25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli yang terjadi secara akut. Pada keadaan normal cairan intravaskuler merembes ke jaringan interstisial melalui kapiler endotelium dalam jumlah yang sedikit sekali, kemudian cairan ini akan mengalir ke pembuluh limfe menuju ke vena pulmonalis untuk kembali ke dalam sirkulasi (Flick, 2000, Hollenberg, 2003, Nedrastuti dan Soetomo, 2010). Edema paru akut merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Meskipun edema paru kadang-kadang bisa berakibat fatal (Mayo, 2011). Edema paru adalah salah satu kondisi kegawatan yang tersering dan sangat mengancam jiwa. Penatalaksanaan yang agresif harus segera dilakukan setelah dicurigai diagnosis edema paru. Tanda dan gejala yang tampak adalah representasi perpindahan cairan dari kompartemen intravaskular ke dalam jaringan interstisial dan selanjutnya ke dalam alveoli. Kelainan kardiak dan nonkardiak dapat menyebabkan edema paru sehingga kita harus mengetahui kondisi dasar yang mencetuskan edema paru agar penatalaksanaan yang dilakukan tepat dan berhasil. Kadang masalahnya kompleks
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke
ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli yang terjadi secara akut. Pada
keadaan normal cairan intravaskuler merembes ke jaringan interstisial melalui kapiler
endotelium dalam jumlah yang sedikit sekali, kemudian cairan ini akan mengalir ke
pembuluh limfe menuju ke vena pulmonalis untuk kembali ke dalam sirkulasi (Flick, 2000,
Hollenberg, 2003, Nedrastuti dan Soetomo, 2010). Edema paru akut merupakan keadaan
darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Meskipun edema paru kadang-
kadang bisa berakibat fatal (Mayo, 2011).
Edema paru adalah salah satu kondisi kegawatan yang tersering dan sangat
mengancam jiwa. Penatalaksanaan yang agresif harus segera dilakukan setelah dicurigai
diagnosis edema paru. Tanda dan gejala yang tampak adalah representasi perpindahan
cairan dari kompartemen intravaskular ke dalam jaringan interstisial dan selanjutnya ke
dalam alveoli. Kelainan kardiak dan nonkardiak dapat menyebabkan edema paru
sehingga kita harus mengetahui kondisi dasar yang mencetuskan edema paru agar
penatalaksanaan yang dilakukan tepat dan berhasil. Kadang masalahnya kompleks
karena pada pasien selain terdapat problem kardiak sekaligus terdapat juga problem
nonkardiak (Subagyo, 2013).
Edema paru akut dapat terjadi karena penyakit jantung maupun penyakit di luar
jantung (edema paru kardiogenik dan non kardiogenik). Angka kematian edema paru akut
karena infark miokard akut mencapai 38–57% sedangkan karena gagal jantung mencapai
30% (Haas, 2002, Nedrastuti dan Soetomo, 2010). Pengetahuan dan penanganan yang
tepat pada edema paru akut dapat menyelamatkan jiwa penderita. Penanganan yang
rasional harus berdasarkan penyebab dan patofisiologi yang terjadi (Alpert, 2002,
Nedrastuti dan Soetomo, 2010).
1
26
Dalam kebanyakan kasus, masalah jantung menyebabkan edema paru. Tapi
cairan dapat menumpuk karena alasan lain, termasuk pneumonia, paparan racun dan
obat-obatan tertentu, dan berolahraga atau tinggal pada ketinggian tinggi (Mayo, 2011).
Kondisi klien dapat diperbaiki ketika klien menerima pengobatan yang tepat, bersama
dengan pengobatan untuk masalah yang mendasar untuk pengobatan edema paru akut,
pengobatan pada edema paru akut bervariasi tergantung pada penyebabnya, tetapi
umumnya termasuk oksigen dan obat-obatan (Mayo, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas penyusun ingin menbahas tentang konsep
asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan edema paru akut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
edema paru akut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan edema
paru akut
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian edema paru akut
2. Mengetahui etiologi edema paru akut
3. Mengetahui faktor resiko edema paru akut
4. Mengetahui patofisiologi edema paru akut
5. Mengetahui manifestasi klinis edema paru akut
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik edema paru akut
7. Mengetahui penatalaksanaan edema paru akut
8. Mengetahui pencegahan edema paru akut
9. Mengetahui komplikasi edema paru akut
27
10. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat pada klien
edema paru akut
1.4 Manfaat
1.4.1 Akademi
Menambah wawasan para akademisi, khususnya mahasiswa keperawatan,
serta menambah literatur pembelajaran tentang asuhan keperawatan gawat
darurat pada klien dengan edema paru akut.
1.4.2 Praktek Klinik
Mengetahui serta dapat menerapkan asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan edema paru akut dengan tepat.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan
dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan udara. Istilah
kedokteran yang berhubungan dengan paru-paru sering mulai di pulmo, dari kata Latin
pulmonesuntuk paru-paru.Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Didalam paru-paru terjadi
proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen,
sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang
akan dibawa ke paru-paru.(Guyton and Hall, 2007)
Organ paru-paru memiliki tube bronkial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan
ujungnya merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang berisi
darah. Di sini oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian dibawa oleh
hemoglobin. Darah terdeoksigenisasi dari jantung mencapai paru-paru melalui arteri paru-
paru dan, setelah dioksigenisasi, beredar kembali melalui vena paru-paru.(Guyton and Hall,
2007)
Secara fungsional paru-paru dibagi menjadi dua, yaitu lobus kanan dengan tiga
gelambir dan lobuskiri dengan dua gelambir. Seperti gambar yang ditampilkan dibawah
Menggunakan Ventilasi protective lung atau protocol ventilasi ARDS.
2. Penatalaksanaan Edema Paru kardiogenik
Sasarannya adalah:
- Mencapai oksigenisasi adekuat
- Memelihara stabilitas hemodinamik
- Mengurangi stress miokard dengan menurunkan preload dan afterload
Penatalaksanaan:
- Posisi setengah duduk - Diuretik
- Oksigen terapi - Inotropik
- Morphin IV 2,5mg - Nitroglycerine
Bukti penelitan menunjukkan bahwa pilihan terapi yang terbaik adalah:
Vasodilator intravena sedini mungkin (Nitroglycerine, nesiride, nitropruside) dan
diuretik dosis rendah. Nitroglycerine merupakan terapi lini pertama pada semua
pasien AHF dengan tekanan darah sistolik > 95-100mmHg dengan dosis 20μg/min
sampai 200μg /menit (Rekomensi ESC IA). Bahkan dosis yang sangat rendah
(<0,5μg/kg/min) dari nitroglycerin akan menurunkan LVED (Mayo Clinic staff,
2011)
2.8.2 Penatalaksanaan Keperawatan Gawat Darurat
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan edema paru akut antara lain:
41
1. Penilaian awal (primary survey), adalah penilaian untuk menentukan prioritas
penderita dan adanya kondisi yang mengancam nyawa. Pemeriksaan ini dilakukan
dalam waktu kurang dari 2 menit. Urutan pemeriksaan dalam primary survey
adalah:
a. Periksa keadaan umum penderita
b. Evaluasi tingkat kesadaran awal sambil menstabilkan tulang leher. Untuk
melihat tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan skala AVPU:
A : Alert (sadar dan berorientasi baik)V : Merespon rangsangan verbal (sadar tapi binggung atau tidak sadar
tapi merespon rangsangan verbal dengan cara tertentu) P : Merespon ransangan nyeri/Pain (tidak sadar tapi merangsang nyeri
dengan cara tertentu)U : Tidak merespon/Unresponsive (tidak ada reflek muntah atau batuk)
c. Nilai jalan nafas pasien (Airway), Ada tidaknya obstruksi jalan nafas seperti
apneu, mendengkur, bunyi kumur dan stridor
d. Nilai pernafasan (Breathing), lihat ada tidaknya pergerakan dinding dada,
dengarkan bunyi nafas dan rasakan hembusan nafas
e. Nilai sirkulasi, pemeriksaan terhadap nadi, perdarahan dan tanda-tanda
penurunan perfusi
2. Rapid trauma survey
Merupakan pemeriksaan singkat untuk menemukan semua ancaman nyawa.
Penilaian yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan tanda vital
b. Riwayat dan kejadian trauma dengan metode SAMPLE
S : Gejala (symptom)A : Alergi (Allergies)M : Pengobatan/terapi (Medication)P : Riwayat penyakit dahulu (Past medical history)L : Makan dan minum terakhir (Last oral intake)E : Kejadian sebelum insiden (Event)
c. Melakukan pemeriksaan lengkap mulai kepala, leher, dada, perut, panggul dan
ektrimitas
- Nilai dengan cepat bagian kepala dan leher, perhatikan bila mana vena leher
datar, distensi atau deviasi trakea, racoon eyes dan battles sign.
42
- Lihat, raba dan dengar dada. Melihat pergerakan dinding dada, meraba
adanya rasa nyeri (tenderness), instabilitas (instability), dan krepitasi
(crepitation) kemudian dengarkan suara nafas pada kedua lapang paru.
- Perhatikan suara jantung ada kelainan atau tidak.
- Periksa bagian perut (distensi, memar atau luka tembus) dan palpasi adanya
kekakuan dan rasa nyeri.
- Pemeriksaan panggul untuk mengetahui ada perubahan bentuk atau luka
tembus.
- Pemeriksaan ekstrimitas yaitu
1. Memeriksa DCAP-BTLS adanya perubahan bentuk (deformitas), memar
(contosio), lecet (abration), luka tembus (penetration), luka bakar (burn),
rasa nyeri (tenderness), laserasi, atau pembengkakan (swelling). Jika ada
krepitasi atau gesekan fragmen tulang merupakan tanda pasti adanya
fraktur. Bila ada tanda ini segara imobilisasi untuk mencegah cedera
jaringan lunak yang lebih parah
2. Memeriksa persendian apakah ada nyeri atau gangguan pergerakan
sendi
3. Periksa dan catat nadi, motorik, dan sensorik daerah distal.
d. Balut dan bidai, bila ditemukan trauma
e. Monitor terus menerus
Pendekatan ABCD dan imobilisasi tulang leher jika diindikasikan:
1. Airway management
- Bicara pada pasien. Pasien yang menjawab tanda bahwa jalan nafasnya
bebas, jika tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan.
- Bebaskan jalan nafas pasien dengan Chin lift/jaw thrust
- Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau non-rebreathing
- Melakukan suction jika tersedia
43
- Siapkan untuk intubasi trakea sesuai indikasi. Intubasi endotrakeal (ET)
mungkin diperlukan jika jalan napas tidak dapat diperbaiki dengan langkah-
langkah di atas atau jika pasien tidak mendapatkan ventilasi yang cukup
- Kritotirotomi mungkin diperlukan jika intubasi tidak berhasil, jika ada
kemungkinan kuat cedera vertebrae cervicales, atau pada kasus trauma wajah
massif.
2. Breathing
- Menilai pernafasan cukup.
- Jika pernafasan tidak ada lakukan pernafasan buatan.
- Periksa dada untuk bukti sucking chest wound, pneumothorax, fail chest, dan
sebagainya.
- Dekomresi rongga pleura, dan tutup jika ada luka robek dinding dada.
- Berikan oksigen jika ada.
3. Circulation
- Memasang infuse dengan menggunakan jarum besar (14-16G) untuk resusitasi
cairan. Dalam keadaan khusus mungkin perlu vena sectie.
- Cairan infus (NaCL 0,9%) harus dihangatkan sesuai suhu tubuh karena
hipotermia dapat menyababkan gangguan pembekuan darah.
- Hindari cairan yang mengandung glukose.
- Ambil sampel darah secukupnya untuk pemeriksaan dan uji silang golongan
darah.
4. Disability
- Menilai kesadaran klien dengan cepat.
- Perawatan lanjutan dan pemantauan.
- Konsultasikan segera untuk intervensi operatif.
- Segera transfer ke pusat spesialis trauma yang sesuai.
- Jangan membuang-buang waktu (golden hour). Bertindaklah cermat dan cepat,
utamakan nyawa daripada anggota gerak.
Penatalaksanaan spesifik
44
Periksa tanda klinis dari edema paru akut
Terapi:
- Furosemide IV 0,5-1,0 mg/kg
- Morphine IV 2-4 mg
- Oksigen intubasi sesuai kondisi pasien
- Nitroglycerin SL, berikan 10-20 mcg/min IV bila SBP 1st line
>100 mmHg of Action
- Dopamin 5-15 mcg/kg/min IV bila SBP 70-100 mmHg
dan muncul tanda dan gejala syok
- Dobutamine 2-20 mcg/kg/min IV bila SBP 70-100 mmHg
dan tidak muncul tanda dan gejala syok
2nd line
of Action
3rd line
of Action
2.9 Komplikasi
Periksa tekanan darah
Bila SBP>100 mmHg dan <30
mmHg dibawah nilai normal
ACE InhibitorsShort acting,
misalnya captopril (6,25 mg)
Tindakan dignostik selanjutnya
- Pulmonary artery chateter
- Echocardiography
- Angiography untuk MI/ischemia
- Pemeriksaan dignostik tambahan
45
Jika edema paru terus menerus, dapat meningkatkan tekanan di arteri pulmonalis
dan akhirnya ventrikel kanan mulai gagal. Ventrikel kanan memiliki dinding lebih tipis dari
otot dari pada sisi kiri karena berada di bawah sedikit tekanan untuk memompa darah ke
paru-paru. Peningkatan tekanan punggung atas ke atrium kanan dan kemudian ke
berbagai bagian tubuh, sehingga dapat menyebabkan:
- Kaki bengkak (edema)
- pembengkakan abdomen (ascites)
- Penumpukan cairan dalam membran yang mengelilingi paru-paru (efusi pleura)
- Kemacetan dan pembengkakan hati
Bila tidak diobati, edema paru akut bisa berakibat fatal. Dalam beberapa kasus
dapat berakibat fatal bahkan jika menerima pengobatan (Mayo Clinic Staff, 2011).
2.10 Pencegahan
Dalam hal tindakan-tindakan pencegahan, tergantung pada penyebab dari
pulmonary edema, beberapa langkah-langkah dapat diambil.Pencegahan jangka
panjang dari penyakit jantung dan serangan-serangan jantung, kenaikan yang perlahan
ke ketinggian-ketinggian yang tinggi, atau penghindaran dari overdosis obat dapat
dipertimbangkan sebagai pencegahan. Pada sisi lain, beberapa sebab-sebab mungkin
tidak sepenuhnya dapat dihindari atau dicegah, seperti ARDS yang disebabkan oleh
infeksi atau trauma yang berlimpahan.
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab) yaitu nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah,
penghasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
46
Merupakan manifestasi klinis yang dirasakan oleh pasien, antara lain sesak, takikardi,
stupor atau penurunan kesadaran.
c. Riwayat cedera atas dasar SAMPLE pada pasien sadar, pasien tidak sadar dengan
SAMPLE
S : Gejala (symptom)A : Alergi (Allergies)M : Pengobatan/terapi (Medication)P : Riwayat penyakit dahulu (Past medical history)L : Makan dan minum terakhir (Last oral intake)E : Kejadian sebelum insiden (Event)
d. Airway
Ada tidaknya obstruksi jalan nafas seperti apneu, mendengkur, bunyi kumur dan
No. Aktivitas1. Observasi warna kulit, membran mukosa dan CRT, adanya sianosis2. Observasi status mental3. Monitor HR, suhu tubuh, TD, status pernapasan4. Tinggikan posisi kepala, pertahankan bedrest5. Kaji tingkat kecemasan
50
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai dengan kondisi
7. Monotor BGA dan pulse oximetry
51
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. Sinden (41 tahun) mengalami keluhan sesak napas saat beraktivitas sejak ± 1
minggu SMRS, batuk, mual muntah dan mengaku setiap tidur harus menggunakan 2 bantal
agar tidak sesak. Sesak napas memberat sejak 1 hari SMRS. Pada 07/03/2011 pasien
dibawa keluarga ke RS Vardgifare dan dirawat di ruang jantung. Pada 09/07/2011 jam
07.15, pasien apneu kemudian dilakukan RJPO selama ± 15 menit. Pasien ROSC dan
dipindah ke ICCU.
3.2 Asuhan Keperawatan
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 832185
Tgl MRS : 3 November 2014, 16.00 WIB
Tgl Pengkajian : 3 November 2014
Sumber Informasi : Klien, keluarga, RM
1
Alamat : Sidoarjo
Telepon : 08123xxxxxxx
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja : -
Dx. Medis : ALO
Nama keluarga dekat yang dapat dihubungi : Tn. B
Hubungan : Suami
Alamat : Sidoarjo
Pekerjaan : Wirasawasta
B. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Sesak napas saat beraktivitas
2. Riwayat cedera dengan data SAMPLE
a. Symtom/sign : Klien terlihat pucat, wajah pasien terlihat sesak, pernafasan
cuping hidung.
b. Alergi : Tidak ada alergi
c. Medikasi : keluarga pasien mengatakan mengosumsi obat-obatan untuk
hipertensi dan jantung tetapi keluarga pasien tidak tahu obat apa yang
dikonsumsi.
d. Past Medical History : Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi ± 2 tahun
lalu, 10 bulan yang lalu klien di diagnosa meangalami penyakit jantung dan tidak
memiliki riwayat DM dan penyakit menular.
e. Last oral intake : 1 jam sebelum kejadian pasien makan
2
f. Event before incident : Menurut saksi mata (teman kantor) pasien mengeluhkan
sesak berat yang tiba-tiba disertai keringat dingin seluruh tubuh dan dada
berdebar-debar.
C. Data Obyektif
1. Kesadaran
Pasien somnolen dan kurang mampu berorientasi dengan baik
2. Airway (A)
Sesak, tidak terdapat obstruksi pada lidah, tidak terdapat muntahan, edema pada
saluran nafas atas, vokalisasi klien mengalami somnollen.
Intervensi: jaw trust.
3. Breathing (B)
Pernafasan spontan, gerakan dinding dada simetris lambat, pernafasan 30x/menit,
terdapat penggunaan otot bantu nafas, retraksi otot dada (+), tidak ada devisiasi
trakea.
Intervensi: oksigen diberikan NRM 12 lpm,
4. Circulation (C)
Nadi 112x/menit, sianosis, diaporesis, tidak ada perdarahan ekstrenal, ada distensi
vena jugularis.
Intervensi: pasang infus pada tangan sebelah kanan menggunakan noddle 16,
dengan blood set, ambil sampel darah.
5. Disability (D)
Klien bangun ketika dipanggil.
6. Expossure
Melepaskan pakaian pasien yang basah, kemudian menyelimuti dengan yang
hangat.
3
7. Fullset of vital sign
TD 150/90 mmHg, nadi 112 x/menit, suhu 36,2°C, RR 30x/menit,
- HR: 112x/menit- TD: 150/90 mmHg- Pasien sesak- Terdapat perubahan pada ECG, yaitu
terdapat T inversi dan ST depresi- CRT > 2 detik- Pasien terlihat pucat- Edema pada ekstremitas bawah (+)- Distensi vena jugularis (+)- Pasien gelisah
Penurunan curah jantung
Perubahan afterload dan
preload
3.4 Intervensi Keperawatan
No.Diagnosa
KeperawatanTujuan & Kriteria Hasil NIC
1. Ketidakefektifan pola napas
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas menjadi lebih efektif Kriteria hasil:- Jalan napas paten
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Atur peralatan oksigenasi yang sesuai
3. Monitor aliran oksigen4. Pertahankan posisi pasien
7
- TTD dalam batas normal- Sianosis perifer (-)- Frekuensi dan irama
pernapasan normal
5. Observasi adanya tanda-tanda Hiperventilasi
6. Monitor sianosis perifer7. Monitor suara paru8. Monitor pola pernapasan
abnormal9. Monitor TD, nadi, suhu, RR10. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan2. Gangguan
pertukaran gasTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanda-tanda gangguan pertukaran gas berkurang Kiteria hasil :- HR dalam rentang normal
dan irama reguler- CRT < 2 detik- BGA dan pulse oximetry
dalam rentang normal- Pasien dalam kondisi sadar- Diaforesis (-)
1. Kaji secara komperhensif perifer (warna kulit, membran mukosa dan CRT, sianosis)
2. Monitor terjadinya diaforesis3. Kaji status mental4. Monitor TTD5. Tinggikan posisi kepala,
pertahankan bedrest6. Kaji tingkat kecemasan7. Kolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai dengan kondisi yang mendasari
8. Monitor BGA dan pulse oximetry3. Penurunan
curah jantungTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan curah jantung mendekati nilai normal Kriteria hasil :- Tidak sesak- Tidak gelisah- TD dalam batas normal- RR normal dan regular- Denyut jantung dan irama