tentang perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT
PERENCANAAN DAN PENGADAAN
PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
Disusun oleh:
Kelompok 1
Fikry Awaluddin 1406664612
Abni Rahmi Nopitasari 1406664114
Citra Rezza Aurora P.P. 1406664266
Maipa Deapati 1406664556
Ika Luluk Tri Wandari 1406664455
Neneng Nurhalimah 1406664644
Shinta Puspitasari 1406664732
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1
yang transparan dan akuntabel, maka penerimaan Hibah tersebut perlu ditatausahakan
dengan baik, diadministrasikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
dilakukan publikasi informasi, dilakukan monitoring, evaluasi, dan pengawasan secara
terus-menerus. Publikasi informasi mengenai Hibah paling sedikit meliputi (pp No10
tahun 2011) :
kebijakan tentang Hibah;
jumlah, posisi, dan komposisi jenis mata uang Hibah;
sumber dan penerima Hibah; dan
jenis Hibah.
Permasalahan (Kepmenkes RI No 059/MENKES/SK/I/2011):
1. Obat dan perbekalan kesehatan sering tidak sesuai dengan situasi darurat yang terjadi,
baik dari aspek pola penyakit, maupun tingkat pelayanan kesehatan yang tersedia.
Obat dan perbekalan kesehatan tersebut sering tidak dikenal oleh tenaga kesehatan
setempat maupun pasien, bahkan kadang-kadang tidak memenuhi standar pengobatan
yang berlaku.
2. Obat dan perbekalan kesehatan sering tiba tanpa terlebih dahulu dipilih dan diberi
label dalam bahasa lokal/inggris, bahkan tanpa ada nama generiknya.
3. Kualitas obat dan perbekalan kesehatan kadangkala tidak sesuai dengan standar yang
berlaku di Negara penerima.
22
4. Pihak pemberi hibah kadang tidak menghiraukan prosedur administrasi Negara
penerima.
5. Pihak pemberi hibah sering menyebutkan nilai obat lebih tinggi dari yang semestinya
6. Jumlah obat dan perbekalan kesehatan tidak sesuai kebutuhan, akibatnya beberapa
obat berlebih harus dimusnahkan. Hal tersebut akan menimbulkan maslah pada
Negara penerima.
Prinsip utama dalam proses pemberian hibah obat dan perbekalan kesehatan menurut
WHO yaitu :
1. Obat dan perbekalan kesehatan harus memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi Negara penerima. Secara implicit harus berdasarkan kebutuhan dan oleh
karenanya obat dan perbekalan kesehatan yang tidak diinginkan perlu ditolak.
2. obat dan perbekalan kesehatan harus mengacu kepada keperluan dan sesuai dengan
otoritas penerima, dan harus mendukung kebijaksanaan pemerintah dibidang
kesehatan dan sesuai dengan persyaratan administrasi yang berlaku.
3. Tidak boleh terjadi standar ganda penetapan kualitas jika kualitas salah satu item obat
dan perbekalan kesehatan tidak diterima oleh Negara donor, sebaiknya hal ini juga
diberlakukan di Negara penerima.
4. Harus adanya komunikasi yang efektif antara Negara donor dan penerima, hibah
harus berdasarkan permohonan dan sebaiknya tidak dikirimkan tanpa adanya
pemberitahuan.
Persyaratan teknis hibah obat dan perbekalan kesehatan (Kepmenkes RI No
059/MENKES/SK/I/2011) adalah sebagai berikut.
1. Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan
Masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya adalah minimal dua tahun
pada saat diterima oleh penerima hibah. Hal ini dimaksudkan agar obat dan
perbekalan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan program
maupun situasi darurat. Oleh karenanya sebaiknya pihak pemberi hibah sudah
mengkonfirmasi masa kadaluarsa obat dan perbekalan kesehatan yang akan dikirim.
2. Obat dan perbekalan kesehatan yang akan diterima harus berasal dari sumber resmi.
Obat dan perbekalan kesehatan yang diberikan sebaiknya merupakan obat dan
perbekalan kesehatan yang telah terdaftar atau mempunyai izin edar di negeri
23
pemberi atau mendapat pengakuan dari WHO, atau lembaga independen lainnya. Hal
ini diperlukan untuk menjamin keamanan dari obat dan perbekalan kesehatan yang
akan diterima oleh programmer kesehatan. Selain itu pihak pemberi hibah juga harus
menyertakan sertifikat GMP (Good Manufacturing Practice) dan sertifikat analisa
dari produsen obat dan perbekalan ksesehatan yang akan dihibahkan.
3. Obat yang diterima harus sesuai dengan Daftar Obata Esensial Nasional (DOEN)
Diperlukan agar tidak mengganggu program penggunaan obat esensial di fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Kekuatan/ potensi/dosis dari obat sebaiknya sama dengan obat yang biasa digunakan
oleh petugas kesehatan.
Diperlukan agar petugas kesehatan tidak bingung dengan kekuatan sediaan dari obat
hibah.
5. Semua obat dan perbekalan kesehatan hibah sebaiknya mempunyai label dalam
Bahasa Indonesia / Bahasa Inggris agar mudah dimengerti.
6. Obat dan perbekalan kesehatan sebaiknya memenuhi aturan Internasional Pengiriman
barang
Setiap obat dan perbekalan kesehatan yang dikirim hendaknya disertai dengan detil
isi karton yang menyebutkan secara spesifik bentuk sediaan, jumlah, nomor batch,
tanggal kadaluarsa, volume, berat dan kondisi penyimpanan yang khusus. Berat
karton sebaiknya tidak lebih dari 50 kg. hal ini diperlukan untuk memdahkan dalam
penyimpanan dan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke fasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan.
7. Pengeluaran dari pelabuhan
Obat dan perbekalan kesehatan hibah bisa mendapat fasilitas pembebasan tariff pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Biaya pengiriman dari Negara pemberi hibah, transport lokal,
pergudanga/penyimpanan yang baik, serta urusan bea cukai sebaiknya dibayar oleh
pihak/Negara pemberi hibah
Hal tersebut sebaiknya diinformasikan dari awal untuk menghindari terjadinya
masalah yang tidak diinginkan.
9. Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan hibah
24
Pemusnahan dilakuakn sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menerima pinjaman dan hibah adalah (PP Nomor
10 Tahun 2011) :
• transparan
• akuntable
• efisien dan efektif
• kehati –hatian
• Tidak disertai ikatan politik
• Tidak mengganggu keamanan & stabilitas negara
2.3.1.5 Menukar
Menukar merupakan cara pemenuhan kebutuhan dengan jalan menukarkan barang
yang dimiliki dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain yang dibutuhkan oleh
organisasi/perusahaan. Pemilihan metode/ cara ini harus mempertimbangkan faktor
saling menguntungkan di antara kedua belah pihak dan barang yang dipertukarkan harus
merupakan barang yang sifatnya kelebihan/ berlebihan yang dipandang tidak memiliki
daya guna untuk perusahaan. Cara ini cukup efektif dalam rangka untuk meningkatkan
efektifitas barang-barang yang dimiliki oleh organisasi/ perusahaan. Barang-barang yang
berlebih menjadi tidak mubazir karena tidak terpakai tetapi dapat ditukar dengan barang
lain yang lebih berguna.
2.3.1.6 Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki
barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
harga dan syarat yang diatur dalam perjanjian. Pengadaan dengan cara konsinyasi dalam
pengertian sehari-hari dikenal dengan pengadaan dengan system penitipan. Pihak yang
menyerahkan barang (pemilik) disebut Konsinyor/consignor/ pengamanat. Pihak yang
menerima barang Konsinyasi disebut Konsinyi/ Consigner/ Komisioner. Bagi konsinyor
barang yang dititipkan kepada konsinyi untuk dijualkan disebut barang konsinyasi
25
(konsinyasi keluar/consigment out). Konsinyasi biasanya dilakukan untuk produk baru
yang belum atau jarang dijual di rumah sakit. Dalam konsinyasi, PBF menitipkan barang
di rumah sakit, kemudian pembayaran baru dilakukan apabila barang titipan tersebut
telah terjual. Selama barang konsinyasi belum terjual, hak milik tetap di tangan pemilik.
Terdapat 4 hal yang merupakan ciri dari pengadaan konsinyasi yaitu :
1) Barang Konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh konsinyor, karena hak
untuk barang masih berada pada konsinyor.
2) Pengiriman barang konsinyasi tidak menimbulkan pendapatan bagi konsinyor dan
sebaliknya.
3) Pihak konsinyor bertanggung jawab terhadap semua biaya yang berhubungan dengan
barang konsinyasi kecuali ditentukan lain.
4) Konsinyasi dalam batas kemampuannya berkewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya.
Pengadaan barang dengan cara konsinyasi mempunyai keuntungan-keuntungan
tertentu dibandingkan dengan pengadaan secara langsung barang-barang kepada
perusahaan pengecer atau kepada pedagang. Adapun keuntungan pengadaan barang
secara konsinyasi bagi konsinyor, antara lain:
1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat
dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila:
a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak
menentu dan belum terkenal
b. Penjualan pada masa-masa yang lalu tidak menguntungkan
2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindari oleh konsinyor. Barang-barang konsinyasi
tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan dari konsinyi sehingga resiko kerugian
dapat ditekan.
3. Harga barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh konsinyor. Hal ini
disebabkan kepemilikan atas barang tersebut masih ditangan konsinyor sehingga
harga masih dapat dijangkau oleh konsumen.
26
Sedangkan bagi konsinyi lebih menguntungkan pengadaan dengan cara konsinyasi
karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Konsinyi tidak dibebani resiko menanggung kerugian bila gagal dalam penjualan
barang-barang konsinyasi
2. Konsinyi tidak mengeluarkan biaya operasi penjualan konsinyasi karena semua biaya
akan diganti /ditanggung oleh konsinyor
3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab konsinyi hanya berfungsi sebagai
penerima dan penjual barang konsinyasi untuk konsinyor
4. Konsinyi berhak mendapatkan komisi dari hasil penjualan barang konsinyasi
Dengan tetap mengendalikan harga eceran produk, konsinyor mengharapkan
penjualannya dapat meningkat karena konsinyi ahli di bidang perdagangan barang yang
bersangkutan. Pihak konsinyi, tanpa risiko kerusakan barang, fluktuasi harga dan biaya
modal kerja, dapat meningkatkan penghasilannya dari hasil komisi penjualan barang
konsinyasi.
Cara pelaksanaan konsinyasi pada umumnya sebagai berikut :
1. Konsinyor datang kepada konsinyi untuk menawarkan barang yang akan dijadikan
barang konsinyasi
2. Konsinyi memeriksa keadaan barang konsinyasi terutama mengenai jenis dan jumlah
serta mutu dari barang tersebut.
3. Konsinyi meawarkan harga transaksi atas barang yang akan dijualnya, harga transaksi
ini disampaikan kepada konsinyor.
4. Jika kedua pihak telah setuju atas perjanjian yang diberikan, maka pengadaan barang
konsinyasi dapat dilakukan.
2.3.2 Cara Pengadaan Obat Yang Baik
1. Pengadaan berdasarkan nama generic
Biasanya dikenal dengan INN (International Nonpropriety Name), telah
menjadi standar pembelian obat yang berada di berbagai perusahaan. Nama bermerek
27
dari supplier biasanya saling berkompetisi, tetapi mereka sama-sama menawarkan
obat generic dengan harga yang bersaing, karena mereka berharap dapat menguasai
sector pasar tersebut. Hal ini sangat beralasan sebab semua obat yang disupply untuk
system kesehatan akan dilabel dengan persyaratan sesuai dengan INN secara terus
menerus.
2. Pengadaan terbatas untuk daftar obat esensial atau daftar formularium
Langkah pertama yang dilakukan untuk menghindari duplikasi obat generic
yaitu dengan cara membuat dua pilihan utama pada daftar pengadaan. Kombinasi
pertama merupakan formula standar di rumah sakit seperti program pembelian regular
seperti obat cometidine, famotidine, dan ranitidine (dan obat-obatan alnti ulcer
lainnya) mungkin merupakan kompnen substansial yang sangat penting di
formularium RS, kemudian obat-obatan ini dijumlahkan dengan menggabungkan
dengan satu formula obat lainya dan kombinasi dari estimasi volume penjualan,
sehingga jumlah obat terpilih menjadi lebih besar.Langkah kedua adalah termasuk
memasukkan data pada formularium berdasarkan kategori terapi dan akan dilakukan
tender untuk memilih subkategorinya.
3. Supplier yang memiliki kualifikasi yang baik
Untuk memilih supplier yang baik, kita harus mengevaluasi apakah supplier
tersebut sudah terdaftar di agensi internasional, uji pembelian pada jumlah uang yang
sedikit, dan pertemuan yang tidak formal untuk lebih mengenal supplier tersebut lebih
lanjut. Pengadaan yang sukses berasal dari agensi yang juga sukses, hal ini
ditunjukkan dengan adanya tampilan supplier yang berkualitas dalam menyuplai
bahan yang dibutuhkan. Cirri lain supplier yang baik adalah kemasan dan label obat
yang selalu baik dan lengkap, mempunyai salinan registrasi yang jelas, adanya
koresponden, serta pembeli bias mengajukan complain bila merasa kurang puas
dengan pelayanan yang ditawarkan oleh supplier.
4. Pengadaan yang bersaing
28
Supplier yang mempunyai daya saing yang tinggi adalah kunci untuk
mendapatkan harga yang bersaing, memperoleh sector pemasaran yang jelas untuk
pembelian yang sifatnya sedikit dan mendadak.
5. Komitmen penjualan yang baik
Komitmen penjualan yang baik harus senantiasa dimonitor dan ditingkatkan,
jika tidak akan menyebabkan beberapa kelompok supplier gagal sebab harga yang
ditawarkannya lebih tinggi disbanding pesaing yang lain.
6. Jumlah permintaan berdasarkan estimasi kebutuhan saat ini
Ketika keuangan tidak tersedia untuk melakukan pembayaran pada obat yang
akan dibeli, sangat dibutuhkan pengurangan daftar obat sesuai dengan system
kesehatan yang ada. Berdasarkan system kesehatan, ada tiga alat yang dapat
dilakukan, yaitu analisis VEN, analisis ABC, dan analisis katagori terapi.
7. Pembayaran dan manajemen keuangan yang baik
System manajemen keuangan yang efektif dan efesien sangat penting bagi
prioritas pengadaan obat. Bisa menyediakan obat ketika dibutuhkan dan dapat
membayar pada waktu yang diinginkan mempunyai efek yang positif untuk
mengurangi kekurangan stock.
8. Tranparansi dan penulisan prosedur
Ketika ada satu tender kefarmasian yang tidak berguna, hal ini
mengindikasikan adanya ketidak adilan, mungkin ada perubahan dalam proses tender
yang tidak diketahui oleh salah satu supplier dan menyebabkan masalah yang kronis.
Entah hal tersebut benar atau salah, tapi hal ini dapat merusak pelayanan kesehatan
yang ada, dan pasien akan kehilangan kepercayaan dirinya.
9. Audit tahunan
Setidaknya, dalam setahun sekali pihak pengadaan harus melakukan audit.
Hal ini bertujuan untuk melakukan pengujian dan verifikasi yang berasal dari buku
29
akuntasi dan catatan pembelian yang sesuai dengan prosedur audit. Internal audit
dilakukan oleh auditor yang berasal dari pemerintah atau organisasi tertentu. Auditor
harus bekerja dengan adil dan harus menyertakan komentar pada pihak manajemen
jika ada hal yang tidak sesuai dengan pembukuan akuntasi yang ada.
BAB 3KESIMPULAN
Perencanaan dan pengadaan merupakan tahap awal yang penting dalam siklus
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit, untuk menjaga ketersediaan obat dan perbekalan
farmasi lainnya agar dapat digunakan pada saat yang tepat. Pada perencanaan, terdapat lima
tahap penting, yaitu tahap pemilihan, kompilasi pemakaian, perhitungan kebutuhan, proyeksi
kebutuhan, dan penyesuaian rencana pengadaan yang harus ditentukan dengan tepat. Dalam
menghitung kebutuhan perbekalan di rumah sakit, dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu, metode konsumsi, metode morbiditas, serta metode kombinasi keduanya. Dan pada
penyesuaian rencana pengadaan, dapat dilakukan dengan analisis ABC dan analisis VEN.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pengadaan, yang dapat dilakukan dengan cara pembelian,
produksi, meminjam, hibah, menukar, dan konsinyasi. Apoteker sebagai pihak yang berperan
dalam ketersediaan obat, bahan obat dan perbekalan kesehatan lainnya harus cermat dan teliti
dalam menjalani berbagai tahapan yang harus dilalui. Hal ini dilakukan agar obat, bahan obat
dan perbekalan kesehatan lainnya yang tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Epstein, J. B., and Jermakowics, K. E., 2007, Wiley IFRS, Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards, USA, Wiley.
Wild,Tony, 2003, Consignment Stock, The IOM Knowledge Bank Issue Number 4.
Kepmenkes No.1121/MENKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
Permenkes No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Siregar, Charles J. P. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori Penerapan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DirJen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah
Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-06/MBU/2011 Tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara
31
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 059/MENKES/SK/I/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana