemprot lagi 5 menit kemudiannya. Setelah itu disemprot setiap 20
menit hingga mendarat.
Antibiotic: dapat mencegah infeksi telinga sekiranya barotrauma berat.
Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau melakukan
perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Jangan tidur
sewaktu pesawat mahu mendarat. Sebaliknya, lakukan aktivitas yang dapat membantu