This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
2. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus
hepatitis
3. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh
keparahan sirosis hatinya.
10
4. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang
kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat
membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
5. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
6. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati,
limpa, organ pencernaan.
7. Radiologi:Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus
untuk konfirmasi hipertensi portal.
8. Esofagoskopi : Dengan esofagoskopi dapat dilihat varises esofagus sebagai
komplikasi sirosis hati/ hipertensi portal .
9. Sidikan hati :Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambil
oleh parenkim hati, sel retikuloendotel dan limpa. Bisa dilihat besar dan
bentuk hati, limpa, kelainan tumor hati, kista, filling defek. Pada sirosis hati
dan kelainan difus parenkim terlihat mengambil radionukleid secara
bertumpuk-tumpuk (patchy) dan difus.
10. Tomografi komputerisasi :Walaupun mahal sangat berguna untuk
mendiagnosis kelainan fokal, seperti tumor atau kista hidatid. Juga dapat
dilihat besar, bentuk dan homogenitas hati.
11. ERCP :Digunakan untuk menyingkirkan adanya obstruksi eksrahepatik.
12. Angiografi :Angiografi selektif, seliak gastrik akan spleno fotografiterutama
pengukuran tekanan vena porta.
2.8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medik
a.Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan
kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan
darah.
b.Tindakan Penjagaan
11
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur,
menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda
tajam.Perawat harus memahami kemungkinan melena dan memerikasa feses
untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda pendarahan
internal.Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses yang dapat
membantu pasien.Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi
pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan
obat-obatan.
c.Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak
dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemantauan
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada
status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar
elektrolit serum harus dipantau dengan cermat jika abnormal. Pendidikan
pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.Selama dirawat di rumah sakit,
pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh perawatan
melalui intruksi diet.
12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan sekarang
pada fase ini pasien akan mengeluarkan adanya penurunan berat badan, tidak
nafsu makan (anoreksia), nyeri pada kuadran kanan atas keluhan lain yang
berhubungan dengan adanya penyakit pada fase lanjut, pasien akan mengeluh bahwa
mudah terjadi luka memar., rontok rambut, terutama di daerah ketiak dan pubis, juga
pasien juga akan mengutarakan bahwa menstruasinya tidak teratur (pada wanita dan
impoten pada pria).
Riwayat kesehatan masa lalu
- perlu ditanyakan apakah adanya atau pernah ada kebiasaan minumminum keras
(alkohol).
- Pernah menderita penyakit tertentu terutama hepatitis B, non A, non B, hepatitis D
(pernah menderita penyakit kuning) dan pernah penyakit jantung.
- Apakah terjadi mendapat tranfusi darah
- Bagaimana kebiasaan pola makan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita sirosis hepatis harus di lakukan secara menyeluruh.
1). Keadaan pasien, bentuk tubuh
2). Pada sklera mata diperoleh sklera mata yang ikterus sampai dengan kehijauan,
kadang-kadang pada konjungtiva di peroleh kesan anemia.
3). Pada infeksi daerah dada di temukan adanya spider nevi atau adanya terlihat suatu
usaha dalam bernafas karena tekanan abdomen terhadap diafragma ditemukan bulu
ketiak yang rontok dan gynecomatik pada laki-laki.
4). Pemeriksaan abdomen
- Infeksi : perut yang membesar karena asites, adanya bayangan vena, hernia
umbilikus.
- Perkusi : adanya asites sehingga terdengar pekak
13
- Palpasi : nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan padat teraba benjol-
benjol
- Lingkar perut : bertambah besar
d. Pemeriksaan diangnostik
1). Untuk memastikan sirosis hepatis dilakukan biopsi
2). Dilakukan pemerikasaan laboratorium darah : hemoglobin, leukosit, trombosit
menurun.
3). Liver fungsi test : serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan billirubin,
globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum meningkat, serta
protrombin time memanjang.
4). USG untuk mengetahui perbandingannya perubaha sel pernchy hati dan jaringan
fibrotik.
5). CT scan dan radioisoton memberikan informasi tentang ukuran hati, perdarahan yang
terjadi dan obstruksi pada hepar.
6). Billirubin urine meningkat, sedangkan dalamfeces menurun.
e. Tindakan medik
1). Untuk mengurangi asites, di berikan obat-obatan diuretik atau di lakukan fungsi
asites.
2). Membatasi pemberian obat-obatan yang memberatkan fungsi hepar, misalkan :
golongan sulfa, analgetik (goldipron) : antalgin, novalgin.
3). Memberikan therapi supportif : memodifikasi diet, bed rest, menjaga keseimbangan
antara istirahat dan latihan.
4). Terapi komplikasi
f. Analisa data
1. Data Subjektif
- Cepat lelah
- Berat badan menurun
14
- Anoreksia
- Rasa lelah
- Gatal-gatal
- Perut membesar
- Meminum alkohol
2. Data Objektif
- Lemah
- Pucat
- Hemoglobin, leukosit, trombosit menurun
- Asites positif
- Icterus positif
- Malas kurang aktivitas
- Edema positif
- Billirubin meningkat
- Albumin menurun
- Nyeri tekan kuadran atas
- Hepar teraba benjal-benjol
- Protombin time memanjang
15
BAB 3
PEMBAHASAN KASUS
1. KasusTn. A umur 45 tahun dibawa ke RS karena tidak sadarkan diri. GCS 9 (eyes 2,
verbal 3, motorik 4 keluraga mengatakan szebelumnya tn A mengeluh merasa
kemampuan jasmani menurun, dan diikuti dengan penurunan berat badan (BB
sebelum sakit 60 kg) saat ini 45 kg. Mata berwarna k0uning dan buang air0 kecil
berwarna 0gelap. Perut dan kaki bengkak, dan mengeluh gatal yang hebat. Setelah di
anamnesa kepada keluarga, ternyata tn A mempunyai riwayat sering mengkonsumsi
alkohol. Selsain itu Tn, A mengalami hipertensi portal.
Hasil lab:
1. Menunjukkan bilirubin 2 (mg%), albumin 2,8 mg, Ptt 40 %
2. Urin terdapat urobilinogen, juga terdapat bilirubin, eksresi natrium kurang dari 3
meq
3. Tinja terdapat kenaikan sterkobilinogen
4. Darah : terdapat hipokronik anemia, trombositopenia, Waktu PTT memanjang,
dan tidak dapat kembali normal walupun sudah diobati dan diberi Vit K
I. Pengkajian
a. Identitas klien Nama : Tn. A Umur : 45 tahun
b. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama : Tn. A dibawa keRS karena tidak sadarkan diri GCS 9
(Eye 2,Verbal 3,Motorik 4). Mengeluh kemampuan jasmani menurun,nausea,nafsu makan menurun dan penurunan BB (BB sebelum 60kg) saat ini 45kg. Mata berwarna kuning dan BAK berwarna gelap,perut dan kaki membengkak dan gatal hebat.
16
Riwayat Penyakit Saat Ini : Tn. A dibawa keRS karena tidak sadarkan diri GCS 9 (Eye 2,Verbal 3,Motorik 4).
Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.A pengonsumsi minuman beralkohol dan mengalami Hipertensi portal
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Terkaji
c. Pola Kebiasaan (11 Fungsi Gordon)
Pola persepsi dan manajemen hidup sehat : Kurang pengetahuan tentang penyakit
Pola nutrisi dan metabolisme : Nausea,penurunan nafsu makan,penurunan BB (Sebelum 60kg)saat ini 45 kg sdan gatal yang hebat
Pola eliminasi : Terdapat urobilinogen didalam urin,bilirubin eksresi natrium kurang dari 3 meq (0,1) dan sterkobilinogen meningkat pada tinja
Pola tidur dan istirahat : Nausea Pola aktivitas dan latihan : Perut serta kaki membengkak dan
kemampuan jasmani yang menurun Pola hubungan dan peran : Tidak terkaji Pola sensori dan kognitif : Penurunan kesadaran GCS 9(Eye 2,verbal
3,motorik 4) Pola persepsi dan konsep diri : Perubahan struktur tubuh (perut
membesar) membuat klien mengalami gangguan konsep diri Pola seksual dan reproduksi : Tidak terkaji Pola mekanisme dan koping : Tidak terkaji Pola tata nilai dan kepercayaan : Tidak Terkaji
d. Pemeriksaan Fisik Kesadaran : GCS 9 (Eye 2,Verbal 3,Motorik 4) Hasil Laboratorium :
DATA NILAI NORMAL INTERPRETASI
Bilirubin 2 (mg%) 2-10 (mg%) Normal
Albumin 2,8 (mg%) 3,8-5,0 (mg%) Oedema
Protombintime 40 (quick%) 11-12,5 (quick%) Defisiensi faktor V dan VII
17
Urin : Terdapat urobilinigen,bilirubin eksresi natrium kurang dari 3 meq (0,1)Tinja : Terdapat kenaikan sterkobilinogenDarah :Terdapat hipokronik anemia,trombisitopeni,waktu protombine
time memanjang dan tidak kembali normal
e. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Nausea, penurunan nafsu makan
DO : Penurunan BB (Sebelumnya 60kg) saat ini 45kg.
Intake yang tidak adekuat adanya mual
dan nyeri perut
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
DS : Penurunan Kemampuan Jasmani
DO : GCS 9 (Eye 2,Verbal 3,Motorik 4) , Hipertensi Portal, Waktu Protombine Timememanjang,Trombositopenia, hipokronik anemia
Gangguan pada faktor pembekuan darah dan metabolisme protein
Resiko Perdarahan
DS : Mata berwarna kuning,BAK gelap,perut dan kaki membengkak serta gatal yang hebat
DO : Bilirubin 2 (mg%),terdapat urobilinogen di urin,dan peningkatan sterkobilinogen di tinja.
Gangguan metabolisme bilirubin dan
penumpukan garam empedu dibawah kulit
Gangguan Integritas Kulit
18
II. Diagnosa
NO DIAGNOSA
1 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Intake yg tidak ade kuat d.d Nausea
2 Resiko Perdarahan b.d Gangguan Metabolisme Protein b.d waktu protombine time memanjang
3 Gangguan Integritas Kulit b.d Gangguan Metabolisme Bilirubin d.d Mata berwarna kuning
III. Intervensi
DX1 : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Intake yg tidak ade kuat d.d NauseaTujuan ; Setetlah dilakukan tindakan diharapkan nutrisi terpenuhiKH : Klien mampu menunjukan prilaku hidup untuk meningkatkan BB
INTERVENSI
1. Observasi TTVR : Untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Awasi intake jumlah sedikit namun seringR : Makan yang banyak sulit diatur bila klien anorexia
3. Berikan perawatan mulut sebelum makanR : Menghilangkan rasa tidak dapat meningkatkan nafsu makan
4. Awasi glukosa darahR : Hiperglikemia/Hipoglikemia dapat terjadi
5. Konsul dengan ahli nutrisi tentang pemberian dietR : Untuk membuat program diet sesuai kebutuhan tubuh klien DX2 : Resiko Perdarahan b.d Gangguan Metabolisme Protein d.d waktu protombine time memanjangTujuan : Perdarahan dapat di cegahKH : TD dan Trombosit dalam batas normal
19
INTERVENSI1. Kaji tanda dan gejala perdarahan
R : Traktus paling sering sebagai sumber perdarahan2. Observasi adanya petakie,ekimosis,dan perdarahan lainnya
R : Terjadi perdarahan sekunder terhadap pembekuan darah3. Awasi TTV
R : Peningkatan nadi,penurunan TD dan EVP menunjukan kehilangan volume darah
4. Perhatikan perubahan tingkat kesadaranR : Perubahan kesadaran menunjukan penurunan fungsi perfusi serebral
5. Hindari penggunaan produk aspirinR : Koagulasi memanjang berpotensi untuk resiko perdarahan
6. Kolaborasi pemberian obat (vitamin K injeksi)R : Vitamin K dapat meningkatkan sintesis protombin dan koagulasi
DX3 : Gangguan Integritas Kulit b.d Gangguan Metabolisme Bilirubin d.d Mata berwarna kuningTujuan : Dalam 2×24 jam mampu mengurangi kadar bilirubinKH : Integritas kulit kembali normal dan warna urin kembali keadaan normal
INTERVENSI
1. Kaji warna urin dan warna kulit klienR : Mengetahui perkembangan kadar bilirubin
2. Observasi dan catat kadar ikterus pada kulitR : Untuk menentukan dasar intervensi
3. Lakukan perawatan sering pada kulitR: Mencegah kekeringan kulit
4. Jaga kulit tetap bersih dan kuku pendekR : Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan
5. Kolaborasi dengan tim medisR : Untuk pemberian obat
20
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sirosis Hepatis merupakan perubahan struktur sel hati (fibrosis).Pentingnya
identifikasi dini terhadap gejala yang timbul (pemeriksaan fisik dan penunjang).
Merupakan penatalaksanan preventif segera dan tepat akan menurunkan resiko
komplikasi dan progresifitas penyakit. Kemampuan perawat klinik yang memadai
dalam memahami kondisi sirosis hepatis.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit
sitosis hepatis ini,hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit
sirosis di lingkungannya,mahasiswa dapat melakukan tindakan lebih awal dengan
meminta pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Selainn itu asuhan keperawatan
pada klien dengan sirosis sangat penting dipelajari siswa agar siswa dapat membuat
asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis dan merawat klien jika berhadapan
langsung dengan klien dengan sirosis hepatis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Brunner & Suddarths.(2000) Textbook of Medical Nursing. 4thed Philadelphia:
Lipponcot
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: