TEORI PENGETAHUAN DAN NILAIMAKALAHDiajukan untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Filsafat PendidikanDrs. H Edi Rohendi M.Pd
Disusun oleh :Anggi Pratiwi(1302109)Luciana Tirta
Sari(1300833)Nirmala Wahyuliani (1304042)Utami
Meilandari(1300933)Kelas 2F
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARKAMPUS
CIBIRUUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABandung2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Teori Pengetahuan dan
NilaiPenulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
makna pengetahuan dan makna nilai beserta pemerolehan pengetahuan
dan pembentukan nilai.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, dalam penulisan Oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, penulis
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Bandung, Maret 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN1A. Latar
Belakang1B. Rumusan Masalah 2C. Tujuan Penulisan2D. Sistematika
Penulisan 2E. Tinjauan Teoritis 3BAB IIPEMBAHASAN4A. Pengetahuan
dan Nilai4B. Pemerolehan Pengetahuan dan Pembentukan Nilai10BAB
IIIPENUTUP143.1 Simpulan143.2 Saran14DAFTAR PUSTAKA 15
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPengetahuan dan nilai sesungguhnya dapat
dikatakan sebagai content based atau muatan dasar dari pendidikan.
Sebab tak ada pendidikan tanpa didalmnya mengandung kedua hal
tersebut. Dunia pengetahuan dan nilai jelas merupakan unsure yang
tak terpisahkan dari makna pendidikan. Pendidikan sebagai alat dan
upaya untuk mengubah atau membantu mendorong terjadinya perubahan
perilaku manusia didalam konteks kehidupan diri, masyarakat,dan
lingkungannya, hanya mungkin dilakukan pada sasaran antara yang
dicapai oleh setiap individu manusia berupa pembentukan pengetahuan
dan kemampuan menggunakan pengetahuan yang diperoleh tersebut.
Bahwa pengetahuan dasar yang diperoleh oleh setiap individu manusia
sejak awal telah bermakna sebagai pendidikan dan telah memuat
nilai-nilai langsung tanpa proses penyadaran sebagai pengetahuan.
Karena itu, pengetahuan dan nilai-nilai praktis dalam kehidupan
setiap diri manusia telah implicit menjadi makna pendidikan itu
sendiri.Ilmu yang menggambarkan aktifitas masyarakat ilmiah dengan
aktifitasnya seperti ekspedisi, penelitian dan sebagainya sebagai
aplikasi dalam mencari dan menemukan suatu hasil yang secara
pragmatis hendak di capai.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang
kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan
menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwan. Seorang ilmuwan
akan dihadapkan pada kepentingan pribadi ataukah kepentingan
masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah
bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah
dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis
dan tanggung jawab moral. Hal inilah yang menjadi dasar pengenalan
teori nilai.Teori nilai menyangkut sikap manusia untuk menyatakan
baik atau jelek, benar atau salah, diterima atau ditolak. Dengan
demikian manusia memberikan konfirmasi mengenai sejauh mana manfaat
dari obyek yang dinilainya. Demikian juga terhadap ilmu.Adapun
teori nilai dari sisi estetika, titik tekannya adalah pada
penilaian subjek terhadap objek, atau berusaha memilah dan
membedakan suatu sikap atau perbuatan objek. Penilaian ini, kadang
objektif dan kadang subjektif tergantung hasil pandangan yang
muncul dari pikiran dan perasaan manusia. Penilaian menjadi
subjektif apabila nilai sangat berperan dalam segala hal. Mulai
dari kesadaran manusia yang melakukan penilaian sampai pada
eksistensinya dalam lingkungan. Untuk itu, makna dan validitasnya
tergantung pada reaksi subjek pada objek yang dinilai tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik. Artinya,
penilaian subjektif akan selalu memperhatikan akal budi manusia,
seperti perasaan dan intelektualitas. Makanya, hasil dari penilaian
ini selalu mengarah pada suka atau tidak sukanya subjek, atau
senang dan tidak senang. Seperti, keindahan sebuah karya seni tidak
dikurangi dengan selera (perasaan) rendah orang yang menilai.
B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud pengetahuan dan
nilai?2. Bagaimana pengetahuan dan nilai diperoleh atau
dibentuk?
C. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui arti pengetahuan dan
nilai2. Untuk mengetahui pemerolehan atau pembentukan pengetahuan
dan nilai
D. Sistematika PenulisanSistematika penulisan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :BAB I :Pendahuluan yang menguraikan latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, sistematika penulisan
dan tinjauan teoritis.BAB II :Pembahasan yang menguraikan tentang
makna pengetahuan dan makna nilai serta Pemerolehan Pengetahuan dan
Pembentukan NilaiBAB III :Penutup yang menguraikan kesimpulan dan
saran.
E. Tinjauan TeoritisMenurut pendapat Gordon (1994 : 57)
pengertian pengetahuan adalah struktur organisasi pengetahuan yang
biasanya merupakan suatu fakta prosedur dimana jika dilakukan akan
memenuhi kinerja yang mungkin.Martin dan Oxman, 1988: Pengetahuan
merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan
obyek dengan tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang
dilakukan terhadap suatu obyek.Onny S. Prijono Pengetahuan adalah
nilai yang membiasakan orang yang mengembannya untuk selalu tahu
(sadar) tentang apa yang dia lakukan dan mandiri dalam
penelitianMenurut Jujun S. Suriasumantri, istilah aksiologi
diartikan sebagai teori nilai, berkaitan dengan kegunaan
pengetahuan yang diperoleh. Secara teori, aksiologi dibagi kepada
tiga bagian, yaitu: (1) Moral Conduct (tindakan moral), (2)
Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan), dan (3) Sosio Political
Live (Kehidupan Sosial Politik).
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengetahuan dan Nilai1. Makna PengetahuanDidalam struktur
kognitif sebagai salah satu aspek potensial diri manusia dalam
melihat dan mengerti atau memahami hingga menyadari apa yang ada
disekitar hidup diri dan lingkungannya, pengetahuan disebut paling
awal, yakni apa yang ditulis sebagai knowledge. Pengetahuan paling
sederhana adalah pengetahuan biasa yang bisa diperoleh dan dicapai
oleh kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
biasa tidak disebut sebagai ilmu karena tidak merupakan hasil
konseptualisasi daya abstraksi yang tinggi sebagaimana diperlukan
dalam membentuk pengetahuan ilmiah. Tetapi keduanya terentang pada
benang merah yang sama sebagai sama-sama pengetahuan karena
merefleksikan adanya kesatuan hubungan antara subjek dan objek.
Menurut Langeveld pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui
dan objek yang diketahui, di tempat lain dia mengemukakan bahwa
pengetahuan merupakan kesatuan subjek yang mengetahui dengan objek
yang diketahui, suatu kesatuan dalam mana objek itu dipandang oleh
subjek sebagai dikenalinya. Dengan demikian pengetahuan selalu
berkaitan dengan objek yang diketahui, sedangkan Feibleman
menyebutnya hubungan subjek dan objek.Subjek adalah individu yang
punya kemampuan mengetahui (berakal) dan objek adalah benda-benda
atau hal-hal yang ingin diketahui. Individu (manusia) merupakan
suatu realitas dan benda-benda merupakan realitas yang lain,
hubungan keduanya merupakan proses untuk mengetahui dan bila
bersatu jadilah pengetahuan bagi manusia. Di sini terlihat bahwa
subjek mesti berpartisipasi aktif dalam proses penyatuan sedang
objek pun harus berpartisipasi dalam keadaannya, subjek merupakan
suatu realitas demikian juga objek, ke dua realitas ini berproses
dalam suatu interaksi partisipatif, tanpa semua ini mustahil
pengetahuan terjadi, hal ini sejalan dengan pendapat Max Scheler
yang menyatakan bahwa pengetahuan sebagai partisipasi oleh suatu
realita dalam suatu realita yang lain, tetapi tanpa
modifikasi-modifikasi dalam kualitas yang lain itu. Sebaliknya
subjek yang mengetahui itu dipengaruhi oleh objek yang
diketahuinya.Kemudian Scheler membagi jenis pengetahuan dalam tiga
kategorisasi, yakni:a. Herrschafts und Leistungswissen (pengetahuan
tentang penguasaan dan prestasi). Pengetahuan ini memberi
kemungkinan kepada subjek untuk menguasai lingkungannya terutama
lingkungan alamiahb. Bildungswissen (pengetahuan kultural) yang
membuka kemungkinan untuk mengadakan perubahan-perubahan kolektif
dan individualc. Erlosungwissen (pengetahuan yang membebaskan dari
cengkraman dunia lahir). Pengetahuan ini membimbing kea rah hikmah
dan kebahagiaan sejati, ialah pengetahuan teologis
(keagamaan)Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang
diketahui tentang objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu (Jujun
S Suriasumantri,), Pengetahuan tentang objek selalu melibatkan dua
unsur yakni unsur representasi tetap dan tak terlukiskan serta
unsur penapsiran konsep yang menunjukan respon pemikiran. Unsur
konsep disebut unsur formal sedang unsur tetap adalah unsur
material atau isi (Maurice Mandelbaum). Interaksi antara objek
dengan subjek yang menafsirkan, menjadikan pemahaman subjek
(manusia) atas objek menjadi jelas, terarah dan sistimatis sehingga
dapat membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
Pengetahuan tumbuh sejalan dengan bertambahnya pengalaman, untuk
itu diperlukan informasi yang bermakna guna menggali pemikiran
untuk menghadapi realitas dunia dimana seorang itu hidup (Harold H
Titus).Menurut tingkatannya, pengetahuan dapat diurutkan menjadi
empat macam, yakni:a. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan tentang
hal-hal yang biasa, yang sehari-hari, yang selanjutnya dapat
disebut sebagai Pengetahuanb. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan
yang mempunyai sistematik dan metode tertentu, yang kemudian
disebut sebagai ilmu pengetahuanc. Pengetahuan filosofis, adalah
semacam ilmu yang istimewa, yang mencoba menjawab maslah-masalah
yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa, yang selanjutnya disebut
filsfat.d. Pengetahuan teologis, yaitu pengetahuan tentang Tuhan
atau pengetahuan keagamaan sebagai sumber penerangan yang dapat
diperoleh oleh manusia dari Yang Maha Kuasa Tuhan sekaligus Dzat
Pencipta Alam Semesta.2. Makna NilaiDidalam kehidupan sehai-hari
kita telah dapat menerapkan pemahaman tentang nilai sebagai cara
untuk membedakan sesuatu dari lainnya. Nilai dalam makna filsafat
atau sebagai objek kajian dasar dan tujuan ilmu pengetahuan seperti
telah dipikrkan para ahli mulai dari masa klasik hingga era
bangkitnya peradaban modern merentangkan dimensi dan cakupan yang
tidak sederhana.Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu
bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.Makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan,
undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan lainnya
yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai
bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan,
terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses
psikologis, dan berkembang kearah yang lebih kompleks. Kattsoff
dalam Soejono Soemargono (2004: 323) mengatakan bahwa hakekat nilai
dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai sepenuhnya
berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi
nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan kenyataan-kenyataan
ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan
waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat
diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsure-unsur
objektif yang menyusun kenyataan.Mengenai makna nilai Kattsoff
mengatakan, bahwa nilai mempunyai beberapa macam makna. Sejalan
dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam.Rumusan yang bisa
penulis kemukakan tentang makna nilai itu adalah bahwa sesuatu itu
harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai (baik, benar,
atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan,
mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap
menyetujui atau mempunyai sifat nilai tertentu, dan memberi nilai,
artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai
hal yang menggambarkan nilai tertentu.a) Pengertian Nilaia. Lorens
Bagus (2002) dalam bukunya Kamus Filsafat menjelaskan tentang nilai
yaitu sebagai berikut: a) Nilai dalam bahasa Inggris value, bahasa
Latin valere (berguna,mampu akan, berdaya, berlaku, kuat). b) Nilai
ditinjau dari segi Harkat adalah kualitas suatu hal yang menjadikan
hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, atau dapat menjadi
objek kepentingan. c) Nilai ditinjau dari segi Keistimewaan adalah
apa yang dihargai, dinilai tinggi atau dihargai sebagai sesuatu
kebaikan. Lawan dari suatu nilai positif adalah tidak bernilai atau
nilai negative. Baik akan menjadi suatu nilai dan lawannya (jelek,
buruk) akan menjadi suatu nilai negative atau tidak bernilai. d)
Nilai ditinjau dari seudut Ilmu Ekonomi yang bergelut dengan
kegunaan dan nilai tukar benda-bendsa material, pertama kali
mengunakan secara umum kata nilai. b. Nilai adalah the addressee of
a yes sesuatu atau alamat yang ditujukan dengan kata ya .Hans Jonas
(Bertens, 2004). Dengan kata lain nilai adalah sesuatu yang kita
iakan atau sesuatu yang kita setujui, sedangkan sesuatu yang tidak
kita setujui seperti sakit, penderitaan atau kecelakaan adalah non
nilai atau disvalue. Sesuatu yang kita iakan selalu bersifat
positif atau kita sebut nilai positif dan yang tidak kita setujui
dikenal dengan istilah nilai negative. c. Mulyana ( 2004)
mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan oleh Mulyana yang
secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai, tidak hanya
sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata ya. d. Beberapa
pengertian yang lainnya tentang nilai dari para ahli dikemukakan
oleh Rohmat dalam bukunya (Mulyana, 2004:9) sebagai berikut : 1)
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya, Gordon Allfort (1964). Definisi ini dilandasi oleh
pendekatan psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti
keputusan benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil
proses psikologis. Termasuk kedalam wilayah ini seperti hasrat,
sikap, keinginan, kebutuhan dan motif. 2) Nilai adalah patokan
normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya
diantara cara-cara tindakan alternative (Kuperman, 1983). Penekanan
utama definisi ini pada faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku
manusia. Pendekatan yang melandasi definisi ini adalah pendekatan
sosiolgis. Penegakan norma sebagai tekanan utama dan terpenting
dalam kehidupan sosial akan membuat seseorang menjadi tenang dan
membebaskan dirinya dari tuduhan yang tidak baik. 3) Nilai adalah
konsepsi ( tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan
individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang
mempengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antara dan
tujuan akhir (Kluckhohn, Brameld, 1957). Definisi yang dikemukakan
oleh Klukhon ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai
budaya, seperti yang diungkap oleh Brameld dalam bukunya tentang
landasan-landasan budaya pendidikan., dia mengungkapkan ada enam
implikasi terpenting yaitu sebagai berikut: a) Nilai merupakan
konstruk yang melibatkan proses kognitif (logic dan rasional) dan
proses ketertarikan dan penolakan menurut kata hati.; b) Nilai
selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak bermakna
apabila diverbalisasai; c) Apabila hal itu berkenaan dengan budaya,
nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau
kelompok; d) Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak,
maka perlu diyakini bahwa pada dasarnya disamakan (equated) dari
pada diinginkan, ia didefinisikan berdasarkan keperluan system
kepribadian dan sosio budaya untuk mencapai keteraturan atau
mengahargai orang lain dalam kehidupan social; e) Pilihan di antara
nilai-nilai alternative dibuat dalam konteks ketersediaan tujuan
antara (means) dan tujuan akhir (ends), dan; f) nilai itu ada, ia
merupakan fakta alam, manusia, budaya dan pada saat yang sama ia
adalah norma-norma yang telah disadari. Barmeld melihat pandangan
Klukhon itu mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang
diinginkan baik itu materi, benda atau gagasan mengandung nilai,
karena dipersepsi sebagai sesuatu yang baik, seperti makanan, uang,
rumah, kebenaran, kejujuran dan keadilan. Kattsoff dalam Soejono
Soemargono (2004:318) mengatakan bahwa nilai itu sangat erat
kaitannya dengan kebaikan atau dengan kata baik, walaupun fakta
baiknya, bisa berbeda-beda satu sama yang lainnya.b) Bentuk dan
Sifat NilaiKohlberg didalam Djahiri (1996:26) membagi dua bentuk
nilai, yakni Nilai Objektif (universal) dan Nilai Subjektif
(khusus). Nilai Objektif adalah nilai intrinsic yang merupakan
nilai dasar yang hakiki dan abadi oleh karena itu ditegaskan oleh
Kosasih Djahiri sebagai nilai yang bersifat universal. Adapun Nilai
Subjektif, menurut Kosasih ialah nilai khusus yang merupakan nilai
yang sudah memiliki corak atau warna bergantung pada situasi atau
tempat yang mempengaruhinya. Notonegoro dalam Kaelan (2000)
menyebutkan konsep nilai yang mencakup bentuk dan sifat. Konsep
nilai itu adalah sebagai berikut :a. Nilai material, yaitu segala
sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan
ragawi manusia.b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.c.
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian meliputi:1) Nilai kebenaran yang
bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.2) Nilai keindahan
atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion)
manusia.3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada
unsur kehendak (karsa,Will) manusia. Nilai religius yang merupakan
nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia.Sifat-sifat nilai menurut
Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut:a. Nilai itu suatu
realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra
kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.b. Nilai
memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan,
cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal
(das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang
berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai
keadilan.c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan
manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan
didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan.
Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa
mencapai derajat ketakwaan.
B. Pemerolehan Pengetahuan dan Pembentukan NilaiPengetahuan dan
Nilai adalah dua konsep abstrak yang dapat dibangun dalam konstruk
pemahaman. Perbedaannya, pengetahuan merupakan dunia objektif yang
harus dicari dalam arti diselidiki hingga dipahami dan dalam
tingkatannya yang tinggi dengan menggunakan metode keilmuan
berkembang pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan) sedangkan Nilai
merupakan dunia subjektif, ia ada sebagai keputusan individu atas
sikap yang harus dipilihnya. Setiap keputusan nilai yang bersifat
subjektif tersebut tidak terlepas dengan adanya pengetahuan
objektif yang mempengaruhi diri individu, terutama lingkungan
kultur kondisinya. Proses pembentukan pengetahuan dapat terjadi
hanya dengan melibatkan minat atau perhatian dan kepentingan subjek
yang dihadapinya. Pengetahuan terbentuk dimulai dengan perhatian
sebagai fasilitas awal berupa kontak dasar, terjadinya kontak dasar
akan menguat dan berlangsung lebih constant jika ditunjang adanya
minat atau ketertarikan (couriusity). Kemudian timbul rasa heran
atau kepenasaran hingga timbul rasa keingin tahuan. Rasa
keingintahuan itulah merupakan perangkat kognitif bekerja mencari,
menghimpun temuan, menghubung-hubungkan fakta menjadi satu
pengertian hingga menjadi sebuah konsep sebagai apa yang disebut
pengetahuan.Dalam aktivitas pendidikan sebagai proses, pengetahuan
berperan menjadi piranti yang menghubungkan dunia subjek (diri)
dengan objek yang ada dihadapan atau menjadi minatnya. Pengetahuan
tidak terbentuk tanpa tumbuh sedikit minat pada diri subjek, bahkan
sedikit minat saja tidak cukup mengantarkan seseorang memperoleh
pengetahuan yang diperlukannya dalam menghadapi lapangan hidupnya.
Nilai atau value menjadi salah satu bagian penting yang harus turut
dalam pemerolehan pengalaman hasil belajar anak disamping
pengetahuan dan keterampilan seturut usia perkembangannya.
Pendidikan nilai, baik sebagai satuan pembelajaran maupun sebagai
penggerak tujuan dari wahana pendidikan mempunyai peran strategis
dalam upaya membelajarkan generasi muda menuju cita-cita
bangsa.Proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokkan dalam
5 tahap:a. Tahap receiving (menyimak), pada tahap ini seseorang
secara aktif dansensitif menerima stimulus dan menghadapi
fenomena-fenomena, sediamenerima secara aktif dan selektif dalam
memilih fenomena. Pada tahap ini nilai belum terbentuk melainkan
baru menerima adanya nilai- nilai ituuntuk dipilih mana yang paling
menarik bagi dirinya.b. Tahap responding (menanggapi), dimana
seseorang mulai bersediamenerima dan menanggapi secara aktif
stimulus dalam bentuk responyang nyata. Dalam tahap ini ada tiga
tingkatan yakni tahap compliance(manut), willingness to respond
(sedia menghadapi) dan satisfacationinresponse (puas dalam
menanggapi). Tahap ini seseorang sudah mulai aktifmenanggapi
nilai-nilai yang berkembang diluar dan meresponnya.c. Tahap valuing
(memberi nilai), kalau dalam tahap pertama dan kedua lebih banyak
masih bersifat aktifitas fisik biologis dalam menerima
danmenanggapi nilai, maka pada tahap ini seseorang sudah
mampumenangkap stimulus itu atas dasar nilai- nilai yang terkandung
didalamnya,ia mulai mampu menyusun persepsi tentang obyek. Dalam
hal ini terdiri dari tiga tahap, yakni percaya pada nilai yng ia
terima, merasa terikatdengan nilai yang dipercayai (dipilihnya)
itu, dan memililki keterikatanbatin (commitment) untuk
memperjuangkan nilai- nilai yang diterima dandiyakini itu.d. Tahap
mengorganisasikan nilai (organization), yakni satu tahap yang
lebihkompleks dari tahap ketiga diatas. Seseorang mulai mengatur
sistem nilaiyang ia terima dari luar untuk diorganisasikan dalam
dirinya sehinggasitem nilai itu menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam dirinyasendiri. Pada tahap ini ada dua tah
organisasi nilai dalam dirinya, yaknimengkonsepsikan nilai dalam
dirinya dan mengorganisasikan sistem nilaidalam dirinya yakni cara
hidup dan tata perilakunya sudah didasarkan atasnilai- nilai yang
diyakininya.e. Tahap karakterisasi nilai, pada tahap ini seseorang
telah mampu mengorganisir sistem nilai yang diyakini dalam hidupnya
secara mapan,ajeg dan konsisten sehingga tidak dapat dipisahkan
lagi denganpribadinya. Pada tahap ini bila dipisahkan terdiri dari
dua tahap yang lebih kecil yakni tahap menerapkan sistem nilai dan
tahap karakterisasi yakni tahap mempribadikan sistem nilai
tesebut.Dengan demikian, pengembangan pengetahuan menjadi sasaran
antara dan strategis setiap upaya pendidikan. Sebab senantiasa yang
ingin dicapai oleh pendidikan dalam setiap masa dan oleh setiap
bangsa, bukan lain dari pada terciptanya generasi baru pewaris
peradaban luhur, kuat dalam arti mampu mempertahankan hidup diri
dan kelompok sosialnya (survival) dan berjaya menggapai kemenangan
dan kemuliaan sebagai umat manusia.
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanPengetahuan dan Nilai adalah dua konsep abstrak
yang dapat dibangun dalam konstruk pemahaman. Perbedaannya,
pengetahuan merupakan dunia objektif yang harus dicari dalam arti
diselidiki hingga dipahami dan dalam tingkatannya yang tinggi
dengan menggunakan metode keilmuan berkembang pengetahuan ilmiah
(ilmu pengetahuan) sedangkan Nilai merupakan dunia subjektif, ia
ada sebagai keputusan individu atas sikap yang harus dipilihnya.
Setiap keputusan nilai yang bersifat subjektif tersebut tidak
terlepas dengan adanya pengetahuan objektif yang mempengaruhi diri
individu, terutama lingkungan kultur kondisinya. Proses pembentukan
pengetahuan dapat terjadi hanya dengan melibatkan minat atau
perhatian dan kepentingan subjek yang dihadapinya. Sedangkan,
Proses pembentukan nilai pada anak dapat dikelompokkan dalam 5
tahap:Tahap receiving (menyimak), Tahap responding (menanggapi),
Tahap valuing (memberi nilai), Tahap mengorganisasikan nilai
(organization), dan Tahap karakterisasi nilai.
B. SaranDalam menggunakan ilmu pengetahuan, seharusnya melihat
berbagai aspek. Baik dari segi norma, sosial, dan kegunaan dari
ilmu sendiri. Karena hasil dari ilmu, pasti akan berdampak besar
dengan yang lainnya. Seperti kemajuan ilmu pengetahuan suatu negara
akan mendorong perekonomian negara tersebut. Sehingga ilmu itu
harus terikat nilai. Karena perlu di perhatikan faktor sebab dan
akibat dalam penggunaan ilmu pengetahuan. Dan juga subyek dan obyek
ilmu sendiri adalah manusia, sehingga karena manusia memiliki
tatanan nilai lainnya, tentunya akan mempengaruhi dalam penggunaan
ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Mukhammad.(2011). Proses Pembentukan Nilai, [online]. Tersedia:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191960-proses-pembentukan-nilai/#ixzz2uXKXO3Bw
Referensi Makalah.(2014). Teori Nilai dalam Filsafat, [online].
Tersedia:
http://www.referensimakalah.com/2012/07/teori-nilai-dalam-filsafat.html
Dudung Rahmat Hidayat.(2006). Hakikat dan Makna Nilai,[online].
Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195204141980021-DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_DAN_MAKNA_NILAI.pdf