EARLY POST PARTUMA. Pemeriksaan penurunan TFU LOCHEA dan
UTERUS
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
(Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus
uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm )
Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara
symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas
symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm
tiap hari. (Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.Menurut (
Mochtar, Rustam 1998 : 115 ) tinggi TFU yaitu :
Bayi lahir fundus setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gram.
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750 gram.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram.
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gram.
Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gramINVOLUSITinggi Fundus uterusBerat uterus
Bayi lahirSetinggi pusat1000 gram
Uri lahir2 jari bawah pusat750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis500 gram
2 mingguTidak teraba di atas simfisis350 gram
6 mingguBertambah kecil50 gram
8 mingguSebesar normal30 gram
(SINOBSIS OBSTETRI ,Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH)
LOCHEA
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
berupa darah dimana di dalamnya mengandung trombosit, sel-sel tua,
sisa jaringan desidua yang nekrotik (sel-sel mati) dari uterus.
Proses keluarnya lochea terdiri atas 6 tahapan, yaitu:
1. Lochia lubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa sisa
selaput ketuban, sel sel desidua (decidua, yaitu selaput lendir
rahim dalam keadaan hamil), vernix caseosa (yaitu palit bayi, zat
seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel sel
epitel, yang menyelimuti kulit janin), lanugo (yaitu bulu halus
pada anak yang baru lahir), dan meconium (yaitu isi usus janin
cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban,
berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.2. Lochia
sanguinolenta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini
terjadi pada hari ke 3 -7 pasca persalinan.3. Lochia serosa:
berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7
14 pasca persalinan.4. Lochia alba: cairan putih yang terjadi pada
hari setelah 2 minggu.
Kelainan pada LOCHEA1. Lochia Purulenta: Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk. (Mochtar, Rustam, 1998 : 116)2.
Lochia stasis: Lochia tidak lancar keluarnya.
(Mochtar, Rustam, 1998 : 116)B. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada post partum
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis trombo emboli. Pada hari ke 2 di perbolehkan duduk, Hari
ketiga jalan-jalan dan hari ke empat dan hari kelima diperbolehkan
untuk pulang.Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka .2. Diet /
Makanan Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya
makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan3. Buang Air Kecil Hendaknya kensing dapat dilakukan
sendiri secepatnya. Kdang-kadang wanita mengalami susuah kencing,
karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi m.spingter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi.4. Buang
Air Besar (Defekasi)Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca
persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi
apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per
rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma 5. Demam 6.
Mules-mules 7. Laktasi
Untuka menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan
telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :1.
Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan
lemak bertambah
2. Keluaraan cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
colostrum, berwarna kuning-putih susu3. Hipervaskularisasi pada
permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sahingga
tampak jelas.4. Setelah persalinan, pengaruhsupresi estrogen dan
progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH)
atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah
2-3 hari pasca persalinan.C. Gizi pada masa nifas
Pengertian
Gizi pada masa nifas adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
setelah persalinan yang mempunyai nilai gizi untuk memenuhi
kecukupan gizinya dan dapat memperoleh ASI yang cukup untuk
bayinya.MANFAAT GIZI PADA MASA NIFASMemberikan nutrient yang cukup
berguna untuk memelihara kesehatan dan memulihkan jumlah gizi yang
kurang selama masa kehamilan, melaksanakan berbagai jenis aktivitas
serta pertumbuhan, kualitas makanan yang diberikan pada ibu masa
nifas harus bergizi karena dapat mempengaruhi proses pembentukan
ASI untuk di berikan kepada bayinya.Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut: Mengkonsumsi makanan
tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari Makan dengan diet gizi
seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum Mengkonsumsi
vitamin A 200.000 intra unit.KEBUTUHAN GIZI PADA MASA NIFAS KALORI
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pascapartum mencapai
sebanyak 500 kkal. Tambah energi perhari untuk wanita menyusui pada
6 bulan pertama kurang lebih 700 kalori; pada 6 bulan ke dua kurang
lebih 500 kalori. PROTEIN
Tambahan protein ibu menyusui pada 6 bulan pertama kurang lebih
16 gr/hari. Dan 6 bulan kedua kurang lebih 12 gr Selama menyusui
ibu membutuhkan tambahan protein diatas kebutuhan normal sebesar 20
g/hari. Dasar ketentuan ini ialah bahwa tiap 100 cc ASI mengandung
1,2 g protein. Dengan demikian 850 cc ASI mengandung 10 g protein
Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi.
Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah
kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa
menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan
50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120
gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi
syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada
gandum dan kacang-kacangan. Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu
porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, cangkir brokoli,
wortel, -1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu
tomat.
Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam
porsi per hari. Satu porsi setara dengan cangkir nasi, cangkir
jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari
bijian utuh, kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau
crackers, cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40
gram mi/pasta dari bijian utuh.
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasaadalah 41/2 porsi lemak (14 gram
perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju,
tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan
krim, secangkir es krim, buah alpukat, dua sendok makan selai
kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng,
dua iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua
sendok makan saus salad.
Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari
makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3
liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih,
sari buah, susu dan sup.
Vitamin 1. Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan.
Vitamin yang diperlukan antara lain:
2. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta
mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang
dibutuhkan adalah 1,300 mcg.3. Vitamin B6 membantu penyerapan
protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak
2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati,
padi-padian, kacang polong dan kentang.4. Vitamin E berfungsi
sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan
gandum.
Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan
pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum.
Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan
seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood,
hati dan daging.
DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi.
Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber
DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
PENGARUH STATUS GIZI PADA IBU MENYUSUIIbu dengan gizi baik akan
dapat memberikan ASI : a. Pada bulan pertama kurang lebih 600 ml b.
Pada bulan ketiga meningkat menjadi 700-750ml
pada bulan ke empat meningkat menjadi 750-800 ml
c. Kemudian menurun atau berkurang tergantung isapan bayi
Dampak kekurangan gizi ibu menyusui kepada bayinya :
Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu Bayi mudah sakit
Bayi terkena infeksi sehingga angka kesakitan dan angka kematian
meningkat Kekurangan zat gizi dapat menimbulkan gangguan mata
karena kekurangan vitamin A dan pada tulang karena kekurangan
Vitamin D
PRINSIP DAN SYARAT MAKANAN IBU MENYUSUI
a. Prinsip:
Sama dengan ibu hamil, jumlah lebih banyak, mutu lebih baik.b.
Syarat Susunan menu harus seimbang Di anjurkan minum8-12 gelas/hari
Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas atau dingin,
tidak menggunakan alkohol,guna kelancaran pencernaan ibu Di
anjurkan banyak makan sayuran berwarna D. ASI Eksklusif
PENGERTIAN ASI EKSKLUSIF
Asi eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diuberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan.
Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan
tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Pertama,Jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar
sampai bayi berumur 6 bulan.
Kedua,Bayi pada saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai
matur.dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang
menyusu ASI sampai 6 bulan jauh lebih sehat dari bayi yang menyusu
ASI hanya sampai 4bulan, dan frekuensi terkena diarejauh lebih
kecil.Bayi yang hanya menyusu ASI saja selama 6 bulan akan
merangsangh hormone prolakyin secara terus menerus sehingga
memperbanyak produksi ASI yang dapat bertahan sampai bayi berumur
dua tahun.Ibu harus mendapat gizi yang berumur dua tahun. Ibu harus
mendapat gizi yang baik dan terhindardari stress yang
berkepanjangan.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsure
kebutuhan bayi baik fisik,psikologi, sosial,maupun spiritual.ASI
mengandung nutrisi, hormone, unsure kekebalan factor pertumbuhan,
antialergi, serta anti inflamasi.
UNSUR NUTRISI ASI
Hidrat arang
Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI (pengganti ASI) adalah
7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis bila dibandingkan dengan
kondisi ini yang menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI denan
baik cenderung tidak mau minum PASI (langkah awal sukses memberikan
ASI).
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium
yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, rata-rata pertumbuhan
gigi sudah terlihat pada bayi berusia 5 atau 6 bulan, dan gerakan
motoirik kasarnya lebih cepat.ASI juga menurunkan kemungkinan bayi
terkena infeksi disebabkan peran kolostrum sebagai imunisasi pasif
yang dikeluarkan segera setelah bayi lahir.
Peran kolostrum sampai hari ke-3 setelah persalinan selain
sebagai imunisasi pasif juga mempunyai fungsi sebagai pencahar
untuk mengeluarkan mekonium dari usus bayi.Oleh karenanya,bayi
sering defekasi dan feses berwarna hitam. Tetapi kondisi ini sering
disalah artikan oleh para ibu mereka mengira bayi tidak cocok
mendapat ASI. Mempertahankan factor indipifidus di dalam usus.
Protein
Protein ASI merupakan kelompok Protein whey (Protein yang
bentuknya lebih halus). Perbandingan protein unsure whey dan
kasein.
Lemak
Kadar lemak akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan
energir yang dibutuhkan bayi.
Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil
tidak sebesar dalam susu sapi, tetapi dapat di serap secara
keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan ASS yng jumlahnya
tinggi, tetapi sebagian besar harus dibuang melalui system urinaria
maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.Hal ini sangat
membebankan ginjal bayi, contohnya zat besi dalam ASS ternyata
hanya 4% sampai 10% yang terserap sedangkan zat besi ASI diserap
hingga 50%-75% oleh usus bayi.
Kadar mineral yang tidak diserap akan memperberat kerja usus
bayi untuk mengeluarkan, mengganggu keseimbangan (ekologi) dalam
usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri merugikan yang akan
mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi
kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.
Vitamin
Kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk vitamin K. Oleh karena itu, perlu tambahan vitamin K,
pada hari ke-1,-3, dan -7. Vitamin K1 dapat diberikan oral.Apa yang
diperlukan bayi akan selalu tercukupi oleh ASI dan tidak akan
kekurangan kecuali bila bayi mengalami gangguan.
ASI stadium 1
ASI stadium1adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari
ke-4. Kekebalan bayi bertambah dengan volume kolostrum yang
meningkat,akibat isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal
ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir diberikan kepada
ibunya untuk ditempelkan ke payudara, agar bayi dapat sesering
mungkin menyusu.Hal kedua tidak kalah penting adalah adanya repleks
let down pada ibu untuk merangsang pengeluaran kolostrum menjadi
lebih banyak.
ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada
hari ke-4 sampai hari-10.Komposisi protein makin rendah sedangkan
lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin
meningkat.
ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur.ASI yang disekresi dari hari
ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain
selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak, kemudian
padat, dan makanan biasa sesuai dengan umur bayi. Telur akan
lebih aman bila di beri setelah satu tahun karena sestem pencernaan
bayi telah siap mengatasi alergi yang dapat ditimbulkan oleh jenis
proteinnya.
Masa kritis pemberian ASI adalah pada bulan kedua bagi ibu yang
harus kembali berkerja.Biasanya ibu mulai melatih dengan memberi
pengenalan susu buatan. Hal ini merupakan tindakan yang keliru
karena dengan memberi pengenalan pada susu buatan berarti akan
mulai terjadi penekanan produksi ASI. Keadaan ini dapat diatasi
dengan ibu tetap harus lebih sering memberikan ASI dan mengosongkan
payudara dengan melakukan pengurutan tiap kali sehabis menyusui.
Pengosongan payudara setiap kali menyusui akan terus merangsang
hormon prolaktin yang membantu memproduksi ASI menjadi lebih banyak
dan menyimpan sisa ASI-nya dalam lemari pendingin. Dengan metode
ini, bayi tidak akan pernah kekurangan ASI walaupun ibu pergi
bekerja.
Factor yang mempengaruhi produksi ASI1. Kondisi ibu yang sehat
dan tanpa stress.2. Isapan bayi yang benar pada saat bayi menyusui
tanpa jadwal.3. Kecukupan gizi dan cairan ibu.
Secara psikologis, keadaan ini membuat proses pembentukan rahang
bayi menjadi lebih maju. Membiasakan anak dengan menyuapi,
kebiasaan ini akan membentuk pribadi anak menjadi malas dan kurang
berusaha. Pemberian susu botoljuga membuat kebiasaan menyusu bayi
berubah. Bayi akan menyusu pada botol, yaitu sering menunggu ASI
menetes . Oleh karena itu, bayi akan kecewa dan , alas menyusu pada
ibunya. Pada akhirnya mengakibatkan produksi ASI berkurang atau
berhenti. Bingung putting, karena tidak puas bayi dapat menghisap
putting dengan kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi (luka) pada
sekitar putting susu. Bila terjadi luka, Ibu akan merasa nyeri pada
waktu menyusui sehingga ibu akan takut untuk menyusui.
Kondisi ini seperti lingkaran setan yang akhirnya ASI akan
terhenti dan tentu sangat merugikan bayi. Bila bayi harus ditinggal
ibu untuk berkerja, ibu dapat memerah ASI dan ditampung di dalam
gelas. Selanjutnya, pada saat pemberian kepada bayi, gunakan sendok
secara perlahan-lahan sehingga refleks menghisap bayi tidak
terpengaruh dan tidak berubah pada saat menyusu kembali.
Kesimpulan, bila terjadi hambatan atau gangguan, bayi akan
kurang mendapatkan ASI. Penambahan pemberian susu kepada bayi,
sebaiknya menggunakan sendok agar bayi tidak bingung puting. Dengan
bayi sering menyusu secara benar, payudara sampai benar-benar
kosong berarti merangsang produksi ASI semakin optimal sesuai
dengan kebutuhan bayi sehingga bayi akan cukup dengan menyusu saja
sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan tidak memberi dot berarti ibu
memacu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
ASUHAN KEPERAWATANPOST PARTUM FISIOLOGISI.PENGKAJIAN
A.Pemeriksaan Fisik1.Monitor Keadaan Umum Ibu
-Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
-24 jam I : tiap 4 jam
-Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2.Monitor Tanda-tanda Vital
3.Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4.Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5.Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6.Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7.Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8.Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9.Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema,
discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10.Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11.Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.
B.Perubahan Psikologis1.Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor
keluarga, usia ibu, konflik peran.
2.Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan
psikosis.
3.Perubahan Psikologis
a.Perubahan peran, sebagai orang tua.
b.Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan
bayi.
c.Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya
pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan
pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
4.Faktor-faktor Risiko
a.Duerdistensi uterus
b.Persalinan yang lama
c.Episiotomi/laserasi
d.Ruptur membran prematur
e.Kala II persalinan
f.Plasenta tertahan
g.Breast feeding
KONSEP KEPERAWATANDiagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi dan
Rasional1.Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir,
after pain, ketidanyamanan payudara.Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a.Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang
tepat.
b.Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema,
ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal
dan atau terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.
c.Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas
perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress
dan tekanan langsung pada perineum.
d.Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan
frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan
regular, dan ini berlanjut selama 23 hari selanjutnya, meskipun
frekuensi dan intensitas-nya berkurang.
e.Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah
abdomen dan melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan
kembali memfokuskan perhatian.
f.Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran
dan atau putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak
penuh, dan puting harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan,
pembesaran payudara, nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah
pada putting dapat terjadi hari ke-2 sampai ke-3 postpartum.
g.Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi
lebih nyaman.
h.Berikan analgetik 30 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila
afterpaint paling hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien
bebas dari ketidaknyamanan ia dapat memfokuskan pada perawatannya
sendiri dan bayinya dan pada pelaksanaan tugas tugas mengenai
ibu.
2.Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang,
tingkat pengetahuan pengalaman.
Tujuan :
Menyusui menjadi efektif
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui
sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan
mengembangkan rencana perawatan.
b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi
dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan
diet khusus, dan factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu
keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting
pecah dan luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu
menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa
memperhatikan lamanya menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap
habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi
terjadinya luka atau pecah putting, yang dapat merusak proses
menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama
2030 menit, instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau
penggunaan bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut
bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan
putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan
putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan
menggunakan teknik hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi,
teknik hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse
putting.
3.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan dan atau kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive
dan atau peningkatan pemajanan lingkungan.
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama menandakan
infeksi.
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan
involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2
cm/hari. Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini,
atau terjadinya nyeri tekan eksterm, menandakan kemungkinan
tertahannya jaringan plasenta atau imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada
kehilangan normal dan rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada
endometritis, rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal
untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai
alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti
pembalut perineal sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke
belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis
kearah anal) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan
atau uretra.
e. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
4.Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal
(perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma
mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesia.
Tujuan :
Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a.Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang,
melalui haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk
dioforesis.
b.Anjurkan berkemih dalam 5 8 jam post partum, alirkan air
hangat diatas perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus
dan meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam
waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih.
c.Anjurkan minum 6 sampai 8 gelascairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan
yang hilang waktu melahirkan.
d.Pasang kateter urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan
involusi uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi
belebihan.
5.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebihan (diaforesia, hemoragi, peningkatan haluaran urin,
muntah.)
Tujuan :
Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a.Kaji tanda-tanda vital
R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada
kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat
vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan
kehilangan cairan berlebihan.
b.Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai
toleransi
R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian
cairan melalui peningkatan rasa haus.
c.Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan
infuse i.v atau sampai pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan.
d.Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui
R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat
e.Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit
R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan
kehilangan korona dan kelahiran dan diaforesis
6.Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek
progesterone, dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare
prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal.
Tujuan :
Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a.Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan
pengosongan normal atau diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat
menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan
selama pengosongan.
b.Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan
kasar, peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan
normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan
biji dan kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan
merangsang eliminasi.
c.Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi, sesuai
toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d.Kaji episiotomi; perhatikan adanya laserasi dan derajat
keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat
ketiga dan keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah
klien dan merelaksasi perineum selama pengosongan karena takut
untuk terjadi oedema selanjutnya.
e.Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan
mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
7.Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan kurang dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
stressor.
Tujuan :
Koping orang tua terhadap perubahan peran efektif
Intervensi :
a.Kajikekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan
sumber pendukung dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan
sumber-sumber pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan
untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
b.Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran
menjadi orang tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk
menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang
kuat.
c.Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan
hubungan mereka satu sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan
ketrampilan mendengan dan interpersonal yang baik membantu
mengembangkan pertumbuhan.
d.Berikan rawat bersama/ruang fisik dan privasi untuk kontak
diantara ibu, ayah dan bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses
pengenalan.
e.Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong
bayi dan konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
Menentukan realitas keadaan bayi
8.Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif
berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak
dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua, kecemasan personal,
ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Tujuan :
Koping individual tak efektif tak terjadi
Intervensi :
a. Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post
partum) pada harike-2 sampai ke-3 mis; ansietas, menangis,
kesedihan, konsentrasi yang buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa serelah melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-faktor
genetic, sosial atau lingkungan atau respons endokrin
fisiologis
b. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk
membantu klien mempelajari peran baru dan strategis untuk koping
terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi
harus dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan
kebutuhan bayi selama 24 jam mungkin sulit dan strategi koping
harus dikembangkan
c. Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau
keragu-raguan tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila
keluarga beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orang
tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang
tepat.
9.Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan
psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melahirkan.
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a.Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat
lama persalinan dan jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila
ini terjadi malam meningkatkan tingkat kelelahan
b.Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat,
minimalkan gangguan dan beri istirahat serta periode tidur yang
eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan
menurunkan rangsang
c.Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas
pada suplai ASI.
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI
dan penurunan refleks secara psikologis
d.Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat
setelah kembali ke rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi
lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan
tubuh serta mengatasi kelelahan yang berlebihan
e.Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur
sesuai kebutuhan
10.Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak
mengenal sumber-sumber (informasi).
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a.Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama
persalinan dan tingkat kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang
kinerja persalinan dan semakin lama hal tersebut membuat lien
memikul tanggung jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi
baru serta peran-peran baru.
b.Berikan informasi tentang peran program latihan post partum
progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan
sejahtera secara umum
c.Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan
perineal dan hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan
penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positifdari perubahan
fisik dan emosional
d.Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk
keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan
metoda kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e.Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan
kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat
ini dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi
perubahan ini dapat menurunkan stress.