Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah. Virus ini adalah yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorilla dan simpanse). EVD disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus. Spesies Ebola Virus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokrasi Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak itu, wabah muncul terus-menerus secara sporadic (CDC, 2014) Data WHO, 20 Agustus 2014, menyebutkan bahwa total kumulatif kasus global sebanyak 2.615 kasus dengan 1.427 kematian (Case Fatality Rate /CFR =54,57 %). Kasus ini tersebar di 4 negara terjangkit di Afrika Barat, yaitu Guinea 607 Kasus, Liberia 1.082 kasus, Sierra Leone dilaporkan 910 kasus dan Nigeria ditemukan 16 kasus. Pada Februari 2015, terdapat 124 kasus baru yang dikonfirmasi di tiga negara Afrika Barat yang paling terdampak. WHO mengonfirmasi 39 kasus baru di Guinea. Adapun di Liberia, otoritas mengonfirmasi lima kasus baru Ebola pekan lalu, meningkat dari seminggu sebelumnya. Sementara itu, di Sierra Leone, ada 80 kasus baru infeksi, meningkat dari 65 kasus. menurut data terbaru WHO, virus Ebola telah menginfeksi 22.495 orang di sembilan negara dengan 8.981 orang meninggal (CFR 39,9%) Di Indonesia sendiri data yang terbaru menyatakan terdapat 2 tenaga kerja diduga terkena Ebola. Sebanyak 28 TKI 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah.
Virus ini adalah yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata (seperti monyet, gorilla
dan simpanse). EVD disebabkan oleh infeksi virus dari genus Ebolavirus. Spesies Ebola
Virus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik
Demokrasi Kongo dekat Sungai Ebola. Sejak itu, wabah muncul terus-menerus secara
sporadic (CDC, 2014)
Data WHO, 20 Agustus 2014, menyebutkan bahwa total kumulatif kasus global
sebanyak 2.615 kasus dengan 1.427 kematian (Case Fatality Rate /CFR =54,57 %). Kasus ini
tersebar di 4 negara terjangkit di Afrika Barat, yaitu Guinea 607 Kasus, Liberia 1.082 kasus,
Sierra Leone dilaporkan 910 kasus dan Nigeria ditemukan 16 kasus. Pada Februari 2015,
terdapat 124 kasus baru yang dikonfirmasi di tiga negara Afrika Barat yang paling
terdampak. WHO mengonfirmasi 39 kasus baru di Guinea. Adapun di Liberia, otoritas
mengonfirmasi lima kasus baru Ebola pekan lalu, meningkat dari seminggu sebelumnya.
Sementara itu, di Sierra Leone, ada 80 kasus baru infeksi, meningkat dari 65 kasus. menurut
data terbaru WHO, virus Ebola telah menginfeksi 22.495 orang di sembilan negara dengan
8.981 orang meninggal (CFR 39,9%)
Di Indonesia sendiri data yang terbaru menyatakan terdapat 2 tenaga kerja diduga
terkena Ebola. Sebanyak 28 TKI pulang ke kampung halaman mereka pada Oktober lalu
setelah bekerja di Liberia, salah satu lokasi endemis virus. Dua dari tenaga kerja diduga
terkena Ebola namun setelah diperiksa dinyatakan pasien tidak tertular virus Ebola . Pada
September 2014 di Medan terdapat 1 kasus diduga terkena Ebola yang dirawat di Ruang
Infeksius RSUP H Adam Malik namun setelah diperiksa lebih lanjut pasien bukan terkena
virus Ebola.
Wabah Ebola harus diwaspadai di seluruh negara dunia termasuk di Indonesia.
Karena hewan sebagai host alami untuk penyakit ini, yaitu kelelawar buah, tersebar luas di
seluruh nusantara. Selain itu juga, kita juga harus waspada karena kini semakin banyak orang
dari benua Afrika datang dan bermukim di Indonesia. Bisa jadi ada di antara mereka yang
berasal dari negara tertular penyakit demam Ebola.
1
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Permenkes tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan). KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan
masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi,
pengelola transportasi dan stakeholder lain juga ikut serta dalam mengimplementasikan
pemeriksaan yang direkomendasikan.
3.2.4. Pemberitahuan
Setiap negara anggota diwajibkan nuntuk menginformasikan kepada WHO tentang
seluruh kejadian yang berpotensi menimbulkan PHEIC dan memberikan verifikasi dari
informasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar WHO menjamin kerjasama yang baik untuk
perlindungan yang efektif serta menginformasikan risiko kesehatan masyarakat dan
tindakan cepat dan tepat yang dapat dilaksanakan.
3.2.5. National IHR Focal Points dan WHO IHR Contact Points
Setiap negara anggota diwajibkan membentuk National IHR Focal Point yang
bertanggung jawab terhadap tata hubungan operasional pelaksanaan IHR dengan WHO
serta menerima dan mengirim informasi kepada WHO dalam waktu 24 jam per hari dan 7
hari per minggu. Sementaraitu, WHO menyiapkan dan menginformasikan IHR Contact
Points di tingkat pusat maupun daerah.
11
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Tugas National IHR Focal Points :
1. Bekerja sama dengan WHO dalam mengkaji risiko KLB dan PHEIC.
2. Melakukan diseminasi informasi kepada lintas sektoral terkait.
3. Memberi kewenangan sepenuhnya kepada petugas yang ditunjuk pada jalur
kedatangan.
4. Bertindak sebagai koordinator dalam menganalisis kejadian dan risiko KLB.
5. Berkoordinasi secara intens dengan Bakornas Penanggulangan Bencana.
6. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam
melaksanakan notifikasikepada WHO.
7. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam
melaksanakan rekomendasidari WHO dan memberlakukan rekomendasi sebagai
aplikasi rutin atau periodik.
8. Mengkaji sistem surveilans dan kapasitas dalam merespons serta mengidentifikasi
kebutuhan pengembangan, termasuk kebutuhan pelatihan di tingkat nasional.
9. Bekerjasama dengan WHO untuk menyiapkan dukungan program intervensi dalam
pencegahan atau penanggulangan KLB dan PHEIC lainnya.
10. Melaporkan perkembangan melalui kajian, perencanaan dan pelaksanaan IHR
(2005).
11. Bekerja sama dengan WHO dalam menyiapkan pesan umum.
12. Bekerja sama dan melakukan pertukaran informasi antar negara atau regional.
3.2.6. Dukungan dan Bantuan WHO Terhadap Negara Anggota Dalam Pelaksanaan
IHR
Dalam pelaksanaan IHR, WHO menyiapkan bantuan berupa kerjasama antar negara
dalam pengevaluasian, pengkajian dan peningkatan kapasitas kesehatan masyarakat.
Bantuan yang diberikan juga termasuk mendukung negara dalam mengidentifikasi
sumber dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mempertahankan kapasitas
negara tersebut. Selanjutnya, WHO akan terus menyiapkan bantuan teknis dan logistik
agar dapat memfasilitasi pelaksanaan IHR secara efektif dan lengkap.
12
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
3.2.7. Fungsi dan Peran KKP dalam Pelaksanaan IHR 2005
1. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer dan isinya yang datang dan pergi
dari daerah terjangkit serta menjamin bahwa barang-barang diperlakukan dengan baik
dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi,vektor dan reservoar.
2. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat
angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian.
3. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan dekontaminasi.
4. Menyampaikan saran/ rekomendasi kepada operator alat angkut guna melakukan
pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kendaraannya.
5. Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti air,
makanan dan sisa pembuangan manusia)
6. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan alat
angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit.
7. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di wilayah
kedatangan.
8. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).
9. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
10. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk setiap
kedatangan dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan
dari daerah terinfeksi dianggap tidak benar/ tidak sah.
11. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi, serta
pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tidak menyebabkan atau seminimalnya
kecelakaan, ketidaknyamanan dan kerusakan(Aditama, 2008)
3.3. Incidence Rate, Prevalence Rate, Case Fatality Rate Kasus Ebola
Virus Ebola (Ebola Virus Disease/ EVD) yang mewabah di beberapa negara Afrika
Barat sejak saat ini kasusnya meningkat tajam dan mendapatkan perhatian serius dari
dunia Internasional. Data terbaru WHO tanggal 18 Maret 2015 menunjukkan telah
terdapat 20.701 kasus dengan 10.194 kematian dengan CFR 49%.
13
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Wabah menakutkan virus Ebola telah melanda dan menyerang beberapa negara di
belahan Afrika Barat seperti di Sierra Leone, Liberia, Guinea dan Nigeria. Terhitung
mulai Maret 2014 lalu, virus Ebola terus menjadi pemberitaan media massa dan perhatian
dunia, karena virus ini tidak hanya menjangkiti penduduk lokal, namun telah menyerang
warga asing termasuk dua warga negara Amerika di kawasan Afrika Barat. Penyebaran
virus ini sangat mengkhawatirkan karena tiap tahun terus mencatat banyak kasus dan
korban jiwa, namun obatnya masih belum ditemukan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ebola yang mempunyai nama lain
virus Ebolavirus (EBOV), genus virus dan penyakit demam hemorrhagic Ebola (EHF),
virus demam hemorrhagic (VHF) atau demam berdarah viral, merupakan salah satu
penyakit akibat virus yang paling mematikan bagi manusia.
Sejarah pertama kali di temukanya virus Ebola adalah pada tahun 1978, telah terjadi
wabah Ebola demam hemmorrhagic di Zaire dan Sudan. Seorang pekerja toko di Nzara,
Sudan mendadak sakit dan lima hari berselang dinyatakan meninggal dunia. Dengan
kematiannya, dunia kembali disadarkan terhadap keganasan virus Ebola yang secara
perlahan telah menjadi wabah epidemik di seluruh wilayah tersebut. Korban selanjutnya
adalah seorang dokter yang merawat salah satu korban yang terkena virus Ebola karena
kontak fisik cukup dekat. Kasus lain terjadi di rumah sakit Maridi, Sudan, 33 dari 61
(CFR 54%) suster yang merawat penderita Ebola, dikabarkan tewas karena virus
tersebut.
Berdasarkan infografis yang di buat WHO terdapat sebaran kasus pada 4 negara di
Afrika Barat yaitu:
a. Guinea. Terjadi 3389 Kasus (2966 kasus konfirmasi, 395 kasus probable, dan 29
kasus suspek) termasuk 2224 kematian dengan CFR 65 persen.
b. Liberia. Terjadi 9526 kasus (3150 kasus konfirmasi, 1879 kasus probable, dan 4497
kasus suspek) termasuk 4264 kematian dengan CFR 44,76 persen.
c. Sierra Leone. Terjadi 11.751 kasus (8487 kasus konfirmasi, 287 kasus probable dan
2977 kasus suspek) termasuk 3691 kematian dengan CFR 31,41 persen.
Di Indonesia hingga kini, belum ditemukan kasus konfirmasi penderita yang
mengidap virus Ebola. Namun demikian, Indonesia termasuk salah satu negara yang telah
14
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
menyatakan siaga menghadapi kemungkinan warganya terinfeksi virus Ebola. Bentuk
kesigapan dan respon cepat Pemerintah Indonesia di tunjukkan melalui peringatan perjalanan
bagi orang-orang yang berencana pergi ke kawasan Afrika, khususnya ke Sierra Leone,
Liberia, Guinea dan Nigeria. Pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan rumah sakit untuk
menangani kasus Ebola. Status siaga yang diterapkan Pemerintah Indonesia dalam
mengantisipasi merebaknya wabah Ebola belum tentu memberi jaminan bahwa Virus Ebola
tidak masuk di Indonesia.
Angka kejadian Ebola yang dilaporkan pada tanggal 18 Maret 2015
Angka kejadian Ebola kasus confirmed, probable dan suspected di Afrika Barat
15
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Kasus confirmed dan probable berdasarkan jenis kelamin dan usia
3.4. Potensial Ebola di Indonesia
Cara masuk virus Ebola di Indonesia yaitu dapat melalui:
1. Arus Transportasi
16
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Masuknya virus Ebola tersebut bisa diakibatkan oleh warga indonesia yang
berkunjung dari Africa yang terinfeksi virus ebola atau bisa juga melalui warga negara
Africa yang terinfeksi virus Ebola yang berkunjung ke Indonesia. Semua pendatang
yang berasal dari afrika di beri Health Alert Card atau Kartu Kewaspadaan
Kesehatan. Kartu ini berisi data (nama, kebangsaan, no. pasport, datang dari, dengan
penerbangan/kapal, tanggal kedatangan dan alamat di Indonesia) sehingga apabila
mereka mengalami gelaja virus Ebola harus menyertakan kartu tersebut saat berobat.
Selain itu di bandar udara di indonesia sendiri juga disediakan Thermal Scanner yaitu
alat yang dapat mendeteksi suhu penumpang dari pesawat, kemudian apabila
penumpang dari Africa ketika melewati Thermal Scanner di dapati suhu yang tinggi,
kemudian di sertai gejala Ebola segera dapat dirujuk ke rumah sakit. Sementara di
pelabuhan sendiri fasilitas Thermoscanner belum tersedia, sehingga kita tidak bisa
mengetahui suhu suhu dari penumpang.
2. Tenaga Kerja
Menurut data tahun 2014 jumlah tenaga kerja Indonesia di Afrika adalah sebanyak
587 orang. Tenaga kerja juga merupakan sumber penyebab tersebarnya virus Ebola
apabila mereka pulang ke Indonesia. Akan tetapi banyak juga tenaga kerja Indonesia
yang tidak terdeteksi akibat berkerja secara illegal.
3. Vektor
Kemungkinan virus Ebola ditularkan melalui hewan sangat kecil disebabkan karena
tidak adanya transport atau transaksi langsung hewan dari Afrika ke Indonesia. Tetapi
bisa juga diakibatkan hewan seperti kelelawar yang membawa virus dari Asia
Tenggara salah satunya Philipina diakibatkan dekatnya Philiphina dari Indonesia yaitu
pulau Sulawesi sehingga hewan tersebut dapat menyebarkan virus tersebut di
Indonesia. Salah satu virus Ebola yang berasal dari Philipina yaitu virus Reston
Ebolavirus (RESTV). Sementara ini di Indonesia sampai saat ini belum pernah
dilaporkan kasus infeksi akibat virus ebola, namun dengan kemajuan system
transportasi serta kondisi geografis Indonesia dengan Philipina tidak menutup
kemungkinan virus ebola bisa mewabah
17
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Ebola dinyatakan dalam PHEIC karena di tiga negara episenter Ebola yaitu Guinea,
Liberia, dan Sierra Leone ditemukan beberapa hal yaitu sistem kesehatan tidak
berjalan dengan baik dan itu dipengaruhi oleh sumber daya manusia, kondisi
finansial dan material, tidak berpengalaman menangani virus Ebola karena
mispersepsi, mobilitas penduduk tinggi, penularan terjadi dalam beberapa generasi
di ibu kota tiga negara tersebut dan terjadi penularan di fasilitas kesehatan dan
rumah sakit. Pada 8 Agustus 2014 wabah Ebola di Afrika Barat dinyatakan sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
2. Ebola adalah suatu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh sejenis
virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae. Virus ini pertama kali ditemukan di
18
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Afrika, daerah selatan Sudan dan Zaire pada tahun 1976 pada tubuh seekor monyet.
Setelah terjadinya suatu epidemi di Yambuku, daerah Utara Republik Congo dan
Nzara, daerah Selatan Sudan. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah dilaporkan
sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus diantaranya. Periode
inkubasi Ebola dapat berkisar dari 2 sampai 21 hari dengan gejala yang biasanya
ditampilkan dalam waktu 10 atau 11 hari. Gejalanya yang ditimbulkan adalah
demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit tenggorokan dan tubuh
lemah. Gejala ini diikuti juga oleh diare, sakit perut dan muntah-muntah. Ruam-
ruam, mata memerah, tersedak, serta adanya pendarahan luar dan dalam ditemukan
pada beberapa pasien.
3. Ebola ditularkan oleh hewan (contohnya orang utan) yang sudah terinfeksi melalui
kontak langsung dengan manusia. Jika bepergian ke daerah yang terkena wabah
Ebola, memastikan agar menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun
serta menghindari kontak dengan benda yang berhubungan dengan darah atau cairan
tubuh orang yang terinfeksi (seperti pakaian, tempat tidur, jarum, dan peralatan
medis). Hindari kontak dengan kelelawar dan primata dan fasilitas dimana pasien
ebola sedang dirawat. Setelah kembali, pantau kesehatan selama 21 hari serta
hubungi tenaga medis jika timbul gejala Ebola.
4. Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan
transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu yang diperlukan virus
Ebola untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya. Selain itu, onset virus
yang relatif cepat dapat mempercepat diagnosa terhadap penderita sehingga dapat
mengurangi penyebaran penyakit melalui penderita yang bepergian dari satu wilayah
ke wilayah lainnya. Penyakit virus ebola ditatalaksana sesuai dengan symptom dan
komplikasi yang muncul. Intervensi yang dapat dilakukan pada awal timbulnya
penyakit antara lain pemberian cairan intravena (IV) dan menjaga keseimbangan
elektrolit, pemberian oksigen dan mengontrol tekanan darah serta mengobati infeksi
yang ada.
4.2. Saran
1. Bagi petugas KKP Kelas I Medan agar memberikan penyuluhan tentang penyakit
Ebola kepada masyarakat luas sehingga masyarakat paham dan waspada terhadap
penyakit tersebut.
19
Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
2. Bagi Dinas Kesehatan agar lebih memaksimalkan tugas dan fungsi pokoknya
dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengamatan penyakit, pemberantasan
penyakit menular langsung serta pemberantasan penyakit bersumber binatang dan
juga dalam pelaksanaan rencana penelitian, pengamatan dan tindakan saat terjadinya
wabah penyakit atau kejadian luar biasa sehingga meminimalisasikan penyebaran
ebola ke Indonesia.
3. Bagi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja agar lebih memaksimalkan tugas dan fungsi
pokoknya dalam upaya menyelenggarakan dan mengawasi bidang keselamatan kerja
dan kesehatan kerja terutama bagi tenaga kerja asing sehingga meminimalisasikan
penyebaran ebola ke Indonesia.
4. Bagi masyarakat agar lebih waspada dan mengetahui faktor-faktor risiko yang
dapat menyebarkan penyakit Ebola seperti kontak dengan hewan yang menjadi
vektor penyakit ebola dan bagi masyarakat yang pergi ke daerah endemis tersebut
agar menghindari semua kontak dengan pasien yang terinfeksi, menyadari gejala
infeksi dan mencari perhatian medis pada tanda pertama dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2014. Ebola. http://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015.
2. CDC and World Health Organization. Infection control for viral hemorrhagic fevers in the african health care setting. Atlanta. Georgia:US Department of Health and Human Services, CDC, 1998.
3. Peters CJ, LeDuc JW. An Introduction to Ebola:the virus and the disease. J Infect Dis 1999;179(suppl):Ix-xvl
4. Guimard Y, Bwaka MA, Colebunders R, et al. Organization of patient care during the Ebola hemorrhagic fever epidemic in Kikwit, Democratic Republic of the Congo, 1995. J Infect Dis 1999;179(suppl 1):S268–74.
5. Halim, M. Suplement Vol 26 No.3 Juli-September 2005. http://www.harianterbit.com, diakses 24 Maret 2015.
6. Aditama, T. Y., 2008. Buku Saku: Panduan Petugas Kesehatan Tentang International Health Regulations (IHR) 2005. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan: Departemen Kesehatan RI. Available in http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.penanggulangankrisis.depkes.go.id%2F__pub%2Ffiles70809bukusaku_ihr.pdf&ei=n38SVaXTGpWiuQTRm4LADw&usg=AFQjCNEFdIgthyuiaBpu_83AsL3-8Zq95g&bvm=bv.89184060,bs.1,d.c2E (Accesed 24th March 2015)
7. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Penyakit Virus Ebola. 2015. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan: Departemen Kesehatan RI.
8. http://www.cdc.gov/vhf/ebola/pdf/ebola-factsheet.pdf (Accesed 24th March 2015)
2014/11/141102_indonesia_ebola_tes (Accesed 24th March 2015)
11. Renee Dopplick (29 April 2009). "Inside Justice | Swine Flu: Legal Obligations and Consequences When the World Health Organization Declares a "Public Health Emergency of International Concern"". accessed 24 March 2015
12. World Health Organization, 2015. Ebola Situation Report- 18 March 2015. Available from : http://apps.who.int/ebola/current-situation/ebola-situation-report-18-march-2015 [Accessed 24 Maret 2015]